Anda di halaman 1dari 33

KESETIMBANGAN FASE

Dr. apt. RAHMA NAFI’AH, MSI.


FF YPIB CIREBON
Pendahuluan

 Terdapat tiga bentuk fase yaitu : padat, cair dan gas. Bentuk tersebut ada
bila dalam kondisi bentuk masing-masing komponen.
 Namun seringkali kita jumpai adanya bentuk gabungan antar fase-fase
tersebut.
 Contoh (1) : es pada suhu hangat akan memiliki 3 fase, yaitu : es (padat), air
(cair) dan uap air (gas). Semakin lama keduanya didiamkan maka akan terjadi
: air menjadi lebih hangat, sehingga lebih banyak es yang mencair. Penguapan
air menjadi uap air yang dilepaskan dalam jumlah yang besar juga akan
menurunkan volume cairan. Pada sistem ini tidak terdapat terbentuknya
keseimbangan, karena volume uap air hanya berasal dari es dan volume
cairan.
Pendahuluan

 Contoh (2) : Jika es disimpan dalam wadah yang disegel, pengaruh penguapan
dibatasi, maka es meleleh dan menguap dipengaruhi oleh waktu dan suhu.
Pada kondisi wadah tertutup pada suhu kamar, maka terdapat keseimbangan
dalam wadah, yaitu : fase bentuk padat (es), fase uap (uap air) dan fase cair
(air). Pembukaan dan penutupan wadah akan mengubah komposisi uap air
sehingga mempengaruhi keseimbangan.
KESETIMBANGAN FASE

Aturan fase dari J. Willard Gibs


F=C–P+2
F : jumlah derajat bebas (degree of Freedom)
C : jumlah komponen (Components)
P : jumlah fase (Phase)

Derajat bebas merupakan besaran intensif yang harus dipunyai oleh suatu
sistem dalam fase. Contoh : suhu, tekanan, konsentrasi.
Keseimbangan Fase

Contoh-contoh :
1. Air membentuk kesetimbangan dengan uapnya
Terdapat satu komponen, yaitu air (H2O), terdapat dua fase,
yaitu air cair dan uap air, sehingga F = 1 – 2 + 2 = 1, artinya
pada sistem tersebut supaya bisa ditiru dengan pasti perlu
satu besaran intensifnya. Beberapa besaran intensif yaitu :
suhu, tekanan uap, viskositas, kerapatan. Jika kita menyebut
satu saja, misal suhu 1000C, maka otomatis yang lain
mengikuti, misal tekanan uap 1 atm, viskositasnya dan
kerapatannya sudah ada data yang pasti.
Keseimbangan Fase

Contoh-contoh :
2. Campuran air dan alkohol membentuk kesetimbangan
dengan uapnya
Maka F= 2- 2 + 2 = 2. Sistem ini memiliki dua komponen yaitu
air dan etanol, memiliki dua fase yaitu fase cair yang berisi
air dan etanol serta fase uap (air dan etanol). Artinya kita
perlu menyatakan dua besaran intensif untuk
menggambarkan sistem ini secara pasti, misalnya campuran
dengan suhu 50°C dan konsentrasi etanol 70%.
Keseimbangan Fase

Contoh-contoh :
3. Campuran air dan eter membentuk kesetimbangan dengan uapnya
Maka F = 2 – 3 +2 = 1, memiliki:
 dua komponen (air dan eter)
 tiga fase (cairan air yang jenuh dengan eter, cairan eter yang jenuh
dengan air dan uap air dan eter yang dapat bercampur dalam segala
perbandingan).
Artinya kita cukup menyatakan satu besaran intensif untuk
menggambarkan sistem tsb.
Keseimbangan Fase

Keseimbangan fase bisa terbentuk pada

1. Sistem satu komponen


2. Sistem dua komponen (fase Cair – Cair)
3. Sistem dua komponen (fase Cair – Padat)
4. Sistem tiga komponen
Sistem Satu Komponen

Diagram fase air B A Pada daerah padat


murni/cairan
Tekanan murni/uap murni (1
CAIR
uap fase), F = 2 (sistem
PADAT
(mmHg) bivarian)

4,58 Pada sepanjang garis


O (2 fase), F =1 (sistem
UAP
univarian)
C
Pada titik triple (O) (3
0,0098 Suhu (OC) fase), F = 0 (sistem
invarian)
OA : Kurva tekanan Uap OB : Kurva titik leleh OC : Kurva Sublimasi
Sistem Satu Komponen
Pemakaian Aturan Fase untuk Sistem Satu Komponen

Sistem Jumlah Fase Derajat Kebebasan Keterangan

Gas, cair atau padat 1 F = C - P +2 Sistem bivarian, terdpt


=1–1+2=2 pd daerah dg tanda
UAP, AIR atau PADAT.
Harus menetapkan 2
variabel untuk
menentukan sistem
Gas-cair, cair-padat 2 F = C - P +2 Sistem univarian,
atau gas-padat =1–2+2=1 terletak pada
sepanjang garis antara
dua fase, yaitu AO, BO
atau CO. Harus
menetapkan 1 variabel
untuk menentukan
sistem
Gas-Cair-Padat 3 F = C - P +2 Sistem invarian,
=1–3+2=0 terletak pd titik
perpotongan garis yg
membatasi 3 daerah,
yaitu titik O
Sistem terkondensasi

 Sistem dua komponen, (= phase ada ), F tertinggi 3 (suhu, tekanan dan


konsentrasi), perlu diagram tiga dimensi, sulit
 Fase uap tidak digambarkan, sehingga tekanan uap diabaikan dan sistem
dikerjakan pada tekanan 1 atm
 Tinggal variabel suhu dan konsentrasi, cukup diagram 2 dimensi
 Harga F hasil hitungan dikurangi satu
Jadi sistem terkondensasi merupakan sistem dua komponen namun fase uap
diabaikan dan hanya memperlihatkan sistem padat dan/atau cair sehingga sistem
dikerjakan pada tekanan tetap (1 atm).
Sistem Dua Komponen Cair -Cair
Diagram fase campuran fenol -air H = temperatur
66,8OC konsulat maksimum
T A larutan fenol dalam
(OC) A B C air, C larutan air dalam
fenol
50 a b c d e f
(1 fase, F = 2 – 1+2 = 3,
terkondensasi, F
menjadi 2, suhu dan
konsentrasi)
B : 2 fase: air jenuh
0 11 fenol dibagian atas dan
63 100 fenol jenuh air (bawah),
Kadar fenol dalam air (% berat) F=1
Sistem Dua Komponen Cair -Cair
Bila sistem a = 100% air, sistem b = 11% fenol, sistem c = 24% fenol, sistem d =
50% fenol, sistem e= 60% fenol dan sistem f = 63% fenol, maka persen berat
sistem dua komponen dapat dihitung dengan cara perbandingan panjang tie line
seperti contoh perbandingan sistem c di bawah ini :

Berat fase air (W)= panjang cf


Berat fase fenol (P) panjang bc
Maka dapat dihitung persen berat dari masing-masing komponen, yaitu :

Berat fase air (W)= (63% - 24%) Berat fase air (W)= 39 = 3
Berat fase fenol (P) (24% - 11%) Berat fase fenol (P) 13 1

Maka bila berat dalam sistem adalah 10 gram, maka pada sistem c mengandung
air sebanyak ¾ x 10 gram = 7,5 gram dan fenol sebanyak ¼ x 10 gram = 2,5 gram
Contoh Soal

 20 gram fenol dicampur dengan 30 gram air, dibiarkan mencapai


kesetimbangan pada 50 OC.
1. Berapa fase yang terbentuk, berapa berat fase (- fase) tersebut, dan
konsentrasi fenol pada (tiap) fase
2. Jika terbentuk dua fase berapa jumlah air atau fenol harus ditambahkan
supaya menjadi satu fase
Jawab :
1. Maka sistem terdapat pada daerah B. Persen fenol = 20/50 x 100% = 40% fenol.
Dengan menggunakan tie line : Berat fenol/berat air= (40%-11%)/(63%-40%) =
29/23. Maka berat fase fenol = 29/52 x 50 gram = 27,88 gram. Berat fase air =
50 – 27,88 = 22,12 gram
2. Untuk menghitung berat fenol minimal yg hrs ditambahkan spy mjd satu fase,
perhatikan persamaan berikut :
jumlah fenol awal + jumlah fenol yg ditambahkan = 63%
Jumlah total awal + jumlah fenol yg ditambahkan
Sistem 2 komponen padat cair

 Diagram fase campuran timol salol

Pada titik
T (OC) Eutektik (E)
TO Timol
terjadi
kesetimbangan
To Salol 1 fase cair dan
1 Fase Cair
2 fase padat (F
= 2 – 3 +2 = 1),
Cairan + karena
E Cairan + terkondensasi F
padatan
padatan timol menjadi 0
13 salol
Padatan salol +padatan timol

34
100 % Salol % berat timol dalam salol 100 % Timol
Sistem 2 Komponen Padat – Cair
Sistem 2 Komponen (Padat – Cair)

Contoh :
Suatu sistem yang terdiri dari 60% berat timol dalam salol. Pada suhu 250C,
sistem x1 dibangun oleh fase cair a1 (komposisi 53% timol dalam salol) dan
padatan timol murni b1. Perbandingan berat a1 terhadap b1 adalah :

Berat a1 = (100% -60%) = 40


Berat b1 (60% - 53% 7

Coba hitung perbandingan berat pada penurunan suhu selanjutnya (lihat gambar)
Contoh Soal

 70 gram timol dicampur dengan 30 gram salol dan dibiarkan mencapai


kesetimbangan pada suhu 30OC.
1. Berapa fase yang terbentuk
2. Bobot (tiap) fase berapa, konsentrasinya berapa
3. Berapa salol yang harus ditambahkan supaya menjadi 1 fase, berapa gram
timol harus ditambahkan supaya menjadi 1 fase
Sistem Tiga Komponen

Merupakan sistem yang terdiri dari tiga komponen, tp hanya satu fase sehingga
F = 3 – 1 + 2 = 4. Empat derajat bebas terdiri dari : suhu, tekanan dan dua
konsentrasi. Sistem dianggap terkondensasi, sehingga tekanan uap diabaikan,
maka sistem dikerjakan pada tekanan tetap.
Contoh = campuran Air : Minyak : Surfaktan
Untuk menggambarkan sistem maka dibuat diagram segitiga
Sistem Tiga Komponen
Aturan Diagram Segitiga
1. Setiap sudut menunjukkan berat 100% dari tiap komponen (A, B atau C)
2. Tiga garis yang menghubungkan ketiga sudut segitiga menunjukkan campuran
dua komponen, yaitu garis AB (tdr dr komponen A dan B), BC (tdr dr
komponen B dan C) dan CA (tdr dr komponen C dan A)
3. Konsisten dalam menyelusuri garis arah yang menunjukkan konsentrasi, yaitu
searah jarum jam atau berlawanan jarum jam (A, B, C) atau (C, B, A)
4. Daerah dalam segitiga menunjukkan semua komponen campuran A, B dan C.
Misal garis AC berhadapan dengan sudut B, menyatakan sistem tdr dr A dan C,
B = 0. Garis horizontal yg sejajar dengan AC menunjukkan naiknya konsentrasi
B, hingga B = 100%.
5. Jika sebuah garis melalui setiap sudut menuju titik yg berhadapan (misal DC)
maka semua sistem yg ditunjukkan oleh titik-titik pd garis DC mempunyai
perbandingan yg konstan untuk dua komponen (dalam hal ini A dan B).
Pengaruh ini digambarkan pd tabel berikut ini :
Sistem Tiga Komponen

6. Setiap garis yg digambarkan sejajar dg salah satu sisi segitiga menunjukkan


sistem terner, dimana salah satu komponen adalah konstan. Misal garis HI, yg
mgd 20% C dan konsentrasi A dan B bervariasi.
Sistem Tiga Komponen
100 % TWEEN

SOAL : Perhatikan kurva 1. Bagaimana


ini, daerah dibawah kurva komposisi
adalah sistem 2 fase. fase konjugatnya
Campuran air, VCO dan
emulgator sebanyak 2. Berapakah
berturut –turut 50, 40, 10 g berat tiap fase
Dibiarkan mencapai
3. Berapakah
kesetimbangan, terbentuk 2
emulgator harus
fase. Fase bagian atas
ditambahkan
dianalisi ternyata
supaya sistem
mengandung air 5 %.
menjadi satu fase

100 % AIR 100 % VCO


100 % TWEEN

2. Bobot tiap fase dibuat


Jawab :
dengan mengukur
1. Buat koordinat campuran panjang garis BO dan AO
(titik O), lalu tarik garis tie line dg penggaris. Berat fase
yg melewati ttk O dan 5% air bawah/berat fase atas =
pada garis kurva (titik A), BO/AO
didapat titik B, yaitu 10% BO = 3,5 cm
VCO, 15% Tween dan air AO = 5,5 cm
(100-15-10 = 75%). Maka X Fase bawah = 3,5
fase konjugatnya adl : Fase atas 5,5
10%VCO, 15% Tween dan Maka berat fase bawah =
75% air.

100 % AIR 100 % VCO


O
2. Bobot tiap fase dibuat dengan mengukur panjang garis BO dan AO dg penggaris. Berat fase
bawah/berat fase atas = BO/AO. Didapat BO = 3,5 cm dan AO = 5,5 cm. Selesaikan
perhitungan ini hingga didapat berat tiap fase.

3. Untuk menghitung berat emulgator, tarik garis O ke sudut emulgator (Tween). Garis tsb
memotong kurva di titik X (± 25%). Selesaikan persamaan berikut :
Jumlah Tween mula-mula + jumlah tween yg ditambahkan = 25%
Jumlah total bahan mula-mula + jumlah tween yg ditambahkan

10 + T = 0,25
100 + T
Selesaikan perhitungan ini hingga didapat nilai Tween yang ditambahkan.
Komposisi pada titik X ini adl emulsi dg perbandingan air-minyak tertentu dengan jumlah
emulgator minimal.
Formula Emulsi dan Mikroemulsi serta
diagram Pseudoterner

Formula Bahan (%) Pengamatan


Minyak Smix (2 : 1) Air
Asam Oleat Tween 20 Propilen Glikol
FO.1 5 23,33 11,67 60 Keruh
FO.2 5 26,67 13,33 55 Transparan
F0.3.1 5 30 15 50 Transparan
FO.3.2 6 30 15 49 Transparan
FO.3.3 7 30 15 48 Keruh
FO.3.4 8 30 15 47 Keruh
FO.3.5 10 30 15 40 Keruh
Formula VCO (%) Tween 80 (%) Air (%)
A 6 30 64
B 7 31 62
C 11 32 57
D 13 38 49
E 15 39 46
F 20 37 43
G 28 40 32
H 40 42 18
Formula Asam Tween 20 Air (%)
Oleat (%) (%)
I 5 5 90
J 5 10 85
K 5 15 80
L 5 20 75
M 5 25 70
N 5 30 65
O 5 35 60
P 5 40 55
Tugas :
Cari jurnal tentang mikroemulsi, berkaitan dengan pembuatan diagram
pseudoterner.
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai