Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asetilen
Asetilen (nama sistematis: etuna) adalah suatu hidrokarbon yang tergolong
kepada alkuna, dengan rumus C2H2. Asetilen (C2H2) adalah gas yang tidak
berwarna, mudah terbakar, dengan bau mirip bawang putih. Asetilen adalah gas
sintetis yang diproduksi dari reaksi kalsium Karbid dengan air, dan disimpan dalam
silinder yang berisi cairan aseton. Asetilen banyak digunakan untuk pemotongan
besi, pengelasan dan juga untuk mempercepat matangnya buah-buahan. Industri yang
menggunakan asetilen antara lain:
a. Metalurgi : Metalizing, Welding, Oxyfuel cutting, Heat treating
b. Elektrik dan Elektronik : Pembangkit listrik, Sumber energi, Pemanasan
c. Agrikultur : Pematangan buah
Asetilen merupakan alkuna yang paling sederhana, karena hanya terdiri dari
dua atom karbon dan dua atom hidrogen. Pada asetilen, kedua karbon terikat melalui
ikatan rangkap tiga, dan masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp
untuk ikatan sigma. Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilen terletak pada
satu garis lurus, dengan sudut C-C-H sebesar 180°.
Asetilen ditemukan oleh Edmund Davy pada 1836, yang menyebutnya
karburet baru dari hidrogen. Nama asetilen diberikan oleh kimiawan Perancis
Marcellin Berthelot, pada 1860.
Bahan utama pembuatan asetilen adalah kalsium karbonat dan batubara.
Kalsium karbonat diubah terlebih dahulu menjadi kalsium oksida dan batubara
diubah menjadi arang, dan keduanya direaksikan menjadi kalsium karbida dan
karbon monoksida,
CaO + 3C → CaC2 + CO
Kalsium karbida (atau kalsium asetilida) kemudian direaksikan dengan air
dengan berbagai metode, menghasilkan asetilen dan kalsium hidroksida. Reaksi ini
ditemukan oleh Friedrich Wohler di 1862 (Anonim , 2010a).
CaC2 + 2H2O → Ca(OH)2 + C2H2

Universitas Sumatera Utara


Sintesis kalsium karbida memerlukan temperatur yang amat tinggi, ±2000
derajat Celsius, sehingga reaksi tersebut dilakukan di dalam sebuah tungku bunga api
listrik. Reaksi ini merupakan bagian penting dari revolusi di bidang kimia pada akhir
1800-an, dengan adanya proyek tenaga hidroelektrik di Air Terjun Niagara.
Asetilen juga dapat dihasilkan dengan reaksi pembakaran parsial metana
dengan oksigen atau dengan reaksi cracking dari hidrokarbon yang lebih besar
(Anonim, 2010a).

2.2 Asam Asetat


Asam asetat dengan rumus struktur CH3COOH dikenal juga dengan asam
etanoat merupakan bahan kimia organik, dinamakan cuka karena rasanya yang asam
dan baunya yang menyengat. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat
mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur
ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati. Asam
asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan merupakan
nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata Latin acetum,
yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam etanoat. Asam
asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam asetat yang tidak
bercampur air. Disebut demikian karena asam asetat bebas-air membentuk kristal
mirip es pada 16.7°C, sedikit di bawah suhu ruang. Singkatan yang paling sering
digunakan, dan merupakat singkatan resmi bagi asam asetat adalah AcOH atau
HOAc dimana Ac berarti gugus asetil, CH3−C(=O)−. Dalam keadaan murni, asam
asetat bebas air (asam asetat glasial) merupakan cairan tidak berwarna yang
menyerap air dari lingkungan (bersifat higroskopis) dan membeku dibawah 16,7 oC
(62 oF) menjadi sebuah kristal padat yang tidak berwarna. Asam asetat merupakan
satu dari asam karboksilat yang paling sederhana (berikutnya adalah asam format),
merupakan regensia dan bahan kimia industri yang sangat penting yang dipakai
untuk memproduksi berbagai macam bahan (Anonim, 2010b).
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan
etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia
bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun
senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam

Universitas Sumatera Utara


asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti
air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam
asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.
Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami melalui
fermentasi bakteri. Sekarang hanya 10% dari produksi asam asetat dihasilkan melalui
jalur alami, namun kebanyakan hukum yang mengatur bahwa asam asetat yang
terdapat dalam cuka haruslah berasal dari proses biologis. Dari asam asetat yang
diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui karbonilasi
metanol. Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternative.
Produksi total asam asetat dunia diperkirakan 5 juta ton per tahun,
setengahnya diproduksi di Amerika Serikat. Eropa memproduksi sekitar 1 juta ton
per tahun dan terus menurun, sedangkan Jepang memproduksi sekitar 0.7 juta ton per
tahun. 1.51 juta ton per tahun dihasilkan melalui daur ulang, sehingga total pasar
asam asetat mencapai 6.51 juta ton per tahun. Perusahan produser asam asetat
terbesar adalah Celanese dan BP Chemicals. Produsen lainnya adalah Millenium
Chemicals, Sterling Chemicals, Samsung, Eastman, dan Svensk Etanolkem (Safitra,
2008).
Asam asetat merupakan salah satu bahan kimia antara yang digunakan dalam
pembuatan vinil asetat monomer (VAM), asam tereptalik yang dimurnikan (PTA),
asetat anhidrat, asam monokloroasetat (MCA), dan ester asetat. Penggunaan terbesar
untuk asam asetat adalah sebagai bahan baku untuk memproduksi vinil asetat
monomer (VAM). Asam asetat juga digunakan untuk pembuatan asam tereptalik
yang dimurnikan (PTA), yang mana merupakan bahan antara penting untuk berbagai
aplikasi, termasuk serat poliester, botol untuk air dan minuman ringan, film
fotografis dan pita magnetik.
Penggunaan yang penting lainnya untuk asam asetat adalah dalam produksi
asetat anhidrat. Asetat anhidrat digunakan dalam aplikasi yang luas, satu yang utama
adalah dalam pembuatan asetat selulosa. Asetat selulosa digunakan untuk membuat
serat tekstil dan filter rokok. Aplikasi lain dari asetat anhidrat adalah plastik, bahan
kimia pertanian dan farmasi. Asam monokloroasetat (MCA) dibuat dari asam asetat
dan klorin. Pengguunaan utama dari MCA adalah karboksimetil selulosa (CMC).
CMC digunakan dalam berbagai aplikasi termasuk makanan, farmasi, kosmetik dan

Universitas Sumatera Utara


tekstil. MCA juga digunakan untuk membuat herbisida pada pertanian. Asam asetat
digunakan untuk pembuatan berbagai macam ester asetat; yang paling penting adalah
etil asetat, n-butil asetat dan isopropil asetat.
Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan
penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata
permanen, serta iritasi dan juga dapat menyebabkan kerusakan pada sistem
pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah (Anonim, 2010b).

2.3 Vinil Asetat Monomer (VAM)


Vinil Asetat atau VAM (vinyl acetate monomer) adalah senyawa kimia
dengan rumus kimia CH3COOCH=CH2, dan merupakan monomer dari polivinil
asetat. Senyawa ini merupakan cairan tak tak berwarna dengan rasa manis. Nama
sistematis dari senyawa ini adalah 1-asetoksietilena atau etenil asetat. Senyawa ini
biasanya dibuat melalui reaksi dari etilen, asam asetat, dan oksigen dengan katalis
paladium. Senyawa ini dapat dipolimerisasi sendiri membentuk polivinil asetat
(PVA), atau bersama monomer lain untuk membentuk kopolimer seperti etilen-vinil
asetat (Anonim, 2010c)

Gambar 2.1 Rumus Struktur Vinil Asetat


VAM merupakan senyawa kimia yang digunakan dalam pembuatan berbagai
macam produk industri, sebagai polivinil asetat digunakan untuk memproduksi cat,
bahan perekat, dan lapisan untuk bahan lunak. Polivinil alkohol digunakan untuk
memproduksi bahan perekat. Polivinil asetal digunakan untuk memproduksi isolasi
untuk kawat magnet. Etilena vinil asetat kopolimer digunakan untuk memproduksi
bahan perekat, pelapis, dan isolasi. VAM merupakan bahan baku utama untuk
pembuatan polivinil asetat (PVAc) dan polivinil alkohol (PVOH atau PVA). Hampir
80 persen dari total keseluruhan VAM yang diproduksi diseluruh dunia digunakan
untuk membuat kedua bahan kimia tersebut. VAM juga digunakan untuk membuat
polivinil butirat (PVB), etilena-vinil asetat (EVA) kopolimer, dan resin etilena vinil
alkohol (EVOH) (Anonim, 2008d).

Universitas Sumatera Utara


2.4 Katalis untuk Vinil Asetat Monomer (VAM)
Hal penting yang menyebabkan adanya katalis karena katalis mempercepat
laju reaksi ke arah produk maupun ke arah pereaksi, sehingga menghasilkan
rendemen produk lebih cepat (rendemen produk tidak lebih banyak daripada reaksi
yang tanpa katalis)
Katalis terbagi menjadi dua jenis:
a. Katalis Homogen: yaitu zat berwujud gas, cair atau padat yang dapat larut dalam
campuran reaksi.
b. Katalis Heterogen: biasanya adalah zat padat yang berinteraksi dengan pereaksi
berwujud gas atau cair. Reaksi berlangsung di permukaan, sehingga semakin luas
permukaan katalis, reaksi berlangsung lebih efektif, lebih cepat.
Dalam proses produksi vinil asetat yang dihasilkan melalui reaksi antara
asetilen dan asam asetat digunakan katalis zinc asetat dan karbon. Katalis zinc asetat
yang digunakan berbentuk granul dengan ukuran 3-5 mm. Dan reaksi berlangsung
secara eksotermik. Penggantian katalis dilakukan setiap dua bulan dengan laju
produksi sebesar 400-500 metrik ton per bulan. Karena tidak mengandung bahan
yang sangat korosif maka material yang digunakan juga tidak perlu material yang
memiliki ketahan korosif yang baik (Sulaeman, 2008).

2.5 Sifat-Sifat Bahan Baku dan Produk


2.5.1 Sifat-sifat Bahan Baku
1. Asetilen
Kenampakan : gas tak berwarna
Rumus Molekul : C2H2
Berat Molekul : 26,0373 g/mol
Densitas : 1,0967 kg/m3
Titik didih : -80,8 oC
Titik lebur : -84 oC
Wujud : gas (25OC, 1 atm)
(Anonim, 2010a)
2. Asam Asetat
Kenampakan : cairan tak berwarna

Universitas Sumatera Utara


Rumus Molekul : CH3COOH
Berat Molekul : 60,05 g/mol
Densitas : 1,049 g/cm3
Titik didih : 391,2 K
Titik lebur : 289,6 K
Wujud : cair (25OC, 1 atm)
(Anonim, 2010b)

2.5.2 Sifat-sifat Bahan Pembantu


1. Katalisator Zn-Asetat
Kenampakan : kristal putih
Rumus Molekul : Zn(C4COO)2.2H2O
Berat Molekul : 183,48 g/mol
Bentuk : bola
Diameter : 3-5 mm
(Anonim, 2010e)
2. Karbon
Kenampakan : butiran berwarna hitam
Rumus Molekul :C
Berat Molekul : 12 g/mol
Diameter : 0,25 inch
(Anonim, 2010f)

2.5.3 Sifat-sifat Hasil Utama


1. Vinil Asetat
Rumus Molekul : C4H6O2
Berat Molekul : 86,09 g/gmol
Densitas : 0,934 g/cm3
Titik didih : 72,7 oC
Titik lebur : -93 oC
Wujud : cair (35OC, 1atm)
(Anonim, 2010c)

Universitas Sumatera Utara


2.6 Proses Pembuatan Vinil Asetat
Vinil asetat pertama kali dikenal oleh Kettle pada tahun 1912 sebagai hasil
samping dari pembuatan ethylidiene diasetate dari asetilen dan asam asetat. Industri
vinil asetat sendiri baru berkembang tahun 1925 dan produksinya terus meningkat
sejak tahun 1950.
Cara pembuatan vinil asetat ada 3 macam yang dibedakan oleh jenis bahan
bakunya yaitu :
1. Proses Dasar Asetilen
Asetilen direaksikan dengan asam asetat baik dalam fasa gas maupun fasa cair.
Reaksi yang terjadi adalah :
CH 3 COOH + C 2 H 2 ZN
( CH
3COOH
 )2
→ CH 3 COOCHCH 2 ∆H298 = -118 kJ/mol

a. Reaksi Fasa Cair


Pada fasa cair, konversi terjadi pada temperatur rendah berkisar 60-80 OC dan
tekanan rendah berkisar 0,1-0,2. 105Pa. Oleh karena itu, dibutuhkan katalis dengan
tingkat keaktifan tinggi seperti garam-garam merkuri (oksida, sulfat, pospat dan lain-
lain). Reaksi ini tidak dijalankan secara komersial.

b. Reaksi Fasa Gas


Reaksi fasa gas terjadi pada suhu 180-210 OC dan berlangsung pada tekanan
atmosfir, dan dibantu oleh garam metalik. Reaksi ini menggunakan asetilen dalam
jumlah besar dengan perbandingan molar 2 sampai 5 terhadap asam asetat. Yield
vinil asetat yang dihasilkan lebih dari 97% pada asam asetat dan 95% pada asetilen
(Anonim, 2010g).

2. Proses Dasar Etilen


Etilen direaksikan dengan asam asetat dan udara baik dalam fasa gas maupun
fasa cair. Reaksi yang terjadi adalah :
1
C 2 H 4 + CH 3 COOH + O2 
→ CH 3 COOCHCH 2 + H 2 O ∆H298 = -180 kJ/mol
2

a. Reaksi Fasa Cair


Reaksi dapat dijalankan dalam proses batch maupun kontinu dengan kondisi
operasi 120OC – 180OC dengan menggunakan katalisator PdCl2. Reaksi ini tidak

Universitas Sumatera Utara


memberikan keuntungan karena biaya investasi lebih besar 50 % jika dibandingkan
dengan proses asetilen pada fasa gas

b. Reaksi Fasa Gas


Reaksi dijalankan pada suhu operasi 160-180 OC, tekanan 0,5 – 0,8.105 Pa,
menggunakan katalisator palladium. Proses ini juga tidak menguntungkan karena
investasinya besar.

3. Proses Asetaldehid – Asam Asetat Anhidrid


Reaksi dijalankan dalam fasa cair, mula-mula yang terbentuk adalah
etilidiene diasetat kemudian membentuk vinil asetat. Reaksi ini tidak
menguntungkan karena yield yang dihasilkan kecil.
Dari ketiga proses diatas, pada pra rancangan vinil asetat dipilih proses dasar
asetilen fasa gas dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Investasi lebih murah jika dibandingkan dengan proses dasar etilen.
2. Kondisi operasi mendekati atmosfir, sehingga operasional pabrik lebih
mudah
3. Yield vinil asetat dalam proses ini lebih tinggi.

2.7 Deskripsi Proses


Bahan baku yang digunakan adalah gas asetilen 99,9 % dan asam asetat
99,8%. Reaktan asam asetat cair yang sebelumnya digunakan sebagai solvent di
absorber, AB-301 dilewatkan di heat exchanger, HE-203 dialirkan ke menara
destilasi, MD-301dari recycle hasil bawah menara distilasi dipompa dengan pompa,
P-302 sampai tekanan 1,283 atm menuju vaporizer, V-201. Di dalam vaporizer
semua cairan asam asetat diuapkan, sehingga keluar dari vaporizer berupa uap jenuh
bersuhu 180 OC. Umpan segar dicampur dengan gas asetilen recycle dari absorber,
AB-301 menggunakan mixing point I, M-201 dinaikkan suhunya menjadi 180OC
dengan steam di penukar panas HE-201 kemudian diturunkan tekanannya menjadi
1,283 atm dengan menggunakan expander JE-201.
Gas asetilen dan gas asam asetat masuk reaktor dengan perbandingan = 4:1.
Campuran gas diumpankan ke dalam reaktor, R-201. Reaktor yang dipakai adalah

Universitas Sumatera Utara


reaktor fixed bed multitubular dengan menggunakan katalisator Zn-asetat yang
diendapkan dalam permukaan karbon aktif.
Reaksi:
C2H2 (g) + CH3COOH (g) C2H3OOCCH3 (g)
Reaksinya merupakan reaksi eksothermis. Oleh karena itu memerlukan
pendinginan. Reaktor didinginkan dengan Dowtherm-E yang mengalir searah dengan
aliran umpan. Gas keluar reaktor berupa gas asetaldehid, asetilen yang tidak
bereaksi, gas hidrogen yang tidak bereaksi, air yang tidak bereaksi dan produk
berupa vinil asetat.
Kemudian campuran gas itu ditekan dengan menggunakan blower, JB-201
sehingga tekanannya menjadi 3 atm dan didinginkan dalam penukar panas HE-203
dan HE-204 sampai suhu uap jenuh yaitu 72,75OC. Campuran gas ini didinginkan di
kondensor partial, CD-201 sampai suhunya mencapai 30OC. Campuran uap dan
cairan ini selanjutnya dipisahkan dalam separator, SP-301. Gas yang masih belum
mengembun diserap dalam absorber, AB-301 dengan menggunakan pelarut asam
asetat. Gas yang tidak terserap dalam absorber, AB-301 (gas asetilen dan hidrogen)
dipisahkan dengan splitter sebagian di-recycle dan dicampur dengan gas asetilen
segar untuk umpan reaktor. Sebagian gas yang keluar dari splitter dikeluarkan dari
proses untuk mencegah akumulasi.
Cairan yang keluar dari separator, SP-301 bersama dengan cairan yang
keluar dari absorber diumpankan ke dalam menara distilasi. Sebelum diumpankan ke
menara distilasi, MD-01 umpan dipanaskan dalam HE-203 sampai suhu 91,54OC dan
diturunkan tekanannya dengan ekpansion valve, EV-301 sampai 1 atm. Di dalam
menara distilasi, MD-01 terjadi pemisahan komponen berdasarkan pada perbedaan
titik didihnya. Hasil atas MD-01 berupa campuran asetaldehid, air dan vinil asetat
pada suhu 72,87OC dan ditampung dalam accumulator, AC-301, dan dipompa
kembali ke MD-301 sebagai refluks dan sebagian sebagai distilat MD-301. Distilat
MD-301 dengan komposisi 99,95% vinil asetat selanjutnya didinginkan dalam HE-
301 dengan menggunakan air pendingin sampai suhu 30OC dan selanjutnya disimpan
dalam tangki penyimpan, TK-301 sebagai hasil utama pabrik ini, sedangkan hasil
bawah MD-301 yang sebagian besar asam asetat di-recycle sebagai umpan reaktor.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
NERACA MASSA

Hasil perhitungan neraca massa pada proses pembuatan vinil asetat dengan
kapasitas produksi 60.000 ton/tahun adalah sebagai berikut :
Basis perhitungan : 1 jam operasi
Waktu kerja pertahun : 330 hari
Satuan operasi : kg/jam
Kapasitas per jam : 7575,7576 kg/jam

3.1 Vaporizer (V-201)


Tabel 3.1 Neraca Massa Vaporizer (V-201)
Masuk Keluar
Komponen (kg/jam) (kg/jam)
Alur 9 Alur 10
Asetilen - -
Asam Asetat 5283,5 5283,5
Air 18,3 18,3
Vinil Asetat 77,3 77,3
Asetaldehid - -
Hidrogen - -
5379,1 5379,1
Total
5379,1 5379,1

3.2 Mixing Point I (M-201)


Tabel 3.2 Neraca Massa Mixing Point I (M-201)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Komponen
Alur 3 Alur 5 Alur 6
Asetilen 2635 6529,6 9164,6
Asam Asetat - - -
Air - - -
Vinil Asetat - - -
Asetaldehid - - -
Hidrogen 1,4 26,3 27,7
2636,4 6555,9 9192,3
Total
9192,3 9192,3

Universitas Sumatera Utara


3.3 Reaktor (R-201)
Tabel 3.3 Neraca Massa Reaktor (R-201)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Komponen
Alur 8 Alur 11 Alur 12
Asetilen 9164,6 - 6873,2
Asam Asetat - 5283,5 -
Air - 18,3 18,1
Vinil Asetat - 77,3 7652
Asetaldehid - - 0,4
Hidrogen 27,7 - 27,7
9192,3 5379,1 14571,4
Total
14571,4 14571,4

3.4 Blower (JB-201)


Tabel 3.4 Neraca Massa Blower (JB-201)
Masuk
Keluar (kg/jam)
Komponen (kg/jam)
Alur 12 Alur 13 Alur 14
Asetilen 6873,2 4359,4 2513,8
Asam Asetat - - -
Air 18,1 11,5 6,6
Vinil Asetat 7652 4853,3 2798,7
Asetaldehid 0,38 0,24 0,14
Hidrogen 27,7 17,6 10,1
14571,38 9242,04 5329,34
Total
14571,38 14571,38

3.5 Separator (SP-301)


Tabel 3.5 Neraca Massa Separator (SP-301)
Masuk
Keluar (kg/jam)
Komponen (kg/jam)
Alur 18 Alur 19 Alur 21
Asetilen 6873,2 6873,2 -
Asam Asetat - - -
Air 18,1 - 18,1
Vinil Asetat 7652 - 7652
Asetaldehid 0,4 0,4 -
Hidrogen 27,7 27,7 -
14571,4 6901,3 7670,1
Total
14571,4 14571,4

Universitas Sumatera Utara


3.6 Absorber (AB-301)
Tabel 3.6 Neraca Massa Absorber (AB-301)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Komponen
Alur 4 Alur 19 Alur 20 Alur 22
Asetilen - 6873,2 - 6873,2
Asam Asetat 5283,5 - 5283,5 -
Air 0,8 - 0,8 -
Vinil Asetat - - - -
Asetaldehid - 0,4 0,4 -
Hidrogen - 27,7 - 27,7
5284,3 6901,3 5284,7 6900,9
Total
12185,6 12185,6

3.7 Mixing Point II (M-301)


Tabel 3.7 Neraca Massa Mixing Point II (M-301)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Komponen
Alur 20 Alur 21 Alur 23
Asetilen - - -
Asam Asetat 5283,5 - 5283,5
Air 0,8 18,1 18,9
Vinil Asetat - 7652 7652
Asetaldehid 0,4 - 0,4
Hidrogen - - -
5284,7 7670,1 12954,8
Total
12954,8 12954,8

3.8 Splitter (S-301)


Tabel 3.8 Neraca Massa Splitter (S-301)
Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Komponen
Alur 22 Alur 5 Alur 26
Asetilen 6873,2 6529,6 343,6
Asam Asetat - - -
Air - - -
Vinil Asetat - - -
Asetaldehid - - -
Hidrogen 27,7 26,3 1,4
6900,9 6555,9 345
Total
6900,9 6900,9

Universitas Sumatera Utara


3.9 Kolom Distilasi (MD-301)
Tabel 3.9 Neraca Massa Kolom Destilasi (MD-301)
Masuk
Keluar (kg/jam)
Komponen (kg/jam)
Alur 25 Alur 33 Alur 30
Asetilen - - -
Asam Asetat 5283,5 5283,5 -
Air 18,9 18,3 0,6
Vinil Asetat 7652 77,3 7574,7
Asetaldehid 0,4 - 0,4
Hidrogen - - -
12954,8 5379,1 7575,7
Total
12954,8 12954,8

3.10 Kondensor (CD-301)


Tabel 3.10Neraca Massa pada Kondensor (CD-301)
Masuk
Keluar (kg/jam)
Komponen (kg/jam)
Alur 27 Alur 28
Asetilen - -
Asam Asetat - -
Air 1,7 1,7
Vinil Asetat 21035 21035
Asetaldehid 1,1 1,1
Hidrogen - -
Total 21037,8 21037,8

3.11 Akumulator (AC-301)


Tabel 3.11 Neraca Massa Akumulator (AC-301)
Masuk
Keluar (kg/jam)
Komponen (kg/jam)
Alur 28 Alur 29 Alur 30
Asetilen - - -
Asam Asetat - - -
Air 1,7 1,1 0,6
Vinil Asetat 21035 13460 7575
Asetaldehid 1,1 0,7 0,4
Hidrogen - - -
21037,8 13461,8 7576
Total
21037,8 21037,8

Universitas Sumatera Utara


3.12 Reboiler (RB-301)
Tabel 3.12 Neraca Massa Reboiler (RB-301)
Masuk
Keluar (kg/jam)
Komponen (kg/jam)
Alur 31 Alur 32 Alur 33
Asetilen - - -
Asam Asetat 19655 14371,5 5283,5
Air 66,7 48,4 18,3
Vinil Asetat 287,8 210,5 77,3
Asetaldehid - - -
Hidrogen - - -
20009,5 14630,4 5379,1
Total
20009,5 20009,5

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai