Anda di halaman 1dari 24

KIMIA FISIK II

ISOTERM ADSORPSI

PENDAHULUAN

Adsorpsi adalah proses penyerapan molekul (gas atau cair), oleh


permukaan (padatan).defenisi tersebut digunakan untuk memperjelas terjadinya
akumulasi molekul-molekul gas pada permukaan padatan. Adsorpsi dapat terjadi
karena interaksi gaya elektrostatik atau van der waak antar molekul
(physisrphon) maupun oleh adanya interaksi kimiawi antar molekul (kimisophon
kimisorpsi). Kimisorpsi bisa dinyatakan oleh besarnya energi adsorpsi. Adsorpsi
adalah peristiwa kesetimbangan kimia. Oleh karenanya, berkurangnya kadar zat
yang teradsorpsi (adsorbat) oleh material pengadsorpsi (adsorpben) terjadi secara
kesetimbangan. (Syntia, 2010).
Percobaan adsorpsi yang paling umum adalah menentukan hubungan
jumlah gas teradsorpsi (pada adsorben) dan tekanan gas. Pengukuran ini
dilakukan pada suhu tetap dan hasil pengukuran digambarkandalam grafik dan
dan disebut isoterm adsorpsi. Pada tahun 1918, Langmuir menurunkan teori
isoterm adsorpsi dengan menggunakan model sederhana berupa padatan yang
mengadsorpsi gas pada permukaannnya. Pendekatan Langmuir meliputi lima
asumsi mutlak, yaitu:
1. Gas yang teradsorpsi berkelakuan deal dalam fasa uap
2. Gas yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monolayer
3. Permukaan adsorbat homogen, artinya afinitas setiap kedudukan ikatan
untuk molekul gas sama.
4. Tidak ada antariksa lateral antara molekul adsorbat (Ananta,2009).

Adsorpsi adalah pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada


permukaan zat lain, sebagai akibat dari pada ketidakjenuhan gaya-gaya pada
permukaan tersebut. Untuk proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat yang
teradsorpsi bergantung pada beberapa faktor :
a. Jenis adsorben
b. Jenis adsorbat atau zat yang teradsorbsi
c. Luar permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat terlarut
e. Temperatur
Bagi suatu sistem adsorpsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi, persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi zat
terlarut pada temperatur tertentu disebut isoterm adsorpsi. Oleh Freudelich
isoterm adsorpsi ini dinyatakan sebagai :
dx
= k1 ( a – x ) ( b – x )
dt
Dengan
X = jumlah zat yang teradsorpsi
K1 = tetapan laju reaksi
a = konsentrasi awal ester, dalam mol liter-1
b = konsentrasi awal ion OH, dalam mol liter-1
persamaan ini mengungangkap, bahwa bila suatu proses adsorpsi menurut isoterm
(soterm freudlich, maka aluran log x/m terhadap log c akan merupakan garis
lurus). Dari garis dapat di evaluasi tetapan k dan n. (Tim dosen kimia, 2010:13).
Adsorpsi adalah proses penyerapan molekul (gas atau cair), oleh
permukaan (padatan).defenisi tersebut digunakan untuk memperjelas terjadinya
akumulasi molekul-molekul gas pada permukaan padatan. Adsorpsi dapat terjadi
karena interaksi gaya elektrostatik atau van der waak antar molekul
(physisrphon) maupun oleh adanya interaksi kimiawi antar molekul (kimisophon
kimisorpsi). Kimisorpsi bisa dinyatakan oleh besarnya energi adsorpsi. Adsorpsi
adalah peristiwa kesetimbangan kimia. Oleh karenanya, berkurangnya kadar zat
yang teradsorpsi (adsorbat) oleh material pengadsorpsi (adsorpben) terjadi secara
kesetimbangan. (Syntia, 2010).
Hubungan antara jumlah adsorbat yang terjerap dengan konsentrasi
adsorbat dalam larutan pada konsentrasi pada keadaan kesetimbangan dan suhu
tetap, dapat dinyatakan dengan isoterm dan adsorpsi. Model isoterm Freundlich
menggunakan asumsi bahwa zat adsorpsi terjadi secara fisika. Model isotherm
Freundlich, merupakan persamaan empirik yang dinyatakan dengan persamaan:
q= Kf C1/n
dengan Kf dan n merupakan konstanta Freundlich Kf dan n adalah fungsi suhu
dengan persamaan:
Kf= Kf, ∞exp (-kf, 0 αT)
1
n=
Kf , 0 T
dengan α, Kf ∞ dan Kf, 0 adalah konstanta. Model isotherm Langmuir
menggunakan pendekatan kinetika, yaitu kesetimbangan terjadi bila kecepatan
adsorpsi sama dengan kecepatan desorpsi. Asumsi yang digunakan pada
persamaan Langmuir, adsorpsi secara kimia (Sembodo,2005).
Selama bertahun-tahun adsorben-adsorben yang paling atau sangat lazim
adalah zat padat yang secara kasar dapat dilakukan karakterisasi sebagai polar. Ini
mencakup bahan-bahan organik seperti sukrosa, amilum dan selulosa atau bahan-
bahan anorganik seperti kalsium dan magnesiumkarbonat, gel silica dan
aluminium. Adsorpsi (adsorben-adsorben) seperti itu memperlihatkan afinitas
yang tinggi terhadap zat terlarut polar, terutama jika polaritasdari zat itu terlarut
tersebut rendah. Berdasarkan pengalaman dengan system-sistem sperti itu, mincul
beberapa aturan umum jika semua factor lain sama, semakin polar suatu senyawa
maka semakin kuat senyawa tersebut akan diadsorpsi. Jika factor-faktor lain sama,
berat molekul yang besar kecenderungan untuk mengisi tempat-tempat permukaan
zat terlarut (Day dan Underwood. 2002:528).
TINJAUAN PUSTAKA

1. Isoterm
Isoterm adalah ungkapan tentang kesamaan susu bagi titik system atau
fase. Isoterm adsorpsi Langmuir merupakan adsorpsi gas pada padatan dengan
suhu konstanmengikuti hubungan:
θ=bP/[1+bP]
θ = fraksi permukaanyang menyerap molekul
b = koefisien adsorpsi
P = tekanan gas
Isoterm Serapan Langmuir Freunollich persamaan pertama yang menyetakan
hubungan antara jumlah materi dan diserap dengan konsentrasi materi dalam
larutan: m=kC1/n, m adalah jumlah gram yang diserap per gram penyerap, C
konsentrasi, k dan n adalah zat tetapan (Pudjaatmaka. 2002:341)
Isoterm yang menggambarkan suatu kesetimbangan adsorpsi biasanya
tidak linear. Banyak system mengikuti persamaannya Frendlich sekurang-
kurangnya jika konsentrasinya tidak terlalu tinggi. Persamaan ini yang ditemukan
pada kahir tahun 1800-an, suatu persamaan empiris yang tidak diturunkan dari
model yang khusus tetapi kebetulan saja cocok dengan data eksperimen dalam
sejumlah kasus. Persamaan tersebut dapat diberikan dalam bentuk:
C = k C1/2
Dimana C merupakan konsentrasi zat yang terlarut teradsorpsi pada suatu fasa
padat yang berkesetimbangan dengan suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut
CL. Satuan yang biasanya dipakai untuk C adalah milimol zat terlarut per gram
adsorben dan untuk CL molaritas: k dan n adalah konstanta terlihat bahwa jika n=1
persamaan Frenndlich direduksi ke bentuk pernyataan kesetimbangan lain seperti
hokum Henry atau hokum distribusi Nernst untuk zat terlarut di dalam eksraksi
pelarut, ini umumnya n > 1 dan karena itu grafik C vs C L (disebut isotherm
adsorpsi) menyerupai kurva 2a. Untuk mengevaluasi k dan n kita dapat
mengambil logaritma dari kedua ruas persamaan Freundlich, menghasilkan:
1
Log C= Log k + ( ) log CL (Day, 2002)
n
Menurut Hari (2008), ada tiga jenis hubungan metematik yang umumnya
digunakan untuk menjelaskan isotherm adsorpsi, yaitu :
1. Isoterm Langmuir
2. Isoterm Brunauer, Emmet dan Teller (BET)
3. Isoterm Freundlich
Isoterm Langmuir. Isoterm paling sederhana, didasarkan pada asumsi
bahwa setiap tempat adsorpsi adalah ekivalen, dan kemampuan partikel untuk
terikat di tempat itu tidak bergantung pada di tempati atau tidaknya tempat yang
berdekatan (Atkins, 1992).
Menurut Hari (2008), Isoterm Langmuir berasal dari asumsi bahwa:
1. Adsorben mempunyai permukaan yang homogeny dan hanya dapat
mengadsorpsi satu molekul adsorbat untuk setiap molekul adsorbannya.
Tidak ada interaksi antara molekul-molekul yang terserap.
2. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama
3. Hanya terbentuk satu lapisan tungal saat adsorpsi maksimum.
Isotherm Langmuir mengabaikan kemungkinan bahwa mono lapisan awal
dapat berlaku sebagai substrat untuk adsorpsi (fisika) selanjutnya. Dalam hal ini,
isotherm itu tidak mendatar pada suatu nilai jenuh pada tekanan tinggi, tetapi
dapat diharapkan naik secara tak terbatas. Isotherm yang paling banyak
digunakan, pembahasan adsorpsi multilapisan diturunkan oleh Stepher Brunauer,
Paul Emmett, dan Edward Teller dan disebut isotherm BET (Atkins, 1992).
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isotherm
adsorpsi dapat digambarkan dengan persamaan empiris yang dikemukakan oleh
Freunlich. Isotherm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai
permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang
berbeda-beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak
digunakan saat ini. Persamaannya adalah :
1
x
=K C n
m
(Hari, 2008).
Percobaan adsorpsi yang paling umum adalah menentukan hubungan
jumlah gas teradsorpsi (pada adsorben) dan tekanan gas. Pengukuran ini
dilakukan pada suhu tetap dan hasil pengukuran digambarkandalam grafik dan
dan disebut isoterm adsorpsi. Pada tahun 1918, Langmuir menurunkan teori
isoterm adsorpsi dengan menggunakan model sederhana berupa padatan yang
mengadsorpsi gas pada permukaannnya. Pendekatan Langmuir meliputi lima
asumsi mutlak, yaitu:
5. Gas yang teradsorpsi berkelakuan deal dalam fasa uap
6. Gas yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monolayer
7. Permukaan adsorbat homogen, artinya afinitas setiap kedudukan ikatan
untuk molekul gas sama.
8. Tidak ada antariksa lateral antara molekul adsorbat (Ananta,2009).
Adsorpsi adalah pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan
zat lain, sebagai akibat dari pada ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan
tersebut. Untuk proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat yang teradsorpsi
bergantung pada beberapa faktor :
f. Jenis adsorben
g. Jenis adsorbat atau zat yang teradsorbsi
h. Luar permukaan adsorben
i. Konsentrasi zat terlarut
j. Temperatur
Bagi suatu sistem adsorpsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi, persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi zat
terlarut pada temperatur tertentu disebut isoterm adsorpsi. Oleh Freudelich
isoterm adsorpsi ini dinyatakan sebagai :
dx
= k1 ( a – x ) ( b – x )
dt
Dengan
X = jumlah zat yang teradsorpsi
K1 = tetapan laju reaksi
a = konsentrasi awal ester, dalam mol liter-1
b = konsentrasi awal ion OH, dalam mol liter-1
persamaan ini mengungangkap, bahwa bila suatu proses adsorpsi menurut isoterm
(soterm freudlich, maka aluran log x/m terhadap log c akan merupakan garis
lurus). Dari garis dapat di evaluasi tetapan k dan n. (Tim dosen kimia, 2010:13).
Adsorpsi adalah proses penyerapan molekul (gas atau cair), oleh
permukaan (padatan).defenisi tersebut digunakan untuk memperjelas terjadinya
akumulasi molekul-molekul gas pada permukaan padatan. Adsorpsi dapat terjadi
karena interaksi gaya elektrostatik atau van der waak antar molekul
(physisrphon) maupun oleh adanya interaksi kimiawi antar molekul (kimisophon
kimisorpsi). Kimisorpsi bisa dinyatakan oleh besarnya energi adsorpsi. Adsorpsi
adalah peristiwa kesetimbangan kimia. Oleh karenanya, berkurangnya kadar zat
yang teradsorpsi (adsorbat) oleh material pengadsorpsi (adsorpben) terjadi secara
kesetimbangan. (Syntia, 2010).
Pada kesetimbangan, laju adsorpsi desorpsi gas adalah sama. Bila
menyatakan fraksi yang ditempatioleh adsorpbar dan p menyatakan tekanan gas
yang teradsorpsi maka k1 θ = k2 P (1-θ)
Dengan k1 dan k2 masing-masing merupan tetapan laju adsorpsi dan desorpsi.
Jika didefenisikan a = k1/k2. Maka :
p
Θ = ( a+b )
¿
¿

Pada adsorpsi monolayer jumlah gas teradsorpsi pada tekanan p (y) dan jumlah
gas yang diperlukan untuk membentuk lapisan monolayer dihubungkan dengan θ
melalui persamaan :
Y
Θ=
Ym

Ym p
Y=
(a+ P)
teori isoterm adsorpsi langmuir berlaku untuk adsorpsi kimia dimana reaksi yang
terjadi adalah spesifik dan umumnya membentuk lapisan monolayer
(sugianto,2004:166).
Isoterm paling sederhana, didasarkan pada asumsi bahwa setiap tempat
adsorpsi adlah equivalen dan kemampuan partikel untuk terikat di tempat itu,
tidak tergantung pada di tempati atau tidaknya tempat yang berdekatan.
Keseimbangan dinamika adalah :

A(g) + M (permukaan) AM
Dengan konstanta laju ka untuk adsorpsi dan kd untuk adsorpsi laju perubahan
penutupan permukaan karena adsorpsi sebanding dengan tekanan A sebesar P dan
jumlah tempat kosong A (1-θ) dengan N merupakan jumlah tempat total :
Θ = kaPN (1-θ)
Laju perubahan θ karena desorpsi, sebanding dengan jumlah spesies yang
teradsorpsi, Nθ
Θ=Kd N θ (Afkins, 1995:439)

2. Adsorpsi
Pengertian adsorpsi dapat diungkapkan sebagai berikut, menurut Mulyono
(2006:2), adsorpsi adalah proses puatu penyerapan atau pengumpalan pada benda
yang berlangsung hanya pada permukaan benda itu.
Adsorpsi menurut Shadily (1997:16-17) merupakan penarikan dan
pelekatan molekul suatu benda ke permukaan benda lain, tanpa adanya suatu
perubahan kimiawi. Atom atau molekul zat tersebut akan terkonsentrasikan pada
bidang pemisah, dimana adsorpsi dapat dibedakan menjadi lima macam bidang
pemisah yaitu gas-padat, cair-padat, gas-cair, cair-cair, padat-padat. Semua proses
adsorpsi disertai dengan penurunan suatu free energy dan entropy, sehingga
proses tersebut bersifat eksotermis.
Sedangkan menurut Wirawan (2012, Vol.11) adsorpsi adalah molekul-
molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik kea rah
dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini
menyebabkan zat padat dan zat cair mempunyai gaya adsorpsi. Pada adsorpsi gas,
terjadi kesetimbangan antara gas yang terjerat dengan gas sisa.
Menurut Tim Dosen Kimia Fisik (2014:13) adsorpsi adalah penggumpalan
molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat lain, sebagai akibat daripada
ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan tersebut.untuk proses adsorpsi dalam
suatu larutan, jumlah zat yang akan teradsorpsi bergantung pada beberapa factor
yaitu jenis adsorben, jenis dari adsorbat atau zat yang teradsorpsi, luas permukaan
adsorben, konsentrasi dari zat terlarut , dan temperatur. Bagi suatu sistem adsorpsi
tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi persatuan luas atau
persatuan berat adsorben, dengan konsentrasi zat terlarut pada temperature
te3rtentu disebut isotherm adsorpsi.
Adsobsi adalah pengambilan komponen dari gas atau cairan dengan
penyerapan oleh suatu padatan. Pada penyerapan zat yang diserap menempel pada
permukaan padatan tidak sampai dalam padatan. Kapasitas adsorpsi ini biasanya
kecil, tetapi mampu dan mengambil komponen-komponen yang jumlahnya sangat
kecil dari (traces)dari gas atau cairan. Ikatan adsorpsi bisa berupa ikatan fisis atau
ikatan kimia. Proses ion-exchange dapat maupun digolongkan pula kedalam
adsorpsi kimiawi. Pada adsorpsi penjerap permukaan pori-pori padatan. Oleh
karena itu, dalam adsorpsi itu terjadi proses perpindahan massa dan penjerap di
permukaannya (fisis atau kimia). Langkah-langkah yang terjadi pada adsorpsi
menggunakan adsorben padatan pori-pori adalah perpindahan zat dari cairan atau
gas ke permukaan luar butir adsorben, perpindahan massa zat (difusi) dari
permukaan padatan ke bagian dalam padatan melewati cairan/gas dalam pori ke
permukaan dinding pori dan penjerap pada permukaan pori (Sediawan. 2000)
Adsorpsi merupakan penarikan atau pelekatan molekul suatu benda ke
permukaan benda lain, tanpa perubahan kimiawi. Atom atau molekul zat, tersebut
terkonsentrasikan pada bidang pemisah: gas-padat, cair-padat, gas-cair, cair-
cair,dan padat-padat. Semua proses adsorpsi ini disertai fase penurunan free
energy dan entropy. Sehingga proses tersebut bersifat eksotermis. Kebalikan
desorpsi adalah sifat endotermis. Adsorpsi ini dibagi atas 2 macam: 1) Adsorpsi
fisi atau Adsorpsi Waals. 2) Adsorpsi kimia atau Adsorpsi yang diaktifkan.
Beberap zat padat tertentu (misalnya: arang aktif) sangat mudah mengadsorpsi
gas. Butir-butir larutan koloid dapat mengadsorpsi pelarut. Adsorpsi dipakai untuk
menghilangkan warna dalam larutan, dalam penelitian gas. Pada hidrogenasi
minyak dan dalam pemotretan. Pada suhu tetap jumlah molekul dapat diadsorpsi
pada suatu permukaan bergantung kepada tekanan (jika gas) dan konsentrasi (jika
larutan). Hubungan antara banyaknya zat yang diadsorpsi dengan suhu dan
konsentrasi dapat diberikan secara grafik yang dikenal sebagai isoterm adsorpsi
(Shadily. 1973:16-17).
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut
(solute) yang ada dalam larutan oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana
terjadi suatu ikatan fisika antara substansi dengan penyerapannya (smk3ea, 2010).
Adsorpsi adalah gejala penggumpalan molekul-molekul suatu zat pada
permukaan zat lain, sabagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada
permukaan tersebut (Sumari, 2000)
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben
antara fasa teradsorpsi pada permukaan dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada
suhu tertentu (smk3ea, 2010).
Menurut smk3ea (2010), adsorpsi dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
1. Adsorpsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya van der waals dan merupakan
suatu proses bolak-balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan
adsoben lebih besar gaya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya
maka zat terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben
2. Adsorpsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorpsi.
Adsorpsi menggunakan istilah adsorbant dan adsorbent, dimana adsorbent
adalah merupakan suatu penyerap yang dalam ini berupa senyawa karbon
sedangkan adsorbant adalah suatu media yang diserap (smk3ea, 2010).
Menurut Sumari (2000), untuk proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat
yang teradsorpsi tergantunga pada beberapa faktor:
1. Jenis adsorben
2. Jenis adsorbat atau zat yang teradsorpsi
3. Luas permukaan adsorben
4. Konsentrasi zat terlarut
5. Temperatur

3. Adsorben
Hubungan antara jumlah adsorbat yang terjerap dengan konsentrasi
adsorbat dalam larutan pada konsentrasi pada keadaan kesetimbangan dan suhu
tetap, dapat dinyatakan dengan isoterm dan adsorpsi. Model isoterm Freundlich
menggunakan asumsi bahwa zat adsorpsi terjadi secara fisika. Model isotherm
Freundlich, merupakan persamaan empirik yang dinyatakan dengan persamaan:
q= Kf C1/n
dengan Kf dan n merupakan konstanta Freundlich Kf dan n adalah fungsi suhu
dengan persamaan:
Kf= Kf, ∞exp (-kf, 0 αT)
1
n=
Kf , 0 T
dengan α, Kf ∞ dan Kf, 0 adalah konstanta. Model isotherm Langmuir
menggunakan pendekatan kinetika, yaitu kesetimbangan terjadi bila kecepatan
adsorpsi sama dengan kecepatan desorpsi. Asumsi yang digunakan pada
persamaan Langmuir, adsorpsi secara kimia (Sembodo,2005).
Selama bertahun-tahun adsorben-adsorben yang paling atau sangat lazim
adalah zat padat yang secara kasar dapat dilakukan karakterisasi sebagai polar. Ini
mencakup bahan-bahan organik seperti sukrosa, amilum dan selulosa atau bahan-
bahan anorganik seperti kalsium dan magnesiumkarbonat, gel silica dan
aluminium. Adsorpsi (adsorben-adsorben) seperti itu memperlihatkan afinitas
yang tinggi terhadap zat terlarut polar, terutama jika polaritasdari zat itu terlarut
tersebut rendah. Berdasarkan pengalaman dengan system-sistem sperti itu, mincul
beberapa aturan umum jika semua factor lain sama, semakin polar suatu senyawa
maka semakin kuat senyawa tersebut akan diadsorpsi. Jika factor-faktor lain sama,
berat molekul yang besar kecenderungan untuk mengisi tempat-tempat permukaan
zat terlarut (Day dan Underwood. 2002:528).

4. Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorph dan berpori yang
mengandung 85-95% karbon yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung
karbon (batubara, kulit kelapa, dan sebagainya) atau dari karbon yang diperlakuan
dengan cara khusus baik aktivasi kimia maupun fisika untuk mendapatkan
permukaan yang lebih luas. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-
senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau
volume pori-pori dan luas permukaan (smk3ea, 2010).
Unsur karbon membentuk sangat banyak senyawa organik dan dewasa ini
berkembang pula senyawa organometalik dengan atom karbon terikat secara
koordinasi pada ion logam; selain itu secara tradisi dikenal pula dalam senyawa
anorganik. Karbon dalam keadaan dasar (ground state) mempunyai konfigurasi
elektronik 1s2 2s2 2p2. Kemampuannya membentuk empat ikatan kovalen tunggal
menyarankan bahwa atom C mengalami hibridisasi sp3 (sesuai dengan bangun
tetrahedron) dengan konfigurasi elektronik tereksitasi 1s2 2s1 2px1 2py1 2pz1. Sifat
unik atom karbon adalah kemampuannya membentuk ikatan antara dirinya
sendiri, baik secara kovalen tunggal maupun ganda rangkap dua maupun tiga
menghasilkan rantai yang tak terbatas baik terbuka maupun tertutup dan dengan
atau tanpa cabang (Sugiyarto, 2004).
Menurut smk3ea (2010), sifat karbon aktif yang paling penting adalah
daya serap. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu:
1. Sifat serapan. Adsorpsi akan bertambah besar
sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama,
seperti dalam deret homolog. Adsorpsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi
gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dan senyawa serapan.
2. Temperatur/suhu. Dalam pemakaian karbon aktif
dianjurkan untuk menyelidiki suhu pada saat berlangsungnya proses karena tidak
ada peraturan umum yang bias diberikan mengenai suhu yang digunakan dalam
adsorpsi. Faktor yang mempengaruhi suhu proses adsorpsi adalah viskositas dan
stabilitas thermal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-
sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna maupun dekomposisi,
maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatile, adsorpsi
dilakukan pada suhbu kamar atau bila memungkinkan pada suhu yang lebih kecil.
3. pH (derajat keasaman). Untuk asam-asam organik,
adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-
asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi
ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya pH asam organik dinaikkan yaitu
dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkuran sebagai akibat terbentuknya
garam.
4. Waktu singgung. Bila karbon aktif ditambahkan
dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu
yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang digunakan.
Selisih ditentukan oleh dosis karbon aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu
singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel
karbon aktif untuk bersinggungan dengan serapan.
KOMPONEN-KOMPONEN PENDUKUNG EKSPERIMEN

1. Alat
No Alat Fungsi Alat
.
a. Erlenmeyer Tutup Asah Erlemeyer terbuat dari kaca yang
diberi skala pada bagian luarnya.
Erlenmeyer digunakan untuk
mengambil dan menampung zat
cair biasa digunakan dalam proses
titrasi (Furqonita, 2011).

b. Gelas ukur Gelas ukur terbuat dari kaca yang


diberi skala atau ukuran.
Ukurannya bermacam-macam, ada
yang berukuran 10 mL, 100 mL,
bahkan 500 mL. fungsinya untuk
mengukur zar. Saat membaca skala
pada gelas ukur, permukaan cairan
yang diukur harus sejajar dengan
mata karena cairan membentuk
miniskus cekung atau cembung
(Furqonita, 2011).
c. Buret 50 mL Buret berfungsi untuk
mengeluarkan larutan pada volume
tertentu saat titrasi dan sebagai
wadah larutan standar untuk
menitrasi suatu larutan, melalui
kran dibuka sedikit demi sedikit
(Parning, 2009).

d. Statif Statif berfungsi untuk menegakkan


peralatan dari gelas, misalnya buret
(Hartutik, 2012).

e. Klem Klem berfungsi untuk menjempit


peralatan gelas agar dapat tegak
dengan bantuan boss head yang
berfungsi untuk menjepit klem
pada statif (Hartutik, 2012).

f. Gelas kimia Gelas kimia sebagai tempat untuk


mencampur dan memanaskan suatu
zat dalam jumlah besar, gelas
kimia terbuat dari bahan kaca yang
diberi skala dengan ukuran
beraneka ragam, mulai dari 100
mL, 250 mL, 600 mL sampai
dengan 1 L (Furqonita, 2011)
g. Batang pengaduk Batang pengaduk berfungsi untuk
mengaduk suatu campuran atau
larutan kimia pada waktu
melakukan reaksi kimia, membantu
pada waktu menuangkan cairan
atau larutan ke dalam wadah labu
atau gelas ukur (Hartutik, 2012).
h. Pipet tetes Pipet tetes berfungsi untuk
memindahkan beberapa tetes zat
cair. Pipet tetes berupa pipa kaca
yang meruncing, dibagian
pangkalnya terdapat balon kecil
dari karet yang dapat ditekan untuk
mengeluarkan cairan dan dilepas
untuk mengisap cairan agar dapat
masuk ke dalam pipet tetes
(Furqonita, 2011).

i. Corong biasa Corong biasa berfungsi untuk


menyaring campuran kimia dan
untuk memasukkan zat cair ke
tempat lain agar tidak tumpah
(Parning, 2009).

j. Corong pisah Berfungsi untuk memisahkan fase


cair dengan pelarut cair
menggunakan prinsip dasar
perbedaam kelarutan dan massa
jenisnya (Hartutik, 2012).

k. Pipet Volume Untuk mendapatkan pengukuran


cairan secara tepat, peneliti akan
menggunakan alat laboratorium ini
sebagai medianya. Pengambilan
cairan menggunakan pipet volume
yang dapat diatur sesuai keinginan
menjadikan alat ini efektif untuk
digunakan dalam sebuah uji coba
(Agus, 2006).
l. Neraca Analitik Fungsi dari neraca analitik adalah
untuk mengukur massa suatu zat.
Zat yang bisa di ukur massanya
bisa berupa zat padat maupun cair.
Sebagian besar peneliti
menggunakan neraca analitik untuk
mengukur massa zat dengan
ketelitian yang sangat tinggi.
Ketelitian sebuah neraca analitik
bahkan bisa mencapai hingga
0,0001 gram (Agus, 2006).

m. Spatula Fungsi spatula adalah alat untuk


mengambil bahan kimia berbentuk
padatan dan digunakan untuk
mengaduk larutan. Spatula yang
sering digunakan di laboratorium
biologi atau kimia berbentuk
sendok kecil, pipih dan bertangkai
(Agus, 2006).

n. Termometer Termometer adalah nama alat yang


berfungsi untuk mengukur suhu.
Yang dimaksud dengan suhu
sendiri adala besaran yang dipakai
untuk menyatakan ukuran dari
derajat panas atau pun derajat
dingin suatu benda. Suhu
dikategorikan sebagai besaran
pokok (Agus, 2006).

o. Ball Pipet Pipet filler digunakan untuk


memindahkan sejumlah volume
larutan, yang biasanya disebut
dengan aliquot. Filler merupakan
alat untuk menyedot larutan yang
dapat dipasang pada pangkal pipet
ukur. Karet sebagai bahan filler
merupakan karet yang resisten
bahan kimia (Hendra, 1999).

2. Bahan

No Bahan Fungsi Bahan


.
a. Larutan Asam Asetat Filtrate kemudian diukur dengan
volume yang berbeda-beda, dimana
asam asetat dengan konsentrasi
tinggi diambil lebih sedikit
dibandingkan dengan larutan asam
asetat yang konsentrasinya rendah

b. Larutan Natrium Hidroksida Selanjutnya dititrasi dengan larutan


NaOH, yang bertujuan untuk
mengetahui brapa banyak asam
asetat yang tersisa setelah
pengadsorpsian dilakukan yang
ditandai dengan perubahan warna
dari tidak berwarna menjai warna
merah muda.

c. Karbon Aktif Karbon aktif adalaha zat yang


digunakan untuk
penyerap/pengadsorpsi suatu bahan,
pada percobaan karbon aktif tidak
diaktifkan dengan pemanasan,
dimana tujuan pemanasan adalah
untuk membuka pori-pori dari karbon
aktif dan memutuskan ikatan antara
karbon sehingga terbentuk kutub
negative dan kutub positif yang akan
mengikat adsorbat nantinya.

d. Indikator Phenolftalein (PP) Sebelum dilakukan titrasi filtrat


ditambahkan dengan indikator pp
yang berfungsi untuk
mengidentifikasi titik akhir titrasi
yang ditandai dengan perubahan
warna menjadi merah muda

e. Kertas Saring Setelah pengocokan dilakukan


penyaringan dengan menggunakan
kertas saring untuk memisahkan
fasa cair berupa filtrat CH3COOH
dan fasa padat berupa karbon aktif

c. Aquades (H2O) Aquaeds berfungsi untuk mencuci


dan membilas alat-alat yang
digunakan agar alat menjadi steril
(Hartutik, 2012).
LANGKAH-LANGKAH EKSPERIMEN

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan isotherm adsorpsi menurut


Freundlich pada proses adsorpsi asam asetat pada arang. Isotherm adalah suhu
yang tetap (konstan), sedangkan adsorpsi adalah pengumpulan molekul-molekul
suatu zat pada zat lain yang terjadi akibat ketidakjenuhan gaya-gaya pada
permukaan tersebut. Adapun isotherm adsorpsi menurut Freundlich adalah
hubungan antara banyak zat yang terdasorpsi per satuan berat adsorben dengan
konsentrasi zat terlarut pada temperature tertentu.dalam proses adsorpsi asam

x
asetat pada arang dapat dilihat dengan persamaan Freundlich yaitu log dan log
m
C. pada percobaan terjadi adsorpsi fisik yang merupakanproses interaksi antara
adsorben dengan adsorbat yang disebabkan oleh gaya Van der Waals. Adsorpsi
fisika terjadi pada percobaan karena gaya tarik menarik antara asam asetat dengan
arang aktif lebih besar dari gaya tarik menarik antara asam asetat dengan
pelarutnya adsorben.
Adapun adsorben yang digunakan adalah arang atau karbon aktif. Karbon
aktif adalaha zat yang digunakan untuk penyerap/pengadsorpsi suatu bahan, pada
percobaan karbon aktif tidak diaktifkan dengan pemanasan, dimana tujuan
pemanasan adalah untuk membuka pori-pori dari karbon aktif dan memutuskan
ikatan antara karbon sehingga terbentuk kutub negative dan kutub positif yang
akan mengikat adsorbat nantinya. Karbon aktif yang digunakan telah diaktifkan
sebelumnya dan memiliki luas permukaan yang besar sehingga pengadsorpsi akan
maksimal.
Adsorbat yang digunakan adalah asam asetat dengan konsentrasi yang
bervariasi, tujuannya yaitu untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadapdaya
serap (adsorpsi) akan meningkat dengan kenaikan dari konsentrasi adsorbat.
Adsorpsi akan terjadi jika keseimbangan antara konsentrasi adsorbat yang diserap
dengan konsentrasi adsorbenyang tersisa dalam larutan. Arang aktif yang telah
dicampur dengan asam asetat, dikocok beberapa menit. Pengocokkan bertujuan
untuk mencapai keseimbangan adsorpsi. Jika fase cair yang berisi adsorben dalam
keadaan diam maka difusi adsorbat melalui permukaan adsorben akan menjadi
lambat. Oleh karena itu dilakukan pengocokkan untuk mempercepat terjadinya
dasorpsi. Selanjutnya larutan campuran disaring untuk memisahkan filtrate (asam
asetat) dengan karbon. Filtrate kemudian diukur dengan volume yang berbeda-
beda, dimana asam asetat dengan konsentrasi tinggi diambil lebih sedikit
dibandingkan dengan larutan asam asetat yang konsentrasinya rendah. Hal ini
bertujuan karena larutan asam asetat dengan konsentrasi tinggi mengandung
jumlah molekul yang banyak sehingga zat yang teradsorpsi juga banyak. Filtrate
kemudian ditambahkan dengan indicator pp yang berfunsi untukmengetahui titik
akhir titrasi. Selanjutnya dititrasi dengan larutan NaOH, yang bertujuan untuk
mengetahui brapa banyak asam asetat yang tersisa setelah pengadsorpsian
dilakukan yang ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjai
warna merah muda. Adapun reaksi yang terjadi:
CH3COOC2H5 + NaOH CH3COONa + C2H5OH
Hasil yang diperoleh tidak sesuai teori, dimana menurut teori semakin
besar konsentrasi asam asetat maka volume natrium hidroksida yang digunakan
untuk mencapai titik akhir titrasi semakin banyak. Hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan teori disebabkan leh praktikan yang kurang teliti dalam melakukan
percobaan yaitu pada penggunaanlarutan NaOH pada buret pertama yang tidak
dapat mengalamititik akhir titrasi ketika asa asetat dititrasi. Hal ini bias sja terjadi
akibat larutan NaOH yang digunakan telah terkontaminasi oleh bahan lain yang
tidak diketahui disebabkan kelalaian praktikan.
x
Dari pengaluran log terhadap log C diperoleh kurva yang tidak linear dimana
m
y= 1,043x – 3,128. 1,043 merupakan nilai n dan 3,128 adalah nila log K.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki,K.T.2007.Penurunan Konsentrasi Co dan NO2 pada Emisi Gas Buang


dengan menggunakan Media Penyisipan TiO2 Lokal pada Karbon Aktif.
JFN. Vol.1, No.1, Hal.45-64.

Day dan Underwood.2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Kundari, N. A. dan Wiyunita, S. 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi


Temabaga dalam Limbah Pencuci dalam IPB dengan Zeolit. Seminar
Nasional IV SDM Teknologi Nuklir – Batan. Yogyakarta.

Mulyono.2002. Kamus Kimia. Jakarta : Bumi Aksara.

Pudjaatmaka,A.H.2002. Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka.

Santoso,dkk.2008. Imobilisasi Asam Humat pada Kitosan Menggunakan Metode


Reaksi Pengikatan-silang Terproteksi dan Aplikasinya sebagai Adsorben,
Pb (II), Cd (II), dan Cr (III). Indo.j.Chem. Vol.8, No.2, Hal.177-183.

Sediawan, W. B. 2000. Berbagi Teknologi Proses Pemisahan. Prosiding


Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir V. Jakarta.

Sembodo, Bregas. 2005. Isotherm Kestimbangan Adsorpsi Timbal pada Abu


Sekam Padi. Jurnal Ekuilibrium. Vol 4 No 2. Semarang.

Shadily,H.1977. Ensiklopedia Umum. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.


Tim Dosen Kimia Fisik.2014. Penuntun Praktikum Kimmia Fisik II. Makassar:
Jurusan Kimia FMIPA UNM.

Wirawan,T.2012. Adsorpsi Fenol oleh Arang Aktif dari Tempurung Biji Jarak
Pagar (Jatropha curcas L). Mulawarman scientific. Vol.11, No.1, Hal 19-
28.

Anda mungkin juga menyukai