No bp : 19011045
Kelas : 2019A
Kesetimbangan fasa
F=3–P
Jika hanya ada satu fase, F=2 dan P,T dapat diubah-ubah dengan bebas. Fase tunggal
digambarkan dengan daerah pada diagram fase. Jika dua fase ada dalam kesetimbangan, F=1,
yang berarti tekanan bukanlah variabel bebas jika kita sudah menentukan temperaturnya. Jadi,
kesetimbangan dua fase digambarkan dengan garis di dalam diagram fase. Daripada memilih
temperatur, kita dapat memilih tekanan, tetapi dengan pemilihan itu, kedua fase mencapai
kesetimbangan pada temperatur tertentu. Oleh karena itu, pembekuan (transisi fase yang lain)
terjadi pada temperatur tertentu pada tekanan tertentu.
Ketiga fase ada dalam kesetimbangan. F=0. Kondisi invarian yang khusus ini hanya terjadi
pada temperatur dan tekanan tertentu. Kesetimbangan tiga fase tidak dapat berada pada
kesetimbangan dalam sistem satu komponen karena F tidak dapat negatif.
Pada diagram diatas, terdapat tiga buah kurva yang membagi ke daerah padat, cair dan
gas lalu menunjukan keadaan wujud gas yang stabil. Setiap titik-titik dalam kurva
mengintrepertasikan hubungan tekanan dan suhu. Kurva A-B membagi daerah padat dan cair,
dengan kata lain bahwa keadaan padat dan cair berada dalam keadaan setimbang.
Padat D Cair
Kurva AB cenderung membentuk garis lurus karena peleburan atau pembekuan tidak
dipengaruhi oleh tekanan. Namun, kurva AB untuk air agak miring karena pembentukan es
pada tekanan suhu turun sebesar 1 °C dari keadaan normal (1 atm). Dikarenakan keadaan cair
kurang padat dibandingkan padat.
Kurva AC membagi wilayah cair dan gas tentang tekanan uap air pada berbagai suhu.
Kurva itu menunjukan garis kesetimbangan fasa antara cair dan gas. Titik leleh dan titik didih air
yaitu di tekanan 1 atm (ditunjukkan dengan garis putus-putus) yang berada pada suhu 0 °C dan
100 °C.
Kurva AD membagi daerah padat dan gas tentang tekanan uap padatan pada berbagai
suhu. Kurva tersebut menunjukan garis kesetimbangan fasa antara padat dan gas. Kurva ini
disebut triple point karena berpotongan dengan kurva yang lain pada titik A. Triple point adalah
titik pada suhu dan tekanan terjadi kesetimbangan fasa antara gas, cair dan padat secara
bersamaan. Triple point untuk air terjadi pada suhu 0,01 °C dan tekanan 0,006 atm (4,58
mmHg).
Contoh :
a. Untuk air pada gambar diatas, pada triple point jumlah fasa=3 (phase)
Jumlah komponen = air saja = 1 (component)
V=C-P+2
V=1-3+2
V=0 (dengan derajat kebebasan nol)
Karena tidak ada variabel (suhu maupun tekanan) yang dapat diubah dan tiga fase tetap ada. Di
titik itu, maka triple point ini disebut invariant point (titik tetap/tak berubah= invariant).
Contoh soal:
Menurunkan aturan fase:
Turunkan aturan fase dari definisi umum dG dan persamaan fungsi gibbs dalam semua P fase.
Jawab:
Perubahan fungsi Gibbs sembarang fase umumnya didapat dari
dG = V dp + µj dnj
F=C+2–P
Karena ada C komponen J, maka ada C+2 variabel dalam persamaan ini (p, T, nj). Jadi, ada satu
persamaan seperti ini untuk setiap P fase yanga da pada kesetimbangan. Agar fase-fase itu
tetap dalam kesetimbangan ketika terjadi perubahan, semua nilai P dari dG harus sama. Karena
ada P persamaan dan C+2 variabel, jumlah derajat kebebasan adalah:
. B. Sistem Dua Komponen
F=4–P
Untuk penyederhanaannya, dibuat agar tekanannya tetap (misalnya, pada 1 atm) yang berarti
menghabiskan satu derajat kebebasan, dan menuliskan F’=3-P untuk varian sisanya. Salah satu
sisa derajat kebebasan ini adalah temperatur, yang lain adalah komposisi (yang dinyatakan
dalam fraksi mol satu komponen). Oleh karena itu, kita dapat menggambarkan kesetimbangan
fase sistem pada diagram temperatur komposisi.
Gambar 2 adalah contoh diagram fasa 3 komponen cair- cair sistem aseton- air – eter pada 30
0C, 1 atm dengan koordinat persen mol . Daerah di bawah kurva adalah daerah 2 fasa yaitu air-
aseton dan eter- aseton. Dalam gambar terlihat pada komposisi ekstrem air dapat bercampur
sempurna dengan eter. Sedangkan aseton dapat bercampur homogen baik dengan air maupun
eter.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, PW. 1994, Physical Chemistry, 5 th.ed. Oxford : Oxford University Press.
Hiskia Achmad, 1992, Wujud Zat dan Kesetimbangan Kimia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hiskia Achmad, 1996, Kimia Larutan. Bandung, Citra Aditya Bakti.
KH Sugiyarto, 2000, Kimia Anorganik I, Yogyakarta : FMIPA UNY,
M. Fogiel, 1992, The Essentials of Physical Chemistry II, Nex Jersey : Research and Education
Association.
Surdia NM, 1980, Kimia Fisika I (terjemahan Robert A. Alberty dan F Daniels), cetakan ke 5, John
Willey and Sons.