Anda di halaman 1dari 13

Tanggal Pengumpulan: 8 Desember 2015

TUGAS PETROKIMIA
MAKALAH PEMBUATAN ASAM ASETAT
Dosen Pengampu :
Ir. Bambang Poerwadi, MS.

Oleh:
Rendhy Mahendra Simanjuntak (125061105111001)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Asam asetat atau methane carbocyclic atau ethanoic acid adalah suatu senyawa organic
dengan rumus molekul CH3COOH. Asam asetat adalah bahan kimia yang tidak berwarna
dan berbau khas, larut dalam air, alkohol, aseton, benzena dan etil eter. Asam asetat juga
sangat baik sebagai solvent senyawa organic. Asam asetat memiliki titik leleh pada 16,6
o
C, titik didih 117,9 oC, densitas 1,0490 gr/cm3, flash point 43 oC, titik nyala 465 oC. Asam
asetat secara komersial tersedia dalam beberapa konsentrasi (1) asetat glasial adalah sekitar
99,7% glasial asam asetat dengan air pengotor utama, (2) asam asetat kelas reagen
umumnya mengandung 36% berat asam asetat, (3) larutan komersial biasanya 28, 56, 70,
80, 85,
dan 90% asam asetat.
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat seperti
asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam.
Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya
adalah asetat (CH3COO−). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan
konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat
berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Dimer juga dapat
dideteksi pada uap bersuhu 120°C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di dalam pelarut
tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat murni Dimer dirusak
dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut
diperkirakan 65.0–66.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154–157 J mol–1 K–1.
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan
seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam
asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa. Contohnya adalah
soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hampir semua garam asetat larut
dengan baik dalam air. Contoh reaksi pembentukan garam asetat:
Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) → (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)

NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)

Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan garam


asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi dengan
logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi dengan
garam karbonat atau bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari asam asetat
adalah pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan turunan asam karboksilat seperti
asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi nukleofilik.
Asam asetat dapat dipakai sebagai vynil asetat yang dapat digunakan sebagai bahan
baku untuk memproduksi senyawa polyinil asetat. Polyvinil asetat digunakan untuk
memproduksi lapisan gelas dan fiber. Asam asetat dapat juga dipakai sebagai bahan baku
pembuatan asam asetat anhydrid yang berguna sebagai zat untuk memproduksi fiber
selulose asetat dan plastik. Asam asetat adalah bahan aktif dalam cuka, di mana konten
berkisar 4-5% asam asetat. Asam asetat diklasifikasikan sebagai lemah, asam monobasa (-
CO2H) tetapi atom hidrogen tiga terkait dengan karbon atom (CH3) tidak tergantikan oleh
logam. Kegunaan lain dari asam asetat adalah pada bidang farmasi, pembuatan zat aditif,
fotografi, pembuatan terephtalat dan insektisida.
Tabel 1. Kapasitas produksi dan konsumsi asam asetat di Indonesia

Kalau dilihat dari data kebutuhan asam asetat di dalam negeri sendiri, pada tahun 2000
konsumsi asam asetat sekitar 88.610 ton/tahun, tetapi produksi dalam negeri sendiri hanya
menghasilkan 37.500 ton/tahun., maka masih ada kebutuhan sekitar 50.000 ton/tahun yang
sampai sekarang dicukupi dengan mengimpor bahan tersebut dari luar negeri. Sehingga
kebutuhan asam asetat dalam negeri sangat diperlukan mengingat asam asetat banyak
digunakan sebagai bahan baku untuk produk lainnya.
BAB II
PROSES PEMBUATAN
Acetic acid dapat di bentuk melalui tiga proses yaitu; acetaldehyde oxidation, n-butane
oxidation, ethanol oxidation, and methanol carbonylation.

2.1. Oksidasi Asetaldehida


Salah satu proses pembuatan asam asetat adalah dengan proses oksidasi asetaldehida.
Asetaldehid dengan rumus molekul CH3CHO adalah salah satu senyawa yang mempunyai
sifat cairan tak berwarna, mudah terbarkar dan mudah larut dalam air dan merupakan salah
satu turunan dari senyawa petrokimia. Asetaldehida merupakan bahan yang mempunyai
kegunaan yang sangat luas dalam industri kimia. Produk ini digunakan dalam industri
kimia sebagai bahan intermediate untuk menghasilkan bahan kimia yang lain sebagai
bahan baku pembuatan asam asetat, n-butanol, 2-hexyl ethanol, pentaerythrytol,
trimethyolpropane, pyridine, pericetic acid, cratonaldehyde, asetat anhidrid, chloral, 1,3-
buthylene glycol, asam laktat.
Proses pembentukan asam asetat yang baik dapat dilakukan dengan cara oksidasi fase
liquid dengan molekular oksigen. Asam asetat diperoleh dengan mengoksidasikan secara
langsung ethanol, tetapi asam pekat umumnya diperoleh dengan metode oksidasi dari
asetaldehida yang mungkin telah dibentuk oleh hidrasi asetilena atau oksidasi etanol.
Oksidasi biasanya terjadi pada larutan asam asetat dengan adanya kehadiran katalis dan
pada tekanan atmosferik atau tekanan yang tinggi. Temperatur proses berada pada range
hingga 100 oC, tergantung dari kondisi, tapi biasanya di bawah 100 oC.

CH3CHO + ½ O2 → CH3COOH

Bejana reaksi proses ini prinsipnya terdiri dari aluminium-lined steel dengan koil
aluminium untuk memanaskan dan mendinginkan, terdapat bukaan inlet maupun outlet,
dan ruang distribusi udara. Dalam operasinya sebanyak 4500 kg dari 99-99,8 persen
asetaldehida sebelumnya didinginkan terlebih dahulu sekitar 0-5 oC, setelah itu sebanyak
18-22 kg asetat mangan ditambahkan pada saat sudah terbentuk asam asetat yang jenuh
atau pada saat larutan yang telah menjadi bubuk telah melewati ayakan mesh 200. udara
dimasukkan melalui distributor dan pada waktu yang sama, steam juga akan dimasukkan
melalui koil aluminium untuk menaikkan temperature secara bertahap hingga pada titk
operasinya. Ketika reaksi berjalan, penyerapan oksigen dari udara yang masuk hampir
selesai, dan panas reaksi harus dihilangkan dengan cooling water, yang mana cooling water
dialirkan pada aluminium koil menggantikan steam yang sduah dilewatkan pertama. Pada
proses ini temperature sangat dikontrol, setelah 1 jam temperaturnya adalah 27 oC; setelah
2 jam, 28-30 oC; dan setelah 4 jam, 60 oC. temperature proses yang paling baik adalah 60
o
C dan reaksi oksidasi ini akan berlangsung selama 12-14 jam.

Gambar 2.1.1 alat untuk oksidasi sejumlah cair-fase asetaldehida menjadi asam asetat

Tekanan tidak diperbolehkan melebihi 5 kg/cm2, gas nitrogen yang merupakan sisa
udara akan dibuang melalui atas bejana yang di mana sudah saluran buang bejana.
Sebelum dibuang ke lingkungan nitrogen akan melewati water scrubber untuk
menghilangkan aldehida yang masih terbawa bersama dengan nitrogen nantinya aldehida
ini akan dikembalikan kedalam bejana untuk dijadikan asam asetat. Setelah dalam tahap
proses reaksi selanjutnya dilakukan proses distilasi. Distilasi dilakukan untuk
meningkatkan dan memurnikan asam. Secara teori yield yang terbentuk beragam dari 88-
95 persen. Dengan bentuk proses seperti ini akan memproduksi sekitar 60 ton 99% asam
per bulan ketika beroperasi secara norma atau 80-100 ton perbulan ketika proses
dimaksimalkan.
Melalui studi mekanisme dimana katalis-fase cair oksidasi asetaldehida digunakan
untuk hasil asetat, telah ditemukan bahwa pada suhu di bawah 15 oC dan dalam pelarut
yang cocok asetaldehida yang froms senyawa yang tidak stabil, asetaldehida
monoperacetate. Pada temperature yang rendah senyawa ini dapat membuat asam paracetic
dan asetaldehida. Garam dari logam kobalt, tembaga, dan besi mengkatalisis reaksi tahap
pertama, dengan cara yang digunakan dalam pembuatan asam asetat.

Gambar 2.1.2 Flowsheet oksidasi asetaldehida

2.2. Oksidasi n-Butana


Metode manufaktur kedua untuk asam asetat menggunakan butana dari
aliran minyak C4 daripada etilen. Berbagai produk dapat terbentuk tetapi kondisi yang
dapat dikendalikan untuk memungkinkan terbentuk persentase besar asam asetat yang akan
dibentuk. Cobalt, mangan, atau kromium asetat adalah katalis dengan suhu 50-250 oC dan
tekanan 800 psi.

C4H10 + O2 → CH3CO2H + HCO2H + CH3CH2OH + CH3OH

2.3. Oksidasi Etanol


Oksidasi liquid phase etanol oleh vinegar telah banyak dikembangkan. Pada kasus ini,
kehadiran Mycoderma aceti digunakan untuk membawa oxygen menjadi alcohol dan
berpengaruh pada oksidasi. Dalam praktiknya, tangki yang terbuat dari kayu dengan
diameter 3-4 ft in dan tinggi 8-10 in diisi dengan potongan beechwood, material selulosa,
atau coke yang membawa bakteri Mycoderma aceti. Lrutan alcohol encer yang
mengandung 12-15 persen ethanol diteteskan pada material packingnya. Oksigen dari
udara dimasukkan melalui bawah tong dan menjadi panas akibat adanya reaksi dan keluar
melalui atas tong. Kinerja mikroorganisme sangat baik pada larutan asam encer dan
berhenti pada asam sekitar 12 persen. Temperature yang baik pada proses ini adalah sekitar
35 oC. produk yang dihasilkan adalah asam acetat encer dengan konsentrasi sebesar 10
persen asam.

1
CH 3 CH 2 OH + O2 → CH 3 CHO+ H 2 O
2
CH 3 C OH + H 2 O → CH 3 CH (OH )2

1
CH 3 CH (OH )2 + O2 → CH 3 COOH + H 2 O
2
Secara teoritical, 100 bagian berat dari C2H5OH menghasilkan 130 part CH3COOH
dengan oksidasi, ini setara dengan lebih sedikit 1 kg asam per liter alkohol. Dalam
aplikasinya untuk mendapatkan yield dengan 100 persen itu tidak pernah terjadi. Dalam uji
skala laboratorium didapat besar yield sekitar 80-90 persen dan 70 persen yield jika
diaplikasikan pada skala industri.
Oksidasi katalis etanol untuk asetat disertai dengan oksidasi asetaldehida dapat dicapai
dengan menggunakan larutan asam asetat dengan katalis tembaga asetat. Contohnya, 252 g
asetaldehida diumpankan pada larutan katalis untuk aktivasi, lalu 85,4 g dari 100 persen
ethanol dimasukkan bersamaan dengan udara. Konversi ethanol adalah 94,2 persen
menjadi asam asetat, 3,5 persen tidak berubah apa-apa, dan 2,3 persen menjadi etil asetat.
Temperature yang digunakan adalah dibawah 145 o
C. Variasi metal asetat telah
dipatenkanuntuk proses ini, termasuk kelompok garam alkali dan alkali tanah, kelompok
garam logam platinum, dan garam logam chromium. Palladium solid pada katalis alumina
juga membuat peningkatan oksidasi udara etanol menjadi asam asetat .

2.4. Karbonilisasi Methanol


Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi ini,
metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO → CH3COOH
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri terjadi
dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
(1) CH3OH + HI → CH3I + H2O
(2) CH3I + CO → CH3COI
(3) CH3COI + H2O → CH3COOH + HI
Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dengan metode karbonilisasi
methanol yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan katalis
kompleks Rhodium (cis−[Rh(CO)2I2]−), sedangkan proses cativa menggunakan katalis
iridium ([Ir(CO)2I2]−) yang didukung oleh ruthenium.

2.4.1 Kondisi Operasi Proses Monsanto


Metode ini pertama kali dikembangkan oleh pabrik Perusahaan Monsanto di Texas
City. Keunggulan dari metode ini ialah dapat dijalankan pada tekanan yang rendah. Bahan
dasar dari pembuatan asam asetat menggunakan metode ini ialah methanol. Prinsip
pembuatannya ialah methanol direaksikan dengan gas CO menghasilkan asam asetat
difasilitasi katalis rhodium. Sebelumnya pembuatan asam asetat dengan teknik BASF
dapat dilakukan dengan menggunakan katalis iodinepromoted kobalt, namun kurang
efektif dalam hal biaya karena katalis ini bekerja pada tekanan tinggi yakni sekitar 7.500
lb/in2. Sedangkan katalis rhodium bekerja pada tekanan antara 200 - 1800 lb/in 2. Katalis
rhodium menghasilkan asam asetat sampai 99 % sedangkan katalis iodinepromoted kobalt
hanya sekitar 90 % saja. Mekanisme kerja proses monsanto berjalan dengan beberapa
tahap,
1. Siklus katalitik konversi metanol menjadi metiliodida

CH3OH + HI → CH3I + H2O

2. Penambahan katalis Rh (I) kompleks (d8 segi empat planar) ke dalam metil iodida
menghasilkan struktur baru koordinat 6 alkil rhodium (III) kompleks (d6). CH3I + [Rh-
kompleks]

2.4.1.1 Mekanisme Reaksi Katalis


Katalis Carbonylation terdiri dari dua komponen utama yaitu rhodium kompleks
yang larut dan iodida promotor. Hampir setiap sumber Rh dan I- akan bekerja dalam reaksi
ini karena akan dikonversi menjadi katalis [Rh (CO)2I2]- di bawah kondisi reaksi. Struktur
katalis [Rh(CO)2I2]- dapat dilihat seperti gambar berikut.
Katalis ini sangat aktif sehingga akan memberikan reaksi dan distribusi produk yang
baik. Skema pembuatan dalam pabrik dapat dilihat seperti pada gambar berikut:

Proses yang terjadi ialah; pertama methanol dimasukkan dalam tangki reaktor dan
direaksikan dengan HI. Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan konversi
methanol menjadi metil iodide:
MaOH + HI → MeI + H2O

Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus
katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO)2I2]-
sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]- (Gambar 2). Kemudian dengan cepat CO
pindah berikatan dengan CH3 membentuk kompleks seperti pada gambar 3. Setelah itu
direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO berkoordinasi sebagai ligan dalam
kompleks Rh, menjadi rhodium-alkil kemudian membentuk ikatan menjadi kompleks asil-
rhodium (III) (Gambar 4). Dengan terbentuknya kompleks pada gambar 4 maka gugus
CH3COI mudah lepas. Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan
katalis rhodium yang terpisah. Ditangki ini bekerja suhu 1500C-2000C dan tekanan 30 atm-
60 atm. Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H2O menghasilkan
CH3COOH dan HI.
Dimana HI yang terbentuk dapat digunakan lagi untuk mengkonversi methanol
menjadi MeI yang akan masuk dalam proses reaksi dan melanjutkan siklus. Sedangkan
asam asetat yang dihasilkan masuk dalam tangki pemurinian untuk dipisahkan dari
pengotor yang mungkin ada seperti asam propionate. Pemurnian dilakukan dengan cara
destilasi. Mekanisme reaksinya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5 The major unit comprising a commercial-scale Monsanto methanol operating


plant, which uses a rhodium-based catalyst
2.4.2. Kondisi Operasi Proses Cativa
Proses Cativa adalah metode lain untuk produksi asam asetat oleh carbonylation dari
metanol . Teknologi ini mirip dengan proses Monsanto hanya berbeda dalam penggunaan
katalis. Proses ini didasarkan pada iridium yang mengandung katalis seperti kompleks
Ir[(CO)2I2]–. Proses ini pertama kali dikembangkan oleh BP Chemicals dan lisensi oleh BP
Plc. Pada awalnya kajian Monsanto telah menunjukkan bahwa iridium kurang aktif dari
rhodium untuk proses carbonylation metanol. Namun penelitian selanjutnya menunjukkan
bahwa katalis iridium bisa dipromosikan dengan bantuan ruthenium. Kombinasi ini
menghasilkan sebuah katalis yang lebih unggul daripada sistem berbasis rhodium.
Penggunaan iridium memungkinkan penggunaan air lebih sedikit dalam campuran reaksi.
Dengan demikian dapat mengurangi jumlah kolom pengeringan yang diperlukan,
mengurangi produk samping dan menekan gas air reaksi bergeser. Selain itu, proses ini
memungkinkan loading katalis yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan proses Monsanto,
proses Cativa menghasilkan asam propionat sangat kecil dalam produk.
Struktur katalis kompleks Ir[(CO)2I2]– dapat dilihat seperti gambar beriktut:

Proses reaksi dalam tangki dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Pertama methanol direaksikan dengan asam iodide menghasilkan Metil Iodida.
Setelah itu, metal iodida masuk dalam tangki reaktor bereaksi sengan katalis kompleks
iridium (gambar 1) membentuk [Ir(CO)2I3CH3]- (gambar 2), setelah terbentuk struktur ini
dengan cepat direaksikan dengan gas CO sehingga I- akan keluar dari kompleks digantikan
CO sehingga terbentuk kompleks baru [Ir(CO)3I] (gambar 3), struktuir ini kurang stabil
sehingga untuk menstabilkan CO di mutasi berikatan dengan CH3 (gambar 4). Gugus
CH3CO pada kompleks mudah lepas, sehingga dengan adanya ion I - di sekitar kompleks
menyebabkan gugus CH3CO lepas dari kompleks dan bereaksi dengan I - membentuk
CH3COI. Senyawa CH3COI ini kemudian dihidrolisis menghasilkan asam asetat
(CH3COOH) dan asam halida (HI). Dimana HI yang terbentuk ini ditarik lagi masuk dalam
siklus bereaksi dengan methanol membentuk Metil Iodida yang akan bereaksi lagi dengan
katalis. Asam asetat yang terbentuk belum murni. Untuk memisahkan asam asetat dari
pengotor maka dilakukan destilasi. Mekanisme pembuatan asam asetat dalam pabrik
dengan proses Cativa dapat dipresentasikan seperti berikut ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Asam asetat atau methane carbocyclic atau ethanoic acid adalah suatu senyawa
organic merupakan salah satu bahan kimia atau sebagai bahan baku untuk membuat
bermacam produk industri.
2. Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pembuatan asam asetat, diantaranya
ialah; acetaldehyde oxidation, n-butane oxidation, ethanol oxidation, and methanol
carbonylation.
3. Yield yang terbentuk dari porses oksidasi asetaldehida adalah dari 88-95 persen.
4. Yield yang terbentuk dari porses oksidasi thanol adalah dari 70 persen.
5. Yield yang terbentuk dari porses Karbonilisasi Methanol adalah dari 90-99 persen
tergantung dari katalis yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai