BAB I
DESAIN PRAKTIKUM SECARA DARING MATA KULIAH
IDENTIFIKASI DAN KUANTIFIKASI BAHAN KIMIA
1.1 Pendahuluan
Identifikasi dan Kuantifikasi Bahan Kimia disaat situasi yang tidak memungkinkan
mahasiswa berdasarkan atas kasus tertentu dan tentu saja sejalan dengan topik yang
secara teoritik dipelajari dikelas. Pola pembelajaran ini dimaksudkan agar lebih
tertentu (analit) yang tidak/belum diketahui jenisnya dalam satu sampel, dengan
memanaskan,
pembacaan volume titrasi, analisis data secara statistik sampai dengan penarikan
daring meliputi semua aspek, dari mulai pemahaman secara teoritik, konsultasi, test
menyimpulkan dan membuat tahapan/diagram teknik kerja yang terstrutur pada saat
praktikum (self asessment), dan laporan hasil. Sistem penilaian yang digunakan
adalah sistem standar mutlak yang ditetapkan oleh Universitas Lampung dengan nilai
akhir dalam bentuk huruf. Berikut adalah alokasi serta standard penilaian Praktikum
Alokasi Penilaian :
- Pretest : 20 %
- Konsultasi/diskusi : 10 %
- Laporan Hasil : 40 %
Berikut ini diberikan standar untuk penulisan laporan resmi yang terdiri dari:
1) Sampul muka
2) Daftar isi
3) Judul percobaan
4) Tujuan percobaan
5) Dasar teori
7) Pengamatan
8) Kesimpulan
kimia.
terdaftar secara akademik, yang selanjutnya disebut sebagai Praktikan. Berikut tata
2. Pada saat konsultasi, praktikan harus telah mempersiapkan segala sesuatu terkait
3. Praktikan wajib aktif dikelas daring 5 menit sebelum praktikum secara daring
membuka link video petunjuk pelaksanaan praktikum yang diberikan oelh dosen
pengampu;
eksperimen dan aplikasi proses analisis yang dilaksanakan dapat diterapkan pada
kelancaran praktikum.
2. Sediakanlah alat-alat yang akan dipakai di atas meja. Alat-alat yang tidak
bekerja;
3. Gunakan perlatan kerja seperti masker, jas laboratorium untuk melindungi pakaian
4. Zat yang akan dianalisis disimpan dalam tempat tertutup agar tidak kena kotoran
6. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi;
8. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia, tetapi kipaslah uap tersebut dengan
9. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus karena
beberapa bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi
(pedih atau gatal). Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak
tersebar;
10. Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari
kesalahan;
11. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan, jangan menggunakan bahan
12. Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula untuk mencegah
kontaminasi;
13. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah melakukan
praktikum;
15. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera
16. Hindarkan dari api bahan-bahan yang mudah terbakar seperti eter, kloroform,
dsb;
bakar, misalnya asam-asam pekat (H2SO4, HNO3, HCl), basa-basa kuat (KOH,
NaOH, dan NH4OH), dan oksidator kuat (air brom, iod, senyawa klor,
permanganat);
- basa pada pakaian : dengan asam cuka encer, kemudian amonia encer,
- asam, basa, dan zat-zat yang merusak kulit: dicuci dengan air, kemudian diberi
vaselin.
23. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan segera pada
Cara kerja:
a. Timbangan harus dalam keadaan berdiri tegak dan berada pada posisi datar;
b. Cek apakah timbangan sudah pada posisi datar, bila belum setarakan dengan
memutar alat pengatur ke kiri dan ke kanan yang terdapat dibawah timbangan;
f. Letakkan bahan yang akan ditimbang dan gunakan sendok untuk mengambil
h. Setelah selesai menimbang tekan tombol „OFF‟, jangan lupa bersihkan ruang
2. Bunsen burner
3. Karet penghisap
Karet penghisap digunakan untuk menghisap
Cara menggunakan:
a. Sebelum dipakai menghisap, bola dikosongkan dengan cara menekan bola dan
b. Pasang ujung bawah pipa ke pipet, pipet yang digunak dimasukan melalui ujung
c. Pijit pipa bawah untuk menyedot cairan ke atas, perhatikan: jangan sampai
larutan masuk kedal bola. Lepas pijitan bola, cairan akan terhenti;
e. Sesudah menggunakan alat ini, bola harus segera dilepas dari pipetnya dan
B. Peralatan gelas
1. Pipet seukuran
Cara penggunaannya :
a. Bilas dengan cairan yang akan diukur, lalu diisi 1 – 2 cm diatas tanda. Jika tidak
menggunakan karet penghisap, tutup ujung pipet dengan jari telunjuk, cairan yang
b. Biarkan cairan mengalir dan dengan sedikit memutar pipet sampai bagian bawah
meniskus mencapai garis tanda. Pada pengamatan meniskus ini, posisi pipet
10
d. Tetesan akhir diujung pipet dikeluarkan dengan cara menggosok pada permukaan
gelas. Setelah cairan habis, ujung pipet dibiarkan tetap kontak dengan dinding
e. Pada akhir drining time penampang dilepas dari pipetnya, cairan yang tersisa
tidak boleh diikutkan, baik dengan cara meniup atau dengan cara lainnya.
2. Pipet ukur
kebutuhan.
3. Buret
11
0,01 ml.
Pembacaan skala buret dilihat berdasarkan posisi meniskus zat cair. Untuk
zat cair yang berwarna terang, sebagai dasar pembacaan adalah permukaan bawah
(meniskus bawah) zat cair pada dinding buret. Sedangkan untuk zat cair warna
gelap sebagai dasar pembacaan adalah permukaan atas zat cair pada dinding buret.
12
Tanda buret
Meniscus
Pembacaan volume
larutan: 34, 73 ml
Periksa terlebih dahulu apakah buret dalam kondisi baik (tidak pecah atau bocor),
berikan sedikit saja vaselin pada kran agar pengaturan penetesan mudah
dilakukan;
Bersihkan buret sebelum digunakan dengan air, bilaslah buret tersebut dengan
Masukkan zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret tersebut dengan
(perhatikan bagian bawahnya !) dan tidak terdapat gelembung gas pada buret;
Pasang buret pada statif dan klem agar posisinya stabil seperti gambar di atas.
13
b. Tambahkan aquadest/pengencer.
c. Bilas sisa-sisa bahan pada wadah penimbang, corong tanpa mengangkat corong
dari labu. Tambahkan terus pengencer sampai isi labu mencapai setengahnya.
tambahkan bahan pengencer secara hati-hati, jika perlu gunakan pipet tetes
14
5. Erlenmayer (Conical Flask)
dengan
Gelas kapasitasnya.
kimia mempunyai tanda volume yang
7. Gelas Arloji
unGelas arloji biasanya digunakan untuk wadah
menimbang bahan kimia berbentuk Kristal.
15
8. Gelas Ukur
ukuran 2 – 2000 ml
10. Corong
16
Ambil kira-kira 1 ml (20 tetes) larutan sampel, masukkan tabung reaksi (jika
tetes sampai terjadi perubahan warna. Jika pereaksi yang digunakan sudah cukup
diatasnya,
spiritus.
- Panaskan dengan nyala api spiritus, api pemanas hendaknya terletak pada bagian
atas larutan,
- Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya tidak
17
seperti kerucut,
tinggi kertas.
Arahkan aliran air dari sebuah botol pencuci pertama-tama di sekitar pinggir atas
endapan dan tiap pencucian kertas saring terisi antara separuh sampai dua
pertiganya.
dengan menguji cairan yang bening yang terdapat di atas endapan. Proses
pengujian dilakukan sampai semua endapan telah terbentuk. Cairan bening yang
2. Pengukuran.
18
melebihi batas yang ditetapkan. Penggunaan pipet dapat diganti dengan buret
yang sesuai dan memenuhi standar. Pengukuran saksama dapat juga dinyatakan
bersangkutan. Misalnya, apabila ada pernyataan pipet 10,0 ml atau ukur 10,0 ml,
3. Pemilihan buret.
Lakukan titrasi orientasi terlebih dahulu menggunakan buret kapasitas 50,0 ml.
ketentuan: Volume terukur yang teliti adalah sebanyak 30 – 70% dari kapasitas
buret. Jadi, jika dari hasil orientasi didapat volume titrasi 10,0 ml, maka titrasi
4. Cara titrasi.
Zat yang akan dititrasi disebut sebagai titrat (ditampung dalam erlenmeyer),
(dimasukkan ke dalam buret). Posisi tangan pada saat titrasi ditunjukkan seperti
19
Angka penting adalah semua digit dalam suatu bilangan (diperoleh dari
pengukuran) yang bersifat pasti plus satu yang mengandung suatu ketidakpastian
dengan ketelitian alat yang dipakai. Cara penulisan angka penting mengikuti
a. Secara umum, penulisan hasil pengukuran hanya terdapat satu angka yang
Contoh : penulisan hasil pembacaan buret makro dengan skala terkecil 0,1 ml
seharusnya ditulis dua desimal, misalnya 14,65 ml. Angka 5 merupakan angka
c. Banyaknya desimal hasil perkalian atau pembagian sama dengan satu angka
lebih banyak daripada yang terdapat pada faktor yang mengandung desimal
paling sedikit.
angka desimal 5 atau lebih dibulatkan ke atas, sedangkan angka desimal < 5
dibulatkan ke bawah.
Lakukan penetapan paling sedikit dua kali. Jika kesesuaian hasilnya lebih
dari 0,4 hasil tersebut tidak dapat dirata-rata. Jika digunakan volume larutan
sampel yang sama, maka pembacaan buret tidak boleh berselisih lebih dari 0,05
20
ml. Jika syarat-syarat ini tidak tercapai, maka harus dilakukan titrasi ulang sampai
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Identifikasi atau analisis kualitatif jenis zat penyusun suatu bahan kimia
dilakukan dengan mengenali sifat-sifat zat tersebut. Sifat-sifat zat yang dapat
dikenali bisa sifat fisika, sifat kimia, atau sifat fisikokimianya. Sifat fisika suatu zat
kimia adalah sifat yang dapat diamati dengan panca indera dan sifat yang dapat
diukur tanpa mengubah susunan kimia zat tersebut. Sifat yang dapat diamati dengan
panca indera adalah wujud/rupa, warna, bau, rasa, tekstur. Sedangkan sifat yang
dapat diukur tanpa mengubah susunan kimia zat, antara lain, bobot jenis, indeks bias,
Sifat kimia suatu zat adalah perubahan yang dapat diamati/diukur karena
adanya interaksi antara suatu zat kimia dengan zat kimia lainnya (interaksi antara
materi dengan materi). Proses interaksi antara suatu zat kimia dengan zat kimia
lainnya disebut reaksi kimia. Reaksi-reaksi kimia inilah yang digunakan untuk
mengenali (mengidentifikasi) zat yang menyusun bahan kimia. Tidak semua reaksi
kimia yang dapat digunakan untuk identifikasi zat kimia. Reaksi kimia yang dapat
sebagai berikut :
Hasil reaksi harus dapat diamati dengan mudah, misalnya terjadi perubahan
Reaksi harus khas (spesifik) artinya pereaksi yang digunakan harus bereaksi
dengan zat yang diuji saja sehingga dapat digunakan untuk membedakan zat
22
Reaksi harus peka (sensitif), artinya pereaksi yang digunakan harus dapat
Reaksi harus selektif, artinya pereaksi yang digunakan boleh bereaksi dengan
Selain sifat fisika dan sifat kimia, zat yang menyusun bahan kimia dapat pula
perubahan yang dapat diamati/diukur karena terjadinya interaksi antara zat kimia
dengan energi. Interaksi zat kimia dengan energi cahaya (foton) diamati/diukur
dengan alat spektrofotometer dan metode analisis yang menggunakan alat ini disebut
metode spektrofotometri. Sedangkan interaksi antara zat kimia dengan energi listrik
Pemeriksaan pendahuluan terhadap suatu zat analit dapat dilakukan melalui beberapa
cara, yaitu:
23
Pada analisis sistematik dari kation maka golongan logam-logam yang akan
- Golongan I, Disebut golongan asam klorida terdiri atas: Pb, Ag, Hg. Kation
- Golongan II, disebut golongan hidrogen sulfida, terdiri atas: As, Sn, Sb, Cu, Pb,
Bi, Hg, Cd. Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi
membentuk endapan dengan hydrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.
- Golongan III, disebut golongan amonium sulfida terdiri atas: Al, Cr, Fe, Zn, MN,
Co, dan Ni. Kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer,
ataupun dengan hydrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun,
kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral
atau amonia.
- Golongan IV, disebut golongan amonium karbonat, terdiri atas: Ba, Sr, dan Ca.
Kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, III. Kation-
4+
- Golongan V, disebut golongan sisa, terdiri atas: Mg, K, NH . Kation-kation yang
umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia golongan sebelumnya, dan merupakan
yang diuji meliputi perubahan warna/terjadinya gas/bau dari sampel yang diuji, atas
24
penambahan asam sulfat encer atau pekat. Untuk menganalisis anion dalam larutan,
maka harus bebas dari logam berat dengan cara menambah larutan Na2CO3 jenuh,
lalu dididihkan. Dalam hal ini logam-logam tersebut akan terlarutkan sebagai garam
meliputi uji:
- Uji untuk sulfat : Kepada 1 ml larutan sampel ditambah HCl encer hingga asam,
tambahkan lagi 1 ml, didihkan dan tambahkan 1 ml larutan BaCl2 jika terjadi
- Uji untuk reduktor: 1 ml larutan sampel diasamkan dengan asam sulfat encer,
kemudian tambahkan 0,5 ml lagi. Setelah itu ditambah 1 tetes 0,05 N KMnO4.
Jika warna ungu hilang, maka ada sulfit, thiosianat, sulfida, nitrit, bromida,
iodida, arsenit. Selanjutnya, bila warna ungu hilang akibat pemanasan, maka ada
- Uji untuk oksidator: 1 ml larutan sampel ditambah 0,5 ml HCl pekat dan 1 ml
larutan jenuh MnCl2, jika larutan coklat atau hitam, menunjukkan adanya: nitrat,
nitrit, klorat, kromat, ferisianida, bromat, iodat, permanganat. Jika hasil uji
- Uji dengan larutan Perak Nitrat: Uji ini dilakukan untuk adanya thiosianat, Iodida,
tertentu (analit) yang ada dalam sampel. Analisis kuantitatif terhadap suatu sampel
25
2. Mengubah analit menjadi suatu bentuk sediaan yang sesuai untuk pengukuran.
3. Pengukuran.
dengan pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui yang
kriteria yaitu :
1. Peka (sensitive), artinya metode harus dapat digunakan untuk menetapkan kadar
senyawa dalam konsentrasi yang kecil. Misalnya pada penetapan kadar zat-zat
2. Presisi (Precise), artinya tepat, dalam suatu seri pengukuran (penetapan) dapat
4. Selektif, artinya untuk penetapan kadar senyawa tertentu, metode tersebut tidak
26
5. Praktis, artinya mudah dikerjakan serta tidak banyak memerlukan waktu dan
biaya. Syarat ini perlu sebab banyak senyawa-senyawa yang tidak mantap apabila
Pemilihan metode yang memenuhi semua syarat di atas hampir tidak mungkin
kita peroleh, sehingga perlu kita pilih kriteria yang sesuai dengan keadaan sampel
yang kita uji. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode analisis adalah
tujuan analisis, macam dan jumlah bahan yang dianalisis, ketepatan dan ketelitian
yang diinginkan, lamanya waktu yang diperlukan untuk analisis, dan peralatan yang
tersedia. Misalnya apabila sampel terlalu kecil kadarnya, maka sensitivitas menjadi
dasar pemilihan metode analisis. Kriteria utama yang perlu diperhatikan dalam suatu
2.2.1 Titrimetri
aA + tT → hasil
dengan a adalah molekul analit A yang bereaksi dengan t molekul pereaksi T sampel.
Pereaksi T, yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit, biasanya dari
dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. Pereaksi T ini
disebut larutan standar dan konsentrasinya ditetapkan oleh suatu proses yang disebut
setara dengan A, sehingga dikatakan telah tercapai titik ekivalensi dari titrasi itu.
Untuk mengetahui akhir penambahan titran digunakan suatu zat yang disebut
27
warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik ekivalensi. Titik dalam titrasi pada
saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik
menghimpitkan kedua titik itu merupakan salah satu aspek yang penting dari analisis
titrimetri.
volumetri bukannya titrimetri. Tetapi dari titik pandang yang teliti, lebih disukai
istilah “titrimetri” karena pengukuran volume tidaklah terbatas pada titrasi. Misalnya
1. Asam-basa (netralisasi). Terdapat sejumlah besar asam dan basa yang dapat
ditetapkan dengan titrimetri. Jika HA menyatakan asam yang akan ditetapkan dan
+ +
BOH + H3O → B + 2H2O
Umumnya titran adalah larutan standar elektrolit kuat, seperti NaOH dan HCl.
- -
Dimana X dapat berupa klorida, bromida, iodida, atau tiosianat (SCN ).
28
Pereaksi organik tertentu, seperti asam etilen diamina tetra asetat (EDTA),
membentuk kompleks stabil dengan sejumlah ion logam dan digunakan secara
1. Titrasi langsung. Cara ini dilakukan dengan melakukan titrasi langsung terhadap
2. Titrasi tidak langsung. Cara ini dilakukan dengan cara penambahan titran dalam
jumlah berlebihan, kemudian kelebihan titran dititrasi dengan titran lain, volume
Bobot ekuivalen adalah bobot satu ekuivalen suatu zat dalam gram.
BM
Persamaan : BE = Ekivalensi
Keterangan :
BM = Berat molekul
Ekivalensi = Jumlah mol ion hidrogen, elektron, atau kation univalen yang diberikan
Bobot ekuivalen suatu zat yang terlibat dalam suatu reaksi, yang digunakan sebagai
29
a. Asam-basa. Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari) suatu zat yang
+
diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol H .
Contoh 1.
Hitunglah bobot ekuivalen SO3 yang digunakan sebagai asam dalam larutan air,
𝐵𝑀 𝑆𝑂3 80.06
BE SO3 = = = 40,03 𝑔/𝑒𝑘
2 2
b. Redoks. Bobot ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari) suatu zat yang
Contoh 2.
Hitunglah bobot ekuivalen Na2C2O4, zat pereduksi, dan K2Cr2O7, zat pengoksida,
2-
Cr2O7 + H+ + 6 e → 2Cr3+ + 7 H2O
Ion oksalat memberikan dua elektron dan ion dikromat memperolah enam
elektron, maka BE Na2C2O4 menjadi :
𝐵𝑀 134
BE N2C2O4 = = = 67.00 𝑔/𝑒𝑘
𝑒𝑘 2
𝐵𝑀 294,2
BE K2CrO7 = = = 49.03 𝑔/𝑒𝑘
𝑒𝑘 2
30
dalam gram (dari) zat itu yang diperlukan untuk memberikan atau bereaksi
dengan 1 mol kation univalen, ½ mol kation divalen,1/3 kation trivalen dan
seterusnya
Satu mol perak nitrat memberikan 1 mol kation univalen, Ag+; 1 mol BaCl2
𝐵𝑀 169,9
BE AgNO3 = = = 169.90 𝑔/𝑒𝑘
𝑒𝑘 1
𝐵𝑀 208,2
BE BaCl2 = = = 104, 1 𝑔/𝑒𝑘
𝑒𝑘 2
Kadar suatu zat yang terkandung dalam suatu sampel dapat dinyatakan dengan
- persen bobot per bobot (% b/b), artinya jumlah gram zat dalam 100 gram larutan
atau campuran,
saat titik tersebut, jumlah gram ekuivalensi (grek) titrat sama dengan jumlah gram
31
Gramzat =
mg zat
Jadi kadar= mg ×100% b/b
sampel
𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 ×𝑁
𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 ×𝐵𝐸 𝑧𝑎𝑡
kadar = ( ×100)% b/b
mg sampel
32
BAB III
ANALISIS)
Pendahuluan
Kadar air suatu bahan dapat ditetapkan dengan cara gravimetri tak langsung. Kadar
air dapat diperoleh dari selisih berat bahan sebelum dan sesudah dikeringkan pada
temperatur dan jangka waktu tertentu. Kadar air yaitu besarnya kandungan air di
Tujuan Percobaan
1. Menentukan kadar air yang terdapat pada biomassa (contoh: bagas tebu, sabut
3. Mencari kadar mineral atau zat anorganik yang terdapat pada biomassa
Prosedur Percobaan
33
desikator;
4. Masukkan dalam tanur sampai contoh menjadi abu (suhu 575 oC) minimum
konstan;
34
Zat volatil adalah kehilangan zat yang terdapat dibahan bakar ketika 1 g bahan bakar
dipanaskan pada temperatur 110-950 °C selama 7 menit pada keadaan tanpa udara.
Pada Proximate analysis, yang dicari adalah kandungan air [moisture (M)],
kandungan kadar abu [Ash (A)] dan kadar zat volatil/terbang [volatile matter (VM)].
Prosedur Percobaan:
Siapkan cawan porselin yang bertutup dan dikeringkan pada suhu 100oC selama
kedalam tanur dan panaskan sampai pada suhu 900 oC minimum selama 7
(tujuh) menit;
konstan;
35
Dimana
Total kehilangan berat moist BB= kehilangan berat volatile matter – kadar air
36
BAB IV
PERCOBAAN I: ANALISIS KATION GOLONGAN I DAN II
Tujuan Percobaan:
Analisis garam atau campuran garam dapat dilakukan dengan 4 tahap, yaitu :
2. Pelarutan sampel
3. Analisis kation
4. Analisis anion
Pada umumnya pengujian sifat-sifat fisika dari sampel dilakukan atas dasar
warna dari ion-ion, dibawah ini dapat dilihat dari beberapa warna yang umum
2. Kelarutan Sampel
Sebelum dilakukan analisis kation dan anion, biasanya untuk sampel yang
berbentuk padat dilarutkan dulu dengan zat pelarut. Dalam analisis kualitatif
37
1. Air suling
2. HCl encer
3. HNO3 encer
4. HCl pekat
5. HNO3 pekat
Penambahan enam macam pelarut diatas pada sampel yang akan dianalisis,
diatur sedemikian rupa sehingga dapat larut semuanya. Jadi tidak semua jenis pelarut
diatas harus ditambahkan pada sampel. Pelarut yang digunakan dalam keadaan
dingin, dan jika diperlukan dipanaskan, misalnya zat A + air dingin tidak larut,
dipanaskan larut sebagian. Kemudian ditambahkan HCl encer, larut semuanya, ini
berarti penambahan pelarut yang lain tidak diperlukan. Untuk zat tertentu, misalnya
PbSO4. AgCl, dan BaSO4, zat ini sukar larut di dalam pelarut-pelarut (1-6),
umumnya zat ini dicampurkan dengan Na2CO3 supaya larut. Setelah dilakukan test
3. Analisis Kation
Penyelidikan kation dilakukan atas dasar bahwa kation dapat dibagi dalam 5
Masukkan 0,5 ml larutan sampel yang akan dianalisis kedalam tabung reaksi, tambahkan tetes
demi tetes larutan HCl 6 M sampai tidak terbentuk kekeruhan lagi pada larutan tersebut (berarti
Jurusan Teknik Kimia
pengendapan Fakultas
sudah TeknikPipet
sempurna). Universitas Lampung
larutan bagian 37 reaksi
atas dan pindahkan ke dalam tabung
yang lain (filtrat). Endapan yang terbentuk selanjutnya dicuci dengan beberapa tetes HCl 1M,
dan tambahkan larutan cucian tersebut kedalam larutan filtrate.
Penuntun Praktikum
Identifikasi dan Kuantifikasi Bahan Kimia
38
Endapan filtrat
Tambahkan 4 tetes NH4OH encer, Tambahkan beberapa tetes
pembentukan endapan hitam atau K2CrO4, endapan kuning
+2
abu-abu membuktikan adanya menunjukkan adanya Pb
merkuri. Kocoklah tabung,
sentrifius. Decanter larutannya.
filtrat :
Endapan Hitam
Tambahkan larutan HNO3 6 M encer
HgNH2Cl, Hg
kedalam filtrat sampai larutan bersifat
asam. Endapan putih menunjukkan
adanya Ag.
39
1. Bila penambahan HCl berlebih, maka AgCl dan Hg2Cl2 akan mengendap
semua.
2. Bila ada Sb+3, maka endapannya dapat larut kembali sebagai SbOCl dan
tidak mendidih.
5. Test lain untuk Pb+2, adalah dengan pembentukan endapan kuning orange
40
Larutan filtrate dari prosedur 1, atau sampel yang diketahui mengandung golongan II.
Panaskan filtrate yang akan dianalisis sampai volumenya 1 mL (1). Netralkan larutan dengan
penambahan NH4OH encer sampai larutan bersifat basa (uji dengan kertas lakmus). Buat larutan
sampai keasamaanya 0.3 M dengan penambahan HCl 1M tetes demi tetes, sampai warna kertas
metil violet berwarna hijau biru (2) atau lihat catatan (3) dibawah. Kemudian jenuhkan larutan
dengan menambahkan 1mL larutan tioasetamida 1M. Panaskan tabung reaksi dalam penangas air
selama 5 menit, biarkan sampai endapan tidak terbentuk lagi. Sentrifius dan dekantasi larutannya.
Cek pH 0,5; tambahkan 1 mL larutan tioasetamida 1M pada larutannya hasil dekantasi, panaskan
pada penangas air. Setelah tidak ada lagi endapan sentrifius dan decanter kembali larutannya,
gabungkan endapan yang terbentuk dengan endapan yang telah diperoleh sebelumnya.
Endapan Filtrat
HgS (hitam), CuS (hitam), Bi2S3 (coklat hitam), PbS (hitam), CdS Filtratnya digunakan
(kuning), As2S3-As2S5 (kuning), SnS (coklat-hitam), SnS2 (kuning), untuk penyelidikan
SbS5 (orange), golongan 2 ada. Cuci endapan dengan beberapa golongan III, IV, V.
tetes NH4Cl 1M dan air. Aduk dan dekantasi larutannya. Pada
endapan tambahkan 3 ml (NH2)S2 dan 7 tetes air panas, panaskan
dan aduk selama 1-2 menit. Sentrifius dan dekantasi kembali. Cuci
endapan dengan 6 tetes air. Campurkan air cuciannya dengan
filtrat.
Endapan Filtrat
Sub golongan tembaga diselidiki Sub golongan Arsen diselidiki
dengan Prosedur 3 dengan Prosedur 4.
41
1. Jika filtrate dari golongan I pekat, kemungkinan SbOCl atau BiOCl akan
2. Jika konsentrasi larutan kurang dari 0,1M maka ZnS akan mengendap dalam
golongan ini; jika konsentrasi larutan 0,3M maka PbS dan CdS sukar
mengendap.
3. Jika larutan terlalu asam, netralkan dengan NH4OH, lalu tambahakan 2 tetes
HCl 6M.
42
Endapan : Filtrat :
+ 2+ 3+ 3+
S, HgS. Pb , Cu , Bi , Cd . Pindahkan kedalam krus,
tambahkan 3-4 tetes H2SO4 pekat, uapkan sampai
tidak ada asap putih, dinginkan dan tambahkan 10
tetes air. Aduk, lalu pindahkan ke dalam tabung
reaksi dan sentrifius.
Endapan putih menunjukkan adanya Pb.
Dekantasi larutannya, cuci endapan dengan 5
tetes air dan 1 tetes H2SO4 encer dan masukkan
air cuciannya ke dalam filtrate (hasil dekanter).
Endapan Filtrat :
Sediakan Na2SnO2 SnCl2 dengan cara Cu(NH3)42+ (biru), Cd(NH3)42+ pekatkan larutan
menambahkan 2 tetes ke dalam tabung hingga tinggal ± 1 ml. bagi menjadi 2 bagian:
dan menambahkan NaOH sampai (a) Tambahkan 5 tetes asam asetat 5M pada
endapannya larut kembali. Masukkan larutan, kemudian 2 tetes K2Fe(CN)6 0,2M.
larutan tersebut ke dalam endapan di Pembentukan endapan merah Cu2Fe(CN)6
atas, jika ada pembentukan endapan menunjukkan adanya Cu.
hitam berarti mengandung Bi. (b) Pada larutan lain tambahkan KCN sampai
warna larutan hilang, jenuhkan dengan H2S,
pembentukan endapan kuning menunjukkan
adanya Cd.
43
Endapan Filtrate
3+ 4+
As2S5, tambahkan 10 tetes HNO3 Sb , Sn . Didihkan larutan ini sampai semua
16M. Aduk dan panaskan sampai H2S yang berlebih menguap. Bagilah larutan
mendidih selama 1 menit, kemudian menjadi dua bagian yaitu 1/3 bagian (a) dan
sentrifius. Buang endapan yang 2/3 (b). kemudian larutan (a) tambahkan 0,1 g
terbentuk. Tambahkan 4 tetes AgNO3 asam oksalat padat kemudian tambahkan 8-10
0,2 M dan Na-asetat. Endapan merah tetes air. Panaskan dan jenuhkan H2S
kecoklatan menunjukkan adanya arsen (tioasetamida), endapan oranye, menunjukkan
(As). adanya ion Sb, ke dalam larutan (b) tambahkan
1 tetes HgCl2 sampai larutannya jernih.
Endapan putih atau abu-abu menunjukkan
adanya Sn.
PERCOBAAN III:
44
Endapan Filtrate :
Endapan CoS (hitam), NiS (hitam), FeS (hitam), Al(OH)3 (putih), CrO3 Berisi kation golongan 4
(hijau), MnS (merah jambu), ZnS (putih), Fe(OH)3 (merah coklat). Cuci dan 5. Analisis dengan
endapan tersebut dua kali dengan 5 tetes NH4asetat 1M dan beberapa Prosedur 7.
tetes air. Sentrifius dan buang air cucian. Endapannya ditambah 10 tetes
HCl 12M, aduk dan panaskan selama 1 menit, tambahkan 3 tetes HNO3
16 M, aduk dan panaskan sampai larutan jernih. Amati warna larutan dan
endapan yang terbentuk. Buat larutan menjadi basa dengan penambahan
basa kuat NaOH 8M, aduk. Kemudian tambahkan 2 tetes H2O2 3%, aduk
dan panaskan sampai mendidih selama 2 menit. Sentrifius dan dekantasi
larutannya.
Endapan : Filtrate :
Fe(OH)3 (merah), Co(OH)3 (hitam), Ni(OH)2 (hijau), MnO2 (hitam). Cuci CrO42-, Al(OH)42-, Al(OH)4-.
dua kali dengan air dingin dan buang air cuciannya. Pada endapan, Analisis dengan Prosedur 6.
tambahkan 20 tetes H2SO4 2M, aduk, panaskan selama 1 menit,
tambahkan 20 tetes H2SO4 2M, aduk dan panaskan selama 1 menit,
tambahkan 1 tetes H2O2 3%, lanjutkan pemanasan sampai endapan larut
seluruhnya. Tambahkan 10 tetes air, biarkan dingin. Bagi menjadi bagian
sama untuk uji keempat kation tersebut.
Sambungan dari halaman sebelumnya:
45
Endapan :
Fe(OH)3 (merah), Co(OH)3 (hitam), Ni(OH)2 (hijau), MnO2
(hitam). Cuci dua kali dengan air dingin dan buang air cuciannya.
Pada endapan, tambahkan 20 tetes H2SO4 2M, aduk, panaskan
selama 1 menit, tambahkan 20 tetes H2SO4 2M, aduk dan panaskan
selama 1 menit, tambahkan 1 tetes H2O2 3%, lanjutkan pemanasan
sampai endapan larut seluruhnya. Tambahkan 10 tetes air, biarkan
dingin. Bagi menjadi bagian sama untuk uji keempat kation
tersebut.
(a) Uji Fe
Tambahkan 1 atau 2 tetes KSCN 0,2M. larutan berwarna merah
karena terbentuknya Fe(SCN)63- menunjukkan adanya Fe. Uji Fe
yang lainnya yaitu dengan menambahkan 1 tetes K4Fe(CN)6.
Pembentukan endapan biru (biru prusia) membuktikan adanya Fe.
(b) Uji Co
Tambahkan NaF padat secukupnya, aduk, kemudian tambahkan 10-
20 tetes NH4SCN 1M dalam alcohol. Jika larutan berwarna biru
dengan terbentuknya Co(SCN)42- maka mengandung Co2+.
(c) Uji Ni
Tambahkan beberapa tetes NH4OH 15M (sampai larutan menjadi basa)
dan 3 tetes dimetil glioksim. Terbentuknya endapan merah NiC8H14N4O4
menunjukkan adanya Ni.
(d) Uji Mn
Encerkan larutan, tambahkan 2 tetes HNO3 3M, aduk, kemudian
tambahkan beberapa butir NaBiO3, aduk dan biarkan selama 1 menit.
Sentrifius. Larutan berwarna pink berubah menjadi ungu dengan
terbentuknya ion MnO4 menunjukkan adanya Mn.
46
Endapan Filtrat
Al(OH)3 (putih) CrO 4-
(kuning), Zn(NH3)42-, jika larutan kuning ada Cr,
asamkan dengan asam asetat, tambahkan sejumlah kecil
Kristal NaC2H3O2, kemudian 2 tetes BaCl2. Endapan warna
kuning menunjukkan adanya Cr.
Endapan Filtrate
BaCrO4 (kuning) dan Asamkan larutan dengan beberapa tetes HCl 6M.
BaSO4 (putih) kemudian tambahkan 3-4 tetes K4Fe(CN)6, aduk.
Endapan putih abu-abu menjadi biru, Zn3K2(Fe(CN)6)2,
menunjukkan adanya Zn.
47
Endapan Filtrate :
BaCO3, SrO3, CaCO3, MgCO3 (putih). Cuci endapan dengan Berisi kation
beberapa tetes air (yang telah ditambah 1 tetes (NH4)2CO3), golongan V.
tuangkan air cuciannya, larutkan endapan dalam 3-4 tetes asam
asetat 6M. tambahkan 2 tetes NH4C2H3O2 dan 5 liter air.
Tambahkan 2 tetes K2CrO4, aduk selama 1 menit. Endapan
kuning menunjukkan adanya barium, selanjutnya sentrifius.
Endapan Filtrate :
2+ 2+
BaCrO4 (kuning). Cuci endapan dengan H2O sampai Sr , Ca . Tambahkan NH4OH 6M tetes demi tetes
air cuciannya tidak berwarna. Tuangkan air cucian. sampai larutan basa. Pekatkan larutan sampai
Tambahkan 2 tetes HCl 6M. celupkan kawat Pt yang volumenya ±1 ml. tambahkan dengan volume yang
bersih ke dalam larutan dan tes nyala. Nyala warna sama etanol dan aduk. Dinginkan selama 5 menit,
hijau menunjukkan adanya Ba. endapan kuning menunjukkan adanya Sr, sentrifius.
Endapan jangan dicuci.
Endapan Filtrate
SrCrO4. Tambahkan 10 tetes (NH4)2SO4 dan 2+, 2+
Ca Mg , uapkan sampai volumenya ±0,5ml dan dekantir
panaskan sampai mendidih (1 menit). larutannya. Tambahkan 2 tetes NH4 endapan putih
Dinginkan dan sentrifius denan SrSO4 menunjukkan adanya Ca. sentrifius. Tes endapan dengan 2 tetes
dengan air cucianpnya. Endapan HCl dan lakukan tes nyala, wrna merah bata menunjukkan
ditambahkan 2 tetes HCl 6M dan lakukan tes adanya Ca. tes larutan ion Mg dengan menambahkan 2 tetes
nyala, warna merah menunjukkan Si. Na2HPO4 dan diamkan selama 5 menit. Endapan putih
menunjukkan adanya Mg (pada tes golongan V juga akan
didapat Mg).
Prosedur 8. Analisis Golongan 5
48
Uapkan 2 tetes larutan sampai kering pada krus, basahi residunya dengan 1
tetes HCl 6M, kemudian lakukan tes nyala. Amati warna nyala pada kaca
cobalt, warna ungu kemerah-merahan menunjukkan adanya kalium. Jika
tanpa kaca cobalt, setelah nyala warna beberapa detik, timbul warna
kuning, ini menunjukkan adanya Na.
Tes untuk ion NH4, dilakukan dari sampel asli (sebelum garam ammonium ditambahkan untuk
analisis) dengan cara sebagai berikut:
Ambil 3 tetes larutan asli atau sejumlah zat padat sampel asli, tambahkan 6 tetes NaOH. Letakkan
kertas lakmus merah yang basah pada mulut tabung, panaskan tabung dengan hati-hati, warna biru
dari lakmus membuktikan adanya ion NH4+. Tes cara lain yaitu dengan mencium bau dari tabung,
jika ada bau ammonia, berarti ada ion NH4+
49
Tujuan Percobaan:
2. Golongan II (golongan halida) terdiri dari Cl-, Br-, I-, dan S2-
3. Golongan III (golongan nitrat) terdiri dari NO3-, NO2- dan C2H3O2-
Letakkan 0,1 gram zat padat dalam tabung dan tambahkan beberapa tetes asam sulfat
Prosedur Eksperimen:
a. Golongan Sulfat
Pada larutan contoh (sekitar 5 tetes) ditambahkan larutan encer NH4OH sampai
50
endapan menunjukkan adanya anion dalam golongan ini, jika tidak segera
terbentuk endapan, diamkan larutan beberapa menit. Jika terbentuk endapan, ini
HCl hingga larutan bersifat asam, kalau endapan larut sebagian berarti ada anion
SO42-.
b. Golongan Halida
Pada 5 tetes larutan contoh tambahkan 5 tetes larutan HNO3- encer. Panaskan dan
adanya anion golongan halida (jika ada anion sulfida, maka Ag sulfit akan
mengendap pula, untuk menghindarkan hal tersebut, hilangkan SO2 dari sulfit
c. Golongan Nitrat
Jika pada penyelidikan dari golongan a dan b di atas reaksinya negatif ini berarti
a. Sulfat
Sebanyak 5 tetes larutan contoh ditambahkan 2 tetes larutan encer HCl 6M dan 2-
3 tetes larutan BaCl2, jika terbentuk endapan putih berarti ada SO42-.
Tes untuk anion dapat dilakukan jika As tidak didapatkan pada analisis kation
golongan II. Tambahkan larutan NH4OH sampai basa pada tetes larutan contoh
(lihat cara kerja sebelumnya) kemudian tambahkan 3-4 tetes larutan magnesia
51
mixture, kalau terjadi endapan kristal warna putih ini berarti kemungkinan adanya
lakukan tes untuk anion arsenit pada filtratnya. Cucilah endapan 2 kali dengan
anion AsO43-. Filtrat dapat digunakan untuk menguji adanya ion arsenit, yaitu
c. Fosfat
Tes ini dapat dilakukan kalau tes di atas (arsenat dan arsenit) hasilnya negatif.
Pada 5 tetes larutan contoh tambahkan 5 tetes larutan HNO3 encer dan 5 tetes
Pada 0,1 gram zat padat, tambahkan beberapa tetes H2SO4 pekat di dalam cawan
penguap dan kemudian aduk rata, tambahkan 2-3 ml methanol dan panaskan
e. Kromat
Tes ini dapat dilakukan kalau kromium tidak didapatkan di dalam analisis kation,
ke dalam 5 tetes larutan contoh tambahkan NH4OH encer sampai basa, kemudian
asam asetat encer sampai bersifat asam, lalu tambahkan 2 tetes larutan BaCl2,
untuk penyelidikan lebih lanjut ialah dengan jalan mensentrifus larutan dan
52
mencuci endapannya dua kali dengan enam tetes air dingin, endapan dalam
tabung ditambah dengan 3 tetes HNO3 encer dan 10 tetes air, kemudian 4-5 tetes
eter dan 1 tetes dari H2O2 3%. Kocok tabung dengan baik, warna biru dalam
f. Sulfida
Pada 5 tetes larutan contoh atau sejumlah berat zat padat dari contoh, tambahkan
HCl encer sampai asam, kemudian 2 tetes BaCl2, kalau terbentuk endapan
sentrifus dan dekantir endapan BaSO4. Ke dalam filtrat ditambahkan 4 tetes H2O2
3%, pembentukkan endapan putih dari barium sulfat menunjukkan adanya SO32-
(anion sulfida).
g. Karbonat
1. Jika sulfida tidak ada, sejumlah zat padat dalam tabung ditambah dengan
CO32-.
2. Jika sulfida ada, pada sejumlah zat padat dalam tabung tambahkan H2O2 atau
dengan larutan Na2O2 dengan volume yang sama, kemudian beberapa tetes air,
kocok kemudian ditambah HCl encer sampai asam, dan lakukan tes di atas
h. Sulfida
Penyelidikan anion sulfida dilakukan dari larutan contoh yang asli. Sejumlah kecil
zat padat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 3 tetes HCl encer 6 M
dan letakkan kertas saring yang sudah dicelupkan ke dalam larutan Pb-nitrat di
53
atas mulut tabung reaksi. Kalau kertas saring tersebut berwarna hitam (PbS),
berarti ada anion S2-. Kalau reaksi di atas lambat, tambahkan beberapa butir Zn
(granula) ke dalam tabung reaksi dan panaskan. Lakukan cara di atas dengan
kertas Pb-nitrat.
i. Halida
Pada 5 tetes larutan, tambahkan 10 tetes HNO3 encer, panaskan sampai tidak ada
bau sengak dari SO2 (kalau ada anion sulfat harus dipisahkan dulu sebelum tes
untuk ketiga macam anion). Kemudian tambahkan 1 tetes AgNO3, Jika endapan
putih larut NH4OH menunjukkan adanya Cl-. Jika endapan kuning tidak larut
dalam NH4OH berarti ada I-. Untuk mendeteksi Br- dan I- tambahkan 6 tetes air
klor ke dalam 5 tetes larutan yang diselidiki, lalu tambahkan 10 tetes CCl 4, kocok
tabung dengan baik. Lapisan CCl4 akan berwarna coklat bila ada bromine (Br2),
berwarna violet jika ada iodida (I2). Panaskan larutan garam halida, tes dengan
Panaskan atau ekstraksi dengan CCl4 untuk memisahkan Br2 dan I2. Larutan sisa
adanya Cl-.
j. Nitrat
1. Jika tidak ada Br- atau I-. Larutkan sejumlah zat ke dalam beberapa tetes air,
kalau tidak larut dalam air, tambahkan 3 tetes HCl 6 M, kalau masih tidak
54
tabung dengan air ldeng. Lalu miringkan tabung reaksi dengan membentuk
sudut 30oC dengan horizontal dan tambahkan beberapa tetes larutan segar
lapisan larutan ferrosulfat (1 gram zat padat FeSO4 dalam 1-2 ml air).
2. Jika ada Br- dan I- sediakan larutan untuk tes nitrat seperti di atas, kemudian
dan dekantir endapan (AgBr, AgI) tes filtratnya seperti cara di atas dengan
k. Nitrit
Lakukan penyelidikan dari sampel yang asli, tambahkan sejumlah zat (sampel
asli) beberapa tetes air, lalu tes larutan tersebut dengan cara di atas, adanya cincin
l. Asetat
Penyelidikan dilakukan dengan menggunakan zat padat asli 6 tetes H2SO4 pekat,
harum seperti bau minyak ambon (etil asetat) membuktikan adanya C2H3O-.
a. Jika anion golongan sulfat tidak ada, jika zat asal berbentuk padat, larutan
dengan air suling, tambahkan 4 tetes La(NO)3 sampai endapan larut kembali,
55
larutan bersifat basa dan panasskan dalam water bath, endapan warna biru
b. Jika sejumlah golongan sulfat ada, maka ion-ion tersebut harus dipisahkan
dilarutkan dengan air sulit) 1-2 tetes BaCl2 dan NH4OH 6M sampai larutan
bersifat basa. Saring endapannya, ulangi cara di atas sampai tidak berbentuk
Catatan:
Tambahkan 3 ml larutan yang akan diselidiki dan panaskan dengan hati-hati, kalau
ada ion tartarat maka garam perak akan tereduksi menjadi Ag yang menmpel di
PERCOBAAN V
56
Gravimetri ialah cara analisis kualitatif yang berdasarkan berat. Dasar reaksi dari
gravimetri adalah:
xA + yR → AxRy
Dimana:
Pada gravimetri, unsur atau senyawa yang akan ditentukan kadarnya diendapkan
sebagai senyawa yang sukar larut, lalu disaring, dicuci, dikeringkan, dipanaskan, lalu
Pada percobaan ini akan ditentukan kalsium sebagai kalsium oksalat. Unsur
kalsium diendapkan dari larutannya sebagai kalsium oksalat. Endapan disaring, lalu
Tujuan Percobaan
Prosedur:
1. Panaskan corong dan kertas saring bebas abu tanpa sampel pada suhu 115oC
57
4. Bilas dinding gelas kimia dan batang pengaduk, kemudian encerkan dengan air
7. Tambahkan beberapa tetes larutan ammonia (1:1) sampai warna larutan berubah
merah ke kuning.
9. Setelah endapan mengendap periksa cairan bagian atas dengan beberapa tetes
ammonium oksalat sampai air saringan bebas klorida (larutan cucian dengan
10. Panaskan endapan tersebut pada suhu 115oC, lalu timbang sampai beratnya
konstan.
58
PERCOBAAN V:
PERCOBAAN VI:
Pendahuluan
perlahan-lahan ke dalam larutan sulfat yang panas, yang sedikit diasamkan dengan
HCl. Meskipun adanya asam ini meningkatkan kelarutan sulfat, tapi asam tersebut
Tujuan Percobaan
59
Prosedur Eksperimen:
1. Timbang 0,3 gram contoh dan masukkan ke dalam gelas piala 400 ml, tambahkan
2. Sambil dipanaskan masukkan larutan 25 ml BaCl2 5% yang panas tetes demi tetes
sambil diaduk;
3. Setelah penambahan pengendap, biarkan larutan tetap panas tetapi tidak sampai
60
4. Uji bagian jernihnya apakah sulfat sudah mengendap semua, dengan hati-hati
(lewat pengaduk) masukkan BaCl2 kembali, jika terjadi endapan lagi maka
5. Jika sulfat sudah mengendap semua lakukan digestion, gelas piala U yang berisi
larutan diletakkan di atas pemanas air atau api kecil saja selama 1 jam;
6. Dekantasi, endapan disaring dengan kertas saring tetapi usahakan agar endapan
7. Endapan dicuci dengan 15-70 ml air panas dengan cara menambahkan air panas
dituangkan ke kertas saring, endapan dicuci lagi beberapa kali sampai larutan
8. Pada endapan bebas klorida tambahkan air panas dan aduk, kemudian tuangkan
61
PERCOBAAN VII:
Pendahuluan
Pereaksi Y disebut larutan baku atau standar. Larutan standar tersebut dapat
berasal dari bahan baku primer atau bahan baku sekunder. Bahan baku primer
merupakan bahan kimia yang dianggap murni, stabil tidak higroskopis dan mantap
dalam keadaan padat atau larutan. Bahan baku primer untuk menentukan kenormalan
basa diantaranya kalium hidrogenphtalat, asam benzoate, asam sulfamat, dan asam
Tidak seperti halnya bahan baku primer yang konsentrasinya dapat langsung
ditentukan dari jumlah gram x ditimbang dan volume yang digunakan y, bahan baku
sekunder konsentrasinya tidak dapat langsung dihitung secara teori. Hal ini
disebabkan bahan tersebut tidak mantap, misalnya NaOH yang menarik CO2, HCl
pekat yang mudah menguap. Akan tetapi larutan bahan baku ini cukup stabil
sehingga setelah distandarisasi dengan bahan baku primer dapat digunakan sebagai
62
Tujuan Percobaan
Prosedur Eksperimen
A. Standarisai HCl
B. Standarisasi NaOH
Lakukan seperti prosedur di atas tetapi dengan bahan baku primer oksalat 0,1 N
63
PERCOBAAN VIII
Titrasi asam kuat oleh basa kuat yang masing-masing mempunyai normalitas sama
tetapi besarnya normalitas lebih besar (1 N) dan lebih kecil (0,01) akan menunjukkan
Tujuan Percobaan
Menentukan pH larutan pada titrasi asam kuat oleh basa kuat yang normalitasnya
Cara Kerja
Untuk normalitas 0,1 N data dapat dipakai dari percobaan VII. Untuk normalitas 1 N
64
b. Saat penambahan : 5 ml; 10 ml; 12,5 ml; 24 ml; 25 ml; 26 ml; 30 ml NaOH 1
N dan 0,01 N.
65
PERCOBAAN IX
Untuk menggambar kurva titrasi antara asam lemah dan basa kuat, langkah-langkah
dan perhitungannya sama dengan percobaan VII di atas, hanya rumus yang dipakai
terjadi larutan buffer. Tetapi khusus untuk larutan setengah netral pH = pKa.
c. Pada titik ekivalen garam yang terjadi mengalami hidrolisa sehingga pH larutan
Tujuan Percobaan
66
Cara Kerja
Siapkan tiga buah labu Erlenmeyer. Tiap-tiap labu erlenmeyer dimasukkan dengan
indikator phenolfthalin, pada erlenmeyer kedua tambahkan 2-3 tetes indikator brom
timol biru. Kemudian titrasi dengan NaOH. Ulangi pekerjaan ini masing-masing 3
kali.
b. Saat penambahan : 5 ml; 10 ml; 12,5 ml; 24 ml; 25 ml; 26 ml; 30 ml NaOH
67
68
DAFTAR PUSTAKA
Day and Underwood., 1992, Kimia Analisis Kuantitatif, edisi kelima, Penerbit
Erlangga, Jakarta, hal: 189-191.
Khopkar. S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, cet 1., UI-Press, Jakarta, hal:
36-47.
69
KATA PENGANTAR
Praktikum Identifikasi dan Kuantifikasi Kimia ini berisi cara-cara analisis secara
kualitatif dan kuantitatif yang disertai teori dasar yang terkait dengan materi
mahasiswa akan lebih memahami mata kuliah Identifikasi dan Kuantifikasi Kimia.
disempurnakan pada setiap tahunnya, untuk itu kritik dan saran dari mahasiswa
maupun para dosen sangat diharapkan demi kesempurnaan buku penuntun praktikum
ini.
Pada kesempatan kali ini, tak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Unila, yang
terselesaikan.
Tim Penyusun
70
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar…………………………………………………………………. ii
Daftar Isi…………………………………………………………………........ iii
BAB I
Desain Praktikum Identifikasi dan kuantifikasi bahan kimia 1
1.1 Pendahuluan.....................................................……………...................... 1
1.2 Tujuan Praktikum/Pembelajaran (Learning Objective).............................. 2
1.3 Desain Penilaian......................................................................................... 3
1.4 Bentuk dan pola laporan resmi.................................................................... 3
1.5 Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum............................................................ 4
1.6 Keamanan & Keselamatan Kerja Laboratorium........................................ 5
1.7 Pengenalan Alat dan Teknik Kerja Laboratorium..................................... 6
BAB II
Tinjauan Pustaka 20
2.1. Identifikasi (Analisis kualitatif) 21
2.2 Analisis Kuantitatif 23
BAB III
Percobaan I: Analisis Kation Golongan I dan II 30
Percobaan II: Analisis Kation Golongan III, IV, dan V 38
Percobaan III: Analisis Golongan Anion 43
Percobaan IV : Penentuan Kadar Kalsium sebagai Kalsium Oksalat 50
Percobaan V: Penetapan Kadar Air dan Kadar Abu Bagas Tebu 52
Percobaan VI: Penetapan Sulfat Sebagai Barium Sulfat 54
Percobaan VII: Standarisasi HCl dan NaOH 57
Percobaan VIII:
Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat yang masing-masing Mempunyai
Normalitas yang Sama (1 N; 0,1 N; 0,01 N) 59
Percobaan IX: Titrasi Asam Lemah dan Basa Kuat 61
71
Daftar Pustaka 64