Terdapat tiga bentuk fase yaitu : padat, cair dan gas. Bentuk tersebut ada
bila dalam kondisi bentuk masing-masing komponen.
Namun seringkali kita jumpai adanya bentuk gabungan antar fase-fase
tersebut.
Contoh (1) : es pada suhu hangat akan memiliki 3 fase, yaitu : es (padat), air
(cair) dan uap air (gas). Semakin lama minuman didiamkan maka akan
terjadi : air menjadi lebih hangat, sehingga lebih banyak es yang mencair.
Penguapan air menjadi uap air yang dilepaskan dalam jumlah yang besar juga
akan menurunkan volume cairan. Pada sistem ini tidak terdapat
terbentuknya keseimbangan, karena volume uap air hanya berasal dari es
dan volume cairan.
Pendahuluan
Contoh (2) : Jika es disimpan dalam wadah yang disegel, pengaruh penguapan
dibatasi, maka es meleleh dan menguap dipengaruhi oleh waktu dan suhu.
Pada kondisi wadah tertutup pada suhu kamar, maka terdapat keseimbangan
dalam wadah, yaitu : fase bentuk padat (es), fase uap (uap air) dan fase cair
(air). Pembukaan dan penutupan wadah akan mengubah komposisi uap air
sehingga mempengaruhi keseimbangan.
KESETIMBANGAN FASE
Derajat bebas merupakan besaran intensif yang harus dipunyai oleh suatu
sistem dalam fase. Contoh : suhu, tekanan, konsentrasi.
Keseimbangan Fase
Contoh-contoh :
1. Air membentuk kesetimbangan dengan uapnya
Terdapat satu komponen, yaitu air (H2O), terdapat dua fase,
yaitu air cair dan uap air, sehingga F = 1 – 2 + 2 = 1, artinya
pada sistem tersebut supaya bisa ditiru dengan pasti perlu satu
besaran intensifnya. Beberapa besaran intensif yaitu : suhu,
tekanan uap, viskositas, kerapatan. Jika kita menyebut satu
saja, misal suhu 1000C, maka otomatis yang lain mengikuti,
misal tekanan uap 1 atm, viskositasnya dan kerapatannya sudah
ada data yang pasti.
Keseimbangan Fase
Contoh-contoh :
2. Campuran air dan alkohol membentuk kesetimbangan dengan
uapnya
Maka F= 2- 2 + 2 = 2. Sistem ini memiliki dua komponen yaitu air
dan etanol, memiliki dua fase yaitu fase yang berisi yang berisi
air dan etanol serta fase uap (air dan etanol). Artinya kita perlu
menyatakan dua besaran intensif untuk menggambarkan sistem
ini secara pasti, misalnya kita menyebut suhu dan konsentrasi,
maka besaran intensif yang lain sudah pasti nilainya, misalnya
tekanan uap jenuh, densitas, dll.
Keseimbangan Fase
Contoh-contoh :
3. Campuran air dan eter membentuk kesetimbangan dengan uapnya
Maka F = 2 – 3 +2 = 1, memiliki dua komponen (air dan eter), memiliki
tiga fase (cairan air yang jenuh dengan eter, cairan eter yang jenuh
dengan air dan uap air dan eter yang dapat bercampur dalam segala
perbandingan). Artinya kita cukup menyatakan satu besaran intensif
untuk menggambarkan sistem itu secara pasti, misal kita menyebut suhu,
maka besaran intensif yang lain sudah pasti nilainya, misalnya tekanan
uap jenuh kedua uap. Dengan menyebut suhu saja maka sudah pasti
konsentrasi air dalam eter ataupun eter dalam air, yaitu sebesar
kelarutannya masing-masing pada suhu tersebut.
Keseimbangan Fase
4,58
Pada sepanjang garis
O (2 fase), F =1 (sistem
UAP
univarian)
C
Pada titik triple (O) (3
0,0098 Suhu (OC) fase), F = 0 (sistem
invarian)
Berat fase air (W)= (63% - 24%) Berat fase air (W)= 39 = 3
Berat fase fenol (P) (24% - 11%) Berat fase fenol (P) 13 1
Maka bila berat dalam sistem adalah 10 gram, maka pada sistem c mengandung
air sebanyak ¾ x 10 gram = 7,5 gram dan fenol sebanyak ¼ x 10 gram = 2,5 gram
Contoh Soal
Pada titik
T (OC) Eutektik (E)
TO Timol
terjadi
kesetimbangan
To Salol 1 fase cair dan
1 Fase Cair
2 fase padat (F
= 2 – 3 +2 = 1),
Cairan + karena
E Cairan + terkondensasi F
padatan
padatan timol menjadi 0
13 salol
Padatan salol +padatan timol
34
100 % Salol % berat timol dalam salol 100 % Timol
Sistem 2 Komponen Padat – Cair
Sistem 2 Komponen (Padat – Cair)
Contoh :
Suatu sistem yang terdiri dari 60% berat timol dalam salol. Pada suhu 25 0C,
sistem x1 dibangun oleh fase cair a1 (komposisi 53% timol dalam salol) dan
padatan timol murni b1. Perbandingan berat a1 terhadap b1 adalah :
Coba hitung perbandingan berat pada penurunan suhu selanjutnya (lihat gambar)
Contoh Soal
Merupakan sistem yang terdiri dari tiga komponen, tp hanya satu fase sehingga
F = 3 – 1 + 2 = 4. Empat derajat bebas terdiri dari : suhu, tekanan dan dua
konsentrasi. Sistem dianggap terkondensasi, sehingga tekanan uap diabaikan,
maka sistem dikerjakan pada tekanan tetap.
Contoh = campuran Air : Minyak : Surfaktan
Untuk menggambarkan sistem maka dibuat diagram segitiga
Sistem Tiga Komponen
Aturan Diagram Segitiga
1. Setiap sudut menunjukkan berat 100% dari tiap komponen (A, B atau C)
2. Tiga garis yang menghubungkan ketiga sudut segitiga menunjukkan campuran dua
komponen, yaitu garis AB (tdr dr komponen A dan B), BC (tdr dr komponen B dan
C) dan CA (tdr dr komponen C dan A)
3. Konsisten dalam menyelusuri garis arah yang menunjukkan konsentrasi, yaitu
searah jarum jam atau berlawanan jarum jam (A, B, C) atau (C, B, A)
4. Daerah dalam segitiga menunjukkan semua komponen campuran A, B dan C.
Misal garis AC berhadapan dengan sudut B, menyatakan sistem tdr dr A dan C, B =
0. Garis horizontal yg sejajar dengan AC menunjukkan naiknya konsentrasi B,
hingga B = 100%.
5. Jika sebuah garis melalui setiap sudut menuju titik yg berhadapan (misal DC)
maka semua sistem yg ditunjukkan oleh titik-titik pd garis DC mempunyai
perbandingan yg konstan untuk dua komponen (dalam hal ini A dan B). Pengaruh
ini digambarkan pd tabel berikut ini :
Sistem Tiga Komponen
3. Untuk menghitung berat emulgator, tarik garis O ke sudut emulgator (Tween). Garis tsb
memotong kurva di titik X (± 25%). Selesaikan persamaan berikut :
Jumlah Tween mula-mula + jumlah tween yg ditambahkan = 25%
Jumlah total bahan mula-mula + jumlah tween yg ditambahkan
10 + T = 0,25
100 + T
Selesaikan perhitungan ini hingga didapat nilai Tween yang ditambahkan.
Komposisi pada titik X ini adl emulsi dg perbandingan air-minyak tertentu dengan jumlah
emulgator minimal.
Formula Emulsi dan Mikroemulsi serta
diagram Pseudoterner