Anda di halaman 1dari 6

SISTEM EUTEKTIK DUA KOMPONEN

Sistem eutetik merupakan campuran senyawa kimia atau unsur-unsur yang memiliki komposisi kimia
tunggal yang membeku pada suhu yang lebih rendah daripada komposisi yang lain yang dibuat dari
bahan yang sama. Komposisi ini dikenal sebagai komposisi eutetik dan suhu dimana campuran tersebut
mengeras dikenal sebagai suhu eutetik. Campuran non-eutetik akan menampilkan pemadatan salah satu
komponen dari campuran sebelumnya. Tidak semua paduan biner memiliki titik eutetik, misalnya dalam
sistem perak-emas ,suhu leleh (likuidus) dan suhu beku (solidus) keduanya meningkatkan secara
monoton sesuai dengan perubahan campuran dari perak murni ke emas murni.

Diagram fase 2 komponen yang paling sederhana. Diagram ini terdiri dari komponen A dan B, dan fase
yang mungkin terbentuk adalah kristal murni A, kristal murni B, dan cairan dengan komposisi antara A
murni dan B murni. Komposisi diplotkan di bagian bawah diagram. Sebagai catatan, komposisi dapat
ditulis dengan persentase A atau persentase B (%A atau %B dengan rentang 0-100%) atau dapat
dituliskan sebagai fraksi mol A atau B dengan total maksimum komponen sama dengan 1. Suhu atau
tekanan diplotkan pada sumbu x (vertikal). Untuk kasus yang ditampilkan papada tulisan ini, tekanan
dianggap konstan, sehingga yang diplotkan di sumbu x adalah suhu.

Kurva yang memisahkan A + Liquid dari Liquid dan B + Liquid dinamakan Garis Liquidus.

Garis horizontal yang memisahkan bagian A + Liquid dan B + Liquid dari A + B all solid dinamakan garis
solidus. Titik E, dimana garis liquidus dan solidus berpotongan disebut dengan

titik eutektik.

Pada titik eutektik, ketiga fase yang terlibat (Liquid, kristal Am dan kristal B) berada dalam kondisi
kesetimbangan (equilibrium). Untuk catatan, eutektik adalah satu satunya titik atau kondisi pada
diagram yang sesuai dengan kenyataan.Karena kita melihat pada suatu sistem dengan tekanan konstan,
maka aturan fasa pada kondisi ini adalah F = C + 1 - P. Maka titik eutektik merupakan titk invariant. Jika
kita mengubah komposisi dari Liquid atau mengubah suhu, maka jumlah fase yang terlibat akan
berkurang menjadi 2. Jika sistem hanya terdiri dari murni zat A, maka sistem tersebut merupakan sistem
satu komponen dan fase A akan meleleh hanya pada satu titik suhu, yaitu suhu leleh murni zat A, TmA.
Begitu pula jika sistem hanya terdiri dari murni zat B, maka sistem tersebut merupakan sistem satu
komponen dan fase B akan meleleh hanya pada satu titik suhu, yaitu suhu leleh murni zat B, TmB.

Untuk semua komposisi anatara murni A dan murni B, suhu leleh akan berkurang secara drastis, dan
pelelehan akan dimulai pada suhu eutektik TE. Pelelehan juga terjadi pada suatu rentang suhu antara
solidus dan liquidus untuk semua komposisi antara A dan B. Hal ini bisa diaplikasikan untuk semua
komposisi kecuali pada eutektik. Komposisi eutektik hanya akan meleleh pada suhu eutektik, TE.
Sekarang kita akan melihat proses kristalisasi suatu cairan (liquid) dengan komposisi X di Gambar 1.
Namun, pertama-tama kita harus mengikuti aturan dibawah ini:

Aturan 1- In Pada kondisi equilibrium (kesetimbangan) proses kristalisasi atau pelelehan (lawan
kristalisasi) terjadi dalam suatu sistem tertutup, maka komposisi akhir dari sistem akan same dengan
komposisi awal sistem.

Maka dari itu, merujuk pada aturan 1, komposisi X (yang terdiri dari campuran 80% A dan 20% B) akan
mempunyai produk akhir kristal yang terdiri dari campuran 80% kristal A dan 20% kristal B.Komposisi X
memiliki fase cair (liquid) di atas suhu T1, karena X terletak pada bagian Òall liquidÓ. Jika suhu
diturunkan ke T1, maka pada suhu T1 kristal A mulai terbentuk.Menurunkan suhu lebih jauh lagi akan
mengakibatkan semakin banyak kristal A yang terbentuk. Hasilnya, komposisi liquid akan lebih banyak
mengandung komponen B karena semakin banyak kristal dengan komposisi A yan gkeluar dari sistem
liquid. Karena itu, dengan menurunkan suhu, komposisi liquid akan berubah daru titik 1 ke titik 2, titik 3,
hingga ke titik eutektik seiring dengan turunnya suhu dari T1 ke T2 ke T3 ke TE. Pada semua rentang
suhu antara T1 dan TE, akan muncul dua fase di dalam sistem, yaitu liquid dan kristal A. Pada suhu
eutekti, TE, kristal B mulai terbentuk, dan akan terbentuk 3 fase secara bersamaan di suhu ini, yaitu
kristal A, kristal B, dan liquid. Suhu harus tetap berada dalam TE hingga satu dari ketiga fase ini
menghilang. Maka, ketika seluruh liquid telah mengkristal, hanya terdapat murni padatan A dan padatan
B yang tersisa dengan komposisi yang sama dengan komposisi awalnya, yaitu 80% A dan 20% B.Bisa
disimpulkan bahwa histori kristalisai dari komposisi X adalah sebagai berikut:T > T1 -- all liquid T1 - TE --
liquid + Aat T -- liquid + A + BT < T -- A + B all solid.

Jika kita mau menghentikan proses kristalisasi pada titik tertentu selama kristalisasi dan melihat berapa
banyak keterdapatan masing- masing fase, kita bisa menggunakan contoh berikut untuk menentukan
apa yang akan kita temukan.Contoh, pada suhu T2, jumlah kristal A dan Liquid dapat ditentukan dengan
mengukur jarak a dan b di gambar 1 (pada suhu ini hanya terdapat fase). Maka persentasi antara kristal
dan liquid bisa didapatkan dengan aturan berikut:% crystals of A = b/(a + b) x 100% liquid = a/(a + b) x
100
Komposisi A & B di titik 2:

60% A

40% B%

kristal dan liquid di titik 2:

% kristal A = b/(b+a) x 100

% kristal A = 2/ (2+2) x 100

% kristal A = 50

% liquid = a/(a+b) x 100

% liquid = 50

Karena jumlah kristal akan terus bertambah seiring dengan turunnya suhu, maka jarak proporsional
anata garis vertikas yang menandai komposisi awal dan liquidus akan meningkat seiring dengan
penurunan suhu. Maka daari itu, jarak yang digunakan untuk menghitung jumlah solid selalu diukur
terhadap sisi liquid dari komposisi awal.

Pada suhu T3, akan semakin banyak kristal yang terbentuk, bisa dilihat dari perbandingan antara jarak d/
(c+d) yang akan lebih besar dibandingkan dengan jarak b/(b+a). Maka dari itu, pada titik T3 aturan yang
berlaku adalah sebagai berikut:
% crystals of A = d/(d + c) x 100

% liquid = c/(c + d) x 100Pada titik T3

Komposisi liquid berada pada titik 3, yaitu 53% A sementara komposisi solid adalah murni A, dan
komposisi sistem tetap 80% A dan 20% B. Bedakan antara komposisi fase dan jumlah atau peresntase
fase. Proses pelelehan merupakan kebalikan dari proses kristalisasi. Jika kita bermula dari komposisi X
pada suatu suhu dibawah TE , maka liquid (cairan) pertama akan terbentuk pada TE. Suhu akan tetap
konstan pada TE hingga semua kristal B meleleh. Komposisi liquid akan berubah sepanjang garis liquidus
dari titik E ke titik 1 dengan naiknya suhu hingga suhu T1dicapai. di atas T1 sistem hanya akan terdiri
atas liquid dengan komposisi 80% A dan 20% B.

A. SISTEM SOLID SOLUTION

Pada sistem sebelumnya, semua mineral atau fase solid merupakan fase-fase murni, yaitu hanya satu-
satunya komposisi yang mungkin terbentuk. Hal seperti ini tidak terjadi secara alami di alam karena
substitusi antara satu unsur dengan unsur lainnya seringkali terjadi karena unsur-unsur memiliki sifat
yang hampir sama secara kimia. Ketika substitusi tersebut berlangsung, fase dapat memiliki serangkaian
kemungkinan komposisi, tergantung dari jumlah substitusi yang bisa terjadi.Padatan yang memiliki
beragam jumlah susbtitusi unsur disebut dengansolid solution.

dari olid solution mineral adalah olivine (Mg,Fe) 2SiO4. Karena Mg+2 dan Fe+2 memiliki ukuran jari jari
yang hampir sama, dan memiliki muatan yang sama (2+), mereka bisa mensubstitusi satu sama lain
dalam struktur kristal olivine. Maka dari itu olivine dapat memiliki komposis beragam yang berada
diantara hasil akhir yang murni Mg (fosterite, Mg 2SiO4), dan hasil akhir yang murni Fe (fayalite, Fe 2SiO4).
Ketika semua komposisi diantara dua hasil akhir tersebut mungkin terbentuk, solid solution dapat
dikatakan suatu solid solution yang sempurna.Contoh lain yang bisa menggambarkan solid solution yang
sempurna ditunjukkan oleh plagioclase feldspars. Pada kasus ini, solid solution merupakan hasil akhir
albite (NaAlSi3O8) dan anorthite (CaAl2Si2O8). Untuk menjaga keseimbangan muatan, kita tidak bisa
begitu saja mensubstitusi Na+ dengan Ca+2, karena itu solid solution ini disebut dengancoupled solid
solution.pada kasus ini, Na+Si+4 disubstitusi dengan Ca+2Al+3
pada struktur plagioklas untuk menghasilkan komposisi-komposisi intermediate pada plagioklas. Karena
unsur yang mensubstitusi tidak memiliki ukuran yang identik(ukuran jari-jari atomnya hampir sama),
banyaknya substitusi yang mungkin terjadi
tergantung dari suhu dan tekanan, dan solid
solution akan berlaku mengikuti cara yang
diilustrasikan di bawah ini.Karena plagioklas
merupakan mineral yang paling umum yang
ditemukan di kerak bumi, maka kita akan
mendiskusikan diagram fase untuk sistem
plagioklas. Hubungan fase di sistem
plagioklas ditunjukkan oleh Gambar 2
pada tekanan atmosÞr (tekanan atmosÞr = 1
bar). Dalam Gambar 2, kurva yang berada di
atas disebut dengan Ògaris liquidusÓ,
sementara kurva yang berada di bawah
disebut dengan Ògaris solidusÓ. Pada suhu di
atas garis liquidus semua berada dalam fase liquid, dibawah garis solidus semua berda dalam fase solud
(kristal solid solution plagioklas.

Kita sekarang akan melihat histori kristalisasi dari komposisi X, eat Ab50An50. X berada dalam fase liquid
di atas garis solidus (di atas 1410oC). Proses pendinginan menuju garis liquidus pada titik A
menghasilkan kristalisasi sebagian kecil dari solid solution plagioklas. Komposisi plagioklas pada titik ini
dapat ditemukan dengan menarik suatu garis isoterm sepanjang suhu 1410oC (garis suhu konstan, garis
horizontal dari titik A ke B). Ketika garis ini berpotongan dengan garis solidus (di titik B), komposisi
padatan dapat ditemukan dengan menggambar garis vertikal ke bagian dasar diagram. Maka dari itu,
dapat ditemukan bahwa kristal yang diendapkan pertama kali dari komposisi X akan memiliki komposisi
Ab10An90.

Anda mungkin juga menyukai