PRAKTIKUM
ALAT DETEKSI DAN PROTEKSI RADIASI
(ADPR)
Oleh :
Maria Christina Prihatiningsih
Sudiono
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya
sehingga kami sebagai dosen pembimbing praktikum Alat Deteksi dan Proteksi
Radiasi (ADPR) dapat menyelesaikan penyusunan Diktat Petunjuk Praktikum
ADPR. Petunjuk praktikum ini diharapkan sangat banyak membantu mahasiswa
mulai dari persiapan, tes, pelaksanaan praktikum, pembuatan laporan sementara
sampai dengan pembuatan laporan resmi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan petunjuk Praktikum ini masih
terdapat kekurangan, oleh karena itu sangat mengharapkan masukan dan saran-
saran dari berbagai pihak untuk perbaikan.
Akhir kata penulis berharap semoga petunjuk praktikum Instrumentasi
Kimia ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Sekolah tinggi Teknologi Nuklir dan
bagi yang membutuhkan.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar isi iii
Tata Tertib Praktikum iv
Keamanan dan Keselamatan Kerja Laboratorium vi
Percobaan I. Pengenalan Peralatan Proteksi Radiasi dan 1
Personal Monitor
Percobaan II. Detektor Geiger Muller 3
Percobaan III. Detektor NaITI 10
Percobaan IV. Detektor Hpge 17
Percobaan V. Spektroskopi Sinar Gamma dengan Detektor 23
CdTe
Percobaan VI. Statistika Pencacahan 26
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
iv
14. Jika akan meninggalkan ruang laboratorium, praktikan wajib meminta ijin
kepada laboran praktikum.
15. Praktikan dilarang membuang limbah di wastafel atau tempat-tempat yang
tidak sesuai.
16. Praktikan memisahkan dan membuang limbah praktikum berdasarkan sifat
atau karakter dan jenis bahaya limbah pada tempat penampungan limbah
sementara yang tersedia.
17. Praktikan wajib membuat dan mengumpulkan laporan resmi ke asisten
praktikum.
v
KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA
LABORATORIUM
vi
14. Biasakan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum dan setelah
melakukan praktikum.
15. Apa bila kulit terkena bahan kimia, segera bilas dengan air bersih sampai
beberapa menit dan jangan digaruk agar tidak menyebar.
16. Dilarang makan, minum, dan merokok di dalam laboratorium.
17. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktikum basah segera
keringkan dengan lap.
18. Jagalah kebersihan lantai laboratorium, apabila basah segera dipel agar tidak
menimbulkan kecelakaan.
19. Hindarkan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti eter, kloroform, dll
20. Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang bersifat korosif dan dapt
menimbulkan luka bakar seperti asam-asam pekat (H2SO4,HCl,HNO3) basa-
basa kuat (NaOH,KOH,NH4OH) dan oksidtor kuat (Air brom, iod, senyawa
klor, dikromat, dan permanganat)
21. Percobaan dengan penguapan menggunakan asam-asam kuat dan
menghasilkan gas-gas beracun misalnya pada analisis nitrat dilakukan di dalam
alamari asam.
22. Jangan memanaskan zat dalam gelas ukur atau labu takar.
23. Jangan membuang limbah di wastafel atau saluran air.
24. Perhatikan dan ingatlah posisi/letak komponen-komponen alat pelindung diri
(PPE), alat pemadam kebakaran (APAR), kotak first aid kit, dan pintu darurat.
25. Buanglah limbah berdasarkan golongan limbah pada gtempat penampungan
sementara.
26. Buanglah sampah pada tempatnya.
27. Jangan membuka api di daerah yang dilaran seperti di dekat flammable gas,
dll
28. Jangan melihat langsung kearah sinar yang memiliki radiasi tinggi dan
berbahaya pada alatalat instrumen.
29. Apa bila terjadi kecelakaan kerja laboratorium segera laporkan kepada petugas
yang jaga.
vii
PERCOBAAN I
PENGENALAN PERALATAN PROTEKSI RADIASI DAN PERSONAL
MONITOR
A. Tujuan
1. Mengetahui beberapa alat ukur radiasi
2. Mengetahi cara kerja beberapa alat proteksi radiasi
3. Mengetahui jenis dan penggunaan instrumen radiasi
4. Mengetahui satuan yang digunakan dalam instrumen radiasi
B. Dasar Teori
Radiasi nuklir tidak dapat “dirasakan” oleh manusia secara langsung
seberapapun besara. Agar pekerja radiasi tidak mendapat paparan radiasi yang
melebihi batas yang diizinkan maka diperlukan alat pengukur yang dapat
menunjukan tingkat paparan radiasi di tempat kerja dan alat yang dapat
mencatat dosis radiasi yang telah diterima oleh pekerja radiasi dalam kurun
waktu tertentu.
1
Kualifikasi Alat Ukur Proteksi Radiasi
Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari
detektor dan peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya. Alat ukur
ini dapat memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan dalam rontgen, dosis
serap dalam rad atau gray, dan dosis ekivalen dalam rem atau sievert.
Alat proteksi radiasi ini dibeakan menajdi tiga yaitu dosimeter
personal, surveimeter, dan monitor kontaminasi. Dosimeter persoal berfungsi
untuk mencatat dosis radiasi yang telah mengenai seorang pekerja radiasi
secara akumulasi. Surveimeter digunakan untuk melakukan pengukurn tingkat
radiassi di suatu lokasi secara langsung. Monitor kontaminasi digunakan untuk
mengukur tingkat konaminasi pada pekrja, alat maupun lingkugan.
C. Langkah Kerja
1. Menjelaskanbeberapa alat ukur radiasi
2. Menjelaskan cara kerja beberapa alt proteksi radiasi
3. Menyebutkan dan menjelaskan jenis dan penggunaan instrumen radiasi
4. Menyebutkan beberapa satuan yang digunakan dalam instrumen radiasi
D. Tugas
1. Kenapa TLD/Film Badge dipassang di saku/di dada? Kenapa tidak
diletakkan di kening atau di kaki?
2. Kenapa film badge/TLD berukuran keccil, tetapi dianggap mewakili dosis
yang diterima seluruh tubuh?
E. Daftar Pustaka
Anonim. 2005. Deteksi dam Proteksi Radiasi. Pusdiklat-BATAN
Elisabeth Supriyatni. 2009. Teknik Pegukuran Radiasi. Pusdiklat-BATAN
Tim asisten ADPR. 2012. Petunjuk Praktikum Alat Deteksi dan Proteksi
Radiasi. STTN-BATAN
Mahrus Slam. 2013. AlatUkur Proteksi Radiasi. Pusdiklat-BATAN
2
PERCOBAAN II
DETEKTOR GEIGER MULLER
A. Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik pencacah Geiger-Muller
2. Mahasiswa dapat melakukan pencacahan radiasi menggunakan sistem
pencacah dengan detektor Geiger-Muller
B. Tujuan
1. Menggambar daerah plato serta menentukan tegangan kerja detektor.
2. Menguji kestabilan sistem pencacah yang digunakan.
3. Menentukan waktu mati detektor.
4. Menentukan efisiensi detektor.
5. Menentukan aktivitas suatu sumber radiasi.
C. Dasar Teori
Detektor Geiger Muller merupakan detektor yang sangat banyak digunakan
baik sebagai sistem pencacahan maupun dalam kerja lapangan (surveymeter). Detektor ini
termasuk keluarga detektor tabung isian gas yang bekerja berdasarkan ionisasi gas.
Keuntungan dari detektor ini dapat menghasilkan pulsa listrik yang relatif besar
dibandingkan dengan detektor jenis lain akan tetapi detektor ini tidak dapat
membedakan energi radiasi yang mengenainya.
Tegangan kerja (HV) yang diberikan pada detaktor GM dapat
mempengaruhi laju cacah yang dihasilkan. Hal ini merupakan salah satu
karakteristik dari setiap detektor GM. Adapun perubahan laju cacahnya mengikuti
kurva karakteristik seperti gambar 1 berikut ini,
Tegangan kerja detektor dipilih pada daerah plato atau tepatnya pada 1/3
lebar plato. Kemiringan daerah Plato juga perlu diketuhui untuk melihat keandalan
detektor. Hal ini dapat ditentukan dengan persamaan 1. berikut ;
R2 R1
Lp 100% (1)
V2 V1 R1
3
Dengan Lp = Kemiringan plato (% per Volt atau % per 100 Volt).
R1 = Laju cacah pada awal daerah plato, V1 (cpm/cps) .
R2 = Laju cacah pada akhir daerah plato V2 (cpm/cps) .
Nilai kemiringan yang masih dianggap baik adalah lebih kecil daripada 0,1 %
per volt.
Kestabilan suatu alat ukur radiasi dapat ditentukan dengan menggunakan
prinsip 'Chi Square Test'. Nilai chi-square nya dapat dihitung dengan
persamaan 2. berikut.
2
1 n
i
2 R R (2)
R 1
Dengan :
2 = nilai chi square
R = laju cacahan rata-rata (cpm atau cpd)
Ri = laju cacahan setiap pengukuran (cpm atau cpd)
4
sistem pencacah masih dapat dikatakan stabil bila nilai chi square-nya berkisar
antara 3,33 dan 16,9.
Ro
Rc (4)
1 Ro.
Dengan
Rc = Laju cacah setelah dikoreksi (menit atau detik).
Oleh karena tidak seluruh radiasi yang dilepaskan sumber dapat tercacah
oleh detektor, maka perlu menentukan efisiensi detektor yang menunjukkan
korelasi antara nilai cacah yang ditunjukkan sistem pencacah GM dan aktifitas
sumber sebenarnya. Nilai efisiensi ini dapat ditentukan dengan persamaan 5.
berikut ini:
5
R
(5)
A. p
Nilai efisiensi dari setiap detektor sangat dipengruhi oleh faktor geometri antara
sumber dan detektor, sehingga apabila jarak antara sumber dan detektor
berubah, nilai efisiensinya juga berubah.
D. Bahan dan Peralatan
Bahan:
1. Sumber standar Ba-133
2. Sumber standar Mn-54
3. Sumber stidak diketahui
Peralatan:
1. Detektor Geiger Muller
2. Inverter
3. Tegangan Tinggi (High Voltage)
4. Pencacah
5. Timer
E. Langkah Kerja
1. Menentukan daerah Plato
a. Rangkaikan peralatan seperti pada gambar 2. kemudian sistem pencacah
dinyalakan dan ditunggu 10 menit.
b. Sebuah pemancar beta, dapat menggunakan Cs - l37 , Co - 60 atau
sumber lain, diletakkan pada ruang pencacahan
c. Penala waktu diatur untuk waktu cacah 2 menit (sesuai dengan petunjuk
Pembimbing Praktikum)
6
d. Pencacahan dimulai dengan menekan tombol ’count ' pada pencacah
dan ’start' pada penala waktu.
e. Bersamaan dengan langkah 4 di atas, sumber tegangan tinggi dinaikkan
secara perlahan-lahan dan perhatikan penunjuk cacahan (digit) pada
pencacah.
f. Apabila pada penunjuk cacahan telah menunjukkan perubahan nilai,
yang semula nol, turunkan lagi tegangan tingginya ± 50 Volt sampai
memperoleh nilai yang bulat, misalnya 400 Volt
g. Timer diatur untuk waktu cacah 60 detik.
h. Pencacahan dilakukan lagi dan catat nilai cacahnya untuk setiap
kenaikkan tegangan tinggi sebesar 25 Volt. (sesuai dengan petunjuk
Pembimbing Praktikum)
i. Apabila nilai cacah menunjukkan kenaikkan yang cukup besar, berarti
sudah mencapai daerah ’break down’, dan pencacahan dihentikan.
j. Tegangan tinggi diturunkan sampai ke tegangan kerja detektor (lihat
teori untuk penentuan tegangan kerja)
Catatan:
Untuk pencacahan selanjutnya tegangan tinggi diatur tetap pada
tegangan kerja.
2. Menguji kestabilan sistem pencacah
a. Untuk mengetahui laju cacah latar belakang, dilakukan pencacahan
selama 4 menit tanpa menggunakan sumber radiasi. Nilai yang diperoleh
merupakan cacahan latar belakang yang akan digunakan dalam
perhitungan selanjutnya.
b. Sebuah sumber radiasi diletakkan di tempat pencacahan.
c. Penala waktu diatur untuk pencacahan 1 menit.
d. Pencacahan dilakukan sebanyak 10 kali dan catat nilai cacahnya.
7
b. Timer diatur untuk pencacahan 2 menit.
c. Pencacahan dilakukan masing-masing sebanyak 3 kali untuk sumber 1,
sumber 1 dan sumber 2 bersama-sama dan berikutnya sumber 2 sendiri.
Catatan:
Posisi sumber 1 dan sumber 2 pada masing-masing pencacahan hendaknya
tidak berubah.
F. Perhitungan
1. Menggambarkan kurva karakteristik (daerah plato) pada kertas grafik
antara laju cacahan dan tegangan tinggi yang diberikan, menentukan
tegangan kerja dan kemiringan plato
2. Menentukan kestabilan sistem pencacahan dengan metoda 'Chi Square Test
3. Menentukan waktu mati detektor, dengan menggunakan persamaan 2.
pada teori.
4. Menentukan efisiensi detektor, menggunakan persamaan 4. pada teori.
Sedangkan untuk menentukan aktifitas sebenarnya digunakan persamaan 6.
berikut:
A Ao . e ( 0,693 . t ) / T
1
2
8
Dengan :
G. Daftar Pustaka
9
PERCOBAAN III
DETEKTOR NaI(T1)
A. Tujuan
1. Mempelajari cara kerja detektor NaI(Tl)
2. Membuat spektrum energi gamma dengan NaI(Tl)
3. Membuat grafik kalibrasi energi, dan menentukan energi radioisotop
yang belum diketahui menggunakan detektor NaI(Tl)
4. Menghitung resolusi detektor.
B. Dasar Teori
Sintilator adalah suatu bahan yang dapat memancarkan kelipan
cahaya (sintilasi) apabila berinteraksi dengan sinar-g atau partikel a dan b.
Bahan ini dapat berupa zat padat atau cair, baik zat organik maupun
anorganik. Berdasarkan proses kelipan pada bahan sintilator tersebut dapat
dibuat detektor sinar radioaktif yang disebut detektor sintilator. Terdapat dua
jenis tipe detektor kelipan yaitu kelipan organik dan kelipan inorganik Pada
tabel di bawah ini dituliskan beberapa contoh detektor kelipan yang sering
digunakan.
Tabel1. Macam-macam detektor
Nama type detektor
Anthrance Organic solid b
Pilot B Organic a
plastic
NaI(Tl) Inorganic g
CsF Inorganic Sinar-X
Detektor sintilasi yang paling sering digunakan untuk spektroskopi
gamma adalah detektor NaI(Tl). Detektor sintilasi mampu mencacah jumlah
partikel radioaktif dan energinya. Dua bagian utama Detektor Sintilator
NaI(Tl) yaitu bagian sintilator NaI(Tl), dimana partikel yang terdeteksi akan
menimbulkan kelipan cahaya dan yang kedua adalah tabung pengubah
10
pancaran cahaya menjadi elektron mengalami proses penggandaan
dalam Photo Multiplier Tube (PMT).
11
Interaksi sinar gamma dengan materi
a. Efek fotolistrik
Yaitu suatu gejala dimana suatu cahaya yang frekuensinya cukup
tinggi dijauhkan pada suatu permukaan logam, maka akan terjadi pemancaran
elektron dari permukaan logam tersebut.
b. Produksi Pasangan
Yaitu suatu peristiwa yang terjadi apabila suatu foton ditembakkan
pada suatu initi atom sehingga inti atom tersebut akan memancarkan sepasang
elektron (q = -e) dan positron (q = +e). Hal ini terjadi karena untuk memenuhi
hukum kekekalan energi dan momentum linier serta hukum kekekalan
muatan listrik.
c. Hamburan Compton
Yaitu suatu peristiwa dimana suatu foton menumbuk elektron dan
kemudian mengalami hamburan dari arahnya semula sedangkan elektronnya
menerima impuls dan bergerak. Dalam tumbukan ini foton dapat dipandang
sebagai partikel yang kehilangan sejumlah energi yang besarnya sama dengan
besarnya energi kinetik yang diterima elektron.
Melalui ketiga proses ini, sinar-g menyerahkan sebagian atau
seluruhnya tenaganya pada materi detektor dan sebagai hasilnya melepaskan
elektron – elektron bebas yang dipergunakan dalam proses deteksi
selanjutnya. Segera setelah elektron (fotoelektron) dibebaskan keluar dari
sistem atom, maka sebagai akibat dari pengaturan kembali konfigurasi
elektron akan dipancarkan sinar-x. Hampir semua sinar-x ini diserap oleh
bahan detektor dan tenaganya diserahkan pada fotoelektron yang dilepaskan.
Sebagian besar dari tenaga yang diserap oleh elektron ini akan dilepaskan
dalam bentuk tenaga panas dan sebagian yang lain dilepaskan foton cahaya
kelipan.
Bahan semikonduktor, yang diketemukan relatif lebih baru daripada
dua jenis detektor di atas, terbuat dari unsur golongan IV pada tabel periodik
yaitu silikon atau germanium. Detektor ini mempunyai beberapa keunggulan
yaitu lebih effisien dibandingkan dengan detektor isian gas, karena terbuat
12
dari zat padat, serta mempunyai resolusi yang lebih baik daripada detektor
sintilasi.
13
muatan positif akan tertarik ke atas (kutub negatif) sedangkan pembawa
muatan negatif akan tertarik ke bawah (kutub positif), sehingga terbentuk
(depletion layer) lapisan kosong muatan pada sambungan PN. Dengan
adanya lapisan kosong muatan ini maka tidak akan terjadi arus listrik. Bila
ada radiasi pengion yang memasuki lapisan kosong muatan ini maka akan
terbentuk ion-ion baru, elektron dan hole, yang akan bergerak ke kutub-kutub
positif dan negatif. Tambahan elektron dan hole inilah yang akan
menyebabkan terbentuknya pulsa atau arus listrik.
Oleh karena daya atau energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan
ion-ion ini lebih rendah dibandingkan dengan proses ionisasi di gas, maka
jumlah ion yang dihasilkan oleh energi yang sama akan lebih banyak. Hal
inilah yang menyebabkan detektor semikonduktor sangat teliti dalam
membedakan energi radiasi yang mengenainya atau disebut mempunyai
resolusi tinggi. Sebagai gambaran, detektor sintilasi untuk radiasi gamma
biasanya mempunyai resolusi sebesar 50 keV, artinya, detektor ini dapat
membedakan energi dari dua buah radiasi yang memasukinya bila kedua
radiasi tersebut mempunyai perbedaan energi lebih besar daripada 50 keV.
Sedang detektor semikonduktor untuk radiasi gamma biasanya mempunyai
resolusi 2 keV. Jadi terlihat bahwa detektor semikonduktor jauh lebih teliti
untuk membedakan energi radiasi.
Sebenarnya, kemampuan untuk membedakan energi tidak terlalu
diperlukan dalam pemakaian di lapangan, misalnya untuk melakukan survai
radiasi. Akan tetapi untuk keperluan lain, misalnya untuk menentukan jenis
radionuklida atau untuk menentukan jenis dan kadar bahan, kemampuan ini
mutlak diperlukan.
Kelemahan dari detektor semikonduktor adalah harganya lebih
mahal, pemakaiannya harus sangat hati-hati karena mudah rusak dan
beberapa jenis detektor semikonduktor harus didinginkan pada temperatur
Nitrogen cair sehingga memerlukan dewar yang berukuran cukup besar.
14
C. Bahan dan Peralatan
Bahan:
1. Sumber Cs-137
2. Sumber Co-60
3. Sumber Co-57
4. Sumber Na-22
5. Sumber Ba-133
6. Sumber Unknown
Peralatan:
Detektor NaI(Tl)
D. Langkah Kerja
1. Alat di rangkai seperti blok diagram pada Gambar 5.seperti berikut:
SINTILATOR
PENCACAH
PHOTO KATODA HV ORTEC
ORTEC 875
456
PM
SUMBER T PRE AMP AMPLIFIER TSCA
RADIASI ORTEC 113 ORTEC 571 ORTEC 551
LIGTH PIPE
PULSER
ORTEC 580 OSILOSKOP
15
5. Grafik energi vs nomor kanal puncak fotolistrik di buat.
6. Efisiensi detektor di hitung.
7. Grafik detektor terhadap energi gamma di buat.
16
PERCOBAAN IV
DETEKTOR HPGE
A. Tujuan
1. Mempelajari cara kerja detektor HPGe
2. Membuat spektrum energi gamma dengan HPGe
3. Membuat grafik kalibrasi energi, dan menentukan energi radioisotop yang
belum diketahui menggunakan detektor HPGe
4. Menghitung resolusi detektor.
B. Dasar Teori
Sintilator adalah suatu bahan yang dapat memancarkan kelipan
cahaya (sintilasi) apabila berinteraksi dengan sinar-g atau partikel a dan b.
Bahan ini dapat berupa zat padat atau cair, baik zat organik maupun anorganik.
Berdasarkan proses kelipan pada bahan sintilator tersebut dapat dibuat detektor
sinar radioaktif yang disebut detektor sintilator. Terdapat dua jenis tipe
detektor kelipan yaitu kelipan organik dan kelipan inorganik Pada tabel di
bawah ini dituliskan beberapa contoh detektor kelipan yang sering digunakan.
Tabel1. Macam-macam detektor
Nama type detektor
Anthrance Organic b
solid
Pilot B Organic a
plastic
NaI(Tl) Inorganic g
CsF Inorganic Sinar-X
Detektor sintilasi yang paling sering digunakan untuk spektroskopi
gamma adalah detektor NaI(Tl). Detektor sintilasi mampu mencacah jumlah
partikel radioaktif dan energinya. Dua bagian utama Detektor Sintilator
NaI(Tl) yaitu bagian sintilator NaI(Tl), dimana partikel yang terdeteksi akan
17
menimbulkan kelipan cahaya dan yang kedua adalah tabung pengubah
pancaran cahaya menjadi elektron mengalami proses penggandaan
dalam Photo Multiplier Tube (PMT).
18
Interaksi sinar gamma dengan materi
a. Efek fotolistrik
Yaitu suatu gejala dimana suatu cahaya yang frekuensinya cukup
tinggi dijauhkan pada suatu permukaan logam, maka akan terjadi pemancaran
elektron dari permukaan logam tersebut.
b. Produksi Pasangan
Yaitu suatu peristiwa yang terjadi apabila suatu foton ditembakkan
pada suatu initi atom sehingga inti atom tersebut akan memancarkan sepasang
elektron (q = -e) dan positron (q = +e). Hal ini terjadi karena untuk memenuhi
hukum kekekalan energi dan momentum linier serta hukum kekekalan muatan
listrik.
c. Hamburan Compton
Yaitu suatu peristiwa dimana suatu foton menumbuk elektron dan
kemudian mengalami hamburan dari arahnya semula sedangkan elektronnya
menerima impuls dan bergerak. Dalam tumbukan ini foton dapat dipandang
sebagai partikel yang kehilangan sejumlah energi yang besarnya sama dengan
besarnya energi kinetik yang diterima elektron.
Melalui ketiga proses ini, sinar-g menyerahkan sebagian atau
seluruhnya tenaganya pada materi detektor dan sebagai hasilnya melepaskan
elektron – elektron bebas yang dipergunakan dalam proses deteksi selanjutnya.
Segera setelah elektron (fotoelektron) dibebaskan keluar dari sistem atom,
maka sebagai akibat dari pengaturan kembali konfigurasi elektron akan
dipancarkan sinar-x. Hampir semua sinar-x ini diserap oleh bahan detektor dan
tenaganya diserahkan pada fotoelektron yang dilepaskan. Sebagian besar dari
tenaga yang diserap oleh elektron ini akan dilepaskan dalam bentuk tenaga
panas dan sebagian yang lain dilepaskan foton cahaya kelipan.
Bahan semikonduktor, yang diketemukan relatif lebih baru daripada
dua jenis detektor di atas, terbuat dari unsur golongan IV pada tabel periodik
yaitu silikon atau germanium. Detektor ini mempunyai beberapa keunggulan
19
yaitu lebih effisien dibandingkan dengan detektor isian gas, karena terbuat dari
zat padat, serta mempunyai resolusi yang lebih baik daripada detektor sintilasi.
20
akan tertarik ke atas (kutub negatif) sedangkan pembawa muatan negatif akan
tertarik ke bawah (kutub positif), sehingga terbentuk (depletion layer) lapisan
kosong muatan pada sambungan PN. Dengan adanya lapisan kosong muatan
ini maka tidak akan terjadi arus listrik. Bila ada radiasi pengion yang memasuki
lapisan kosong muatan ini maka akan terbentuk ion-ion baru, elektron dan hole,
yang akan bergerak ke kutub-kutub positif dan negatif. Tambahan elektron dan
hole inilah yang akan menyebabkan terbentuknya pulsa atau arus listrik.
Oleh karena daya atau energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan
ion-ion ini lebih rendah dibandingkan dengan proses ionisasi di gas, maka
jumlah ion yang dihasilkan oleh energi yang sama akan lebih banyak. Hal
inilah yang menyebabkan detektor semikonduktor sangat teliti dalam
membedakan energi radiasi yang mengenainya atau disebut mempunyai
resolusi tinggi. Sebagai gambaran, detektor sintilasi untuk radiasi gamma
biasanya mempunyai resolusi sebesar 50 keV, artinya, detektor ini dapat
membedakan energi dari dua buah radiasi yang memasukinya bila kedua
radiasi tersebut mempunyai perbedaan energi lebih besar daripada 50 keV.
Sedang detektor semikonduktor untuk radiasi gamma biasanya mempunyai
resolusi 2 keV. Jadi terlihat bahwa detektor semikonduktor jauh lebih teliti
untuk membedakan energi radiasi.
Sebenarnya, kemampuan untuk membedakan energi tidak terlalu
diperlukan dalam pemakaian di lapangan, misalnya untuk melakukan survai
radiasi. Akan tetapi untuk keperluan lain, misalnya untuk menentukan jenis
radionuklida atau untuk menentukan jenis dan kadar bahan, kemampuan ini
mutlak diperlukan.
Kelemahan dari detektor semikonduktor adalah harganya lebih
mahal, pemakaiannya harus sangat hati-hati karena mudah rusak dan beberapa
jenis detektor semikonduktor harus didinginkan pada temperatur Nitrogen cair
sehingga memerlukan dewar yang berukuran cukup besar.
21
C. Bahan dan Peralatan
Bahan:
1. Sumber Cs-137
2. Sumber Co-60
3. Sumber Co-57
4. Sumber Na-22
5. Sumber Ba-133
6. Sumber Unknown
D. Langkah Kerja
1. Detektor dinyalakan
2. Tegangan tinggi di atur sebesar 3000 volt dengan bertahap.
3. Waktu di atur dengan mengeklik MDA preset.
4. Sumber Co-60, Cs-137, Ba-133, Na-22, dan Co-57 dimasukkan secara
bersamaan kedalam detektor.
5. Pencacahan di mulai.
6. Kemudian pencacahan di ulangi dengan mengganti sumber menjadi
sumber unknown.
22
PERCOBAAN V
SPEKTROSKOPI SINAR GAMMA DENGAN DETEKTOR CdTe
A. Capaian Pembelajaran
Capaian Pembelajaran umum:
Agar Mahasiswa dapat melakukan spektrometri sinar gamma dengan detektor
CdTe
Capaian Pembelajaran khusus:
1. Agar Mahasiswa dapat mengetahui spektrum gamma sumber radioaktif
2. Agar mahasiswa dapat melakukan kalibrasi energi
3. Agar mahasiswa dapat melakukan identifikassi unsur radioaktif
B. Tujuan
1. Mengetahui spektrum gamma sumber radioaktif
2. Melakukan kalibrasi energi
3. Melakukan identifikassi unsur radioaktif
C. Dasar Teori
Detektor CdTe merupakan detektor yang dibuat dari bahan Cadmium
dan Tellurium. Seperti halnya detektor semikonduktor lainnya, detektor ini
bekerja berdasarkan interaksi sinar-X atau sinar- dengan atom-atom CdTe
yang kemudian
menghasilkan sebuah ANODA (+)
pasangan elektron-
ARUS ELEKTRON
hole untuk setiap FOTON
energi sebesar 4,43
eV. Medan listrik ARUS HOLE
23
hole sebelum mereka bergabung kembali, selain itu menyebabkan elektron
bergerak menuju anoda dan hole menuju katoda, sehingga terkumpul muatan
pada elektroda dan menghasilkan isyarat. Melalui proses pengolahan dan
analisa tinggi pulsa akhirnya isyarat tersebut dapat dicacah dan ditampilkan
bentuk spektrumnya. Sruktur detektor CdTe seperti ditunjukkan pada gambar
1.
Peralatan:
1. Accuspec.
2. Detektor CdTe & Preamp Model XR-100T-CdTe.
3. Power Supply & Amplifier Model PX2T.
E. Langkah Kerja
24
10. Lakukan kalibrasi tenaga dengan terlebih dulu memasukkan data energi
gamma dan nomor saluran puncak untuk masing-masing sumber
radioaktif.
11. Lakukan identifikasi terhadap sumber x berdasarkan besarnya energi
gamma yang diperoleh melalui proses kalibrasi.
Tabel 1.
Peristiwa Tenaga (MeV) No. Saluran
1 Puncak foto 0,662 MeV 0,662
2 Puncak foto 1,17 MeV 1,17
3 Puncak foto 1,33 MeV 1,33
4 Compton edge Cs-137
5 Backscatter Cs-137
6 Backscatter Co-60
25
PERCOBAAN VI
STATISTIKA PENCACAHAN
A. Capaian Pembelajaran
Praktikan dapat melakukan pencacahan radiasi, menganalisis secara
statistik untuk menentukan aktivitas sumber menggunakan system pencacahan
spektrokopi.
B. Tujuan
1. Melakukan pengukuran laju cacah, laju cacah rata-rata dan deviasi
pengukuran
2. Melakukan koreksi perhitungan laju cacah terhadap cacah latar belakang
dan waktu mati (tidak dilakukan)
3. Melakukan pengukuran untuk menentukan efisiensi system pencacahan.
4. Menentukan aktivitas satu sumber yang tidak diketahui (unknown)
C. Dasar Teori
Jumlah radiasi yang dipancarkan oleh sumber bersifat random (acak)
sehingga nilai yang ditampilkan oleh sistem pencacah juga bernilai acak. Bila
dilakukan pengukuran berulang dengan kondisi yang sama maka akan
ditampilkan nilai yang berbeda. Puncak spektrum - tidak berbentuk garis
lurus, melainkan terjadi pelebaran simetris sehingga berbentuk suatu fungsi
Gauss atau fungsi distribusi normal (lihat gambar Distribusi Gauss). Jumlah
radiasi yang memasuki detektor tidak hanya berasal dari sumber radiasi yang
sedang diukur karena terdapat sumber radiassi lainnya disekitar lokasi
pengukuran sehingga nilai yang ditampilkan oleh sistem pencacah harus
dikoreksi.
26
h
Detekt t
or
Nilai yang ditampilkan oleh sistem pencacah tidak sama dengan radiasi
yang memasuki sistem. Paarameter yang menunjukan hubungan nilai yang
ditampilkan dengan jumlah radiasi yang memasuki detektor atau dengan
aktivitas sumber radiasi dikenal sebagai efisiensi.
Sistem pencacah radiasi memerlukan selang waktu tertentu untuk
memproses setiap radiasi yang memasukinya menjadi suatu informasi. Dalam
selang waktu tersebut (waktu mati detektor) sistem pencacah tidak peka
terhadap radiasi sehingga radiasi yang datang pada selang waktu tersebut tidak
tercacah. Nilai tampilan yang ditunjukan perlu dilakukan koreksi.
r
R
1
1 r (r) 2
2
R = Laju pencacahan terkoreksi
R = Laju pencacahan hasil pengamatan
= Waktu mati
Cacahan (C) : adalah nilai yang dihasilkan oleh sistem pencacah setelah
mengukur radiasi selama selang waktu tertentu (t); laju cacah (R) adalah
jumlah cacahan persatuan waktu. Nilai ini sebanding dengan intensitas radiasi
yang memasuki detektor atau sebanding dengan aktivitas sumber radiasi.
27
Kegunaan sistem Spektroskopi adalah untuk melakukan analisis bahan
misalnya Spektroskopi dapat juga digunakan untuk menentukan aktivitas
sumber radiasi alpha atau gamma.
Peralatan :
1. Detektor Geiger-Muller
2. Rangkaian pembangkit pulsa
3. Sumber tegangan tinggi
4. Timer
5. Alat cacah (counter)
E. Langkah Kerja
1. Sumber standar C0-60 dimasukkan dalam detector GM.
2. Sumber tegangan tinggi diatur pada tegangan kerja 780 HV.
3. Dilakukan pencacahan sumber radiasi Co-60 dengan variasi waktu yaitu 20
second, 30 second, dan 50 second
4. Setiap pencacahan dengan variasi tertentu dilakukan pengulangan sebanyak
10 kali.
5. Dilakukan cacah latar untuk tiap variasi.
28
6. Langkah kerja 1-5 diulangi untuk variasi jarak yaitu 1 cm, 5 cm, dan 10 cm,
dengan pengulangan cacahan setiap variasi sebanyak 5 kali.
F. Daftar Pustaka
Wardhana, Wisnu Arya. 2007. Teknologi Nuklir Proteksi Radiasi dan
Aplikasinya. Yogyakarta: ANDI.
29
PERCOBAAN VII
PENENTUAN DEAD TIME DAN RESOLVING TIME DETECTOR
A. Tujuan
Mengetahui tujuan waktu mati dan waktu pisah dari detrktor Geiger Muller
B. Dasar Teori
Detektor GM adalah salah satu detector yang digunakan untuk mengukur
cacah radiasi nuklir. Detektor ini berbentuk tabung dari gelas yang bagian
dalamnya dilapis logam. Lapisan ini berfungsi sebagai katoda. Sepanjang sumbu
tabung ini diberi kawat logam yang berfungsi sebagai anoda. Antara anoda dan
katoda dipasang tegangan tinggi. Tabung ini berisi gas mulia (Argon) dan gas
quenching (Halogen).
Jika ada radiasi pengion masuk ke dalam tabung maka akan terbentuk
sejumlah pasangan ion positif dan elektron akibat proses eksitasi ataupun
ionisasi primer atom gas. Pulsa timbul akibat elektron lebih cepat sampai ke
anoda daripada ion positif ke katoda dan juga menentukan tinggi pulsa.
Avalance atau proses ionisasi berantai adalah regenerasi pasangan ion tadi
akibat kelebihan tenaga setelah bertumbukan dengan atom-atom gas dalam
30
tabung. Ada kalanya Avalance terjadi karena radiasi dari luar sehingga
diperlukan sejumlah gas yang dapat meredam radiasi luar ini sehingga halogen
dipakai.
Sifat penting alat ini adalah bahwa pulsa keluarnya cukup besar akibat
pulsa–pulsa avalance yang mencapai jenuh, meskipun berakibat tidak dapat
membedakan tenaga radiasi yang masuk.
31
𝑔
𝑛=
1 − 𝑔𝜏
Dan rumus yang digunakan untuk mencari resolving time adalah :
𝑔1 + 𝑔2 − 𝑔12 − 𝑏
𝜏= 2
𝑔12 − 𝑔12 − 𝑔22
D. Langkah Kerja
1. Peralatan dirangkai
2. Radiasi latar dicacah dengan interval waktu 10 detik sebanyak 20 kali
pengulangan.
3. Sumber pertama (S1) yaitu Co-60 dilektakkan pada tempatnya, lalu
dicacah dengan interval waktu 10 detik sebanyak 20 kali pengulangan (g1)
4. Sumber kedua (S2) yaitu Cs-137 dilektakkan di sebelah sumber pertama,
dan keduanya dicacah dengan interval waktu 10 detik sebanyak 20 kali
pengulangan dan catat hasilnya (g12)
5. Sumber pertama diambil, sumber kedua dibiarkan tetap pada tempatny.
Kemudian sumber kedua saja yang dicacah dengan interval 10 detik
sebanyak 20 kali pengulangan dan catat hasilnya (g2)
6. Resolving time dan dead time dapat dihitung.
32
E. Daftar Pustaka
Beiser,Arthur.1987. Konsep Fisika Modern. Jakarta : Erlangga.
Krane,Kenneth. Fisika Modern. Jakarta : Erlangga
Tipler,Paul.2001. Fisika untuk sains dan Tehnik. Jakarta : Erlangga
33
PERCOBAAN VIII
KALIBRASI ALAT UKUR
A. Tujuan
1. Mengetahui cara mengkalibrasi alat ukur radiasi
2. Menghitung faktor kalibrasi dengan metoda langsung
3. Menghitung faktor kalibrasi dengan metoda tak langsung
4. Menentukan kesalahan pengukuran dari alat ukur.
B. Dasar Teori
1. Pengertian Kalibrasi
1). Kalibrasi alat ukur adalah sustu sistem yang digunakan untuk
standarisasi alat ukur yang belum standar terhadap alat ukur standard.
2). Kalibrasi alat ukur radiasi adalah suatu sistem yang digunakan untuk
standarisasi alat ukur radiasi yang belum standard terhadap alat ukur
radiasi standard.
34
- Alat ukur radiasi standard sekunder
Alat ukur radiasi standard yang dikalibrasi dengan membandingkan
ketelitian pengukurannya dengan alat ukur standard primer. Alat ukur
radiasi standard ini digunakan untuk kalibrasi alat ukur radiasi standard
tersier.
35
4. Rumus-rumus yang digunakan.
1. At A0 e t
ln 2
dengan
T1 / 2
At
2. X s (R/jam)
d2
fs X s
3. fk ; dengan X k laju dosis paparan radiasi dari percobaan
Xk
1
4. E p
n 1
( X r ) 2 100%
Xk Xs
dengan X r
Xs
5. Et (Es E p ) 2
Keterangan :
At = aktivitas sumber pada saat dilakukan percobaan (satuan currie :
Ci)
A0 = aktivitas awal sumber ((satuan currie : Ci)
36
E p = besar kesalahan relatife dari pengukuran
Peralatan:
1. Alat ukur jarak
2. Surveymeter
3. Kontainer dan kolimator
4. Statif
5. Kamera
6. Monitor
D. Langkah Kerja
1. Kalibrasi Langsung
a. Bacalah poket dosimeter yang saudara gunakan, catat penunjukkan
jarumnya.
b. Tempatkan survey meter yang akan dikalibrasi pada penyangga
(statif).
c. Periksa bateray surveymeter sebelum melakukan praktikum
kalibrasi.
d. Atur titik tengah detektor surveymeter agar segaris dengan titik
tengah sumber radiasi
37
e. Letakkan titik kaki statif pada jarak yang telah ditentukan oleh
pembimbing praktikum, kemudian shielding sumber dibuka dan
tariklah sumber tersebut hingga tepat berada pada kolinmator.
f. Amati dan catat laju dosis paparan radiasi yang dtunjukkan
surveymeter, minimum tiga kali pengamatan
g. Lakukan seperti pada langkah nomor 5 pada jarak yang telah
ditentukan oleh pembimbing praktikum
38