Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

Ester merupakan senyawa yang penting dalam industri dan secara biologis.
Ester yang merupakan turunan asam karboksilat yang mana gugus – OH pada asam
karboksilat ( RCOOH ) diganti menjadi gugus –R ( alkil ) sehingga menjadi ester
dengan rumus RCOOR. Ester terdapat pada hampir semua makhluk hidup terutama
tumbuh-tumbuhan. Ester mempunyai sifat kimia yang sangat khas yaitu berbau cukup
menyengat terutama berbau harum, sehingga ester banyak diproduksi oleh makhluk
hidup untuk menarik lawan jenis maupun untuk membantu metabolisme dan
aktivitasnya terutama pada tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk menarik
serangga untuk membantu penyerbukan yang mana bau tersebut berasal dari
campuran yang kompleks dari ester volatil. Oleh karena sifatnya itu ester banyak
dimanfaatkan oleh manusia, baik yang diekstrak langsung dari tumbuh-tumbuhan dan
hewan ataupun disintetis melalaui reaksi-reaksi kimia.

Reaksi pembuatan ester yang paling dikenal adalah reaksi esterifikasi dimana
ester dibuat dari mreaksikan alkohol dan asam karboksilat pada suasana tertentu
sehingga menghasilkan ester. Pemanfaatan ester bagi kehidupan manusia mencangkup
pengunaan sebagai bahan pengharum ( parfum, deodoran, shampo, sabun dll ),
sebagai bahan baku biodiesel, dan paling sering dimanfaatkan terutama di indonesia
adalah dalam bentuk asam lemak bebas yang didapatkan dari kepala sawit dan
diproduksi dalam skala pabrik untuk membuat minyak sawit dan turunannya. Oleh
karena itu ester merupakan senyawa yang sangat bermanfaat dan banyak manfaat
yang akan kita dapatkan dari mempelajari senyawa ester terutama dalam industri
kimia.

1
BAB II

DEFINISI ESTER

Dalam kimia, ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk melalui
penggantian satu atau lebih atom hidrogen pada gugus hidroksil dengan suatu gugus
organik (biasa dilambangkan dengan R'). Asam oksigen adalah suatu asam yang
molekulnya memiliki gugus -OH yang hidrogennya (H) dapat terdisosiasi menjadi ion
H+.

Secara umun ester merupakan turunan asam alkanoat /asam karboksilat


(RCOOH) dengan mengganti gugus hidroksil (–OH) dengan gugus –OR’. Sehingga
senyawa alkil alkanoat mempunyai rumus umum: R-COOR. R dan R’ merupakan
gugus alkil, bisa sama atau tidak.

Contoh :
1) CH3–COO–CH3 dimana R = R’ yaitu CH3

2) CH3–CH2 CH2(C2H5) –COO–CH3 dimana R = CH3–CH2(C2H5) dan


R’=CH3

Ester mempunyai sifat kimia yang sangat khas yaitu berbau cukup menyengat
terutama berbau harum. Contoh ester yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan,
isopentenil asetat memiliki bau yang mirip dengan aroma buah pisang ataupun buah
pir. Butil butanoat seperti aroma nanas, sedangkan propil 2-metilpropanoat memberi
aroma rum (minuman). Karena sifatnya yang khas inilah ester banyak dimanfaatkan
oleh manusia baik dalam bidang industri, biologis dan keperluaan sehari-hari. Ester
dapat didapat dengan mengekstraksi dari tumbuh-tumbuhan ataupun hewan baik
secara tradisional maupun dengan teknologi yang maju, dan juga dengan mensintesis
dari asam karboksilat dan alkohol pada suasana tertentu.

BAB III

2
TATA NAMA ESTER

Ester turunan alkana diberi nama alkil alkanoat. Yang disebut alkil pada nama
itu adalah gugus karbon yang terikat pada atom O ( gugus R' ), sedangkan alkanoat
adalah gugus R-CO-. Atom C gugus fungsi masuk ke dalam bagian alkanoat.

Contoh :

Rumus Struktur Nama IUPAC

CH3–COOCH3 Metil Etanoat

CH3–COOCH2CH3 Etil etanoat

CH3-CH2-COO-CH2-CH3 Etil Propanoat

CH3-CH2-COO-CH2CH2CH3 Propil Propanoat

Ester diberi nama berlawanan dengan urutan penulisan rumus strukturnya.


Kata "etanoat" berasal dari asam etanoat, sedangkan "etil" berasal dari gugus etil pada
ujungnya. Ester diberi nama tidak sesuai dengan urutan penulisan rumus strukturnya,
tapi kebalikannya. Kata "etanoat" berasal dari asam etanoat. Kata "etil" berasal dari
gugus etil pada bagian ujung.

3
Asam karboksilat dan turunannya diberi nama dengan menjumlahkan total
atom karbon dalam rantai – termasuk atom karbon yang terdapat pada gugus -COOH.
Jadi, misalnya, CH3CH2COOH adalah asam propanoat, dan CH3CH2COO adalah
gugus propanoat.

BAB IV
4
SIFAT-SIFAT ESTER

IV.I Sifat-sifat fisik

Sifat-sifat yang dijelaskan berikut berkenaan dengan etil etanoat yang


mewakili ester-ester sederhana.

Titik didih

Ester-ester yang kecil memiliki titik didih yang mirip dengan titik didih
aldehid dan keton yang sama jumlah atom karbonnya.

Seperti halnya aldehid dan keton, ester adalah molekul polar sehingga
memiliki interaksi dipol-dipol serta gaya dispersi van der Waals. Akan tetapi, ester
tidak membentuk ikatan hidrogen, sehingga titik didihnya tidak menyerupai titik didih
asam yang memiliki atom karbon sama.

Sebagai contoh:

Molekul tipe titik didih (°C)

CH3COOCH2CH3 ester 77.1

CH3CH2CH2COOH asam karboksilat 164

Kelarutan dalam air

Ester-ester yang kecil cukup larut dalam air tapi kelarutannya menurun seiring
dengan bertambah panjangnya rantai.

Sebagai contoh:

Ester rumus molekul kelarutan (g per 100 g air)

5
etil metanoat HCOOCH2CH3 10.5

etil etanoat CH3COOCH2CH3 8.7

etil propanoat CH3CH2COOCH2CH3 1.7

Penurunan kelarutan ini disebabkan oleh fakta bahwa walaupun ester tidak
bisa berikatan hidrogen satu sama lain, tetapi bisa berikatan hidrogen dengan molekul
air.

Salah satu atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah
molekul air bisa cukup tertarik ke salah satu dari pasagan elektron bebas pada sebuah
atom oksigen dalam sebuah ester sehingga sebuah ikatan hidrogen bisa terbentuk.

Tentu akan ada juga gaya dispersi dan gaya-tarik dipol-dipol antara ester dan
molekul air. Pembentukan gaya tarik ini melepaskan energi. Ini membantu menyuplai
energi yang diperlukan untuk memisahkan molekul air dari molekul air lainnya dan
molekul ester dari molekul ester lainya sebelum bisa bercampur.

Apabila panjang rantai bertambah, bagian-bagian hidrogen dari molekul ester


mulai terhindari dari energi tersebut.

Dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, bagian-bagian hidrogen


ini memutus ikatan hidrogen yang relatif lemah antara molekul-molekul air tanpa
menggantinya dengan ikatan yang serupa. Ini menjadikan proses ini kurang
menguntungkan dari segi energi, sehingga kelarutan berkurang.

Titik leleh

Semakin besar tingkat ketidakjenuhan molekul, semakin rendah


kecenderungan titik leleh karena gaya dispersi van der Waals kurang efektif.

6
Gaya-gaya dipersi van der Waals memerlukan agar molekul-molekul mampu
berjejal sehingga bisa benar-benar efektif. Keberadaan ikatan rangkap C=C dalam
rantai bisa tersusun secara rapi.

Contoh :

Berikut ini diagram sebuah lemak jenuh yang disederhanakan:

Rantai-rantai hidrokarbon bergerak konstan dalam cairan, tapi rantai-rantai ini


bisa tertata rapi apabila zat menjadi padat. Jika rantai-rantai pada salah satu molekul
bisa tertata dengan rapi, itu berarti bahwa molekul-molekul tetangga bisa mendekat.

Ini akan meningkatkan gaya tarik antara satu molekul dengan molekul
tetangganya sehingga meningkatkan titik leleh.

Tidak ada rotasi pada ikatan rangkap C=C sehingga posisi rantai terkunci
secara permanen. Ini menjadikan molekul-molekul lebih sulit merapat. Jika tidak
merapat dengan baik, gaya van der Waals tidak akan bekerja dengan baik.

Efek ini jauh lebih buruk untuk molekul-molekul dimana rantai-rantai


hidrokarbonnya pada kedua ujung ikatan rangkap tersusun cis satu sama lain – dengan
kata lain, keduanya berada pada sisi ikatan rangkap yang sama:

7
Jika berada pada sisi ikatan rangkap yang berlawanan (bentuk trans) maka
efeknya tidak terlalu besar. Akan tetapi, keadaan sebenarnya lebih dari yang
ditunjukkan diagram berikut karena perubahan-perubahan sudut ikatan di sekitar
ikatan rangkap dibandingkan dengan pada bagian rantai yang lain.

Lemak dan minyak trans memiliki titik leleh yang lebih tinggi dibanding yang
berbetuk cis karena kerapatan molekulnya tidak terlalu dipengaruhi. Lemak dan
minyak tak-jenuh cenderung berbentuk cis.

IV.II Sifat-sifat kimia

Senyawa – senyawa ester antara lain mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

1. Pada umumnya mempunyai bau yang harum, menyerupai bau buah-buahan.

2. Senyawa ester pada umumnya sedikit larut dalam air

3. Ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan asam atau alkohol


pembentuknya.

4. Ester merupakan senyawa karbon yang netral

5. Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis

Contoh :
R–COOR’ + H2O R–COOH + R’–OH

Ester As. Alkanoat Alkohol

8
6. Ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan katalisator Ni dan dihasilkan
dua buah senyawa alkohol.

Contoh :
R–COOR’ + 2H2 R–CH2–OH + R’–OH

Ester Alkohol Alkohol

7. Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa membentuk garam
(sabun) dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi safonifikasi/
penyabunan. Reaksi ester (khususnya lemak dan minyak) dengan suatu basa
kuat seperti NaOH atau KOH menghasilkan sabun. Oleh karena itu reaksinya
disebut reaksi penyabunan (saponifikasi). Pada pembuatan sabun terbentuk
gliserol sebagai hasil sampingan

8. Hidrolisis

Ester dapat terhidolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol dan


asam karboksilat. Reaksi hidrolisis merupakan kebalikan dan pengesteran.
Hidrolisis lemak atau minyak menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak.
Contoh hidrolisis gliseril tristearat menghasilkan gliserol dan asam stearat.

BAB V

REAKSI-REAKSI ESTER

V.I Reaksi esterifikasi

Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara


merefluks sebuah asam karboksilat bersama alkohol dengan katalis asam. Asam yang
digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat atau asam Lewis seperti
skandium(III) triflat.
9
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap
alkohol, seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan
anhidrida asam atau asil klorida. Kelemahan utama asilasi langsung adalah konstanta
kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak
asam karboksilat, dan pemisahan air yang menjadi hasil reaksi. Pemisahan air
dilakukan melalui distilasi Dean-Stark atau penggunaan saringan molekul.

Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa tetrabutilamonium tribromida


(TBATB) adalah katalis yang amat efektif. Misalnya, asilasi 3-fenil propanol dengan
asam asetat glasial dan TBATB dengan refluks menghasilkan ester dalam 15 menit,
dengan rasio hasil 95%, tanpa harus memisahkan air. Asam bromida yang dihasilkan
oleh TBATB dapat memprotonasi alkohol terhadap asam karboksilat sehingga
karboksilatnya-lah yang bertindak sebagai nukleofil, tidak seperti mekanisme
esterifikasi standar.

Mekasnisme reaksi esterifikasi Fischer terdiri dari beberapa langkah

1. Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga


meningkatkan elektrofilisitas dari atom karbon karbonil.
2. Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol, yang
bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium.

3. Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan


kompleks teraktivasi

4. Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti oleh pelepasan
molekul air menghasilkan ester.

Katalis-katalis yang cocok adalah zat berkarakter asam kuat dan, karena ini,
asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan
katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial (Soerawidjaja, 2006).

Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar


asam lemak bebas tinggi (berangka-asam ≥ 5 mg-KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak
bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasa diikuti dengan
tahap transesterfikasi.

10
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari
trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan
menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-alkohol monohidrik
yang menjadi kandidat sumber/pemasok gugus alkil, metanol adalah yang paling
umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga
reaksi disebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik
dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester, FAME).

Ada dua metode yang digunakan dalam esterifikasi yaitu proses batch dan
proses kontinyu. Proses esterifikasi berlangsung dibawah tekanan pada suhu 200-
250°C. Pada reaksi kesetimbangan, air dipindahkan secara kontinyu untuk
menghasilkan ester. Henkel telah mengembangkan esterifikasi countercurrent
kontinyu menggunakan kolom reaksi dodel plate. Teknologi ini didasarkan pada
prinsip reaksi esterifikasi dengan absorpsi simultan superheated metanol vapor dan
desorpsi metanolwater mixture.

Reaksi ini menggunakan tekanan sekitar 1000 Kpa dan suhu 240 °C.
Keuntungan dari proses ini adalah kelebihan metanol dapat dijaga secara nyata pada
rasio yang rendah yaitu 1,5 : 1 molar metanol : asam lemak dibandingkan proses
batch dimana rasionya 3-4 : 1 molar. Metil ester yang melalui proses distilasi tidak
memerlukan proses pemurnian. Kelebihan metanol di rectified dan digunakan
kembali. Esterifikasi proses kontinyu lebih baik daripada proses batch. Dengan hasil
yang sama, proses kontinyu membutuhkan waktu yang lebih singkat dengan
kelebihan metanol yang lebih rendah.

Proses esterifikasi merupakan proses yang cenderung digunakan dalam


produksi ester dari asam lemak spesifik Laju reaksi esterifikasi sangat dipengaruhi
oleh struktur molekul reaktan dan radikal yang terbentuk dalam senyawa antara. Data
tentang laju reaksi serta mekanismenya disusun berdasarkan karakter kinetiknya,
sedangkan data tentang perkembangan reaksi dinyatakan sebagai konstanta
kesetimbangan. Secara umum laju reaksi esterifikasi mempunyai sifat sebagai berikut:

1. Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan paling
lambat alkohol tersier
2. Ikatan rangkap memperlambat reaksi
11
3. Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi mempunyai
batas konversi yang tinggi

4. Makin panjang rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi atau tidak


terlalu berpengaruh terhadap laju reaksi.

Proses esterifikasi secara umum harus diketahui untuk dapat mendorong


konvesi sebesar mungkin. Secara umum ada tiga golongan proses, dan penggolongan
ini bergantung kepada volatilitas ester.

Golongan 1.

Dengan ester yang sangat mudah menguap, seperti metil format, metil asetat,
dan etil format, titik didih ester lebih rendah daripada alkohol, oleh karena itu ester
segera dapat dihilangkan dari campuran reaksi. Produksi metil asetat dengan metode
distilasi Bachaus merupakan sebuah contoh dari golongan ini. Metanol dan asam
asetat diumpankan ke dalam kolom distilasi dan ester segera dipisahkan sebagai
campuran uap dengan metanol dari bagian atas kolom. Air terakumulasi di dasar
tangki dan selanjutnya dibuang. Ester dan alkohol dipisahkan lebih lanjut dalam
kolom distilasi yang kedua.

Golongan 2.

Ester dengan kemampuan menguap sebaiknya dipisahkan dengan cara


menghilangkan air yang terbentuk secara distilasi. Dalam beberapa hal, campuran
terner dari alkohol, air dan ester dapat terbentuk. Kelompok ini layak untuk
dipisahkan lebih lanjut: dengan etil asetat, semua bagian ester dipindahkan sebagai
campuran uap dengan alkohol dan sebagian air, sedangkan sisa air akan terakumulasi
dalam sistem. Dengan butil asetat, semua bagian air dipindahkan ke bagian atas
dengan sedikit bagian dari ester dan alkohol, sedangkan sisa ester terakumulasi dalam
sistem.

Golongan 3.

Dengan ester yang mempunyai volatilitas rendah, beberapa kemungkinan


timbul. Dalam hal butil dan amil alkohol, air dipisahkan sebagai campuran biner
12
dengan alkohol. Contoh proses untuk tipe seperti ini adalah pembuatan dibutil ftalat.
Untuk menghasilkan ester dari alkohol yang lebih pendek (metil, etil, propil)
dibutuhkan penambahan hidrokarbon seperti benzena dan toluena untuk memperbesar
air yang terdistilasi.dengan alkohol bertitik didih tinggi (benzil, furfuril, b-feniletil)
suatu cairan tambahan selalu diperlukan untuk menghilangkan kandungan air dari
campuran.

V.II Transesterifikasi

Esterifikasi dapat dilakukan dengan transesterifikasi yaitu mereaksikan ester


atau bahan yang mengandung ester asam lemak dengan asam, alkohol/gliserol dan
pertukaran ester (Davidek dkk, 1990 ; Gandhi, 1997 ; Gunstone dan Norris, 1983 ;
Sontag, 1982). Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan dengan katalis kimia maupun
enzim lipase. Istilah transesterifikasi dan interesterifikasi digunakan oleh beberapa
penulis secara bergantian (Silalahi, 1999).

Asidolisis merupakan transfer grup asil antara asam dan ester.

RCOOR' + R"COOH R"COOR' + RCOOH

Campuran trigliserida dan FFA digunakan sebagai reaktan untuk reaksi


asidolisis dimana pertukaran FFA dengan grup asil dari triasilgliserol akan
menghasilkan triasil gliserol yang diperkaya dengan asam lemak. Alkoholisis/
gliserolisis merupakan reaksi antara alkohol/gliserol dengan ester.

Esterifikasi yang merupakan reaksi antara asam karboksilat dan alkohol untuk
membentuk ester adalah reaksi ionik yang merupakan kombinasi dari adisi dan
penyusunan kembali dengan reaksi sebagai berikut (Davidek dkk, 1990)

Esterifikasi asam-asam lemak dengan gliserol telah dikenal sejak 1844 dimana
Pelouze dan Getis menggunakan asam butirat. Rekais esterifikasi kimia sederhana
dapat dilakukan pada suhu tinggi tanpa menggunakan katalis dan pada suhu yang
lebih rendah dilakukan dengan katalis. Katalis asam seperti benzene dan asam
toluenasulfonat (toluenesulfonic acid) dianggap akan memberi hasil paling cepat
dengan mengeluarkan air yang terbentuk secara azotrop. Kecepatan reaksi tergantung
pada jenis asam dan alkohol yang digunakan (Willis dkk, 1998).

13
Produk ester yang dihasilkan selama esterifikasi tergantung pada perbandingan
asam dan alkohol. Untuk gliserida yang diesterifikasi sebagian digunakan jumlah
stoikiometri <3:1 anatar asam lemak dan gliserol. Produk kasar yang diperoleh
merupakan campuran dari asam-asam lemak dan gliserol yang tidak bereaksi,
monogliserida, digliserida (1,2- dan 1,3-) dan trigliserida.

Asam-asam lemak dapat dikeluarkan dari campuran dengan penyabunan


(saponification) dan gliserol dihilangkan dengan pencucian dengan larutan garam atau
air sehingga akan diperoleh campuran monoasilgliserol, diasilgliserol dan
trasilgliserol. Gros dan Feuge melakukan esterifikasi asam laurat dengan gliserol.
katalis asam p-TSA pada suhu 100oC dengan asetonitril sebagai zat azeotrop d'an
lama reaksi 6 jam menghasilkan 70.8 %, monoasilgliserol. 29.0% diasilgliserol dan
0,2 % triasilgliserol yang diperoleh dengan pemisahan kromatografi kolom (Sontag,
9182).

Esterifikasi secara enzimatis juga dilakukan untuk menghasilkan 1,3


digliserida (Berger dkk 1992), Esterifikasi asam lemak stearat atau palmitat dengan
gliserol menggunakan katalis p-TSA dapat menghasilkan 1,3 - digliserida sebanyak
12 % yang diperoleh dengan pemurnian secara kristalisasi (Elisabettini dkk, 1998).

Digliserida akan mengalami isomerisasi dalam pelarut inert atau dalam


keadaan kering walaupun pada suhu rendah, sehingga bila akan digunakan dalam
suatu sintesa atau untuk penggunaan biosintesa harus secepat mungkin setelah
pembuatannya (Christie, 1982).

Esterifikasi secara kimia antara asam dan gliserol, alkohol lainnya atau
gliserida partial merupakan metode untuk memasukkan (Inkorporasi) asam-asam
lemak untuk membentuk trigliserida baru (Willis dkk, 1998). Secara industri
esterifikasi kimia telah dilakukan untuk pembuatan trigliserida dan turunannya,
pewangi makanan (flavorings). dalam parfum (fragrances), plastisizer dan emulsifier
(Wiseman, 1983).

V.III Hidrolisis Ester

Hidrolisis ester yaitu penguraian ester menjadi asam-asam karboksilat (atau


garam-garamnya) dan alkohol dengan bantuan air, asam encer atau basa encer.

14
Hidrolisis ester-ester sederhana

Pengertian hidrolisis

Secara teknis, hidrolisis adalah sebuah reaksi dengan air. Reaksi inilah yang
sebenarnya terjadi ketika ester dihirolisis dengan air atau dengan asam encer seperti
asam hidroklorat encer.

Hidrolisis ester dengan basa melibatkan reaksi dengan ion-ion hidroksida,


tetapi hasil keseluruhannya sangat mirip sehingga dikategorikan dalam hidrolisis
dengan air atau asam encer.

Hidrolisis menggunakan air atau asam encer

Reaksi dengan air murni sangat lambat sehingga tidak pernah digunakan.
Reaksi ini dikatalisis oleh asam encer, sehingga ester dipanaskan di bawah refluks
dengan sebuah asam encer seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer.

Berikut dua contoh sederhana dari hidrolisis menggunakan sebuah katalis asam.

Hidrolisis etil etanoat:

Hidrolisis metil propanoat:

Kedua reaksi tersebut dapat balik (reversibel). Untuk melangsungkan hidrolisis


sesempurna mungkin, harus digunakan air yang berlebih. Air diperoleh dari asam
encer, sehingga ester perlu dicampur dengan asam encer yang berlebih.

Hidrolisis menggunakan basa encer

15
Hidrolisis menggunakan basa encer merupakan cara yang lazim digunakan
untuk menghidrolisis ester. Ester dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah basa
encer seperti larutan natrium hidroksida.

Ada dua kelebihan utama dari cara ini dibanding dengan menggunakan asam encer.
Reaksinya berlangsung satu arah dan tidak reversibel, dan produknya lebih mudah
dipisahkan.

Contoh hidrolisis ester sederhana

Hidrolisis etil etanoat menggunakan larutan natrium hidroksida:

dan selanjutnya hidrolisis metil propanoat dengan cara yang sama:

Bahwa terbentuk garam natrium bukan asam karboksilat sendiri.

Campuran ini relatif mudah dipisahkan. Jika digunakan larutan natrium


hidroksida yang berlebih, tidak akan ada ester yang tersisa. Alkohol yang terbentuk
bisa dipisahkan dengan distilasi.

Jika yang diinginkan terbentuknya asam bukan garamnya, maka harus


ditambahkan asam kuat yang berlebih seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat
encer ke dalam larutan yang tersisa setelah distilasi pertama. Jika hal ini dilakukan,
campuran akan dibanjiri dengan ion-ion hidrogen. Ion-ion hidrogen ini ditangkap oleh
ion-ion etanoat (atau ion paropanoat atau ion apapun) yang terdapat dalam garam
membentuk asam etanoat (atau asam propanoat, dan lain-lain). Karena asam-asam ini
adalah asam lemah, maka ketika bergabung dengan ion hidrogen, cenderung tetap
bergabung. Selanjutnya asam karboksilat bisa dipisahkan dengan distilasi.

V.IV Saponifikasi

16
Pembahasan ini berkaitan dengan hidrolisis basa (dengan menggunakan
larutan natrium hidroksida) ester-ester besar yang ditemukan dalam lemak dan
minyak hewani dan nabati.

Jika ester-ester besar yang terdapat dalam lemak dan minyak hewani dan
nabati dipanaskan dengan larutan natrium hdiroksida pekat, reaksi yang terjadi persis
sama dengan reaksi pada ester-ester sederhana. Terbentuk asam karboksilat dalam hal
ini, garam natrium dari sebuah asam besar seperti asam oktadekanoat (asam stearat).
Garam-garam ini merupakan komponen sabun yang penting – yaitu komponen yang
melakukan pembersihan.

Juga terbentuk alkohol – kali ini, alkohol yang lebih rumit, propan-1,2,3-triol
(gliserol).

Karena hubungannya dengan pembuatan sabun, hidrolisis ester dengan basa terkadang
disebut sebagai saponifikasi.

17
BAB VI

PEMBUATAN ESTER

VI.I Pembuatan ester dari asam karboksilat dan alkohol

Metode ini bisa digunakan denagn mereaksikan asam karboksilat dan alkohol
untuk menghasilkan ester, tetapi metode ini tidak berlaku bagi fenol – senyawa
dimana gugus -OH terikat langsung pada sebuah cincin benzen. Fenol bereaksi
dengan asam karboksilat dengan sangat lambat sehingga reaksi tidak bisa digunakan
untuk tujuan pembuatan.

Sifat kimiawi reaksi

Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan


bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya asam sulfat pekat. Gas hidrogen klorida
kering terkadang digunakan, tetapi penggunaannya cenderung melibatkan ester-ester
aromatik (ester dimana asam karboksilat mengandung sebuah cincin benzen).

Reaksi pengesteran (esterifikasi) berjalan lambat dan dapat balik (reversibel).


Persamaan untuk reaksi antara asam RCOOH dengan alkohol R’OH (dimana R dan
R’ bisa sama atau berbda) adalah sebagai berikut:

18
Jadi, misalnya, jika ingin membuat etil etanoat dari asam etanoat dan etanol,
maka persamaan reaksinya akan menjadi:

Melangsungkan reaksi

Dalam skala tabung uji

Asam karboksilat dan alkohol sering dipanaskan bersama disertai dengan


beberapa tetes asam sulfat pekat untuk mengamati bau ester yang terbentuk.

Untuk melangsungkan reaksi dalam skala tabung uji, semua zat (asam
karboksilat, alkohol dan asam sulfat pekat) yang dalam jumlah kecil dipanaskan di
sebuah tabung uji yang berada di atas sebuah penangas air panas selama beberapa
menit.

Karena reaksi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel), ester yang
terbentuk tidak banyak. Bau khas ester seringkali tertutupi atau terganggu oleh bau
asam karboksilat. Sebuah cara sederhana untuk mendeteksi bau ester adalah dengan
menaburkan campuran reaksi ke dalam sejumlah air di sebuah gelas kimia kecil.

Terkecuali ester-ester yang sangat kecil, semua ester cukup tidak larut dalam
air dan cenderung membentuk sebuah lapisan tipis pada permukaan. Asam dan
alkohol yang berlebih akan larut dan terpisah di bawah lapisan ester.

19
Ester-ester kecil seperti pelarut-pelarut organik sederhana memiliki bau yang
mirip dengan pelarut-pelarut organik (etil etanoat merupakan sebuah pelarut yang
umum misalnya pada lem). Semakin besar ester, maka aromanya cenderung lebih ke
arah perasa buah buatan – misalnya “buah pir”.

Ester-ester yang lebih besar cenderung terbentuk lebih lambat. Dalam hal ini,
mungkin diperlukan untuk memanaskan campuran reaksi di bawah refluks selama
beberapa waktu untuk menghasilkan sebuah campuran kesetimbangan. Ester bisa
dipisahkan dari asam karboksilat, alkohol, air dan asam sulfat dalam campuran
dengan metode distilasi fraksional.

VI.II Pembuatan ester menggunakan asil klorida (klorida asam)

Reaksi dasar

Jika asil klorida direaksikan dengan alkohol, maka reaksi yang terjadi cukup
progresif pada suhu kamar dan menghasilkan sebuah ester dan awan-awan dari asap
hidrogen klorida yang asam dan beruap. Contoh, etanol klorida direaksikan dengan
etanol, maka akan terbentuk banyak hidrogen klorida bersama dengan ester cair etil
etanoat.

Reaksi antara etanoil klorida dengan fenol mirip dengan reaksi etanol
walaupun tidak begitu progresif. Fenil etanoat terbentuk bersama dengan gas hidrogen
klorida.

20
Mempercepat reaksi antara fenol dengan beberapa asil klorida yang kurang
reaktif

Benzoil klorida memiliki rumus molekul C6H5COCl. Gugus -COCl terikat


langsung pada sebuah cincin benzen. Senyawa ini jauh lebih tidak reaktif dibanding
asil klorida sederhana seperti etanoil klorida.

Fenol pertama-tama diubah menjadi senyawa ionik natrium fenoksida


(natrium fenat) dengan melarutkannya dalam larutan natrium hidroksida.

Ion fenoksida bereaksi lebih cepat dengan benzoil klorida dibanding fenol,
tapi biarpun demikian reaksi tetap harus dikocok dengan benzoil klorida selama
sekitar 15 menit. Padatan fenol benzoat terbentuk.

VI.III Pembuatan ester menggunakan anhidrida asam

Reaksi ini juga bisa digunakan untuk membuat ester baik dari alkohol maupun
fenol. Reaksinya berlangsung lebih lambat dibanding reaksi sebanding yang
menggunakan asil klorida, dan campuran reaksi biasanya perlu dipanaskan. Untuk
fenol, kita bisa mereaksikan fenol dengan larutan natrium hidroksida pertama kali,
yang menghasilkan ion fenoksida yang lebih reaktif.

Contoh etanol yang bereaksi dengan etanoat anhidrida sebagai sebuah reaksi
sederhana yang melibatkan sebuah alkohol:

Reaksi yang berlangsung pada suhu kamar cukup lambat (atau lebih cepat jika
dipanaskan). Tidak ada perubahan yang dapat diamati pada cairan tidak berwarna ,
tetapi sebuah campuran antara etil etanoat dengan asam etanoat terbentuk.
21
Reaksi dengan fenol kurang lebih sama, tetapi lebih lambat. Fenil etanoat
terbentuk bersama dengan asam etanoat.

Reaksi ini tidak terlalu penting, tapi ada reaksi yang sangat mirip terlibat
dalam pembuatan aspirin

Jika fenol pertama-tama diubah menjadi natrium fenoksida dengan


menambahkan larutan natrium hidroksida, maka reaksinya berlangsung lebih cepat.
Fenil etanoat lagi-lagi terbentuk, tapi kali ini produk lainnya adalah natrium etanoat
bukan asam etanoat.

VI.IV Pembuatan asam stearat etil ester dengan katalis bentonit

Salah satu metoda dalam pembuatan ester yang lazim digunakan adalah
dengan menggunakan katalis asam kuat, misalnya H2SO4, H3PO4, HCl maupun asam
para-toluensulfonat. Dalam hal ini katalis ditambahkan dalam bentuk larutan,
biasanya dalam alkohol atau pelarut organik lainnya. Asam-asam tersebut sangat kuat
dan korosif,sehingga biasanya juga memerlukan penanganan yang khusus. Dalam
pembuatan ester dengan katalis asam tersebut diperlukan sistem pemisahan air untuk
menggeser kesetimbangan reaksi ke arah pembentukan ester. Dengan penambahan
sistem pemisah air dari dalam reaktor, tahap reaksi menjadi panjang.

Asam karboksilat serta katalis asam yang tersisa serta yang terdapat dalam
bahan juga memerlukan pemisahan dan pencucian dengan menggunakan pelarut
organik. Sebagai pengganti asam kuat yang memerlukan penanganan khusus tersebut,
serta sistem reaktor yang rumit karena membutuhkan system pemisahan dan
pencucian sisa katalis maupun asam karboksilat yang tidak bereaksi, diusulkan untuk
menggunakan asam padat. Dengan menggunakan asam padat ini, diharapkan reaksi
pembuatan ester dapat dilakukansecara lebih sederhana. Di samping itu, pemisahan

22
sisa asam karboksilat, sisa katalis asam maupun roduk sampingan dapat menjadi lebih
mudah dan sederhana pula.

Penggunaan tanah liat bentonit sebagai katalis padat dalam pembuatan ester
dari asam stearat dengan etanol. Bentonit diketahui sebagai tanah liat dengan struktur
lembaran yang dibentuk oleh lapisantetrahedra dan lapisan oktahedra dengan
perbandingan 2:1. Lapisan tertrahedra merupakan lapisan silika, sedangkan lapisan
oktahedra ditempati oleh oksida aluminium. Posisi tetrahedra atom Si ini terkadang
ditempati pula oleh atom Al, sedangkan posisi oktahedraatom Al terkadang ditempati
oleh Mg atau Fe. Ruang antara lembaran aluminasilikattersebut biasanya diisi oleh air
serta kation (Ca2+ atau Na") yang dapat dipertukarkan. Ruang antar lembaran ini
dapat diisi dengan oksida aluminium, zikonium, titanium danlainnya sehingga
terbentuk semacam struktur pilar yang menopang kedua sisi lembaran yang
memperkuat sifat mekanik serta ketahanan terhadap suhu reaksi pembuatan ester
merupakan suatu reaksi katalitik dengan katalis asam, maka dalam penggunaan katalis
padat dalam reaksi ini diperlukan pula keberadaan pusat asam. untuk berlangsungnya
reaksi. Pada bentonit, struktur aluminiasilikat serta adanya pertukaran posisi antara
atom Al da Si menjadikan bentonit dapat memiliki pusat-pusatasam Lewis.
Sedangkan penambahan oksida aluminium sebagai pilar dapat membentuk pusat asam
Lewis pada bidang pertemuan antara lapisan tetrahedra dengan oksida aluminium
sebagai pilar. Hal tersebut membuka kemungkinan bahwa bentonit baik dalam bentuk
aslinya maupun dalam bentuk terpilarisasi dapat memiliki sisi aktif asam yang
memiliki keaktifan untuk digunakan sebagai katalis asam dalam reaksi esterifikasi.
Untuk membatasi kajian ini terhadap kemungkinan pembentukan produk yang
majemuk, maka digunakan asam stearat (p.a.) dari E. Merck serta etanol yang telah
didistilasi sebagai alkohol dengan pelarut n-hexan yang telah didistilasi. Diharapkan
dari kegiatan ini diperoleh pengetahuan tentang kemungkinan aplikasi bentonit
sebagai katalis dalam reaksi esterifikasi.

23
BAB VII

MANFAAT ESTER

Ester banyak digunakan dalam kehiduapn sehari-hari antara lain Amil asetat
banyak digunakan sebagai pelarut untuk damar. Esterifikasi etilen glikol dengan asam
bensen 1.4 dikarboksilat menghasilkan poliester yang digunakan sebagai bahan
pembuat kain.

Karena baunya yang sedap maka ester banyak digunakan sebagai esen pada
makanan antara lain :

Rumus Struktur Jenis Ester Aroma

CH3COOC5H11 Amil Asetat Buah Pisang

C4H9COOC5H11 Amil Valerat Buah Apel

C3HCOOC5H11 Amil Butirat Buah Jambu

C3H7COOC4H9 Butil Butirat Buah Nanas

C3H7COOC3H7 Propil Butirat Buah Mangga

Salah satu jenis ester yaitu CNI Ester C-Plus yang merupakan antioksidan
larut air yang dapat menetralkan radikal bebas, dan amat sesuai untuk menjaga
24
kesehatan ibu dan bayi ketika hamil. Ester C juga dianggap sebagai suatu revolusi.
Bentuk semula jadi Vitamin C mengandungi penggalak metabolit yang mampu
meningkatkan penyerapan Vitamin C. CNI Ester-C Plus bebas daripada masalah
pengolahan organism yang mengalami perubahan genetik (GMO). Tidak seperti
vitamin C biasa, CNI Ester-C Plus tidak bersifat asam dan tidak akan mengganggu
perut ibu ataumengkikis enamel gigi. CNI Ester-C Plus juga merupakan nutrisi yang
penting untuk kardiovaskular, pertahanan bdan, penglihatan dan kesehatan sendi.

Menurut pendapat para ahli kesehatan dan ahli makanan CNI Ester-C
memiliki berbagai manfaat. Vitamin C yang terdapat pada CNI Ester-C Plus sangat
bermanfaat bagi ibu hamil ketika mengandung dan selepas bersalin, termasuk
penggunaan vitamin ini dapat mengurangi kemungkinan proses melahirkan yang tidak
normal dan mengurangi resiko bagi ibu yang mengindap diabetes ketika mengandung.

Penggunaan suplemen vitamin C & E ketika hamil dapat menghalangi


pemecahan membran janin. Ketika hamil, jumlah serum vitamin C turun secara
mendadak disebabkan oleh pengambilan zat oleh janin (Prinsip Terapi Rawatan ketika
hamil,1998). Jumlah pengambilan per hari untuk vitamin C bagi ibu hamil adalah
67% lebih tinggi berbanding dengan wanita yang tidak hamil dan tidak menyusui
(WHO,1996). Wanita yang mengkomsumsi vitamin C denagan kadar yang rendah
memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kelahiran prematur.

Manfaat Ester-C Plus:

1. Meningkatkan system kekebalan tubuh.

2. Sebagai antioksidan alami.

3. Menjaga elastisitas kulit.

Ester-C Plus adalah vitamin C generasi terkini yang memiliki kelebihan

1. Memiliki pH netral, sehingga aman bagi lambung.

2. Lebih cepat diserap tubuh.

3. Kandungan dalam darah 2 kali lipat lebih tinggi.

4. Kadarnya dalam leukosit 4 kali lebih tinggi.

25
5. Kadar yang dikeluarkan melalui urin 3 kali lebih kecil dan 2 kali lebih
lambat.

6. Kadar oksalat dalam urin 5 kali lebih rendah, sehingga kecil kemungkinan
terjadinya batu ginjal.

7. Memiliki efek anti-scurvy/skorbut (sariawan) lebih cepat dan lebih baik.

BAB VIII

BAHAYA ESTER

Perkembangan yang sangat pesat dari industri polimer sintetik membuat


kehidupan kita selalu dimanjakan oleh kepraktisan dan kenyamanan dari produk yang
mereka hasilkan. Bahkan plastik dianggap sebagai salah satu ciri kemunculan zaman
modern yang ditandai dengan kehidupan yang serba praktis dan nyaman. Namun,
beberapa laporan ini menguak sisi lain dari kemudahan yang diberikan oleh bahan-
bahan yang terbuat dari polimer sintetis.

Kebanyakan plastik seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh
ditambahkan dengan suatu bahan pelembut (plasticizers). Bahan pelembut ini
kebanyakannya terdiri atas kumpulan ftalat (ester turunan dari asam ftalat). Beberapa
contoh pelembut adalah epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate
(DEHA), dan bifenil poliklorin (PCB) yang digunakan dalam industri pengepakan dan
pemrosesan makanan, acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di(-2ethylhexyl) phthalate
(DEHP) yang digunakan dalam industri pengepakan film (Sheftel, 2000).

Namun, penggunaan bahan pelembut ini yang justru dapat menimbulkan


masalah kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan bahan pelembut seperti PCB
sekarang sudah dilarang pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan
dan kanker pada manusia (karsinogenik). Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan
penyakit yang dikenal sebagai yusho. Tanda dan gejala dari keracunan ini berupa

26
pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan
kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam
kandungan serta bayi lahir cacat.

Contoh lain bahan pelembut yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA.
Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang menggunakan bahan
pelembut DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan
pelembut ini ke dalam makanan. Data di AS pada tahun 1998 menunjukkan bahwa
DEHA dengan konsentrasi tinggi (300 kali lebih tinggi dari batas maksimal DEHA
yang ditetapkan oleh FDA/ badan pengawas obat makanan AS) terdapat pada keju
yang dibungkus dengan plastik PVC (Awang MR, 1999).

DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormon


kewanitaan pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat
merusakkan sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain
mengakibatkan kanker hati (Awang MR, 1999). Meskipun dampak DEHA pada
manusia belum diketahui secara pasti, hasil penelitian yang dilakukan pada hewan
sudah sepantasnya membuat kita berhati-hati.

Berkaitan dengan adanya kontaminasi DEHA pada makanan, Badan Pengawas


Obat dan Makanan Eropa telah membatasi ambang batas DEHA yang masih aman
bila terkonsumsi, yaitu 18 bpj (bagian per sejuta). Lebih dari itu dianggap berbahaya
untuk dikonsumsi.

Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita
terkontaminasi oleh DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus
makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat
dari polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya).

Bahaya lain yang dapat mengancam kesehatan kita adalah jika membakar
bahan yang terbuat dari plastik. Plastik memiliki tekstur yang kuat dan tidak mudah
terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh karena itu seringkali kita membakarnya
untuk menghindari pencemaran terhadap tanah dan air di lingkungan kita (Plastik dari
sektor pertanian saja, di dunia setiap tahun mencapai 100 juta ton. Jika sampah plastik
ini dibentangkan, maka dapat membungkus bumi sampai sepuluh kali lipat). Namun

27
pembakaran plastik ini justru dapat mendatangkan masalah tersendiri. Plastik yang
dibakar akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan
sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan. Pembakaran PVC akan
mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen
manusia. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan
menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat.

Pekerja-pekerja wanita dalam industri getah, plastik dan tekstil seringkali


mengalami kejadian bayi mati dalam kandungan dan ukuran bayi yang kecil. Kajian
terhadap 2,096 orang ibu dan 3,170 orang bapak di Malaysia pada tahun 2002
menunjukkan bahwa 80% wanita menghadapi bahaya kematian anak dalam
kandungan jika bekerja di industri getah dan plastik dan 90% wanita yang suaminya
bekerja di industri pewarna tekstil, plastik dan formaldehida.

Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri
makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai contoh
adalah penggunaan kantong plastik hitam (kresek) untuk membungkus makanan
seperti gorengan dan lain-lain. Menurut Made Arcana, ahli kimia dari Institut
Teknologi Bandung yang dikutip Gatra edisi Juli 2003, zat pewarna hitam ini kalau
terkena panas (misalnya berasal dari gorengan), bisa terurai, terdegradasi menjadi
bentuk radikal. Zat racun itu bisa bereaksi dengan cepat, seperti oksigen dan
makanan. Kalaupun tak beracun, senyawa tadi bisa berubah jadi racun bila terkena
panas. Bentuk radikal ini karena memiliki satu elektron tak berpasangan menjadi
sangat reaktif dan tidak stabil sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan terutama
dapat menyebabkan sel tubuh berkembang tidak terkontrol seperti pada penyakit
kanker. Namun, apakah munculnya kanker ini disebabkan plastik itu atau karena
mengkonsumsi makanan tercemar kantong plastik beracun, harus dibuktikan. Sebab,
banyak faktor yang menentukan terjadinya kanker, misalnya kekerapan orang
mengonsumsi makanan yang tercemar, sistem kekebalan, faktor genetik, kualitas
plastik, dan makanan. Bila terakumulasi, bisa menimbulkan kanker.

Styrofoam yang sering digunakan orang untuk membungkus makanan atau


untuk kebutuhan lain juga dapat menimbulkan masalah. Menurut Prof Dr Hj Aisjah
Girindra, ahli biokimia Departemen Biokimia FMIPA-IPB, hasil survei di AS pada

28
tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung
styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan
kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala
gangguan saraf.

Lebih mengkhawatirkan lagi bahwa pada penelitian di New Jersey ditemukan


75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu
menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang sama
juga menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-
ibu yang sedang mengandung. Terpapar dalam jangka panjang, tentu akan
menyebabkan penumpukan styrene dalam tubuh. Akibatnya bisa muncul gejala saraf,
seperti kelelahan, gelisah, sulit tidur, dan anemia.

Selain menyebabkan kanker, sistem reproduksi seseorang bisa terganggu.


Berdasarkan hasil penelitian, styrofoam bisa menyebabkan kemandulan atau
menurunkan kesuburan. Anak yang terbiasa mengonsumsi styrene juga bisa
kehilangan kreativitas dan pasif.

Mainan anak yang terbuat dari plastik yang diberi zat tambahan ftalat agar
mainan menjadi lentur juga dapat menimbulkan masalah. Hasil penelitian ilmiah yang
dilakukan para pakar kesehatan di Uni Eropa menyebutkan bahwa bahan kimia ftalat
banyak menyebabkan infeksi hati dan ginjal. Oleh karena itu Komisi Eropa melarang
penggunaan ftalat untuk bahan pembuatan mainan anak.

Ancaman kesehatan yang terakhir (sebenarnya masih cukup banyak contoh


lainnya) datang dari kegiatan yang sering tidak sadar dilakukan (atau mungkin karena
ketidaktahuan). Seperti yang lazim dilakukan apabila hendak memakan suatu
makanan yang panas (misalnya gorengan) atau mencegah tangan terkotori oleh
minyak dari gorengan tersebut, maka kita melapisi makanan tersebut dengan kertas
tisu. Padahal hal tersebut sebenarnya dapat mengancam kesehatan.

Zat kimia yang terkandung dalam kertas tisu yang kita gunakan dapat
bermigrasi ke makanan yang kita lapisi. Zat ini biasanya sering disebut pemutih klor
yang memang ditambahkan dalam pembuatan kertas tisu agar terlihat lebih putih

29
bersih. Zat ini bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Oleh karena itu
jangan menggunakan bahan ini untuk melapisi makanan yang panas atau berlemak.

Bahaya lipstik yang mengandung ester

Lipstik digunakan terutama oleh para wanita untuk menambah warna pada
wajah sehingga tampak lebih segar, membentuk bibir, serta memberi ilusi bibir lebih
kecil atau besar tergantung warna yang digunakan.

lipstik mengandung malam dan minyak, biasanya adalah minyak kastor yang
merupakan minyak nabati. Tetapi tergantung pada jenis produknya, dapat juga berupa
minyak mineral atau minyak lanolin atau juga pelarut lain yang akan bercampur
dengan baik dengan komponen lain serta pewarnanya. Konsentrasi komponen lain
dihitung dari jumlah pelarut utama yang digunakan. Selain itu yang perlu diketahui
juga adalah produk yang menggunakan minyak mineral akan kurang berkilau
dibandingkan dengan yang menggunakan minyak nabati.

Malam atau waxes.

Komponen ini merupakan bahan perekatnya yang akan menghasilkan struktur


kristal yang kuat. Hal ini merupakan unsur utama untuk membuat lipstik yang baik.
Malam yang paling umum digunakan adalah Candelilla, Carnauba dan Beeswax.
Semuanya adalah malam alami. Candelilla dan Carnauba akan menghasilkan
perekatan dan kilau yang kuat. Tetapi jika terlalu banyak akan membuat lipstik
menjadi rapuh, mudah patah. Beeswax sangat baik untuk mencegah kerutan.
Konsentrasi malam dalam produk dapat bervariasi tergantung pada seberapa padat
produk akhirnya dan berapa harganya. Biasanya berkisar antara 10-25% tergantung
pada kekerasan dan titik lebur malam yang dipilih. Pengurangan jumlah malam akan
membawa produk lebih ke arah jenis lip gloss.

Minyak

Minyak ini menentukan seluruh sifat dari produk lipstik. Biasanya adalah
ester. Ester adalah produk reaksi antara alkohol lemak dan asam lemak. Ester ini juga
dapat berada dalam bentuk yang bermacam-macam. Dapat padat, pasta, kental, encer,
mudah masuk ke dalam kulit dan lain-lain. Dimungkinkan banyak sekali
30
kombinasinya untuk membentuk sifat yang dapat dirasakan pada bibir. Minyak ini
berfungsi sebagai emollient (mempermudah penyebaran atau pengolesan), pelembab,
penambah licin, pemberi kilau, agen pembuat tak berkilau (matifying) dan penambah
SPF (Sun Protection Factor). Ester dapat pula berupa senyawa aktif seperti tabir surya
(oktil metoksisinamat). Persentase tabir surya yang digunakan tergantung pada
senyawanya dan SPF produknya.

Beberapa ester yang dapat digunakan adalah isopropil palmitat, isostearil


neopentanoat dan miristil laktat (ester yang dapat meleleh pada suhu kulit) dan
banyak lagi lainnya. Ester-ester ini dapat memberikan karakteristik yang diperlukan
dalam sebuah lipstik. Minyak lain yang dapat digunakan adalah minyak alami yang
diperoleh dari tumbuhan. Dapat berupa minyak yang didapat dari zaitun, apokat,
wijen, gandum, jagung, biji makadamia, atau biji-bijian lainnya. Minyak lanolin yang
diperoleh dari lemak wool dapat juga digunakan. Semuanya menambah perbedaan
karakter dari lipstik dan memberikan sifat-sifat fungsional seperti yang tercantum
dalam labelnya. Persentase dari ester dan minyak lainnya dapat sangat tinggi bahkan
kadang jumlahnya hampir menyamai pelarut yang digunakan.

Kandungan lainnya biasanya ditambahkan karena fungsinya dan biasanya


memiliki konsentrasi tidak terlalu tinggi. Ada pengawet yang berupa senyawa larut
dalam minyak misalnya propil paraben atau fenoksietanol. Ada juga senyawa larut
dalam minyak seperti vitamin A, E, B, dan C yang berfungsi sebagai antioksidan dan
senyawa penjerap radikal bebas. Senyawa-senyawa ini digunakan masing-masing
sekitar 0,5% tergantung pada sifat produk yang tertulis pada labelnya. Terdapat juga
pewangi yang bisa sebagai karakteristik mereknya atau digunakan pada tingkat rendah
hanya untuk menutupi rasa dan bau malamnya.

Terakhir tentunya adalah pewarna. Terdapat banyak pewarna yang digunakan


baik organik maupun anorganik untuk mendapatkan perbedaan warna yang
diinginkan. Beberapa pewarna yang dapat digunakan untuk lipstik adalah merah (C.I.
15850), orange (C.I. 45370), putih (TiO2, pigmen anorganik), putih (ZnO, pigmen
anorganik). Ukuran partikel pigmen yang digunakan sekitar 3-5 micron. Mutiara dan
pigmen berefek lain juga dipakai untuk menambah cahaya dan gemerlapnya lipstik.
Pewarna bisa sekitar 4-5% sampai 15-20% tergantung pada merek dan tren fashion.

31
Bahaya parfum

Parfum atau pewangi telah digunakan sejak zaman dahulu kala terutama oleh
kaum wanita. Penggunaanya mulai dari upacara keagamaan, pernikahan atau bahkan
kematian dimana setiap moment memiliki aroma tersendiri. Seiring dengan
perkembangan zaman, penggunaan ini semakin berkembang. Pewangi atau parfum
digunakan pada setiap produk, mulai dari produk kebutuhan wanita, hingga produk
kebutuhan rumah tangga seperti cairan pembersih bahkan obat anti nyamuk. Produk
yang memiliki wewangian yang khas dan menarik memang cukup digemari oleh
masyarakat, karena memang kesan bersih, segar dan menyenangkan akan ditimbulkan
dari wewangian tersebut.

Dibawah ini terdapat beberapa tabel yang memberikan informasi tentang


kandungan wewangian sintesis serta beberapa efek samping yang akan ditimbulkan
jika terhirup dalam jumlah yang banyak dan kontinyu.

Bahan Yang
Aroma (%BeratBersih) Tanda Keracunan
di Kandung

Fruity-
Jeruk ,
fragrance 86- Limonin > 50% kanker, peradangan pada mata dan kulit
lemon
173

Lavender-
Lavender fragrance 93- Linalool 10-50% Gangguan pernafasan
054

Peradangan pada mata dan kulit, jika


Tomato Oil Propilin glikol >
Tomat tertelan dan terhirup dapat
010 50%
menyebabkan pingsan dan tak sadar

32
Spearmint oil Menyebabkan peradangan pada mata
Pepermint Karvon > 50%
660 dan kulit.

Spring
Musim Flowers Gangguan pernafasan dan sistem saraf,
Karbitol 10 – 50%
bunga Fragrance peradangan mata.
5975

Lesu lemah mual, muntah, sakit perut,


Peppermint 1-Menthol 10 – vertigo, hilang keseimbangan
Pepermint
501 50% pergerakan anggota badan, mengantuk
dan koma

Linalil asetat,
Buah- Bergamont Gangguan pernafasan, peradangan mata
lomonin, linalool,
buahan Oil 100 dan kulit.
10 – 50%

Bunga- Bouquet Benzal asetat 10 – Kanker pankreas, peradangan mata,


bungaan Floral 3881 50% saluran pernafasan dan batuk.

Peradangan sistem pernafasan dan kulit,


Kulit Kayu Cinnamon Oil Sinamik Aldehid >
mengantuk. Jika tertelan menyebabkan
Manis 950 50%
muntah, sakit perut dan diare.

Mengganggu sistem pernafasan,


kerusakan paru-paru, vertigo, denyutan
Wangi Alpha Pinene jantung meningkat, pusing, halusinasi,
a-Pinen 97.5%
Cemara P&F kebakaran dan kesan terbakar pada
kulit, konjunktivitas, merusakkan
sistem pertahanan badan.

Peradangan lapisan mucus pada-paru,


Alpha
pneumonitis, susah bernafas,
Lila Terpineol P & a-Terpineol 88.5%
kehilangan koordinasi anggota badan,
F, FCC
sakit kepala.

Kandungan Wangian

33
Setiap produk wewangian mengandung pelarut tambahan yang berfungsi
sebagai media atau fondation baik parfum itu asli atau sintesis. Persentase kandungan
bahan kimia dalam parfum antara kisaran 30 % tergantung dari jenis produknya.
Namun dari beberapa analisa pasar, 95 % bahan kimia yang terkandung di dalam
produk wangian adalah bahan kimia sintetik yang berbahan dasar petroleum yang
merupakan turunan benzena, aldehid atau zat yang umumnya terkenal beracun. Salah
satu organisasi di Amerika yang menangani masalah kesehatan lingkungan
menemukan zat kimia beracun dari 815 sampel yang mereka ambil. Tes yang
dilakukan pada tahun 1991 menemukan zat-zat yang terkandung adalah kloroform
yang dapat juga ditemui pada pelembut pakaian dan p-diklorobenzena yang telah
diketahui bersifat karsinogenik pada produk penyegar ruangan dengan dosis yang
tinggi.

Selain itu juga terdapat pengharum yang beraroma musk, yang dicurigai
mengakibatkan sakit kepala dan juga bersifat karsinogenik meskipun pada kandungan
yang lemah. Berdasarkan riset dari FDA pada tahun 1968-1972, bahan kimia seperti
alfa-terpineol, benzil asetat, benzil alcohol, limonin, lioanalol yang sering terdapat
dalam kosmetik, bahan-bahan ini dicurigai sering memberikan efek samping pada
kulit pemakai.

Bahaya Kesehatan

Salah satu ciri keracunan yang disebabkan oleh bahan kimia yang terdapat
dalam zat pewangi yang ditambahkan dalam suatu produk pembersih dan kosmetik
adalah asma, kanker, cacat janin pada bayi dalam kandungan, keguguran, gangguan
pada syaraf, seperti Parkinson , alzeimer, dll. Identifikasi ini dapat ditemukan baik
dalam jangka panjang atau pendek

Pada tahap awal keracunan dapat diidentifikasi melalui reaksi seseorang


terhadap suatu produk tertentu yang dicurigai mengandung bahan pewangi sintetik
yang mengandung zat kimia yang berbahaya. Walaupun pada tahap ini hanya sebagian
orang yang sensitif yang menunjukkan tanda-tanda keracunan, sama bentuknya
seperti seseorang yang alergi terhadap debu. Sedangkan sebagian individu yang lain
bisa jadi tidak menunjukkan reaksi apapun pada tahap awal pemakaian produk.
Namun pada pemakaian produk yang sama dalam jangka waktu lama dan berulang-
34
ulang barulah terlihat gejala keracunan dengan kondisi yang akut dan sulit
disembuhkan seperti kanker atau penyakit berat lainnya. Produk yang dapat
memberikan efek langsung kepada pemakai sehingga dapat diidetifikasi tanda
keracunan adalah produk yang biasanya berkontak langsung dengan sistem
pernafasan, seperti pengharum ruangan, colone, minyak wangi semprot, hairspray,
kuteks, dan lain-lain . Efek akan lebih berbahaya terutama pemakaian yang bersifat
semburan pada bagian tubuh dalam bentuk gas, sehingga terjadi kontak langsung pada
sistem pernafasan mulai dari bagian hidung, faring, laring, paru-paru dan seterusnya
keanggota tubuh bagian lain yang disalurkan melalui sistem peredaran darah. Untuk
produk yang digunakan pada bagian luar yaitu pada kulit seperti sabun, shampoo,
krim pencukur, pemutih pakaian, detergen, pelembut pakaian, dan lain sebagainya
proses keracunan terjadi saat produk yang dipakai menyerap pada pori-pori kulit dan
memasuki aliran darah dan seterusnya pada bagian anggota tubuh bagian dalam.

Dibawah ini table bahan kimia dan efek samping yang biasa di rasakan oleh
manusia, yang terkandung dalam produk rumah tangga dan kosmetik yang
mengandung parfum atau pewangi seperti minyak wangi, deodorant, colone, penyegar
udara, sabun pencuci piring, hairspray, detergent dan lain sebagainya.

Kandungan Bahan Kimia Tanda keracunan / Efek samping

3-Butane-2-one Peradangan pada kulit dan sistem pernafasan

Menganggu sistem saraf pusat, kekeringan pada mulut dan


Aseton tenggorokan, pusing, lesu, hilang keseimbangan, tidak
sadarkan diri, dan koma.

Siklopentana(g)-2-
Peradangan pada kulit, mata dan saluran pernafasan.
benzopiran

Lesu, Peradangan pada mata dan bagian atas sistem


Etanol pernafasan, pusing, penglihatan yang kabur, hilang
keseimbangan, kesemutan..

Sakit kepala, kulit kering dan pecah-pecah, kekurangan


Etil asetat darah, kerusakan hati dan ginjal, Peradangan pada mata
dan saluran pernafasan

35
Fenol, Ester Gangguan sistem saraf, kanker

Hidrosinamaldehid, p-tert- Pingsan, sulit bernafas, gangguan sistem reproduktif pada


butil-alfa-metil pria

kanker, sesak nafas (karena dimetabolisme karbon


Metilen Klorida
monoksida), sakit kepala, pusing, lelah, sensitif

Phenol, 2,60bis(1,1-
Gangguan pada janin dan sistem reproduksi.
dimetileti)-4-metil

Mengganggu sistem saraf pusat, peradangan pada mulut,


Benzaldehid tenggorokkan, mata, kulit, paru-paru, lesu, sakit perut dan
kerusakan ginjal.

Alergi pada kulit, Peradangan pada mata, hidung dan


Kamper (kapur barus)
tenggorokkan, pusing, lesu dan tak sadarkan diri.

Peradangan pada sistem pernafasan, pusing, lesu, muntah,


Benzil alkohol tekanan darah rendah, gangguan sistem saraf, kesulitan
bernafas.

Peradangan pada mata, kulit, saluran pernafasan paru-


Karbitol
paru.

Tanda Keracunan

Pada umumnya keracunan zat pewangi di tandai oleh beberapa gejala berikut
berdasarkan departemen kesehatan di Kanada (tahun 1990) yaitu mata berair,
penglihatan berganda, bersin, sesak nafas, alergi ringitis, sinusitis, tinunitus, pusing,
vertigo, batuk, bronkitis, sulit bernafas, sesak nafas, asma, anafilaksis, migrain,
disorientasi, kehilangan ingatan bertahap, ketegangan, alergi akut, kemurungan,
perubahan tingkah laku, memar pada kulit, peradangan otot dan sendi, sakit, lemah,
denyutan jantung yang tidak teratur atau lebih cepat.

36
BAB IX

SINTESIS METIL ESTER SEBAGAI ADITIF BAHAN BAKAR SOLAR DARI


MINYAK SAWIT

Sintesis Metil Ester Sebagai Aditif Bahan Bakar Solar dari Minyak Sawit

Untuk mengurangi kandungan NOx, HC, dan partikulat yang dihasilkan dari
penggunaan solar, dapat dilakukan dengan meningkatkan angka setana (cetane
37
number/CN) karena solar dengan angka setana yang lebih tinggi akan menurunkan
ignition delay dan meningkatkan kwalitas pembakaran.
Salah satu cara meningkatkan angka setana adalah penambahan aditif pada
solar. Aditif komersial yang merupakan senyawa organik nitrat adalah Ethyl Hexyl
Nitrate (EHN). Pada penelitian ini dilakukan pembuatan aditif yang berasal dari
minyak sawit menggunakan NH4NO3 dengan proses katalisis asam. Hasil reaksi
adalah metil ester (ME) yang memiliki struktur mirip EHN. Spektra IR hasil reaksi
menunjukkan adanya ME yang diindikasikan dengan munculnya spektrum NO2 pada
1635 cm-1. Hal ini mengindikasikan bahwa MEN dapat disintesa dengan metode
nitrasi dan yield yang dihasilkan adalah 73%. Penambahan 0,5% ME ke dalam solar
menyebabkan peningkatan CN solar dari 44 menjadi 47.
Penggunaan mesin diesel saat ini sudah sangat luas dan dapat dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Pengguna mesin diesel yang terbesar adalah sektor
transportasi, sehingga kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang polutan
berbahaya seperti NOx, SOx, dan partikulat yang dapat menyebabkan polusi udara.
Saat ini, polusi udara akibat gas buangan kendaraan bermotor sudah sangat
memprihatinkan. Untuk mengurangi laju polusi udara ini maka perlu dilakukan
perbaikan pada mesin diesel dan bahan bakar solar. Selain untuk mengurangi laju
polusi udara, perbaikan kualitas bahan bakar solar sangat diperlukan karena bahan
bakar solar Indonesia masih memiliki angka setana yang rendah.
Angka setana yang rendah menyebabkan mesin memerlukan ignition delay
yang panjang dan menyebabkan pembakaran tidak sempurna, boros bahan bakar,
berisik, bergetar serta mengeluarkan polutan dalam jumlah besar.
Peningkatan angka setana ini dapat dilakukan dengan cara penambahan aditif
pada solar. Aditif yang telah komersial adalah Ethyl Hexyl Nitrate (EHN). Disamping
itu, dikenal juga beberapa aditif peningkat angka setana seperti senyawa peroksida
dan alkohol.
Aditif EHN ini merupakan senyawa organik nitrat yang disintesis dari turunan
minyak bumi sehingga merupakan bahan yang tak terbarukan selain berharga relatif
mahal karena proses sintesanya memiliki jalur yang cukup panjang. Minyak sawit
merupakan bahan terbarukan yang mengandung senyawa organik dengan struktur
rantai hidrokarbon yang panjang.

38
Teknologi reaksi kimia organik dapat dipakai untuk merekayasa struktur
hidrokarbon minyak sawit untuk diubah menjadi menyerupai EHN. Oleh karena itu,
dilakukan sintesis senyawa organik dari minyak sawit dengan metode nitrasi. Metode
ini telah dikenal sebagai metode yang sangat tepat untuk mensubstitusi gugus nitroso
kedalam senyawa hidrokarbon. Hasil dari reaksi ini ialah metil ester (ME).
ME dengan struktur yang mirip EHN diharapkan memiliki CN yang tinggi
sehingga dapat berfungsi sebagai aditif peningkat CN untuk solar. Senyawa organik
dari minyak sawit memiliki peluang untuk dijadikan aditif peningkat CN karena
minyak sawit dalam bentuk metil ester (biodiesel) memiliki angka setana yang tinggi
yaitu 62,4. Sedangkan ME adalah derivat dari biodisel yang memiliki gugus nitroso
seperti aditif komersial (EHN)
Ester yang memiliki viskositas setara dengan minyak solar dijadikan produk
antara agar ME memenuhi syarat untuk dicampurkan kedalam solar, terutama syarat
viskositas. ME yang terbentuk diharapkan dapat meningkatkan angka setana sampai
3-7 seperti yang terjadi pada penambahan aditif EHN.

Sintesa Ester
Pada sintesa ester dilakukan titrasi untuk menghitung jumlah NaOH yang
dibutuhkan sebagai katalis. Metode yang dipakai ialah mereaksikan NaOH dengan
campuran isopropil alkohol dan minyak sawit sampai pH = 8-9. Menggunakan
sejumlah NaOH yang telah ditentukan dengan metode tersebut, dilakukan pembuatan
sodium metoksida (CH3ONa) dengan cara mereaksikan NaOH dan CH3OH dalam
labu reaksi pada kondisi tekanan dan suhu kamar.
Reaksi transesterifikasi dilakukan dengan mencampurkan minyak sawit dan
CH3ONa. Hasil yang diperoleh diendapkan dan kemudian dipisahkan antara gliserin
dan metil ester. Metil ester yang diperoleh dicuci sampai pH = 7 (netral) lalu
dipanaskan untuk menghilangkan kadar air dalam metil ester tersebut.

Sintesa Metil Ester (ME)


Sintesa metil ester (ME) dilakukan dengan mereaksikan ester dengan
NH4NO3. Reaksi yang terjadi adalah
R’COOCH3 + NO2 R’CONO2CH3 + H3O

39
Hasil dari reaksi ini lalu dimurnikan dengan cara refluks, lalu dicuci dengan air untuk
menghilangkan asam dan ditambahkan CaCl2 anhidris untuk mengemulsi air yang ada
akibat pencucian.
Pengukuran Densitas dan Suhu Distilat
Pengukuran densitas dilakukan dengan menggunakan piknometer sedangkan
pengukuran suhu distilat dilakukan dengan menggunakan unit distilasi. Pengukuran
ini dilakukan untuk menghitung Cetane Index (CI) yang nantinya digunakan untuk
menghitung angka setana.

Karakterisasi Metil Ester Dengan IR


Uji karakterisasi IR dilakukan untuk mengetahui keberadaan gugus fungsi
pada senyawa organik yang dihasilkan dan melihat besarnya serapan untuk
menghitung yield reaksi.

Hasil dan Pembahasan


Hasil yang diperoleh dari sintesa ester dan metil ester (ME) adalah ester yang
berwarna kuning jernih dan lebih jernih dari warna minyak sawit yang digunakan.
Hasil sintesis berupa campuran padat dan cair, padatan yang terbentuk merupakan
campuran antara sabun dan gliserin sedangkan cairan yang berada dibagian atas
adalah metil ester. Secara visual dapat dianalisis bahwa metil ester memiliki viskositas
yang jauh lebih rendah dari minyak sawit.
ME hasil sintesis berwarna coklat tua. Warna ME hasil sintesis tersebut
berbeda dengan warna EHN yang berwarna kuning jernih. Hal ini disebabkan bahan
baku yang berbeda antara sintesis ME dan EHN. Walaupun terjadi perbedaan warna
antara keduanya, ME memiliki kelarutan yang sama dengan EHN dimana keduanya
larut sempurna dalam solar. ME hasil sintesis masih tercampur dengan sisa asam dan
sisa katalis sehingga harus dipisahkan dengan dekantasi. ME berada dibagian atas
campuran sedangkan asam dan katalis dibagian bawah.
Hasil pemisahan merupakan ME dengan pH antara 1 sampai 2. Proses
pencucian 2 sampai 3 kali dengan air akan menaikkan pH ME mendekati 6.
Mengingat pH minyak solar juga berkisar antara 6, maka pH ME sebesar 6 dapat
dianggap memenuhi syarat untuk dicampurkan kedalam solar sebagai aditif.

40
Karakterisasi IR
Karakterisasi IR dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif gugus nitrat
pada ME. Adanya gugus ini mengindikasikan keberhasilan sintesis dan memberikan
kemungkinan bahwa ME memiliki CN yang tinggi setara dengan EHN. Karakterisasi
ini dilakukan terhadap sampel solar, metil ester, ME, solar + ME dalam berbagai
konsentrasi, dan asam nitrat (1%) yang dipakai sebagai pembanding.
Pada Gambar 1 dapat dilihat perbandingan antara spektra asam nitrat (1%),
metil ester dan MEN dimana pada spektra ammonium nitrat (Gambar 1.a)
memperlihatkan adanya gugus fungsi yang terdapat pada spektra 1635 cm-1. Pada
ME juga ditemukan spektra pada 1635 cm-1 (Gambar 1.c), sedangkan pada metil
ester tidak ditemukan spektra tersebut (Gambar 1.b). Hal ini menunjukkan bahwa ME
yang disintesis memiliki gugus nitrat dan mengindikasikan juga keberhasilan sintesis
dengan metode ini.
Dari indikasi terbentuknya senyawa metil ester seperti ditunjukkan pada
Gambar 1, maka ME hasil sintesis dapat diprediksi seperti terlihat pada Gambar 2.

Transmittance (%)
100

(a)

(b)

(c)

0
3000 2000 1000
Wavenumber cm-1

Gambar 1. Spektra IR (a)NH4NO3, (b) Ester (c)ME

NO2

R’ – C O – CH3

41
CH3

R’ = C-16
Gambar 2. Prediksi Rumus Bangun ME

CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH – CH2 – O – NO2


CH2
CH3
Gambar 3. Rumus Bangun EHN

Apabila rumus bangun ME pada Gambar 2 dibandingkan dengan rumus


bangun EHN pada Gambar 3, terlihat kemiripan antara keduanya. Karena kemiripan
antara dua senyawa organik nitrat ini, diharapkan ME juga memiliki sifat seperti EHN
yaitu dapat meningkatkan angka setana minyak solar.
Selanjutnya, untuk mengetahui kelarutan dan homogenitas ME dalam solar
dilakukan juga analisis menggunakan spektra IR terhadap solar dan campuran solar
dengan ME dimana sampel diambil pada beberapa posisi dalam labu pencampur.
Spektra IR campuran solar dan ME pada berbagai komposisi menunjukkan adanya
spektra nitrat pada 1635 cm-1 dengan intensitas yang sama untuk setiap posisi
pengambilan sampel. Hal ini mengindikasikan bahwa ME larut sempurna dalam solar
sehingga terbentuk campuran yang homogen. Kelarutan sempurna aditif dalam solar
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi karena pengendapan aditif akan
menganggu kinerja pompa injektor serta menimbulkan kerak di ruang bakar.

Perhitungan Cetane Index (CI) dan Cetane Number (CN)


CN dapat ditentukan dengan metode ASTM D-631 menggunakan mesin uji.
CN dapat juga diprediksi menggunakan angka Cetane Index (CI) yang merupakan
fungsi titik didih komponen penyusun solar serta densitas solar. Metode ini dapat
dilakukan dalam skala laboratorium dengan peralatan gelas standar.
Perhitungan CI dilakukan dengan menggunakan persamaan ASTM D- 976 dan
ASTM D-4737.
Persamaan ASTM D-976 adalah sebagai berikut:

CCI = 454. 74 –1641.416 * ρ + 774.74 ρ2 – 0.554 *T50 + 97.83 * (Log T50)

42
Sedangkan persamaan ASTM D-4737 dapat dituliskan sebagai berikut:

CCI = 45.2 + (0.0892) (T10N) + [0.131 + (0.901) (B)] (T50N) + [0.0523 –


(0.420) (B)] (T90N) + (0.00049) [(T10N)2 – (T90N)2] + (107) (B) + (60) (B2)

dimana :
"#CCI = cetane indeks hasil perhitungan
"#D=ρ= densitas solar atau solar + aditif pada 15oC
"#DN = D – 0.85
"# B=[e(-13.5)(DN)] − 1
"#T10 = suhu ketika 10 % distilat terbentuk
"#T10N = T10 – 215
"#T50 = suhu ketika 50 % distilat terbentuk
"#T50N = T50 - 260
"#T90 = suhu ketika 90 % distilat terbentuk
"#T90N = T90 – 310

Penambahan metil ester nitrat atau aditif pada solar tidak berpengaruh secara
langsung terhadap CI apabila penambahan tersebut tidak merubah densitas dan
temperatur distilat. Akan tetapi karena densitas dan temperatur distilat dari campuran
solar + metil ester nitrat tersebut berubah dengan naiknya konsentrasi aditif, maka
panambahan aditif jenis ini mempengaruhi CI yang nantinya berpengaruh pada CN.
Semakin besar densitas dan semakin tinggi suhu distilat maka semakin besar
nilai CI dan CN.

Perhitungan Yield Reaksi


Perhitungan yield reaksi dilakukan untuk menentukan berapa banyak nitrat
yang bereaksi dengan metil ester. Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan
hasil FTIR dari NH4NO3 dan metil ester nitrat yang telah ditambahkan asam asetat
(CH3COOH) sebagai zat pembanding.
Hasil dari perbandingan spektra ini menunjukkan bahwa asam asetat pada
NH4NO3 dan ME muncul pada spektrum 3394 cm-1 dan 3316 cm-1. Spektrum asam
43
asetat yang digunakan sebagai referensi untuk menghitung NO2 pada ME adalah yang
berada pada 3394 cm-1. Dengan menggunakan data tinggi puncak pada masing-
masing spektrum serta membandingkan dengan tinggi puncak pada spektrum
referensi.

Referensi

Hart, Harold.2003.kimia oranik edisi kesebelas.jakarta;erlangga

Makhdiyanti,A. Nasikin, M.2003.Sintesis Metil Ester Sebagai Aditif Bahan Bakar


Solar dari Minyak Sawit.jurnal teknologi:Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Program Studi Teknik Kimia Departemen Teknik Gas dan Petrokimia

http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/ester1/pembuatan_ester/

http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Ester

Jim Clark.2007.Hidrolisis Ester.Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia


http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/06/senyawa-ester.html

http://www.chem-is-
try.org/artikel_kimia/berita/ancaman_polimer_sintetik_bagi_kesehatan_manusia_bagi
an_ii/

44
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_material/lipstik-bukan-sekedar-
warna/

http://www.chem-is-
try.org/artikel_kimia/kimia_material/zat_kimia_dalam_wewangian/

http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita/antioksidan_dan_radikal_bebas/

http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/ester1/pengantar_ester/

45

Anda mungkin juga menyukai