Hukum Fase
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui sebelum dibicarakan isi dari hukum
fase, yaitu: sistem, fase, kesetimbangan sejati, metastabil dan stabil, jumlah
komponen, derajat kebebasan.
a) Sistem
Sistem adalah suatu zat atau campuran, yang diisolasikan dari zat zat lain
dalam suatu bejana inert, untuk diselidiki pengaruh perubahan
temperature, tekanan dan konsentrasi terhadap zat tersebut, misalnya
sistem air, air dan garam, gas dan sebagainya.
b) Fase
Fase adalah bagian dari sistem yang fisis berbeda dan dapat dipisahkan
secara mekanis. Dapat dipisahkan secara mekanis berarti fase tersebut
dapat dipisahkan dengan cara cara: filtrasi, sedimentasi, dekantasi dan
sebagainya.
Dalam hal ini tidak termasuk pemisahan dengan cara penguapan,
destilasi, adsorpsi atau ekstrasi.
Contoh. Dalam sistem air terdapat fase padat (es), fase cair (air) dan fase
gas (uap air)
Jumlah fase padat banyak sekali, jumlah fase cair yang terdapat dalam
suatu sistem, ternyata maksimal hanya delapan, gas selalu bercampur
sempurna, sehingga hanya ada 1 fase gas
- H 2O 0Na2so4 + H2O
Sistem:
e) Derajat kebebasan
Derajat kebebasan atau variance dari sistem ialah jumlah terkecil
variable bebas (temperatur, tekanan atau konsentrasi) yang harus
ditentukan, supaya variable yang sisa dalam sistem tertentu.
Contoh: air mempunyai dua derajat kebebasan, yaitu temperature dan
tekanan. Pernyataan temperature saja atau tekanan saja . belum
dapat menentukan keadaan ini.
Air yang setimbang dengan es pada 1 atm dan 0°C
Air Es pada 0°C dan 1 atm, mempunyai 1 derajat kebebasan
Disini dianggap tiap komponen terdapat dalam tiap fase. Bila satu
komponen tidak ada dalam suatu fasa maka C berkurang satu, demikian
pula persamaannya, hingga rumus tetap.
Menurut hukum fase, sistem dibagi berdasarkan jumlah komponen yang
ada seperti: sistem satu komponen, sistem dua komponen, dan sebagainya.
Dalam diagram fase air pada tekaan tidak terlalu tinggi terdapat:
AO = garis sublimasi
OC = garis lebur es
Tc ialah temperature kritis diatas temperature ini tidak mungkin ada fase
cair. Kalau S pada tekanan P1 dan temperature T1 dipanaskan hati hati,
pada titik 2 berubah menjadi Sm pada titik N berubah menjadi Scair dan
pada titik Q menguap. Selama transisi, pencairan dam penguapan
temperature tetap.
Bila pemanasan dilakukan cepat fase Sm dilampau dan Sm berubah
menjadi Scair.
Sistem sistem satu komponen lain:
- Sistem CO2 bentuk diagramnya seperti air, titik triple pada -56,4°C: 5
atm. Garis kesetimbangan padat-cair miring kekanan. Pada tekanan 1
atm CO2 padat langsung berubah menjadi as pada oemanasan
- Sistem phosporois dan benzophenone.
Kelas A: Tipe I
Hanya komponen murni yang mengkristal dari larutan. Sistem dua
komponen jenis ini membentuk diagram eutektik sederhana yang
mempunyai bentuk umum sebagai berikut.
Kelas A: Tipe II
Pembentukan senyawa dengan titik lebur congruent
Dalam hal ini kedua komponen membentuk senyawa yang stabil
sampai titik leburnya. Sistem ini misalnya terdapat pada sistem CuCl –
FeCl3. Bentuk diagrmnya adalah sebagai berikut.
Disini CuCl dan FeCl3 membentuk senyawa baru CuCl.FeCl3 yang stabil
sampai titik lebur congruent. Bila C dianggap senyawa tersendiri maka
diagram ini serupa dengan dua diagram sederhana yang digabungkan.
C2 C1 + larutan/leburan
Senyawa senyawa baru (senyawa/komponen murni)
Incongruent
- MgSO4 . H2O
- MgSO4 . 6 H2O
- MgSO4 . 7 H2O
- MgSO4 . 12 H2O
Kelas A: Tipe IV
Dalam keadaan padat bercampur sempurna. Sistem ini membentuk
larutan padat, yang sifatnya homogen tetapi susunannya dapat berubah
dalam interval yang besar. Larutan dapat berbeda dengan senyawa
padat, karena yang terakhir ini mempunyai susunan tetap.
Sistem ini ada 3 golongan:
a. Titik lebur semua larutan padat antara komponen murni
b. Grafik titik lebur membentuk minimal
c. Grafik titik lebur membentuk maksimal
Grafik yang diatas, menunjukkan titik beku awal leburan dan disebut
liquidus. Garis bawah yang menunjukkan titik beku akhir disebut
solidus. Bila leburan dengan susunan keseluruhan a. diinginkan setelah
mencapai temperature a’, mulai terjadi pembekuan. Pendinginan
selanjutnya menghasilkan larutan padat yang susunannya bergerak
sepanjang c – a’’, sedang leburannya a’-b. pada a’’ semua leburan
membeku dan hasil seluruhnya berupa larutan padat dengan susunan
sama dengan leburan.
Sistem lain:
PbCl2 -- PbBr2
AgCl -- NaCl
Cu -- Ni
Co -- Ni
Ag -- Au
Napthalene -- p naphthol
Kelas A: Tipe V.
Dalam keadaan padat bercampur sebagian dengan eutektik.
Sistem ini misalnya terdaoat pada sistem Hgl2—Agl, yang bentuk
diagramnya sebagai berikut:
Dalam diagram Hgl2 dan Agl dalam keadaan padat bercampur sebagian
dengan membentuk eutektik B.
Kelas A: Tipe VI
Dalam keadaan padat bercampur sebagian dengan peritektik.
Dapat juga terjadi, larutan padat mengalami reaksi peritektik
membentuk larutan padat lain.
Dalam daerah “dom” terdapat 2 zat cair yang tidak bercampur, yang
susunannya ditentukan oleh garis garis yang sejajar dengan AB. Kalau
leburan dengan susunan x didinginkan, setelah mencapai a, terbentuk 2
lapisan dengan susunan yang berbeda.
Pendinginan selanjutnya, hanya mengubah perbandingan kedua lapisan
leburan. Setelah dicapai titik d, terjadilah kesetimbangan:
Leburan D padat A + Leburan E
Selanjutnya pada pendinginan, leburan mengkristal dengan susunan
eutaktik
A. Tipe I
Pembentukkan sepasang zat cair yang bercampur sebagian
A. TIPE II
Penentuan 2 pasang zat cai yang bercampur sebagian.
Misalkan:
B – C bercampur sempurna
A – B bercampur sebagian
A – C bercampur sebagian
D dan F Plait poin.
A. Tipe III
Pembentukkan 3 pasang zat cair yang bercampur sebagian
Pada tempertatur rendah terdapat pada 3 kurva bimodal dengan
3 plait point. Diluar daerah binodal cairan homogen, didalam daerah
binodal terdapat 2 lapisan.
B. Tipe I
Yang mengkristal komponen murni
Sistem ini mempunyai bentuk diagram seperti gambar 11.20. berikut
ini:
grafik S1, S2 dan S3 dan seterusnya. Dari larutan jenuh R1, R2 dan
B. Tipe II
Pembentukan hidrat
Kalau A membentuk hidrat, missal susunan C, maka zat ini
mempunyai daya larut tertentu dalam air, misalnya D.
E = titik invariant isothermal
Contoh.
Sistem: Na2SO4 ---- NaCl – H2O
Pada 15°C membentuk Na2SO4.10H2O
Bila kedua garam membentuk hidrat, terjadi diagram sebagai
berikut.
Dapat terjadi bahwa pada saat yang sama terjadi hidrat dan garam
anhydrous-nya. Dalam hal ini terjadi diagram seperti gambar
11.24.
Sistem: Na2SO4 – NaCl – H2O
Pada 25°C membentuk
Na2SO4..10 H2O
Na2SO4
B. Tipe III
Pembentukkan senyawa biner
Bila A, B dan H2O membentuk senyawa maka terjadilah senyawa
terner.
Misalkan A dan H2O membentuk hidrat C dan hidrat ini dengan B
membentuk senyawa terner R maka bentuknya adalah seperti
gambar 11.26.
C. Tipe IV
Pembentukan larutan padat