Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan


rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul DRYING ( PENGERINGAN ). Sesungguhnya pembuatan
makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Unit Operasi.
Saya telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun makalah ini
dengan sebaik mungkin, namun penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen dan pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah
ilmu dan wawasan bagi kita semua.

Yogyakarta, 15 April 2019

Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 1
D. Dasar Teori ............................................................................................................ 1
1. Pengertian drying .................................................................................................... 1
2. Klasifikasi Pengeringan .......................................................................................... 2
3. Konsep Dasar Drying .............................................................................................. 2
4. Prinsip-Prinsip Drying ............................................................................................ 2
5. Jenis-Jenis drying ....................................................................................................... 3
E. Pembahasan ........................................................................................................... 8
F. Kesimpulan .......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13

i
A. Latar Belakang
Unit operasi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang
pengoprasian tiap unit dasar dalam suatu proses. Suatu proses dapat terdiri
dari banyak unit operasi untuk mendapatkan produk yang diinginkan. Unit
operasi tidak hanya mengubah suatu zat seperti reaksi di dalam reaktor
kimia namun juga terjadi perubahan fisik maupun fasa seperti pemisahan,
kristalisasi, penguapan, filtrasi dan beberapa contoh lainnya. Sebagai contoh
dalam pemrosesan susu, homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan dan
pengeringan.
Pengeringan merupakan salah satu unit pengoprasian dalam proses.
Pengeringan banyak juga di gunakan dalam perindustrian. Pengeringan sering
digunakan untuk pengurangan kadar air yang berlebih. Proses ini seringkali
merupakan tahap akhir proses prduksi sebelum dikemas atau dijual ke
konsumen. Benda yang telah dikeringkan akan menjadi benda yang padat
dalam wujud bubuk (misal susu bubuk) maupun potongan besar (misal kayu)
meski bahan awal sebelum pengeringan adalah benda semi padat (misal keju
"hijau"). Sumber panas dan cara penghantaran panas dibutuhkan dalam
pengeringan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pengeringan ?
2. Bagaimana proses dalam pengeringan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui perngertian pengeringan ?
2. Mengetahui proses dalam pengeringan ?
D. Dasar Teori
1. Pengertian drying
Pengeringan (drying) zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air
atau zat cair lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat
cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai terendah yang dapat diterima.

1
Pengeringan biasanya merupakan alat terakhir dari sederetan operasi, dan
hasil pengeringan biasanya siap untuk dikemas.
2. Klasifikasi Pengeringan
Ada pengering yang beroperasi secara kontinyu (sinambung) dan
batch.Untuk mengurangi suhu pengeringan, beberapa pengering beroperasi
dalam vakum.Beberapa pengering dapat menangani segala jenis bahan,
tetapi ada pula yang sangat terbatas dalam hal umpan yang ditanganinya.
Pembagian pokok pengering (dryer) :
1 Pengering (dryer) dimana zat yang dikeringkan bersentuhan
langsung dengan gas panas (biasanya udara) disebut pengering adiabatik
(adiabatic dryer) atau pengering langsung (direct dryer).
2 Pengering (dryer) dimana kalor berpindah dari zat ke medium luar,
misalnya uap yang terkondensasi, biasanya melalui permukaan logam yang
bersentuhan disebut pengering non adiabatik (non adiabatic dryer) atau
pengering tak langsung (indirect dryer).
3. Konsep Dasar Drying
Proses pengeringan merupakan proses perpindahan panas dari
sebuah permukaan benda sehingga kandungan air pada permukaan benda
berkurang. Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya perbedaan
temperatur yang signifikan antara dua permukaan. Perbedaan temperatur
ini ditimbulkan oleh adanya aliran udara panas diatas permukaan benda
yang akan dikeringkan yang mempunyai temperatur lebih dingin.
4. Prinsip-Prinsip Drying
Banyaknya ragam bahan yang dikeringkan di dalam peralatan
komersial dan banyaknya macam peralatan yang digunakan orang, maka
tidak ada satu teori pun mengenai pengeringan yang dapat meliputi semua
jenis bahan dan peralatan yang ada.Variasi bentuk dan ukuran bahan,
keseimbangan kebasahannya (moisture) mekanisme aliran bahan
pembasah itu, serta metode pemberian kalor yang diperlukan untuk
penguapan. Prinsip – prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
alat pengering antara lain :

2
1. Pola suhu di dalam pengering
2. Perpindahan kalor di dalam pengering
3. Perhitungan beban kalor
4. Satuan perpindahan kalor
5. Perpindahan massa di dalam pengering
5. Jenis-Jenis drying
Pengeringan alamiah menggunakan panas matahari
Pengeringan hasil pertanian dengan menggunakan energi matahari
biasanya dilakukan dengan menjemur bahan diatas alas jemuran atau
lamporan, yaitu suatu permukaan yang luasnya dapat dibuat dari berbagai
bahan padat. Sesuai dengan sistem dan peralatannya serta pertimbangan
faktor ekonomis, alat jemur dapat dibuat dari anyaman tikar, anyaman
bambu, lembaran seng, lantai batu bata atau lantai semen.
Pengeringan ini adalah pengeringan yang paling sederhana (dengan cara
penjemuran). Penjemuran adalah usaha pembuangan atau penurunan kadar
air suatu bahan untuk memperoleh tingkat kadar air yang cukup aman
disimpan, yaitu yang tingkat kadar airnya seimbang dengan
lingkungannya.
Pengeringan menggunakan bahan bakar
 Bahan bakar sebagai sumber panas (bahan bakar cair, padat, listrik)
misal : BBM, batu bara, limbah biomasa yaitu arang, kayu, sekam, serbuk
gergaji dll.
 Pengeringan ini disebut juga dengan pengeringan mekanis
 Jenis-jenis pengeringan mekanis adalah Tray Dryer, Rotary Dryer,
Spray Dryer, Freeze Dryer
a. Tray dryer (alat pengering berbentuk rak)
 Bentuknya persegi dan didalamnya berisi rak-rak yang digunakan
sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan
 Cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran
 Sering digunakan untuk produk yang jumlahnya tidak terlalu besar
 Waktu pengeringan umumnya lama (1-6 jam)

3
b. Rotary Dryer (Pengering berputar)
 Pengering kontak langsung yang beroperasi secara kontinyu, terdiri atas
cangkang silinder yang berputarperlahan, biasanya dimiringkan beberapa
derajat dari bidang horizontal untuk membantu perpindahan umpan basah
yang dimasukkan pada atas ujung drum.
 Bahan kering dikeluarkan pada ujung bawah
 Waktu pengeringan cepat ( 10 s/d 60 menit).
 Cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran

c. Freeze dryer (Pengering beku)


 cocok untuk padatan yang sangat sensitif panas (bahan bioteknologis
tertentu, bahan farmasi, pangan dengan kandungan flavor tinggi.
 Pengeringan terjadi di bawah titik triple cairan dengan menyublim air
beku menjadi uap, yang kemudian dikeluarkan dari ruang pengering
dengan pompa vakum mekanis
 Menghasilkan produk bermutu tinggi dibandingkan dengan teknik
dehidrasi lain.

4
d. Spray dryer (pengering semprot)
 cocok untuk bahan yang berbentuk larutan yang sangat kental serta
berbentuk pasta (susu,zat pewarna, bahan farmasi)
 Kapasitas beberapa kg per jam hingga 50 ton per jam penguapan (20000
pengering semprot)
 Umpan yang diatomisasi dala bentuk percikan disentuhkan dengan udara
panas yang dirancang dengan baik

3. Pengeringan gabungan
 Pengeringan gabungan adalah pengeringan dengan menggunakan energi
sinar matahari dan bahan bakar minyak atau biomass yang menggunakan
konveksi paksa (udara panas dikumpulkan dalam kolektor kemudian
dihembus ke komoditi).

5
 Latar belakang : karena Temperatur lingkungan hanya sekitar 33 °C,
sedangkan temperatur pengeringan untuk komoditi pertanian kebanyakan
berkisar 60-70°C
 Oleh karena itu perlu ditingkatkan temperatur lingkungan dengan cara
mengumpulkan udara dalam suatu kolektor surya dan menghembuskannya
ke komoditi. (digunakan blower atau kipas angin ).
Contoh:
1.Alat pengering energi surya tipe lorong
2.Alat pengering energi surya-biomassa tipe lorong
3.Alat pengering rumah asap
4.Unit prosesing kakao/rumah pengering surya.
a. Alat pengering energi surya tipe lorong
 terdiri atas kipas angin sentrifugal, pemanas udara (kolektor) dan lorong
pengering.
 Kolektor dan lorong pengering dipasang paralel dan diatasnya ditutup
dengan plastik transparan.
 Alat pengering dipasang dengan arah membujur utara-selatan dan
diletakkan diatas tanah.
 Udara pengering yang dihasilkan dalam kolektor dihembuskan ke
komoditi dengan kccepatan 400 – 900 m3/jam agar tercapai temperatur
pengeringan 40 – 60 OC.

b. Alat pengering energi surya-biomassa tipe lorong


 Alat pengering tipe lorong diatas dimodifikasi menjadi alat pengering
energi surya dan biomass

6
 Ruang pengering dan kolektor dipasang pada satu sumbu supaya
kehilangan tekanan udara menjadi lebih kecil. Kipas dengan tenaga listrik
60 watt dapat berfungsi secara efisien, bahkan kipas arus scarab 32 watt
dengan penggerak photovoltaik dapat dipakai pada sistem tersebut
 Alat pengering tersebut dipasang diatas struktur kayu dan disangga
dengan batako setinggi 60 cm dari tanah.
 Pada alat pengering yang dimodifikasi ini dilengkapi dengan tungku
biomass dimana alat penukar panas yang terbuat dari plat baja, agar pada
waktu hujan atau malam hari masih dapat dilakukan operasi pengeringan.
Gambar 9. Alat pengering Surya – Biomass Tipe Lorong
c. Alat pengering rumah asap
 Alat ini terdiri atas : plat pemanas matahari yang dihubungkan dengan
ruang pengering. Di dalam ruang pengering yang berbentuk rumah yang
pada bagian atasnya terdapat penggantung komoditas.
 Sebagian dari udara buang dikembalikan ke plat pemanas sehingga
temperatur kembali dapat dinaikkan menjadi 45 – 60°C. Untuk
mengurangi ketergantungan pada kondisi cuaca, alat ini dilengkapi dengan
tungku biomass yang dipasang dibawah rumah asap.
Gambar 10. Alat pengering Rumah Asap
d. Unit prosesing kakao/rumah pengering surya.
 atap seluas 100 m2 dan berfungsi juga sebagai kolektor matahari. Udara
masuk ke kolektor sehingga menjadi panas. Dengan menggunakan kipas
angin (blower), udara panas tersebut kemudian “ditarik” dan dihembus ke
tempat pengering. Pemasangan atap dibuat dengan kemiringan 10° pada
arah utara-selatan.
 Rumah pengering ini dirancang untuk memeroses 2-3 ton biji kakao
basah, menggunakan 4 buah blower aksial.
 unit ini mampu berfungsi dengan efektif. Satu siklus pengolahan
berlangsung selama 5 hari. Dengan pengoperasian tungku pada malam
hari, waktu pengeringan lebih singkat yaitu sekitar 36-44 jam.

7
E. Pembahasan
Proses pengeringan merupakan proses perpindahan panas dari
sebuah permukaan benda sehingga kandungan air pada permukaan benda
berkurang. Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya perbedaan
temperatur yang signifikan antara dua permukaan. Perbedaan temperatur
ini ditimbulkan oleh adanya aliran udara panas diatas permukaan benda
yang akan dikeringkan yang mempunyai temperatur lebih dingin.
Pengeringan ialah suatu cara/proses untuk mengeluarkan atau
menghilangkansebagian air dari suatu bahan , dengan cara menguapkan
sebagian besar air yangdikandungnya dengan menggunakan energi panas.
Biasanya kandungan air bahan dikurangi sampai batas dimana mikroba
tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya.Pengeringan dapat pula diartikan
sebagai suatu penerapan panas dalam kondisi terkendali,untuk
mengeluarkan sebagian besar air dalam bahan pangan melaluievaporasi
(pada pengeringan umum) dan sublimasi (pada pengeringan beku).
Dalam proses pengeringan terdapat prinsip – prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan alat pengering antara lain :
1. Pola suhu di dalam pengering
2. Perpindahan kalor di dalam pengering
3. Perhitungan beban kalor
4. Satuan perpindahan kalor
5. Perpindahan massa di dalam pengering
Klasifikasi dari pengeringan sendiri dibagi menjadi 2 yaitu:
1 Pengering (dryer) dimana zat yang dikeringkan bersentuhan
langsung dengan gas panas (biasanya udara) disebut pengering adiabatik
(adiabatic dryer) atau pengering langsung (direct dryer).
2 Pengering (dryer) dimana kalor berpindah dari zat ke medium luar,
misalnya uap yang terkondensasi, biasanya melalui permukaan logam yang
bersentuhan disebut pengering non adiabatik (non adiabatic dryer) atau
pengering tak langsung (indirect dryer).

8
Dari 2 klasifikasi tersebut memiliki berbagai jenis atau cara
pengeringan yang dibagi menjadi 3 yaitu secara alami atau konvensional,
memakai bahan bakar dan gabungan dari keduanya.

1. Pengeringan secara alami


Pengeringan sederhana (dengan cara penjemuran). Penjemuran adalah
usaha pembuangan atau penurunan kadar air suatu bahan untuk
memperoleh tingkat kadar air yang seimbang dengan kelembaban nisbi
udara atmosfir.

2. Pengeringan menggunakan bahan bakar


Bahan bakar sebagai sumber panas (bahan bakar cair, padat,listrik) €
arang, batu bara, kayu
a. Tray Drying
o Bentuknya persegi dan didalamnya berisi rak-rak yang digunakan
sbg t4 bahan yang akan dikeringkan
o Cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran
o Sering digunakan untuk produk yang jumlahnya tidak terlalu besar
o Bisa digunakan dalam keadaan vakum
o Waktu pengeringan umumnya lama (10-60 jam)
b. Rotary Dryer

o Pengering kontak langsung yang beroperasi secara kontinyu,


terdiri atas cangkang silinder yang berputarperlahan, biasanya
dimiringkan beberapa derajat dari bidang horizontal untuk
membantu perpindahan umpan basah yang dimasukkan pada atas
ujung drum.

o Bahan kering dikeluarkan pada ujung bawah

o Waktu pengeringan cepat ( 10 s/d 60 menit).

o Cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butira

9
c. Sprayer Dryer
o cocok untuk bahan yang berbentuk larutan yang sangat kental serta
berbentuk pasta (susu,zat pewarna, bahan farmasi)
o Kapasitas beberapa kg per jam hingga 50 ton per jam penguapan
(20000 pengering semprot)
o Umpan yang diatomisasi dala bentuk percikan disentuhkan dengan
udara panas yang dirancang dengan baik

d. Freeze Dryer
o cocok untuk padatan yang sangat sensitif panas (bahan
bioteknologis tertentu, bahan farmasi, pangan dengan kandungan
flavor tinggi.
o Pengeringan terjadi di bawah titik triple cairan dengan menyublim
air beku menjadi uap, yang kemudian dikeluarkan dari ruang
pengering dengan pompa vakum mekanis
o Menghasilkan produk bermutu tinggi dibandingkan dengan teknik
dehidrasi lain.

3. Pengeringan secara gabungan

Pengeringan dgn energi smh dan bahan bakar minyak atau biomasa yang
menggunakan konveksi paksa (udara panas dikumpulkan dalam kolektor
kemudian dihembus ke komoditi.). Latar belakang : karena Temperatur
lingkungan hanya sekitar 33 °C, sedangkan temperatur pengeringan untuk
komoditi pertanian kebanyakan berkisar 60-70°C Perlu ditingkatkan
temperatur lingkungan dengan cara mengumpulkan udara dalam suatu
kolektor surya dan menghembuskannya ke komoditi. (digunakan blower atau
kipas angin. Ada 4 jenis dalam pengeringan secara gabungan yaitu:

10
a. Alat pengering energi surya tipe lorong

o terdiri atas kipas angin sentrifugal, pemanas udara (kolektor) dan lorong
pengering.
o Kolektor dan lorong pengering dipasang paralel dan diatasnya ditutup
dengan plastik transparan.
o Alat pengering dipasang dengan arah membujur utara-selatan dan
diletakkan diatas tanah.
o Udara pengering yang dihasilkan dalarn kolektor dihcmbuskan ke
komoditi dengan kccepatan 400 - 900 m3/jam agar tercapai temperatur
pengeringan 40 - 60 OC.

b. Alat pengeringan surya biomass tipe lorong

o Alat pengering tipe lorong diatas dimodifikasi menjadi alat pengering


energi surya dan biomass

o Ruang pengering dan kolektor dipasang pada satu sumbu supaya


kehilangan tekanan udara menjadi lebih kecil. Kipas dengan tenaga listrik
60 watt dapat berfungsi secara efisien, bahkan kipas arus scarab 32 watt
dengan penggerak photovoltaik dapat dipakai pada sistem tersebut

o Alat pengering tersebut dipasang diatas struktur kayu dan disangga


dengan batako setinggi 60 cm dari tanah.

o Pada alat pengering yang dimodifikasi ini dilengkapi dengan tungku


biomass din alat penukar panas yang terbuat dari plat baja, agar pada
waktu hujan atau malam hari masih dapat dilakukan operasi pengeringan.

11
c. Rumah Pengering Surya

o Atap seluas 100 m2 dan berfungsi juga sebagai kolektor matahari. Udara
masuk ke kolektor sehingga menjadi panas. Dengan menggunakan kipas
angin (blower), udara panas tersebut kemudian "ditarik" dan dihembus ke
tempat pengering. Pemasangan atap dibuat dengan kemiringan 10° pada
arah utara-selatan.

o Rumah pengering ini dirancang untuk memeroses 2-3 ton biji kakao
basah, menggunakan 4 buah blower aksial.

o unit ini mampu berfungsi dengan efektif. Satu siklus pengolahan


berlangsung selama 5 hari. Dengan pengoperasian tungku pada malam
hari, waktu pengeringan lebih singkat yaitu sekitar 36-44 jam.

d. Alat Pengering Rumah Asap

o Alat ini terdiri atas : plat pemanas matahari yang dihubungkan dengan
ruang pengering. Di dalam ruang pengering yang berbentuk rumah yang
pada bagian atasnya terdapat penggantung komoditas.

o Sebagian dari udara buang dikembalikan ke plat pemanas sehingga


temperatur kembali dapat dinaikkan menjadi 45 - 60°C. Untuk
mengurangi ketergantungan pada kondisi cuaca, alat ini dilengkapi
dengan tungku biomass yang dipasang dibawah rumah asap.

F. Kesimpulan

12
DAFTAR PUSTAKA

Istadi, 2001. Penentuan Konstanta Pengeringan dalam Sistem Pengeringan Lapis


Tipis (Thin Layer Drying). Semarang:Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.

Tambunan, A. H. 2001. Panduan Praktis Mujumdar untuk Pengeringan


Industrial. Bogor: IPB Press.

Desroiser, Norman. W. 1988.Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : UI Press.

Taib, Gunarif,dkk. 1988. Operasi pengeringan pada Pengolahan Hasil Pertanian.


Jakarta: Melton Putra.

13

Anda mungkin juga menyukai