SENYAWA ALKANA
(ETER)
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
CHRYCELLA KIMBAL
EUGENIA HAKIM
DIVTY PIAY
DIO
A. Latar Belakang
Kehidupan tak lepas dari yang namanya kimia. Ilmu kimia adalah ilmu
pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang memiliputi struktur, susunan,
sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Kehidupan selalu
berkaitan dengan kimia contohnya saja pestisida, alkohol, oksigen, air dan sebagainya
C, H, dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan dengan
rumus air (HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil dari senyawa air.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Eter
dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan dengan rumus air
(HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil dari senyawa air. Eter atau
alkoksialkana merupakan senyawa turunan alkana. Satu atom H rantai alkana diganti
R–H R – OR'
alkana eter
140 pm. Menurut teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen pada senyawa eter adalah sp3.
Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen yang berada pada
posisi alfa relatif terhadap eter bersifat lebih asam daripada hidrogen senyawa
hidrokarbon. Walau demikian, hidrogen ini kurang asam dibandingkan dengan alfa
hidrogen keton.
Struktur Serupa
sistem aromatik.
a. Ester R-C(=O)-O-R
b. Asetal R-CH(-O-R)-O-R
c. Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
d. Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R
B. Pembuatan Eter
Umumnya eter dibuat dari dehidrasi alkohol. Dietil eter dapat dibuat melalui
pemanasan etanol dengan asam sulfat pekat pada suhu sekitar 140°C hingga reaksi
dehidrasi sempurna. Bila uap etanol dan alkohol-alkohol primer suhu rendah yang lain
dilewatkan di atas suatu alumina pada suhu 250-260° C maka akan terjadi dehidrasi
Di laboratorium dan industri, yang biasa digunakan sebagai penarik air adalah
Asam sulfat yang diperoleh dalam langkah (2) dapat bereaksi kembali dengan
etanol seperti yang dituliskan dalam langkah (1). Oleh karena itu cara pembuatan eter
seperti ini dinamakan "proses eterifikasi kontinyu". Secara teoritik, dapat diduga
bahwa dengan sekali penambahan asam sulfat dapat digunakan untuk membuat eter
dengan jumlah alkohol yang tidak terbatas. Dalam kenyataannya, setelah jangka
waktu tertentu, asam sulfatnya harus diperbarui karena ada sebagian yang tereduksi
menjadi asam sulfit. Dalam pembuatan eter dengan cara ini diperlukan suhu yang
relatif rendah karena dalam keadaan panas etil hidrogensulfat (C2H5OSO3H) dapat
terdekomposisi menjadi etilena dan asam sulfat. Suhu yang diperlukan adalah
120-140° C, dengan katalis Al 2(SO4)3. Bila reaksi berlangsung pada suhu ≥145° C,
Perlu diketahui bahwa pembuatan eter dengan menggunakan asam sulfat ini
hanya memberikan hasil sebaik-baiknya untuk eter suku rendah dengan rantai linier.
Bila diterapkan untuk membuat eter suku tinggi dan bercabang, ternyata lebih banyak
menghasilkan etena.
Eter dibuat dengan mereaksikan suatu alkil halida (haloalkana) dengan suatu
alkoksida. Alkoksida dibuat dengan mereaksikan suatu alkohol primer dengan suatu
Alkil halida jika direaksikan dengan perak iodida akan menghasilkan eter dan
Eter mempunyai struktur rantai C-O-C yang mempunyai sudut ikatan sebesar 104,5º
dan jarak antara atom C dengan O adalah sekitar 140 pm. Halangan rotasi untuk ikatan
C-O sangat kecil. Ikatan oksigen dalam eter, alkohol dan air sangatlah mirip. Pada
teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen adalah sp3. Oksigen lebih elektronegatif
daripada karbon, dengan demikian hidrogen alfa eter bersifat lebih asam daripada
hidrokarbon sederhana, tetapi jauh kurang asam dibandingkan dengan hidrogen alfa
3. Kondensasi Ullmann
substratnya adalah aril halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya
tembaga.
Alkohol dapat bereaksi adisi dengan alkena yang diaktivasi secara elektrofilik.
Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri
5. Pembuatan epoksida
penting dalam industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui oksidasi etilena
meta-kloroperoksibenzoat (m-CPBA).
Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih
reaktif daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai berikut.
a. Pembelahan eter
mineral seperi asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter
dengan sangat lambat. Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida:
tribomida (dalam beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan
b. Pembentukan peroksida
Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan oksigen
(ataupun udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida. Peroksida
Eter dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronsted. Asam kuat dapat
membentuk kompleks dengan boron trifluorida, yaitu dietil eterat (BF3.OEt2). Eter
juga berkooridasi dengan Mg(II) dalam reagen Grignard. Polieter (misalnya eter
D. Jenis-Jenis/Macam-Macam Eter.
Eter terdiri atas eter simetris dan eter asimetris. Jika dalam rumus umum eter R
= R' dikategoikan sebagai eter sederhana atau eter simetrik. Tetapi bila R ≠ R' maka
dikategorikan sebagai eter campuran atau eter asimetrik. Selain yang memiliki gugus
alkil (R) terdapat pula eter yang mengandung gugus aril (Ar) yang rumus umumnya
Antara eter dan Alkohol terdapat isomeri gugus fungsi atau keduanya
mempunyai rumus molekul yang sama tetapi gugus fungsinya berbeda. Contoh untuk
isomeri fungsi di antara eter dan alkohol ini adalah CH3-O-CH3 dan CH3CH2OH.
Reaksi terhadap Eter, Eter merupakan suatu senyawa organik yang tidak terlalu
reaktif. Dengan kata lain, eter hanya dapat mengalami reaksi khusus. Reaksi terhadap
eter adalah:
pada oksidasi alkohol asalnya. Sebagai contoh, dietil eter (yang dibuat dari etanol)
C2H5-O-C2H5 → 2 CH3CHO.
Dengan HI Dingin
Dengan asam iodida dingin, eter menghasilkan alkohol dan alkil iodida. Contoh:
Dengan asam sulfat pekat dingin, eter dapat larut. Pemanasan larutan eter dalam asam
Bila eter dididihkan dalam air yang mengandung asam (umumnya H2SO4) terjadilah
Halogen(klor atau brom) dapat mensubstitusi atom H yang terikat pada atom C alfa
(Cara Trivial) dan Menurut sistem IUPAC, gugus –OR disebut gugus
alkoksi sehingga penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi
Nama kedua gugus alkil disebut lebih dahulu (diurutkan berdasarkan abjad),
kemudian di tambahkan eter. Jika kedua gugus alkil sama, diawalan di. Tata nama
trivial untuk senyawa eter sangat sederhana dengan menyebutkan nama-nama gugus
yang terikat pada atom oksigen dan kemudian ditambahkan kata eter. Contohnya
Penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi diikuti oleh
nama rantai utamanya. Gugus alkoksi dianggap sebagai cabang yang terikat pada
rantai induk. Menurut tata nama IUPAC, eter diberi nama sebagai alkoksialkana,
dalam arti bahwa eter dipandang sebagai turunan alkoksi suatu alkana. Contohnya
F. Sifat-Sifat Eter
Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa eter
berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas). Jika dibandingkan dengan senyawa alkohol,
titik didih dan titik leleh eter lebih keci. Ini terjadi karena antar molekul eter tidak
membentuk ikatan hidrogen. Eter juga cenderung bersifat nono polar, sehingga
kelarutannya dalam air sangat kecil. Selain itu eter bersifat mudah terbakar.
Dibandingkan terhadap alkohol, eter jauh kurang reaktif kecuali dalam hal
pembakaran.Eter jauh lebih mantap (lebih kurang reaktif) dibandingkan alkohol. Eter
tidak bereaksi dengan logam natrium. Sifat ini dapat digunakan untuk membedakan
1. Sifat-sifat fisika
Eter adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap dengan bau yang
khas.
Eter tidak larut air, akan tetapi larut dalam pelarut nonpolar.
Eter mudah terbakar dengan nyala bening yang jernih karena uap eter
Eter dapat melarutkan lemak, minyak, resin, alkaloid, brom, dan iod.
2. Sifat-sifat kimia
Eter sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga
Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester, ataupun
amida.
Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.
Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, meskipun lebih
Mudah terbakar
Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.
Isomer Struktur
Isomer Fungsional
Alkohol dan eter keduanya memiliki rumus umum yang sama, Akan
tetapi, keduanya memiliki jenis gugus fungsional yang berbeda. Dua senyawa
dengan alkohol.
Di bidang medis, banyak sekali eter yang digunakan untuk anestesi (bius).
Senyawa dietil eter biasa digunakan sebagai zat anestetik (pemati rasa atau
obat bius) yang diberikan melalaui pernafasan namun penggunaan dietil eter
Bi bidang otomotif, eter digunakan untuk menghidupkan mesin yang tak mau
menyala. Bahkan eter juga digunakan sebagai tambahan bahan bakar sehingga
Eter juga digunakan sebagai pelarut non polar untuk melarutkan senyawa non
polar pula, seperti lemak, lilin dan minyak. Eter dapat menyebabkan mual dan
muntah selama waktu pemulihan. Karena dampak negatif ini, eter sudah
Eter bahan yang mudah terbakar karena eter mudah tersulut oleh kobaran
KESIMPULAN
4. Tata Nama Eter Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
5. Sifat-sifat eter yaitu pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa eter
6. Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.
7. Manfaat eter, dibidang medis digunakan untuk anestesi (bius), dibidang
otomotif, eter digunakan untuk menghidupkan mesin yang tak mau menyala,
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/27531847/ETER_BAB_I_PENDAHULUAN