TUGAS PETROKIMIA
MAKALAH PEMBUATAN ASAM ASETAT
Dosen Pengampu :
Ir. Bambang Poerwadi, MS.
Oleh:
Rendhy Mahendra Simanjuntak (125061105111001)
Kalau dilihat dari data kebutuhan asam asetat di dalam negeri sendiri, pada tahun 2000
konsumsi asam asetat sekitar 88.610 ton/tahun, tetapi produksi dalam negeri sendiri hanya
menghasilkan 37.500 ton/tahun., maka masih ada kebutuhan sekitar 50.000 ton/tahun yang
sampai sekarang dicukupi dengan mengimpor bahan tersebut dari luar negeri. Sehingga
kebutuhan asam asetat dalam negeri sangat diperlukan mengingat asam asetat banyak
digunakan sebagai bahan baku untuk produk lainnya.
BAB II
PROSES PEMBUATAN
Acetic acid dapat di bentuk melalui tiga proses yaitu; acetaldehyde oxidation, n-butane
oxidation, ethanol oxidation, and methanol carbonylation.
CH3CHO + ½ O2 → CH3COOH
Bejana reaksi proses ini prinsipnya terdiri dari aluminium-lined steel dengan koil
aluminium untuk memanaskan dan mendinginkan, terdapat bukaan inlet maupun outlet,
dan ruang distribusi udara. Dalam operasinya sebanyak 4500 kg dari 99-99,8 persen
asetaldehida sebelumnya didinginkan terlebih dahulu sekitar 0-5 oC, setelah itu sebanyak
18-22 kg asetat mangan ditambahkan pada saat sudah terbentuk asam asetat yang jenuh
atau pada saat larutan yang telah menjadi bubuk telah melewati ayakan mesh 200. udara
dimasukkan melalui distributor dan pada waktu yang sama, steam juga akan dimasukkan
melalui koil aluminium untuk menaikkan temperature secara bertahap hingga pada titk
operasinya. Ketika reaksi berjalan, penyerapan oksigen dari udara yang masuk hampir
selesai, dan panas reaksi harus dihilangkan dengan cooling water, yang mana cooling water
dialirkan pada aluminium koil menggantikan steam yang sduah dilewatkan pertama. Pada
proses ini temperature sangat dikontrol, setelah 1 jam temperaturnya adalah 27 oC; setelah
2 jam, 28-30 oC; dan setelah 4 jam, 60 oC. temperature proses yang paling baik adalah 60
o
C dan reaksi oksidasi ini akan berlangsung selama 12-14 jam.
Gambar 2.1.1 alat untuk oksidasi sejumlah cair-fase asetaldehida menjadi asam asetat
Tekanan tidak diperbolehkan melebihi 5 kg/cm2, gas nitrogen yang merupakan sisa
udara akan dibuang melalui atas bejana yang di mana sudah saluran buang bejana.
Sebelum dibuang ke lingkungan nitrogen akan melewati water scrubber untuk
menghilangkan aldehida yang masih terbawa bersama dengan nitrogen nantinya aldehida
ini akan dikembalikan kedalam bejana untuk dijadikan asam asetat. Setelah dalam tahap
proses reaksi selanjutnya dilakukan proses distilasi. Distilasi dilakukan untuk
meningkatkan dan memurnikan asam. Secara teori yield yang terbentuk beragam dari 88-
95 persen. Dengan bentuk proses seperti ini akan memproduksi sekitar 60 ton 99% asam
per bulan ketika beroperasi secara norma atau 80-100 ton perbulan ketika proses
dimaksimalkan.
Melalui studi mekanisme dimana katalis-fase cair oksidasi asetaldehida digunakan
untuk hasil asetat, telah ditemukan bahwa pada suhu di bawah 15 oC dan dalam pelarut
yang cocok asetaldehida yang froms senyawa yang tidak stabil, asetaldehida
monoperacetate. Pada temperature yang rendah senyawa ini dapat membuat asam paracetic
dan asetaldehida. Garam dari logam kobalt, tembaga, dan besi mengkatalisis reaksi tahap
pertama, dengan cara yang digunakan dalam pembuatan asam asetat.
1
CH 3 CH 2 OH + O2 → CH 3 CHO+ H 2 O
2
CH 3 C OH + H 2 O → CH 3 CH (OH )2
1
CH 3 CH (OH )2 + O2 → CH 3 COOH + H 2 O
2
Secara teoritical, 100 bagian berat dari C2H5OH menghasilkan 130 part CH3COOH
dengan oksidasi, ini setara dengan lebih sedikit 1 kg asam per liter alkohol. Dalam
aplikasinya untuk mendapatkan yield dengan 100 persen itu tidak pernah terjadi. Dalam uji
skala laboratorium didapat besar yield sekitar 80-90 persen dan 70 persen yield jika
diaplikasikan pada skala industri.
Oksidasi katalis etanol untuk asetat disertai dengan oksidasi asetaldehida dapat dicapai
dengan menggunakan larutan asam asetat dengan katalis tembaga asetat. Contohnya, 252 g
asetaldehida diumpankan pada larutan katalis untuk aktivasi, lalu 85,4 g dari 100 persen
ethanol dimasukkan bersamaan dengan udara. Konversi ethanol adalah 94,2 persen
menjadi asam asetat, 3,5 persen tidak berubah apa-apa, dan 2,3 persen menjadi etil asetat.
Temperature yang digunakan adalah dibawah 145 o
C. Variasi metal asetat telah
dipatenkanuntuk proses ini, termasuk kelompok garam alkali dan alkali tanah, kelompok
garam logam platinum, dan garam logam chromium. Palladium solid pada katalis alumina
juga membuat peningkatan oksidasi udara etanol menjadi asam asetat .
2. Penambahan katalis Rh (I) kompleks (d8 segi empat planar) ke dalam metil iodida
menghasilkan struktur baru koordinat 6 alkil rhodium (III) kompleks (d6). CH3I + [Rh-
kompleks]
Proses yang terjadi ialah; pertama methanol dimasukkan dalam tangki reaktor dan
direaksikan dengan HI. Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan konversi
methanol menjadi metil iodide:
MaOH + HI → MeI + H2O
Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus
katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO)2I2]-
sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]- (Gambar 2). Kemudian dengan cepat CO
pindah berikatan dengan CH3 membentuk kompleks seperti pada gambar 3. Setelah itu
direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO berkoordinasi sebagai ligan dalam
kompleks Rh, menjadi rhodium-alkil kemudian membentuk ikatan menjadi kompleks asil-
rhodium (III) (Gambar 4). Dengan terbentuknya kompleks pada gambar 4 maka gugus
CH3COI mudah lepas. Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan
katalis rhodium yang terpisah. Ditangki ini bekerja suhu 1500C-2000C dan tekanan 30 atm-
60 atm. Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H2O menghasilkan
CH3COOH dan HI.
Dimana HI yang terbentuk dapat digunakan lagi untuk mengkonversi methanol
menjadi MeI yang akan masuk dalam proses reaksi dan melanjutkan siklus. Sedangkan
asam asetat yang dihasilkan masuk dalam tangki pemurinian untuk dipisahkan dari
pengotor yang mungkin ada seperti asam propionate. Pemurnian dilakukan dengan cara
destilasi. Mekanisme reaksinya dapat dilihat pada gambar berikut:
Proses reaksi dalam tangki dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Pertama methanol direaksikan dengan asam iodide menghasilkan Metil Iodida.
Setelah itu, metal iodida masuk dalam tangki reaktor bereaksi sengan katalis kompleks
iridium (gambar 1) membentuk [Ir(CO)2I3CH3]- (gambar 2), setelah terbentuk struktur ini
dengan cepat direaksikan dengan gas CO sehingga I- akan keluar dari kompleks digantikan
CO sehingga terbentuk kompleks baru [Ir(CO)3I] (gambar 3), struktuir ini kurang stabil
sehingga untuk menstabilkan CO di mutasi berikatan dengan CH3 (gambar 4). Gugus
CH3CO pada kompleks mudah lepas, sehingga dengan adanya ion I - di sekitar kompleks
menyebabkan gugus CH3CO lepas dari kompleks dan bereaksi dengan I - membentuk
CH3COI. Senyawa CH3COI ini kemudian dihidrolisis menghasilkan asam asetat
(CH3COOH) dan asam halida (HI). Dimana HI yang terbentuk ini ditarik lagi masuk dalam
siklus bereaksi dengan methanol membentuk Metil Iodida yang akan bereaksi lagi dengan
katalis. Asam asetat yang terbentuk belum murni. Untuk memisahkan asam asetat dari
pengotor maka dilakukan destilasi. Mekanisme pembuatan asam asetat dalam pabrik
dengan proses Cativa dapat dipresentasikan seperti berikut ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Asam asetat atau methane carbocyclic atau ethanoic acid adalah suatu senyawa
organic merupakan salah satu bahan kimia atau sebagai bahan baku untuk membuat
bermacam produk industri.
2. Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pembuatan asam asetat, diantaranya
ialah; acetaldehyde oxidation, n-butane oxidation, ethanol oxidation, and methanol
carbonylation.
3. Yield yang terbentuk dari porses oksidasi asetaldehida adalah dari 88-95 persen.
4. Yield yang terbentuk dari porses oksidasi thanol adalah dari 70 persen.
5. Yield yang terbentuk dari porses Karbonilisasi Methanol adalah dari 90-99 persen
tergantung dari katalis yang digunakan.