Tc satu fasa
dua fasa
C D E F G
T1
L1 L2
Kalikan ̅̅̅̅
ED dengan 𝑛𝐿1 dan EF dengan 𝑛𝐿2 lalu
dikurangkan sehingga :
(̅̅̅̅ ̅̅̅)𝑛𝐿2 = (𝑛𝐿1 + 𝑛𝐿2 ) 𝑛𝐴,3 − ( 𝑛𝐴,𝐿1 +
ED)𝑛𝐿1 − (̅EF 𝑛
𝑛𝐴,𝐿2 )
(̅̅̅̅
ED)𝑛𝐿1 − (̅EF
̅̅̅)𝑛𝐿2 = 𝑛𝐴,3 − 𝑛𝐴,3 = 0
𝑛𝐿1 ̅EF
̅̅̅
(̅̅̅̅
ED)𝑛𝐿1 = (̅EF
̅̅̅)𝑛𝐿2 atau = ̅̅̅̅ 2.26)
𝑛𝐿2 ED
dengan P = PA + PB
dari persamaan (2.29) diperoleh :
𝑋𝐴,𝑉 𝑋𝐴,𝑙 𝑃𝐴𝑜
=𝑋 𝑜 (2.30)
𝑋𝐵,𝑉 𝐵,𝑙 𝑃𝐵
Pada Gambar 3, 𝐷̅ 𝐸̅ + 𝐷
̅ 𝐹̅ + 𝐷 ̅ 𝐺̅ = ℎ. Dalam hal
ini, tinggi segitiga dinyatakan dalam 100 satuan,
sehingga panjang garis 𝐷 ̅ 𝐸̅ , 𝐷
̅ 𝐹̅ dan 𝐷 ̅ 𝐺̅ masing-
masing sama dengan persentase dari A, B, dan C (bisa
dalam persen mol dan dalam persen berat). Jadi setiap
komposisi dari sistem dapat dinyatakan oleh suatu titik
di dalam segitiga atau pada segitiga tersebut. Untuk
memudahkan, pada Gambar 6 digambarkan garis-garis
yang sejajar dengan sisi-sisi segitiga dengan rentang
jarak yang sama. Pada suatu garis yang sejajar dengan
AB, komposisi C tetap. Titik H yang ada pada gambar
menyatakan 25 % A, 50 % B, dan 25 % C. Sepanjang garis
AB, persentase C nol, artinya setiap titik pada AB sesuai
dengan sistem biner A dan B.