PENDAHULUAN
Ester merupakan senyawa yang penting dalam industri dan secara biologis.
Ester yang merupakan turunan asam karboksilat yang mana gugus – OH pada asam
karboksilat ( RCOOH ) diganti menjadi gugus –R ( alkil ) sehingga menjadi ester
dengan rumus RCOOR. Ester terdapat pada hampir semua makhluk hidup terutama
tumbuh-tumbuhan. Ester mempunyai sifat kimia yang sangat khas yaitu berbau cukup
menyengat terutama berbau harum, sehingga ester banyak diproduksi oleh makhluk
hidup untuk menarik lawan jenis maupun untuk membantu metabolisme dan
aktivitasnya terutama pada tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk menarik
serangga untuk membantu penyerbukan yang mana bau tersebut berasal dari
campuran yang kompleks dari ester volatil. Oleh karena sifatnya itu ester banyak
dimanfaatkan oleh manusia, baik yang diekstrak langsung dari tumbuh-tumbuhan dan
hewan ataupun disintetis melalaui reaksi-reaksi kimia.
Reaksi pembuatan ester yang paling dikenal adalah reaksi esterifikasi dimana
ester dibuat dari mreaksikan alkohol dan asam karboksilat pada suasana tertentu
sehingga menghasilkan ester. Pemanfaatan ester bagi kehidupan manusia mencangkup
pengunaan sebagai bahan pengharum ( parfum, deodoran, shampo, sabun dll ),
sebagai bahan baku biodiesel, dan paling sering dimanfaatkan terutama di indonesia
adalah dalam bentuk asam lemak bebas yang didapatkan dari kepala sawit dan
diproduksi dalam skala pabrik untuk membuat minyak sawit dan turunannya. Oleh
karena itu ester merupakan senyawa yang sangat bermanfaat dan banyak manfaat
yang akan kita dapatkan dari mempelajari senyawa ester terutama dalam industri
kimia.
1
BAB II
DEFINISI ESTER
Dalam kimia, ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk melalui
penggantian satu atau lebih atom hidrogen pada gugus hidroksil dengan suatu gugus
organik (biasa dilambangkan dengan R'). Asam oksigen adalah suatu asam yang
molekulnya memiliki gugus -OH yang hidrogennya (H) dapat terdisosiasi menjadi ion
H+.
Contoh :
1) CH3–COO–CH3 dimana R = R’ yaitu CH3
Ester mempunyai sifat kimia yang sangat khas yaitu berbau cukup menyengat
terutama berbau harum. Contoh ester yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan,
isopentenil asetat memiliki bau yang mirip dengan aroma buah pisang ataupun buah
pir. Butil butanoat seperti aroma nanas, sedangkan propil 2-metilpropanoat memberi
aroma rum (minuman). Karena sifatnya yang khas inilah ester banyak dimanfaatkan
oleh manusia baik dalam bidang industri, biologis dan keperluaan sehari-hari. Ester
dapat didapat dengan mengekstraksi dari tumbuh-tumbuhan ataupun hewan baik
secara tradisional maupun dengan teknologi yang maju, dan juga dengan mensintesis
dari asam karboksilat dan alkohol pada suasana tertentu.
BAB III
2
TATA NAMA ESTER
Ester turunan alkana diberi nama alkil alkanoat. Yang disebut alkil pada nama
itu adalah gugus karbon yang terikat pada atom O ( gugus R' ), sedangkan alkanoat
adalah gugus R-CO-. Atom C gugus fungsi masuk ke dalam bagian alkanoat.
Contoh :
3
Asam karboksilat dan turunannya diberi nama dengan menjumlahkan total
atom karbon dalam rantai – termasuk atom karbon yang terdapat pada gugus -COOH.
Jadi, misalnya, CH3CH2COOH adalah asam propanoat, dan CH3CH2COO adalah
gugus propanoat.
BAB IV
4
SIFAT-SIFAT ESTER
Titik didih
Ester-ester yang kecil memiliki titik didih yang mirip dengan titik didih
aldehid dan keton yang sama jumlah atom karbonnya.
Seperti halnya aldehid dan keton, ester adalah molekul polar sehingga
memiliki interaksi dipol-dipol serta gaya dispersi van der Waals. Akan tetapi, ester
tidak membentuk ikatan hidrogen, sehingga titik didihnya tidak menyerupai titik didih
asam yang memiliki atom karbon sama.
Sebagai contoh:
Ester-ester yang kecil cukup larut dalam air tapi kelarutannya menurun seiring
dengan bertambah panjangnya rantai.
Sebagai contoh:
5
etil metanoat HCOOCH2CH3 10.5
Penurunan kelarutan ini disebabkan oleh fakta bahwa walaupun ester tidak
bisa berikatan hidrogen satu sama lain, tetapi bisa berikatan hidrogen dengan molekul
air.
Salah satu atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah
molekul air bisa cukup tertarik ke salah satu dari pasagan elektron bebas pada sebuah
atom oksigen dalam sebuah ester sehingga sebuah ikatan hidrogen bisa terbentuk.
Tentu akan ada juga gaya dispersi dan gaya-tarik dipol-dipol antara ester dan
molekul air. Pembentukan gaya tarik ini melepaskan energi. Ini membantu menyuplai
energi yang diperlukan untuk memisahkan molekul air dari molekul air lainnya dan
molekul ester dari molekul ester lainya sebelum bisa bercampur.
Titik leleh
6
Gaya-gaya dipersi van der Waals memerlukan agar molekul-molekul mampu
berjejal sehingga bisa benar-benar efektif. Keberadaan ikatan rangkap C=C dalam
rantai bisa tersusun secara rapi.
Contoh :
Ini akan meningkatkan gaya tarik antara satu molekul dengan molekul
tetangganya sehingga meningkatkan titik leleh.
Tidak ada rotasi pada ikatan rangkap C=C sehingga posisi rantai terkunci
secara permanen. Ini menjadikan molekul-molekul lebih sulit merapat. Jika tidak
merapat dengan baik, gaya van der Waals tidak akan bekerja dengan baik.
7
Jika berada pada sisi ikatan rangkap yang berlawanan (bentuk trans) maka
efeknya tidak terlalu besar. Akan tetapi, keadaan sebenarnya lebih dari yang
ditunjukkan diagram berikut karena perubahan-perubahan sudut ikatan di sekitar
ikatan rangkap dibandingkan dengan pada bagian rantai yang lain.
Lemak dan minyak trans memiliki titik leleh yang lebih tinggi dibanding yang
berbetuk cis karena kerapatan molekulnya tidak terlalu dipengaruhi. Lemak dan
minyak tak-jenuh cenderung berbentuk cis.
Contoh :
R–COOR’ + H2O R–COOH + R’–OH
8
6. Ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan katalisator Ni dan dihasilkan
dua buah senyawa alkohol.
Contoh :
R–COOR’ + 2H2 R–CH2–OH + R’–OH
7. Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa membentuk garam
(sabun) dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi safonifikasi/
penyabunan. Reaksi ester (khususnya lemak dan minyak) dengan suatu basa
kuat seperti NaOH atau KOH menghasilkan sabun. Oleh karena itu reaksinya
disebut reaksi penyabunan (saponifikasi). Pada pembuatan sabun terbentuk
gliserol sebagai hasil sampingan
8. Hidrolisis
BAB V
REAKSI-REAKSI ESTER
4. Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti oleh pelepasan
molekul air menghasilkan ester.
Katalis-katalis yang cocok adalah zat berkarakter asam kuat dan, karena ini,
asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan
katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial (Soerawidjaja, 2006).
10
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari
trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan
menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-alkohol monohidrik
yang menjadi kandidat sumber/pemasok gugus alkil, metanol adalah yang paling
umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga
reaksi disebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik
dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester, FAME).
Ada dua metode yang digunakan dalam esterifikasi yaitu proses batch dan
proses kontinyu. Proses esterifikasi berlangsung dibawah tekanan pada suhu 200-
250°C. Pada reaksi kesetimbangan, air dipindahkan secara kontinyu untuk
menghasilkan ester. Henkel telah mengembangkan esterifikasi countercurrent
kontinyu menggunakan kolom reaksi dodel plate. Teknologi ini didasarkan pada
prinsip reaksi esterifikasi dengan absorpsi simultan superheated metanol vapor dan
desorpsi metanolwater mixture.
Reaksi ini menggunakan tekanan sekitar 1000 Kpa dan suhu 240 °C.
Keuntungan dari proses ini adalah kelebihan metanol dapat dijaga secara nyata pada
rasio yang rendah yaitu 1,5 : 1 molar metanol : asam lemak dibandingkan proses
batch dimana rasionya 3-4 : 1 molar. Metil ester yang melalui proses distilasi tidak
memerlukan proses pemurnian. Kelebihan metanol di rectified dan digunakan
kembali. Esterifikasi proses kontinyu lebih baik daripada proses batch. Dengan hasil
yang sama, proses kontinyu membutuhkan waktu yang lebih singkat dengan
kelebihan metanol yang lebih rendah.
1. Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan paling
lambat alkohol tersier
2. Ikatan rangkap memperlambat reaksi
11
3. Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi mempunyai
batas konversi yang tinggi
Golongan 1.
Dengan ester yang sangat mudah menguap, seperti metil format, metil asetat,
dan etil format, titik didih ester lebih rendah daripada alkohol, oleh karena itu ester
segera dapat dihilangkan dari campuran reaksi. Produksi metil asetat dengan metode
distilasi Bachaus merupakan sebuah contoh dari golongan ini. Metanol dan asam
asetat diumpankan ke dalam kolom distilasi dan ester segera dipisahkan sebagai
campuran uap dengan metanol dari bagian atas kolom. Air terakumulasi di dasar
tangki dan selanjutnya dibuang. Ester dan alkohol dipisahkan lebih lanjut dalam
kolom distilasi yang kedua.
Golongan 2.
Golongan 3.
V.II Transesterifikasi
Esterifikasi yang merupakan reaksi antara asam karboksilat dan alkohol untuk
membentuk ester adalah reaksi ionik yang merupakan kombinasi dari adisi dan
penyusunan kembali dengan reaksi sebagai berikut (Davidek dkk, 1990)
Esterifikasi asam-asam lemak dengan gliserol telah dikenal sejak 1844 dimana
Pelouze dan Getis menggunakan asam butirat. Rekais esterifikasi kimia sederhana
dapat dilakukan pada suhu tinggi tanpa menggunakan katalis dan pada suhu yang
lebih rendah dilakukan dengan katalis. Katalis asam seperti benzene dan asam
toluenasulfonat (toluenesulfonic acid) dianggap akan memberi hasil paling cepat
dengan mengeluarkan air yang terbentuk secara azotrop. Kecepatan reaksi tergantung
pada jenis asam dan alkohol yang digunakan (Willis dkk, 1998).
13
Produk ester yang dihasilkan selama esterifikasi tergantung pada perbandingan
asam dan alkohol. Untuk gliserida yang diesterifikasi sebagian digunakan jumlah
stoikiometri <3:1 anatar asam lemak dan gliserol. Produk kasar yang diperoleh
merupakan campuran dari asam-asam lemak dan gliserol yang tidak bereaksi,
monogliserida, digliserida (1,2- dan 1,3-) dan trigliserida.
Esterifikasi secara kimia antara asam dan gliserol, alkohol lainnya atau
gliserida partial merupakan metode untuk memasukkan (Inkorporasi) asam-asam
lemak untuk membentuk trigliserida baru (Willis dkk, 1998). Secara industri
esterifikasi kimia telah dilakukan untuk pembuatan trigliserida dan turunannya,
pewangi makanan (flavorings). dalam parfum (fragrances), plastisizer dan emulsifier
(Wiseman, 1983).
14
Hidrolisis ester-ester sederhana
Pengertian hidrolisis
Secara teknis, hidrolisis adalah sebuah reaksi dengan air. Reaksi inilah yang
sebenarnya terjadi ketika ester dihirolisis dengan air atau dengan asam encer seperti
asam hidroklorat encer.
Reaksi dengan air murni sangat lambat sehingga tidak pernah digunakan.
Reaksi ini dikatalisis oleh asam encer, sehingga ester dipanaskan di bawah refluks
dengan sebuah asam encer seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer.
Berikut dua contoh sederhana dari hidrolisis menggunakan sebuah katalis asam.
15
Hidrolisis menggunakan basa encer merupakan cara yang lazim digunakan
untuk menghidrolisis ester. Ester dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah basa
encer seperti larutan natrium hidroksida.
Ada dua kelebihan utama dari cara ini dibanding dengan menggunakan asam encer.
Reaksinya berlangsung satu arah dan tidak reversibel, dan produknya lebih mudah
dipisahkan.
V.IV Saponifikasi
16
Pembahasan ini berkaitan dengan hidrolisis basa (dengan menggunakan
larutan natrium hidroksida) ester-ester besar yang ditemukan dalam lemak dan
minyak hewani dan nabati.
Jika ester-ester besar yang terdapat dalam lemak dan minyak hewani dan
nabati dipanaskan dengan larutan natrium hdiroksida pekat, reaksi yang terjadi persis
sama dengan reaksi pada ester-ester sederhana. Terbentuk asam karboksilat dalam hal
ini, garam natrium dari sebuah asam besar seperti asam oktadekanoat (asam stearat).
Garam-garam ini merupakan komponen sabun yang penting – yaitu komponen yang
melakukan pembersihan.
Juga terbentuk alkohol – kali ini, alkohol yang lebih rumit, propan-1,2,3-triol
(gliserol).
Karena hubungannya dengan pembuatan sabun, hidrolisis ester dengan basa terkadang
disebut sebagai saponifikasi.
17
BAB VI
PEMBUATAN ESTER
Metode ini bisa digunakan denagn mereaksikan asam karboksilat dan alkohol
untuk menghasilkan ester, tetapi metode ini tidak berlaku bagi fenol – senyawa
dimana gugus -OH terikat langsung pada sebuah cincin benzen. Fenol bereaksi
dengan asam karboksilat dengan sangat lambat sehingga reaksi tidak bisa digunakan
untuk tujuan pembuatan.
18
Jadi, misalnya, jika ingin membuat etil etanoat dari asam etanoat dan etanol,
maka persamaan reaksinya akan menjadi:
Melangsungkan reaksi
Untuk melangsungkan reaksi dalam skala tabung uji, semua zat (asam
karboksilat, alkohol dan asam sulfat pekat) yang dalam jumlah kecil dipanaskan di
sebuah tabung uji yang berada di atas sebuah penangas air panas selama beberapa
menit.
Karena reaksi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel), ester yang
terbentuk tidak banyak. Bau khas ester seringkali tertutupi atau terganggu oleh bau
asam karboksilat. Sebuah cara sederhana untuk mendeteksi bau ester adalah dengan
menaburkan campuran reaksi ke dalam sejumlah air di sebuah gelas kimia kecil.
Terkecuali ester-ester yang sangat kecil, semua ester cukup tidak larut dalam
air dan cenderung membentuk sebuah lapisan tipis pada permukaan. Asam dan
alkohol yang berlebih akan larut dan terpisah di bawah lapisan ester.
19
Ester-ester kecil seperti pelarut-pelarut organik sederhana memiliki bau yang
mirip dengan pelarut-pelarut organik (etil etanoat merupakan sebuah pelarut yang
umum misalnya pada lem). Semakin besar ester, maka aromanya cenderung lebih ke
arah perasa buah buatan – misalnya “buah pir”.
Ester-ester yang lebih besar cenderung terbentuk lebih lambat. Dalam hal ini,
mungkin diperlukan untuk memanaskan campuran reaksi di bawah refluks selama
beberapa waktu untuk menghasilkan sebuah campuran kesetimbangan. Ester bisa
dipisahkan dari asam karboksilat, alkohol, air dan asam sulfat dalam campuran
dengan metode distilasi fraksional.
Reaksi dasar
Jika asil klorida direaksikan dengan alkohol, maka reaksi yang terjadi cukup
progresif pada suhu kamar dan menghasilkan sebuah ester dan awan-awan dari asap
hidrogen klorida yang asam dan beruap. Contoh, etanol klorida direaksikan dengan
etanol, maka akan terbentuk banyak hidrogen klorida bersama dengan ester cair etil
etanoat.
Reaksi antara etanoil klorida dengan fenol mirip dengan reaksi etanol
walaupun tidak begitu progresif. Fenil etanoat terbentuk bersama dengan gas hidrogen
klorida.
20
Mempercepat reaksi antara fenol dengan beberapa asil klorida yang kurang
reaktif
Ion fenoksida bereaksi lebih cepat dengan benzoil klorida dibanding fenol,
tapi biarpun demikian reaksi tetap harus dikocok dengan benzoil klorida selama
sekitar 15 menit. Padatan fenol benzoat terbentuk.
Reaksi ini juga bisa digunakan untuk membuat ester baik dari alkohol maupun
fenol. Reaksinya berlangsung lebih lambat dibanding reaksi sebanding yang
menggunakan asil klorida, dan campuran reaksi biasanya perlu dipanaskan. Untuk
fenol, kita bisa mereaksikan fenol dengan larutan natrium hidroksida pertama kali,
yang menghasilkan ion fenoksida yang lebih reaktif.
Contoh etanol yang bereaksi dengan etanoat anhidrida sebagai sebuah reaksi
sederhana yang melibatkan sebuah alkohol:
Reaksi yang berlangsung pada suhu kamar cukup lambat (atau lebih cepat jika
dipanaskan). Tidak ada perubahan yang dapat diamati pada cairan tidak berwarna ,
tetapi sebuah campuran antara etil etanoat dengan asam etanoat terbentuk.
21
Reaksi dengan fenol kurang lebih sama, tetapi lebih lambat. Fenil etanoat
terbentuk bersama dengan asam etanoat.
Reaksi ini tidak terlalu penting, tapi ada reaksi yang sangat mirip terlibat
dalam pembuatan aspirin
Salah satu metoda dalam pembuatan ester yang lazim digunakan adalah
dengan menggunakan katalis asam kuat, misalnya H2SO4, H3PO4, HCl maupun asam
para-toluensulfonat. Dalam hal ini katalis ditambahkan dalam bentuk larutan,
biasanya dalam alkohol atau pelarut organik lainnya. Asam-asam tersebut sangat kuat
dan korosif,sehingga biasanya juga memerlukan penanganan yang khusus. Dalam
pembuatan ester dengan katalis asam tersebut diperlukan sistem pemisahan air untuk
menggeser kesetimbangan reaksi ke arah pembentukan ester. Dengan penambahan
sistem pemisah air dari dalam reaktor, tahap reaksi menjadi panjang.
Asam karboksilat serta katalis asam yang tersisa serta yang terdapat dalam
bahan juga memerlukan pemisahan dan pencucian dengan menggunakan pelarut
organik. Sebagai pengganti asam kuat yang memerlukan penanganan khusus tersebut,
serta sistem reaktor yang rumit karena membutuhkan system pemisahan dan
pencucian sisa katalis maupun asam karboksilat yang tidak bereaksi, diusulkan untuk
menggunakan asam padat. Dengan menggunakan asam padat ini, diharapkan reaksi
pembuatan ester dapat dilakukansecara lebih sederhana. Di samping itu, pemisahan
22
sisa asam karboksilat, sisa katalis asam maupun roduk sampingan dapat menjadi lebih
mudah dan sederhana pula.
Penggunaan tanah liat bentonit sebagai katalis padat dalam pembuatan ester
dari asam stearat dengan etanol. Bentonit diketahui sebagai tanah liat dengan struktur
lembaran yang dibentuk oleh lapisantetrahedra dan lapisan oktahedra dengan
perbandingan 2:1. Lapisan tertrahedra merupakan lapisan silika, sedangkan lapisan
oktahedra ditempati oleh oksida aluminium. Posisi tetrahedra atom Si ini terkadang
ditempati pula oleh atom Al, sedangkan posisi oktahedraatom Al terkadang ditempati
oleh Mg atau Fe. Ruang antara lembaran aluminasilikattersebut biasanya diisi oleh air
serta kation (Ca2+ atau Na") yang dapat dipertukarkan. Ruang antar lembaran ini
dapat diisi dengan oksida aluminium, zikonium, titanium danlainnya sehingga
terbentuk semacam struktur pilar yang menopang kedua sisi lembaran yang
memperkuat sifat mekanik serta ketahanan terhadap suhu reaksi pembuatan ester
merupakan suatu reaksi katalitik dengan katalis asam, maka dalam penggunaan katalis
padat dalam reaksi ini diperlukan pula keberadaan pusat asam. untuk berlangsungnya
reaksi. Pada bentonit, struktur aluminiasilikat serta adanya pertukaran posisi antara
atom Al da Si menjadikan bentonit dapat memiliki pusat-pusatasam Lewis.
Sedangkan penambahan oksida aluminium sebagai pilar dapat membentuk pusat asam
Lewis pada bidang pertemuan antara lapisan tetrahedra dengan oksida aluminium
sebagai pilar. Hal tersebut membuka kemungkinan bahwa bentonit baik dalam bentuk
aslinya maupun dalam bentuk terpilarisasi dapat memiliki sisi aktif asam yang
memiliki keaktifan untuk digunakan sebagai katalis asam dalam reaksi esterifikasi.
Untuk membatasi kajian ini terhadap kemungkinan pembentukan produk yang
majemuk, maka digunakan asam stearat (p.a.) dari E. Merck serta etanol yang telah
didistilasi sebagai alkohol dengan pelarut n-hexan yang telah didistilasi. Diharapkan
dari kegiatan ini diperoleh pengetahuan tentang kemungkinan aplikasi bentonit
sebagai katalis dalam reaksi esterifikasi.
23
BAB VII
MANFAAT ESTER
Ester banyak digunakan dalam kehiduapn sehari-hari antara lain Amil asetat
banyak digunakan sebagai pelarut untuk damar. Esterifikasi etilen glikol dengan asam
bensen 1.4 dikarboksilat menghasilkan poliester yang digunakan sebagai bahan
pembuat kain.
Karena baunya yang sedap maka ester banyak digunakan sebagai esen pada
makanan antara lain :
Salah satu jenis ester yaitu CNI Ester C-Plus yang merupakan antioksidan
larut air yang dapat menetralkan radikal bebas, dan amat sesuai untuk menjaga
24
kesehatan ibu dan bayi ketika hamil. Ester C juga dianggap sebagai suatu revolusi.
Bentuk semula jadi Vitamin C mengandungi penggalak metabolit yang mampu
meningkatkan penyerapan Vitamin C. CNI Ester-C Plus bebas daripada masalah
pengolahan organism yang mengalami perubahan genetik (GMO). Tidak seperti
vitamin C biasa, CNI Ester-C Plus tidak bersifat asam dan tidak akan mengganggu
perut ibu ataumengkikis enamel gigi. CNI Ester-C Plus juga merupakan nutrisi yang
penting untuk kardiovaskular, pertahanan bdan, penglihatan dan kesehatan sendi.
Menurut pendapat para ahli kesehatan dan ahli makanan CNI Ester-C
memiliki berbagai manfaat. Vitamin C yang terdapat pada CNI Ester-C Plus sangat
bermanfaat bagi ibu hamil ketika mengandung dan selepas bersalin, termasuk
penggunaan vitamin ini dapat mengurangi kemungkinan proses melahirkan yang tidak
normal dan mengurangi resiko bagi ibu yang mengindap diabetes ketika mengandung.
25
5. Kadar yang dikeluarkan melalui urin 3 kali lebih kecil dan 2 kali lebih
lambat.
6. Kadar oksalat dalam urin 5 kali lebih rendah, sehingga kecil kemungkinan
terjadinya batu ginjal.
BAB VIII
BAHAYA ESTER
Kebanyakan plastik seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh
ditambahkan dengan suatu bahan pelembut (plasticizers). Bahan pelembut ini
kebanyakannya terdiri atas kumpulan ftalat (ester turunan dari asam ftalat). Beberapa
contoh pelembut adalah epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate
(DEHA), dan bifenil poliklorin (PCB) yang digunakan dalam industri pengepakan dan
pemrosesan makanan, acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di(-2ethylhexyl) phthalate
(DEHP) yang digunakan dalam industri pengepakan film (Sheftel, 2000).
26
pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan
kaki lemas. Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam
kandungan serta bayi lahir cacat.
Contoh lain bahan pelembut yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA.
Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang menggunakan bahan
pelembut DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan
pelembut ini ke dalam makanan. Data di AS pada tahun 1998 menunjukkan bahwa
DEHA dengan konsentrasi tinggi (300 kali lebih tinggi dari batas maksimal DEHA
yang ditetapkan oleh FDA/ badan pengawas obat makanan AS) terdapat pada keju
yang dibungkus dengan plastik PVC (Awang MR, 1999).
Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita
terkontaminasi oleh DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus
makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat
dari polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya).
Bahaya lain yang dapat mengancam kesehatan kita adalah jika membakar
bahan yang terbuat dari plastik. Plastik memiliki tekstur yang kuat dan tidak mudah
terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh karena itu seringkali kita membakarnya
untuk menghindari pencemaran terhadap tanah dan air di lingkungan kita (Plastik dari
sektor pertanian saja, di dunia setiap tahun mencapai 100 juta ton. Jika sampah plastik
ini dibentangkan, maka dapat membungkus bumi sampai sepuluh kali lipat). Namun
27
pembakaran plastik ini justru dapat mendatangkan masalah tersendiri. Plastik yang
dibakar akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat menyebabkan
sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan. Pembakaran PVC akan
mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen
manusia. Selain itu juga dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan
menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat.
Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri
makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai contoh
adalah penggunaan kantong plastik hitam (kresek) untuk membungkus makanan
seperti gorengan dan lain-lain. Menurut Made Arcana, ahli kimia dari Institut
Teknologi Bandung yang dikutip Gatra edisi Juli 2003, zat pewarna hitam ini kalau
terkena panas (misalnya berasal dari gorengan), bisa terurai, terdegradasi menjadi
bentuk radikal. Zat racun itu bisa bereaksi dengan cepat, seperti oksigen dan
makanan. Kalaupun tak beracun, senyawa tadi bisa berubah jadi racun bila terkena
panas. Bentuk radikal ini karena memiliki satu elektron tak berpasangan menjadi
sangat reaktif dan tidak stabil sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan terutama
dapat menyebabkan sel tubuh berkembang tidak terkontrol seperti pada penyakit
kanker. Namun, apakah munculnya kanker ini disebabkan plastik itu atau karena
mengkonsumsi makanan tercemar kantong plastik beracun, harus dibuktikan. Sebab,
banyak faktor yang menentukan terjadinya kanker, misalnya kekerapan orang
mengonsumsi makanan yang tercemar, sistem kekebalan, faktor genetik, kualitas
plastik, dan makanan. Bila terakumulasi, bisa menimbulkan kanker.
28
tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung
styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan
kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala
gangguan saraf.
Mainan anak yang terbuat dari plastik yang diberi zat tambahan ftalat agar
mainan menjadi lentur juga dapat menimbulkan masalah. Hasil penelitian ilmiah yang
dilakukan para pakar kesehatan di Uni Eropa menyebutkan bahwa bahan kimia ftalat
banyak menyebabkan infeksi hati dan ginjal. Oleh karena itu Komisi Eropa melarang
penggunaan ftalat untuk bahan pembuatan mainan anak.
Zat kimia yang terkandung dalam kertas tisu yang kita gunakan dapat
bermigrasi ke makanan yang kita lapisi. Zat ini biasanya sering disebut pemutih klor
yang memang ditambahkan dalam pembuatan kertas tisu agar terlihat lebih putih
29
bersih. Zat ini bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Oleh karena itu
jangan menggunakan bahan ini untuk melapisi makanan yang panas atau berlemak.
Lipstik digunakan terutama oleh para wanita untuk menambah warna pada
wajah sehingga tampak lebih segar, membentuk bibir, serta memberi ilusi bibir lebih
kecil atau besar tergantung warna yang digunakan.
lipstik mengandung malam dan minyak, biasanya adalah minyak kastor yang
merupakan minyak nabati. Tetapi tergantung pada jenis produknya, dapat juga berupa
minyak mineral atau minyak lanolin atau juga pelarut lain yang akan bercampur
dengan baik dengan komponen lain serta pewarnanya. Konsentrasi komponen lain
dihitung dari jumlah pelarut utama yang digunakan. Selain itu yang perlu diketahui
juga adalah produk yang menggunakan minyak mineral akan kurang berkilau
dibandingkan dengan yang menggunakan minyak nabati.
Minyak
Minyak ini menentukan seluruh sifat dari produk lipstik. Biasanya adalah
ester. Ester adalah produk reaksi antara alkohol lemak dan asam lemak. Ester ini juga
dapat berada dalam bentuk yang bermacam-macam. Dapat padat, pasta, kental, encer,
mudah masuk ke dalam kulit dan lain-lain. Dimungkinkan banyak sekali
30
kombinasinya untuk membentuk sifat yang dapat dirasakan pada bibir. Minyak ini
berfungsi sebagai emollient (mempermudah penyebaran atau pengolesan), pelembab,
penambah licin, pemberi kilau, agen pembuat tak berkilau (matifying) dan penambah
SPF (Sun Protection Factor). Ester dapat pula berupa senyawa aktif seperti tabir surya
(oktil metoksisinamat). Persentase tabir surya yang digunakan tergantung pada
senyawanya dan SPF produknya.
31
Bahaya parfum
Parfum atau pewangi telah digunakan sejak zaman dahulu kala terutama oleh
kaum wanita. Penggunaanya mulai dari upacara keagamaan, pernikahan atau bahkan
kematian dimana setiap moment memiliki aroma tersendiri. Seiring dengan
perkembangan zaman, penggunaan ini semakin berkembang. Pewangi atau parfum
digunakan pada setiap produk, mulai dari produk kebutuhan wanita, hingga produk
kebutuhan rumah tangga seperti cairan pembersih bahkan obat anti nyamuk. Produk
yang memiliki wewangian yang khas dan menarik memang cukup digemari oleh
masyarakat, karena memang kesan bersih, segar dan menyenangkan akan ditimbulkan
dari wewangian tersebut.
Bahan Yang
Aroma (%BeratBersih) Tanda Keracunan
di Kandung
Fruity-
Jeruk ,
fragrance 86- Limonin > 50% kanker, peradangan pada mata dan kulit
lemon
173
Lavender-
Lavender fragrance 93- Linalool 10-50% Gangguan pernafasan
054
32
Spearmint oil Menyebabkan peradangan pada mata
Pepermint Karvon > 50%
660 dan kulit.
Spring
Musim Flowers Gangguan pernafasan dan sistem saraf,
Karbitol 10 – 50%
bunga Fragrance peradangan mata.
5975
Linalil asetat,
Buah- Bergamont Gangguan pernafasan, peradangan mata
lomonin, linalool,
buahan Oil 100 dan kulit.
10 – 50%
Kandungan Wangian
33
Setiap produk wewangian mengandung pelarut tambahan yang berfungsi
sebagai media atau fondation baik parfum itu asli atau sintesis. Persentase kandungan
bahan kimia dalam parfum antara kisaran 30 % tergantung dari jenis produknya.
Namun dari beberapa analisa pasar, 95 % bahan kimia yang terkandung di dalam
produk wangian adalah bahan kimia sintetik yang berbahan dasar petroleum yang
merupakan turunan benzena, aldehid atau zat yang umumnya terkenal beracun. Salah
satu organisasi di Amerika yang menangani masalah kesehatan lingkungan
menemukan zat kimia beracun dari 815 sampel yang mereka ambil. Tes yang
dilakukan pada tahun 1991 menemukan zat-zat yang terkandung adalah kloroform
yang dapat juga ditemui pada pelembut pakaian dan p-diklorobenzena yang telah
diketahui bersifat karsinogenik pada produk penyegar ruangan dengan dosis yang
tinggi.
Selain itu juga terdapat pengharum yang beraroma musk, yang dicurigai
mengakibatkan sakit kepala dan juga bersifat karsinogenik meskipun pada kandungan
yang lemah. Berdasarkan riset dari FDA pada tahun 1968-1972, bahan kimia seperti
alfa-terpineol, benzil asetat, benzil alcohol, limonin, lioanalol yang sering terdapat
dalam kosmetik, bahan-bahan ini dicurigai sering memberikan efek samping pada
kulit pemakai.
Bahaya Kesehatan
Salah satu ciri keracunan yang disebabkan oleh bahan kimia yang terdapat
dalam zat pewangi yang ditambahkan dalam suatu produk pembersih dan kosmetik
adalah asma, kanker, cacat janin pada bayi dalam kandungan, keguguran, gangguan
pada syaraf, seperti Parkinson , alzeimer, dll. Identifikasi ini dapat ditemukan baik
dalam jangka panjang atau pendek
Dibawah ini table bahan kimia dan efek samping yang biasa di rasakan oleh
manusia, yang terkandung dalam produk rumah tangga dan kosmetik yang
mengandung parfum atau pewangi seperti minyak wangi, deodorant, colone, penyegar
udara, sabun pencuci piring, hairspray, detergent dan lain sebagainya.
Siklopentana(g)-2-
Peradangan pada kulit, mata dan saluran pernafasan.
benzopiran
35
Fenol, Ester Gangguan sistem saraf, kanker
Phenol, 2,60bis(1,1-
Gangguan pada janin dan sistem reproduksi.
dimetileti)-4-metil
Tanda Keracunan
Pada umumnya keracunan zat pewangi di tandai oleh beberapa gejala berikut
berdasarkan departemen kesehatan di Kanada (tahun 1990) yaitu mata berair,
penglihatan berganda, bersin, sesak nafas, alergi ringitis, sinusitis, tinunitus, pusing,
vertigo, batuk, bronkitis, sulit bernafas, sesak nafas, asma, anafilaksis, migrain,
disorientasi, kehilangan ingatan bertahap, ketegangan, alergi akut, kemurungan,
perubahan tingkah laku, memar pada kulit, peradangan otot dan sendi, sakit, lemah,
denyutan jantung yang tidak teratur atau lebih cepat.
36
BAB IX
Sintesis Metil Ester Sebagai Aditif Bahan Bakar Solar dari Minyak Sawit
Untuk mengurangi kandungan NOx, HC, dan partikulat yang dihasilkan dari
penggunaan solar, dapat dilakukan dengan meningkatkan angka setana (cetane
37
number/CN) karena solar dengan angka setana yang lebih tinggi akan menurunkan
ignition delay dan meningkatkan kwalitas pembakaran.
Salah satu cara meningkatkan angka setana adalah penambahan aditif pada
solar. Aditif komersial yang merupakan senyawa organik nitrat adalah Ethyl Hexyl
Nitrate (EHN). Pada penelitian ini dilakukan pembuatan aditif yang berasal dari
minyak sawit menggunakan NH4NO3 dengan proses katalisis asam. Hasil reaksi
adalah metil ester (ME) yang memiliki struktur mirip EHN. Spektra IR hasil reaksi
menunjukkan adanya ME yang diindikasikan dengan munculnya spektrum NO2 pada
1635 cm-1. Hal ini mengindikasikan bahwa MEN dapat disintesa dengan metode
nitrasi dan yield yang dihasilkan adalah 73%. Penambahan 0,5% ME ke dalam solar
menyebabkan peningkatan CN solar dari 44 menjadi 47.
Penggunaan mesin diesel saat ini sudah sangat luas dan dapat dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Pengguna mesin diesel yang terbesar adalah sektor
transportasi, sehingga kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang polutan
berbahaya seperti NOx, SOx, dan partikulat yang dapat menyebabkan polusi udara.
Saat ini, polusi udara akibat gas buangan kendaraan bermotor sudah sangat
memprihatinkan. Untuk mengurangi laju polusi udara ini maka perlu dilakukan
perbaikan pada mesin diesel dan bahan bakar solar. Selain untuk mengurangi laju
polusi udara, perbaikan kualitas bahan bakar solar sangat diperlukan karena bahan
bakar solar Indonesia masih memiliki angka setana yang rendah.
Angka setana yang rendah menyebabkan mesin memerlukan ignition delay
yang panjang dan menyebabkan pembakaran tidak sempurna, boros bahan bakar,
berisik, bergetar serta mengeluarkan polutan dalam jumlah besar.
Peningkatan angka setana ini dapat dilakukan dengan cara penambahan aditif
pada solar. Aditif yang telah komersial adalah Ethyl Hexyl Nitrate (EHN). Disamping
itu, dikenal juga beberapa aditif peningkat angka setana seperti senyawa peroksida
dan alkohol.
Aditif EHN ini merupakan senyawa organik nitrat yang disintesis dari turunan
minyak bumi sehingga merupakan bahan yang tak terbarukan selain berharga relatif
mahal karena proses sintesanya memiliki jalur yang cukup panjang. Minyak sawit
merupakan bahan terbarukan yang mengandung senyawa organik dengan struktur
rantai hidrokarbon yang panjang.
38
Teknologi reaksi kimia organik dapat dipakai untuk merekayasa struktur
hidrokarbon minyak sawit untuk diubah menjadi menyerupai EHN. Oleh karena itu,
dilakukan sintesis senyawa organik dari minyak sawit dengan metode nitrasi. Metode
ini telah dikenal sebagai metode yang sangat tepat untuk mensubstitusi gugus nitroso
kedalam senyawa hidrokarbon. Hasil dari reaksi ini ialah metil ester (ME).
ME dengan struktur yang mirip EHN diharapkan memiliki CN yang tinggi
sehingga dapat berfungsi sebagai aditif peningkat CN untuk solar. Senyawa organik
dari minyak sawit memiliki peluang untuk dijadikan aditif peningkat CN karena
minyak sawit dalam bentuk metil ester (biodiesel) memiliki angka setana yang tinggi
yaitu 62,4. Sedangkan ME adalah derivat dari biodisel yang memiliki gugus nitroso
seperti aditif komersial (EHN)
Ester yang memiliki viskositas setara dengan minyak solar dijadikan produk
antara agar ME memenuhi syarat untuk dicampurkan kedalam solar, terutama syarat
viskositas. ME yang terbentuk diharapkan dapat meningkatkan angka setana sampai
3-7 seperti yang terjadi pada penambahan aditif EHN.
Sintesa Ester
Pada sintesa ester dilakukan titrasi untuk menghitung jumlah NaOH yang
dibutuhkan sebagai katalis. Metode yang dipakai ialah mereaksikan NaOH dengan
campuran isopropil alkohol dan minyak sawit sampai pH = 8-9. Menggunakan
sejumlah NaOH yang telah ditentukan dengan metode tersebut, dilakukan pembuatan
sodium metoksida (CH3ONa) dengan cara mereaksikan NaOH dan CH3OH dalam
labu reaksi pada kondisi tekanan dan suhu kamar.
Reaksi transesterifikasi dilakukan dengan mencampurkan minyak sawit dan
CH3ONa. Hasil yang diperoleh diendapkan dan kemudian dipisahkan antara gliserin
dan metil ester. Metil ester yang diperoleh dicuci sampai pH = 7 (netral) lalu
dipanaskan untuk menghilangkan kadar air dalam metil ester tersebut.
39
Hasil dari reaksi ini lalu dimurnikan dengan cara refluks, lalu dicuci dengan air untuk
menghilangkan asam dan ditambahkan CaCl2 anhidris untuk mengemulsi air yang ada
akibat pencucian.
Pengukuran Densitas dan Suhu Distilat
Pengukuran densitas dilakukan dengan menggunakan piknometer sedangkan
pengukuran suhu distilat dilakukan dengan menggunakan unit distilasi. Pengukuran
ini dilakukan untuk menghitung Cetane Index (CI) yang nantinya digunakan untuk
menghitung angka setana.
40
Karakterisasi IR
Karakterisasi IR dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif gugus nitrat
pada ME. Adanya gugus ini mengindikasikan keberhasilan sintesis dan memberikan
kemungkinan bahwa ME memiliki CN yang tinggi setara dengan EHN. Karakterisasi
ini dilakukan terhadap sampel solar, metil ester, ME, solar + ME dalam berbagai
konsentrasi, dan asam nitrat (1%) yang dipakai sebagai pembanding.
Pada Gambar 1 dapat dilihat perbandingan antara spektra asam nitrat (1%),
metil ester dan MEN dimana pada spektra ammonium nitrat (Gambar 1.a)
memperlihatkan adanya gugus fungsi yang terdapat pada spektra 1635 cm-1. Pada
ME juga ditemukan spektra pada 1635 cm-1 (Gambar 1.c), sedangkan pada metil
ester tidak ditemukan spektra tersebut (Gambar 1.b). Hal ini menunjukkan bahwa ME
yang disintesis memiliki gugus nitrat dan mengindikasikan juga keberhasilan sintesis
dengan metode ini.
Dari indikasi terbentuknya senyawa metil ester seperti ditunjukkan pada
Gambar 1, maka ME hasil sintesis dapat diprediksi seperti terlihat pada Gambar 2.
Transmittance (%)
100
(a)
(b)
(c)
0
3000 2000 1000
Wavenumber cm-1
NO2
R’ – C O – CH3
41
CH3
R’ = C-16
Gambar 2. Prediksi Rumus Bangun ME
42
Sedangkan persamaan ASTM D-4737 dapat dituliskan sebagai berikut:
dimana :
"#CCI = cetane indeks hasil perhitungan
"#D=ρ= densitas solar atau solar + aditif pada 15oC
"#DN = D – 0.85
"# B=[e(-13.5)(DN)] − 1
"#T10 = suhu ketika 10 % distilat terbentuk
"#T10N = T10 – 215
"#T50 = suhu ketika 50 % distilat terbentuk
"#T50N = T50 - 260
"#T90 = suhu ketika 90 % distilat terbentuk
"#T90N = T90 – 310
Penambahan metil ester nitrat atau aditif pada solar tidak berpengaruh secara
langsung terhadap CI apabila penambahan tersebut tidak merubah densitas dan
temperatur distilat. Akan tetapi karena densitas dan temperatur distilat dari campuran
solar + metil ester nitrat tersebut berubah dengan naiknya konsentrasi aditif, maka
panambahan aditif jenis ini mempengaruhi CI yang nantinya berpengaruh pada CN.
Semakin besar densitas dan semakin tinggi suhu distilat maka semakin besar
nilai CI dan CN.
Referensi
http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/ester1/pembuatan_ester/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Ester
http://www.chem-is-
try.org/artikel_kimia/berita/ancaman_polimer_sintetik_bagi_kesehatan_manusia_bagi
an_ii/
44
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_material/lipstik-bukan-sekedar-
warna/
http://www.chem-is-
try.org/artikel_kimia/kimia_material/zat_kimia_dalam_wewangian/
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita/antioksidan_dan_radikal_bebas/
http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/ester1/pengantar_ester/
45