PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Percobaan
Percobaan double pipe heat exchanger ini bertujuan untuk mengetahui
unjuk kerja alat penukar kalor jenis pipa ganda (double pipe HE) dengan
menghitung koefisien perpindahan panas, faktor kekotoran, efektivitas dan
perbandingan untuk aliran searah (co-current) dan berlawanan arah (counter
current).
1.2. Teori Dasar
Heat Exchanger atau alat penukar kalor merupakan suatu alat yang
memiliki fungsi sebagai unit atau alat yang digunakan untuk suatu fluida
bertukar kalor degan fluida lain. Alat penukar kalor memiliki banyak macam,
umumnya adalah kondesor dan reboiler. Pada alat penukar kalor, jika digunakan
sebagai pemanas atau reboiler, fluida yang bertindak sebagai pemanas adalah
uap air (steam) dengan temperatur yang lebih tinggi dibanding dengan fluida
yang akan dipanaskan. Sedangkan jika digunakan sebagai pendingin, fluida
yang digunakan adalah air pendingin (cooling water). Alat ini dirancang agar
perpindahan kalor antar fluida dapat berlangsung secara efisien.
Single Pass: Pada susunan seperti ini, fluida hanya melewati sistem
satu kali. Pada HE single pass, aliran fluida dapat berupa aliran searah
atau berlawan arah.
Multiple Pass: Pada susunan seperti ini, fluida melewati sistem lebih
dari satu kali yang dapat mengalir secara bolak-balik ataupun zig-zag.
Pada heat exchanger jenis ini, alirannya merupakan aliran kombinasi
antara paralel dan berlawanan.
c. Berdasarkan Konstruksinya
Tubular Exchanger. Alat penukar kalor jenis ini dapat dibagi menjadi:
i. Double-pipe Heat Exchanger
Gambar 5. Ilsutrasi Aliran Searah dan Aliran Berlawanan Arah Pada Double Pipe Heat
Exchanger
Spiral Exchanger
i. Plate Heat Exchanger
Kedua aliran masuk dari sudut dan melewati bagian atas dan
bawah plat-plat paralel dengan fluida panas melewati jalan-jalan
(ruang antar plat) genap dan fluida dingin melewati jalan-jalan
ganjil. Plat-plat dapat dipasang secara melingkar agar dapat
5
Profil suhu untuk penukar kalor pipa ganda dimana fluidanya dapat
mengalir dalam aliran sejajar maupun aliran lawan arah yang ditunjukkan
pada gambar 5. Pada profil suhu tersebut terlihat bahwa beda suhu antara
fluida panas dan fluida dingin pada waktu masuk dan keluar tidaklah sama,
dan perlu ditentukan nilai rata-rata untuk digunakan dalam persamaan di
atas. Untuk penukar kalor aliran sejajar, kalor yang dipindahkan melalui
unsur luas dA dapat dituliskan sebagai:
dq mh c h dTh mc c c dTc U (Th Tc )dA
dimana subskrip h dan c masing-masing menandai fluida panas dan
fluida dingin, m menunjukkan laju aliran massa dan c adalah kalor spesifik
fluida.
Setelah itu, menyamakan persamaan antara persamaan untuk counter
flow dan persamaan untuk pararel flow dan didapat :
Ta Tb
Q UA
ln( Ta / Tb )
dimana Ta adalah selisih antara suhu keluaran shell dengan suhu
fluida pendingin awal dan Tb adalah selisih antara suhu keluaran shell
dengan suhu fluida pendingin akhir.
Tmean yang dimaksud dalam persamaan diatasdalah LMTD, yaitu :
Ta Tb
Tmean LMTD
ln( Ta / Tb
Tm
Th 2 Tc 2 Th1 Tc1
T Tc 2
ln h 2
Th1 Tc1
Uo
dimana,
Rfo
Rfi
1
Ai
r
1 Ai ln( r0 ri )
R fi i R fo
hi
2kL
h0 A0
r0
1
Ao Ao ln( r0 r1 ) 1
r
R fo 0 R fi
hi Ai
2kL
h0
r1
: fouling factor pada diameter luar tabung kecil
: fouling factor pada diameter dalam tabung
kecil
Dari kedua persamaan di atas terlihat apabila nilai fouling resistance
(Rf) besar maka koefisien perpindahan kalor menyeluruhnya (U) menjadi
lebih kecil, sehingga besarnya kalor yang ditransferkan semakin kecil
U dirty U clean
dengan Udirty dan Uclean adalah koefisien perpindahan kalor menyeluruh dari
alat penukar kalor saat sudah dan belum dikotori deposit.
d) Penurunan Tekanan pada Heat Exchanger (Pressure Drop)
Penurunan tekanan pada alat penukar kalor khususnya pada
tabung dapat menyebabkan perubahan faktor gesek (friction factor). Pada
tabung, hubungan antara faktor friksi dan penurunan tekanan dituliskan
sebagai berikut
mc cc Tc1 Tc 2 Tc 2 Tc1
mc cc Tc1 Tc 2 Tc1 Tc 2
mc c c Th1 Tc 2 Th1 Tc 2
10
1 C min / C max
Sedangkan untuk fluida dengan aliran lawan arah, hubungan efisiensinya:
1 exp UA / C min (1 C min / C max )
0.007
Jari-jari pipa
luar (ro)
0.0125
Diameter pipa
dalam (Di)
0.014
Diameter pipa
luar (Do)
0.025
Luas
penampang
pipa dalam
(Ai)
Luas
penampang
pipa luar (Ao)
Konduktivitas
termal (k) Cu
murni
Waktu
pengukuran
volume
keluaran (t )
0.0356
0.0636
386
15
Air
T in (
)
34
T out (
)
50
Steam
T in (
)
94
T out (
)
58
Volume
(mL/15s)
Volume
(mL/15s)
Air
Steam
1710
65
11
2/5
3/5
4/5
5/5
32
32
30
30
42
38
36
36
94
94
94
94
48
44
38
38
2650
3300
3700
4220
70
70
72
68
( TsTs Tw
Tw )
ln
out
Buk
aan
Valv
e
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
out
Steam
0.0001
140
0.0001
767
0.0002
200
0.0002
467
0.0002
813
0.00000
433
0.00000
467
0.00000
467
0.00000
480
0.00000
453
LM
TD
Suhu RataRata ( )
Air
Steam
42
76
37
71
35
69
33
66
33
66
25.8
08
23.9
79
23.9
79
17.8
89
17.8
89
Nu=1.86
L
w
hi=
] [ ]
12
Data properties fluida (uap air) didapatkan dari Appendix Tabel A-9, Buku
Heat Transfer, Holman
dengan melakukan interpolasi maka didapatkan properties fluida pada suhu sesuai
data percobaan:
k
Cp
Bukaa
Fluid
T(
Q
(kJ/kg
n
Pr
(kg/m (kg/m. (W/m.
3
a
(m
/s)
3
Valve
)
s)
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
Stea
m
Stea
m
Stea
m
Stea
m
Stea
m
76
4.191
71
4.187
69
4.185
66
4.183
66
4.183
973.9
69
976.9
98
978.2
10
980.0
27
980.0
27
3.780
0.668
4.029
0.664
4.128
0.662
4.278
0.659
4.278
0.659
2.37268
1464
2.54364
7271
2.61203
3593
2.71461
3077
2.71461
3077
0.0000
0433
0.0000
0467
0.0000
0467
0.0000
0480
0.0000
0453
4 ( )(D 2OD2I )
4A
4
DH =
=
=Di
P
. DO
Re
0.102
0.103
0.101
0.100
0.095
Jenis
aliran
Laminar
Laminar
Laminar
Laminar
Laminar
Nu
hi
0.299
0.308
0.308
0.311
0.306
14.276
14.584
14.564
14.669
14.392
13
Perhitungan ho dapat dibedakan berdasarkan jenis aliran fluida yang terjadi di dalam
pipa luar (shell)
Nu d k
De
Nu Aliran laminar, Re < 2300
1 /3
0.14
Pr De
Nu=1.86
L
w
ho =
] [ ]
dengan melakukan interpolasi maka didapatkan properties fluida pada suhu sesuai
data percobaan:
Cp
(kJ/kg
Bukaa
n
Valve
Fluid
a
T(
1/5
Air
42
4.174
2/5
Air
37
4.174
3/5
Air
35
4.174
4/5
Air
33
4.174
5/5
Air
33
4.174
(kg/m3
)
991.1
15
993.0
50
993.8
24
994.5
98
994.5
98
(kg/m.
s)
k
(W/m.
6.338
0.635
7.009
0.629
7.277
0.627
7.545
0.624
7.545
0.624
Pr
Q
(m3/s)
4.1
69
4.6
55
4.8
50
5.0
44
5.0
44
0.0001
140
0.0001
767
0.0002
200
0.0002
467
0.0002
813
14
D
( O+ Di)=DoDi
4 ( )(D 2OD2I )
4A
4
DH =
=
P
pada percobaan ini DH dianggap sama dengan diameter pipa luar
Re
Jenis
aliran
Nu
2.064
2.899
3.479
3.765
4.295
Laminar
Laminar
Laminar
Laminar
Laminar
0.986
1.145
1.233
1.283
1.341
ho
(W/m2.0
C)
20.434
23.503
25.219
26.128
27.299
1
ro
A 1 ln ( )
A 1
1
ri
+
+ 1
hi
2 KL
A0 ho
Bukaan
Valve
hi
1/5
14.276
2/5
14.584
3/5
14.564
4/5
14.669
5/5
14.392
ho
20.43
4
23.50
3
25.21
9
26.12
8
27.29
9
Uc
10.260
10.822
11.004
11.159
11.110
q=m Cp(Tw
out Tw )
dimana laju alir massa yaitu:
m=
Q
15
Bukaan
Valve
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
LMTD
m air
Ud
25.808
23.979
23.979
17.889
17.889
0.113
0.175
0.219
0.245
0.280
7.546
7.323
5.476
6.144
7.008
8.211
8.576
6.413
9.645
11.001
2.1.6. Menentukan
Rd
1.250
1.262
1.716
1.157
1.010
Steam
Fluida
minimum
0.472
0.732
0.913
1.024
1.168
0.018
0.019
0.019
0.020
0.019
Steam
Steam
Steam
Steam
Steam
Valve
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
Fluida
maksimu
m
Air
Air
Air
Air
Air
Menghitung efektivitas
T fluida min
=
T fluida maks
Valve
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
Air
T in
34
32
32
31
30
T out
52
40
38
36
36
Steam
T in
T out
94
65
94
46
94
41
94
38
94
38
Efektivi
tas
0.483
0.774
0.855
0.889
0.875
16
Mencari NTU
C
ln[1 (1+C ) e ]
C = min NTU =
Cmaks
1+(1+ C )
Valve
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
C
Air
0.472
0.732
0.913
1.024
1.168
Steam
0.018
0.019
0.019
0.020
0.019
C*
NTU
0.038
0.026
0.021
0.019
0.016
0.342
0.781
1.020
1.171
1.090
Fluida
Uap
(m /s)
(W/m2.0
C)
0.000004
33
14.276
Uc
Ud
Rd
(W/m2.0
C)
(W/m2.0
C)
(m2.0C/
W)
8.211
NTU
1.250
0.48
3
0.34
2
8.576
1.262
0.77
4
0.78
1
11.004
6.413
1.716
0.85
5
1.02
0
11.159
9.645
1.157
0.88
9
1.17
1
11.110
11.001
1.010
0.87
5
1.09
0
10.260
1/5
Air
0.000114
0
20.434
Uap
0.000004
67
14.584
Air
0.000176
7
23.503
Uap
0.000004
67
14.564
Air
0.000220
0
25.219
Uap
0.000004
80
14.669
10.822
2/5
3/5
4/5
Air
0.000246
7
26.128
Uap
0.000004
53
14.392
Air
0.000281
3
5/5
27.299
Air
Bukaan
Valve
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
Steam
Volume
(mL/15s)
Volume
(mL/15s)
T in (
)
T out (
)
T in (
)
T out (
)
Air
Steam
28
26
26
26
26
58
48
44
42
39
91
102
104
104
104
44
32
32
32
30
1555
2465
3100
3290
4380
60
62
60
70
52
ln
Bukaa
n
Valve
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
Tsout Tw out
Ts Tw
0.000004
00
0.000004
13
0.000004
00
0.000004
67
0.000003
47
LMT
D
23.48
3
21.84
6
23.45
2
23.97
9
21.87
9
Suhu Rata-Rata (
)
Air
Steam
43
67.5
37
67
35
68
34
68
32.5
67
Nu=1.86
L
w
hi=
] [ ]
18
Data properties fluida (uap air) didapatkan dari Appendix Tabel A-9, Buku
Heat Transfer, Holman
dengan melakukan interpolasi maka didapatkan properties fluida pada suhu sesuai
data percobaan:
k
Cp
Bukaa
Fluid
T(
Q
(kJ/kg
n
Pr
(kg/m (kg/m. (W/m.
3
a
(m
/s)
3
Valve
)
s)
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
Stea
m
Stea
m
Stea
m
Stea
m
Stea
m
67.5
4.184
67
4.184
68
4.185
68
4.185
67
4.184
979.2
48
979.5
18
978.9
76
978.9
76
979.5
16
4.198
0.661
2.660
4.224
0.661
2.678
4.119
0.661
2.606
4.119
0.661
2.606
4.193
0.660
2.657
0.0000
0400
0.0000
0413
0.0000
0400
0.0000
0467
0.0000
0347
4 ( )(D 2OD2I )
4A
4
DH =
=
=Di
P
. DO
Re
0.085
0.087
0.087
0.101
0.074
Jenis
aliran
Laminar
Laminar
Laminar
Laminar
Laminar
Nu
hi
0.293
0.296
0.293
0.308
0.279
13.829
13.973
13.824
14.553
13.171
19
Perhitungan ho dapat dibedakan berdasarkan jenis aliran fluida yang terjadi di dalam
pipa luar (shell)
Nu d k
De
Nu Aliran laminar, Re < 2300
1 /3
0.14
Pr De
Nu=1.86
L
w
ho =
] [ ]
dengan melakukan interpolasi maka didapatkan properties fluida pada suhu sesuai
data percobaan:
Bukaa
n
Valve
Fluid
a
T(
Cp
(kJ/kg
1/5
Air
43
4.174
2/5
Air
37
4.174
3/5
Air
35
4.174
4/5
Air
4.174
5/5
Air
34
32.
5
4.174
(kg/m
)
990.9
55
993.1
51
993.8
83
994.2
49
994.7
98
(kg/m.
s)
k
(W/m.
6.337
0.637
7.068
0.629
7.311
0.627
7.433
0.625
7.616
0.623
Pr
Q
(m3/s)
4.1
63
4.6
96
4.8
73
4.9
62
5.0
95
0.0001
037
0.0001
643
0.0002
067
0.0002
193
0.0002
920
4 ( )(D 2OD2I )
4A
4
DH =
=
P
pada percobaan ini DH dianggap sama dengan diameter pipa luar
Re
Jenis
aliran
Nu
ho
(W/m2.0
20
Laminar
Laminar
Laminar
Laminar
Laminar
1.877
2.674
3.253
3.397
4.417
C)
19.826
22.945
24.700
25.160
27.620
0.954
1.118
1.208
1.233
1.358
1
ro
A 1 ln ( )
A 1
1
ri
+
+ 1
hi
2 KL
A0 ho
Bukaan
Valve
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
hi
13.829
13.973
13.824
14.553
13.171
ho
Uc
19.82
6
22.94
5
24.70
0
25.16
0
27.62
0
9.943
10.419
10.524
10.991
10.394
q=m Cp(Tw
out Tw )
dimana laju alir massa yaitu:
m=
Q
Bukaan
Valve
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
LMTD
m air
Ud
23.483
21.846
23.452
23.979
21.879
0.103
0.163
0.205
0.218
0.290
12.864
14.987
15.432
14.564
15.762
15.384
19.267
18.480
17.057
20.232
21
2.2.6. Menentukan
Rd
0.646
0.541
0.569
0.644
0.514
Steam
Fluida
minimum
0.429
0.681
0.857
0.910
1.212
0.016
0.017
0.016
0.019
0.014
Steam
Steam
Steam
Steam
Steam
Valve
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
Fluida
maksimu
m
Air
Air
Air
Air
Air
Menghitung efektivitas
T fluida min
=
T fluida maks
Valve
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
Air
T in
28
27
26
26
26
T out
60
48
43
41
39
Steam
T in
T out
96
46
99
34
103
32
103
32
103
31
Efektivi
tas
0.735
0.903
0.922
0.922
0.935
Mencari NTU
C min
ln [1 (1+C ) e ]
C=
NTU =
Cmaks
1+(1+ C )
Valve
1/5
C
Air
0.429
Steam
0.016
C*
0.038
NTU
0.707
22
2/5
3/5
4/5
5/5
0.681
0.857
0.910
1.212
0.017
0.016
0.019
0.014
0.025
0.019
0.021
0.012
1.281
1.391
1.404
1.451
Fluida
Uap
1/5
Q
3
(m /s)
0.000004
00
h
(W/m2.0
C)
0.000103
7
19.826
Uap
0.000004
13
13.973
Air
0.000164
3
22.945
Uap
0.000004
00
13.824
Air
0.000206
7
24.700
Uap
0.000004
67
14.553
Air
0.000219
3
25.160
Uap
0.000003
47
13.171
3/5
4/5
5/5
Air
0.000292
0
Ud
(W/m2.0
C)
Rd
NTU
0.646
0.541
0.73
5
0.90
3
0.70
7
1.28
1
0.569
0.644
0.92
2
0.92
2
1.39
1
1.40
4
0.514
0.646
0.93
5
0.73
5
1.45
1
0.70
7
0.541
0.569
0.90
3
0.92
2
1.28
1
1.39
1
0.644
0.92
2
1.40
4
(m2.0C/
W)
13.829
Air
2/5
Uc
(W/m2.0
C)
9.943
10.419
10.524
10.991
10.394
9.943
10.419
10.524
15.384
19.267
18.480
17.057
20.232
15.384
19.267
18.480
27.620
10.991
17.057
23
24
BAB III
ANALISIS
3.1.
Analisis Percobaan
Praktikum Double Pipe Heat Exchanger bertujuan untuk megetahui dan
memahami bagaimana unjuk kerja alat penukar kalor. Unjuk kerja pada HE model ini
ditinjau dari nilai koefisien perpindahan panas menyeluruh (U), fouling factor (Rf),
dan efisiensi alat HE (e). Untuk memahami pengaruh akibat arah aliran, maka data
praktikum diambil berdasarkan dua jenis aliran yaitu searah arah dan berlawanan
arah.
Langkah pertama yaitu mengalirkan fluida yang ingin dipanaskan atau dalam
praktikum ini yaitu air. Jika merujuk pada gambar di atas, air tersebut mengalir
melalui pipa water line lalu menuju pipa ganda dan akan keluar pada bagian
keluaran air dingin. Langkah kedua yaitu mengalirkan steam yang terdapat di dalam
tangki yang menampung uap panas (steam), dimana uap panas ini dialirkan menuju
pipa ganda, yang diatur menggunakan katup (valve). Pada praktikum ini data data
yang diambil berupa temperatur air dingin yang masuk HE (Tcin), air dingin yang
keluar HE (Tcout), steam yang masuk HE (Thin), steam yang keluar HE (Thout) dimana
sudah menjadi kondensat, serta volume air pada kedua keluaran yaitu air dingin dan
air kondensat.
Percobaan pertama yaitu mengamati dan mencatat data temperatur serta
volume air yang keluar dimana katup-katup diatur agar uap panas yang masuk HE
memiliki arah aliran yang searah dengan air dingin yang masuk, sehingga percobaan
pertama dapat dikatakan sebagai percobaan aliran searah. Katup-katup yang diatur
dalam keadaan terbuka berdasarkan gambar yaitu katup nomor 2 dan nomor 4
sedangkan katup nomor 1 dan 3 dalam keadaan tertutup. Data temperatur air dingin
masuk didapat dari indikator T3 dan air dingin keluar dari indikator T5 sedangkan
temperatur uap panas masuk dari indikator T4 dan uap panas keluar atau air kondensat
yang keluar dari indikator T6. Untuk mengamati jumlah volume air yang keluar, katup
keluaran air dingin diatur dengan ukuran 1/5, 2/5, 3/5, 4/5, dan 5/5. Perubahan
ukuran katup keluaran air dingin ini akan menyebabkan perubahan volume air yang
25
keluar karena semakin besar ukuran maka volume air yang keluar semakin besar, serta
temperatur kedua fluida yang mengalir, sehingga dalam percobaan ini data temperatur
yang dicatat diambil pada setiap pergantian ukuran pada katup keluaran air dingin.
Pada percobaan kedua, data yang diambil sama seperti pada percobaan
pertama. Yang membedakan dengan percobaan pertama, yaitu katup yang dibuka pada
pipa yang akan dilalui uap panas yaitu katup nomor 1 dan 3 sebaliknya yang ditutup
adalah katup nomor 2 dan 4 sehingga aliran uap panas akan mengalir melalui pipa
dimana aliran akan berlawanan arah dengan aliran air dingin atau yang bisa disebut
dengan counter flow. Dan perbedaan lain adalah indikator uap panas masuk yaitu T6
sedangkan uap panas keluar atau air kondensat yaitu indikator T4. Untuk mengukur
volume fluida yang kelaur sama seperti percobaan pertama. Banyaknya variasi yang
digunakan dalam praktikum ini agar data yang diambil akan memiliki hasil yang
semakin akurat.
3.2
Analisis Data
Data yang diambil pada praktikum ini adalah suhu air masuk, suhu uap panas
masuk, suhu air keluar, suhu uap panas keluar, volume kedua fluida yang keluar
selama 15 detik, dan volume kondensat yang keluar selama 15 detik. Semua variabel
tersebut diambil dalam dua keadaan arah aliran yaitu arah aliran searah dan
berlawanan arah. Data yang didapatkan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel
3.1 dan tabel 3.2.
Tabel 3.1 Data Aliran Searah
Air
Bukaan
Valve
1/5
2/5
3/5
4/5
5/5
T in (
)
T out (
)
34
32
32
30
30
50
42
38
36
36
Steam
T (
)
16
10
6
6
6
T in (
)
94
94
94
94
94
T out (
)
58
48
44
38
38
T (
)
36
46
50
52
52
Volume
(mL/15s
)
Volume
(mL/15s)
Air
Steam
1710
2650
3300
3700
4220
65
70
70
72
68
Volume
(mL/15s
)
Volume
(mL/15s)
Air
Steam
1555
2465
3100
3290
4380
60
62
60
70
52
T in (
)
T out (
)
28
26
26
26
26
58
48
44
42
39
Steam
T (
)
30
22
18
16
13
T in (
)
91
102
104
104
104
T out (
)
44
32
32
32
30
T (
)
47
70
72
72
74
26
Dari kedua tabel diatas dapat dilihat selisih temperatur air dingin dan uap
panas. Pada aliran berlawanan, selisih temperatur lebih besar daripada aliran searah.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kalor yang berpindah pada proses perpindahan
panas lebih banyak pada saat aliran berlawanan arah. Pada kedua aliran, perbedaan
temperatur masuk air dingin dengan temperatur masuk uap panas memiliki gap atau
jarak yang cukup besar, hal ini dikarenakan air dingin yang masuk berasal dari air
kran, sedangkan uap panas berasal dari tangki yang menampung uap panas. Pada
kedua aliran, jika dilihat dari perubahan bukaan valve selisih temperatur air dingin
akan menurun karena perpindahan panas yang terjadi akan berkurang seiring
bertambahnya bukaan valve. Sebaliknya dengan selisih temperatur uap panas, akan
meningkat seiring bertambahnya bukaan valve, hal ini dikarenakan temperatur uap
panas yang keluar sebagai kondensat menjadi lebih dingin mendekati temperatur air
dingin yang masuk.
Pada data kedua tabel di atas dapat terlihat niali volume kondensat yang
didapat dari bukaan valve. Kondensat yang dihasilkan merupakan jumlah banyaknya
uap panas yang terkondensasi. Seharusnya volume kondensat yang dihasilkan pada
aliran berlawanan lebih besar dibandingkan dengan aliran searah. Hal ini terjadi
karena pada aliran berlawanan arah, terdapat perbedaan temperatur yang lebih besar
di sepanjang aliran heat exchanger. Semakin besar perbedaan suhu antara fluida maka
perpindahan kalor yang terjadi antar kedua fluida akan semakin besar pula. Inilah
yang menyebabkan banyaknya steam yang terkondensasi menjadi air dan
menyebabkan laju alir kondensat menjadi besar. Namun pada data yang didapatkan,
nilai kondensat pada berlawanan arah tidak memiliki volume yang lebih besar
dibandingkan dengan aliran searah. Seharusnya volume kondensat akan semakin
bertambah banyak seiring dengan semakin dekatnya temperatur keluaran kondensat
dengan temperatur masuk air dingin, hal itu yang menyebabkan banyaknya uap panas
yang terkondensasi.
Tabel 3.4 Data Perhitungan
Bukaan
Valve
Fluida
Uap
(m /s)
(W/m2.0
C)
0.000004
33
14.276
Uc
Ud
Rd
(W/m2.0
C)
(W/m2.0
C)
(m2.0C
/W)
NTU
8.211
1.250
0.483
0.342
8.576
1.262
0.774
0.781
6.413
1.716
0.855
1.020
10.260
1/5
Air
0.000114
0
20.434
Uap
0.000004
67
14.584
Air
0.000176
7
10.822
2/5
3/5
Uap
0.000004
67
23.503
14.564
11.004
27
Air
0.000220
0
25.219
Uap
0.000004
80
14.669
Air
0.000246
7
26.128
Uap
0.000004
53
14.392
Air
0.000281
3
4/5
5/5
Bukaan
Valve
Fluida
Q
3
(m /s)
h
(W/m2.0
C)
0.000004
00
Air
0.000103
7
19.826
Uap
0.000004
13
13.973
2/5
0.000164
3
22.945
Uap
0.000004
00
13.824
Air
0.000206
7
24.700
Uap
0.000004
67
14.553
Air
0.000219
3
25.160
Uap
0.000003
47
13.171
4/5
5/5
Air
0.000292
0
1.157
0.889
1.171
11.110
11.001
1.010
0.875
1.090
Uc
(W/m2.0
C)
Ud
(W/m2.0
C)
Rd
(m2.0C/
W)
13.829
Air
3/5
9.645
27.299
Uap
1/5
11.159
NTU
0.70
7
1.28
1
9.943
10.419
15.384
19.267
0.646
0.541
0.73
5
0.90
3
10.524
10.991
18.480
17.057
0.569
0.644
0.92
2
0.92
2
1.39
1
1.40
4
10.394
9.943
20.232
15.384
0.514
0.646
0.93
5
0.73
5
1.45
1
0.70
7
1.28
1
1.39
1
1.40
4
10.419
10.524
19.267
18.480
0.541
0.569
0.90
3
0.92
2
10.991
17.057
0.644
0.92
2
27.620
28
29
2. Sensor Suhu
Pada percobaan ini dilakukan pencatatan terhadap suhu fluida yang masuk
serta suhu fluida yang keluar. Oleh karena itu, pada tiap bagian masukan dan keluaran
aliran fluida yang diukur dan dideteksi dipasanglah alat sensor suhu serta display-nya.
Pada bagian tengah heat exchanger juga dipasang sensor suhu baik untuk aliran steam
maupun air yang dapat digunakan sebagai kontrol sistem aliran keluaran ketika
percobaan aliran searah maupun untuk melihat besarnya perubahan panas yang tengah
terjadi pada kondisi intermediate sistem.
30
Stopwatch
4. Gelas Ukur
Air keluaran serta kondensat yang akan diukur laju alirnya ditampung di
dalam gelas ukur dalam rentang waktu yang ditentukan yaitu 5 atau 10 detik. Setelah
itu dihitung berapa volume aliran fluida yang keluar dalam rentang waktu tertentu (5
atau 10 detik) yang nantinya akan dimasukkan dalam tabel pengamatan.
5. Tangki Air
Air yang akan dialirkan ke dalam heat exchanger dikeluarkan dari tangki air
melalui keran di dalam laboratorium. Tangki ini berfungsi sebagai media
penampungan air agar suplai air dan steam yang berasal dari air yang dipanaskan dan
disuplai ke dalam heat exchanger tidak terhenti sehingga proses pertukaran panas
akan berlangsung dengan baik.
6. Boiler
Boiler digunakan menguapkan air atau untuk mengubah fasa air menjadi
steam yang akan digunakan sebagai fluida panas.
31
itu, apabila air keluaran dibuang ke lingkungan tidak bersifat sebagai pencemar. Air
juga tidak memiliki resiko bahaya yang besar terhadap praktikan.
2. Fluida Panas (Steam)
Fluida panas yang digunakan pada percobaan ini adalah steam. Steam dipilih
dengan alasan yang hampir sama dengan pemilihan air sebaga fluida dingin dari segi
ekonomis dan lingkungan. Sifat fisik steam juga telah ada dan diketahui dengan baik
dalam literatur sehingga lebih mudah ketika dilakukan perhitungan dari data
percobaan yang didapatkan. Pembentukan steam dari air juga dinilai lebih cepat dan
lebih mudah jika dibandingkan dengan pembuatan fluida panas lain. Pada
pengoperasiannya, ada teknik yang harus dilakukan untuk menempatkan steam ini
yaitu menempatkannya di pipa bagian dalam (inner-pipe) dengan tujuan penghematan
steam karena volume
annulus lebih besar
dari inner-tube dan
pemanasan yang tetap
efektif
jika
steam
dialirkan dalam pipa
bagian dalam. Selain itu, dengan demikian diharapkan tidak terjadi heat loss yang
besar karena jika dialirkan pada outer-pipe maka terjadi perpindahan panas alami dari
steam ke lingkungan melalui dinding pipa karena suhu lingkungan yang cukup
berbeda jauh dengan suhu
steam. Alasan lain dari
segi keamanan adalah jika
steam
dialirkan
ke
bagian annulus pipa terluar
akan panas dan tekanan
yang tinggi dihasilkan dari steam sehingga jika tersentuh akan sangat berbahaya. Oleh
karenanya, lebih baik di tempatkan pada inner tube.
32
Untuk itu, dibutuhkan data-data aliran air dan steam berupa laju alir (Q), laju
massa (W), viskositas (), Bilangan Prandtl (Pr) dan k untuk menghitung nilai Re,
digunakan persamaan:
Merujuk pada data yang telah diamati dan diolah, kita dapat melihat sebuah
kecenderungan bahwa bahwa semakin tinggi aliran air, suhu steam keluaran akan
semakin kecil hal ini disebabkan karena makin banyak kalor yang dibutuhkan untuk
memanaskan
air
dalam
steam.
dipengaruhi
oleh
jenis
Hal
ini
juga
Reynold) dan sifat-sifat thermal fluida tersebut, jadi perubahan aliran yang
mengakibatkan perubahan suhu akan mengakibatkan perubahan pada h1 dan h0. Jika
dilihat berdasarkan persamaan, bilangan Reynold sangat dipengaruhi oleh laju alir.
Semakin besar laju alirnya maka semakin besar nilai bilangan Reynoldnya. Begitu
juga yang terjadi dalam percobaan. Sehingga secara tidak langsung, nilai hi
dipengaruhi oleh laju alir fluida. Dimana hi dengan laju alir akan berbanding lurus.
Analisis
Dari
Perhitungan
nilai
tersebut,
praktikan
dapat
menghitung
nilai
koefisien
perpindahan
Nilai Uc berbanding lurus dengan hi dan ho. Dan berdasarkan data hasil
perhitungan, semakin tinggi nilai hi dan ho, maka nilai Uc juga akan semakin besar.
Dengan kata lain, percobaan dengan teori memiliki kesamaan. Nilai Uc tidak hanya
33
dipengaruhi oleh nilai hi dan ho, secara tidak langsung, nilai Uc juga dipengaruhi
faktor-faktor yang mempengaruhi hi dan ho, yaitu sifat termal fluida, dan jenis aliran.
Dari
perhitungan
tersebut,
terlihat
bahwa
2100,
sedangkan
air
mengalir pada aliran transisi (2100 < Re < 10000), dan turbulen (Re > 10000).
Semakin turbulen alirannya, maka perpindahan panasnya pun akan lebih baik, hal ini
ditunjukkan dari nilai koefisien perpindahan panas yang semakin besar. Nilai Uc
menunjukan koefisien perpindahan panas saat HE dalam kondisi bersih.
Dimana Ud adalah koefisien perpindahan panas saat HE kotor, yang dapat ditentukan
dengan persamaan:
A adalah luas bidang perpindahan panas, yakni luas pipa dalam (Ai). Sedangkan nilai
LMTD dapat dihitung dengan persamaan:
34
Dimana q adalah besar panas yang dapat dipindahkan oleh HE, nilainya dapat
ditentukan dengan melihat perubahan suhu cooling water, dengan persamaan:
Pada
LMTD
aliran
yang
berlawanan
dihasilkan
arah,
kenaikan suhu air lebih signifikan pada aliran berlawanan, sehingga semakin banyak
panas yang berhasil ditransfer. Sehingga pada proses-proses di industri yang
melibatkan proses HE, lebih banyak menggunakan aliran berlawanan daripada searah.
Dari nilai tersebut,
nilai
berbanding terbalik
LMTD
dengan Ud.
Adanya faktor pengotoran ini menghambat jalannya perpindahan panas.
Faktor pengotoran (fouling factor) merupakan besaran yang menyatakan tingkat
pengotoran
suatu
Heat
mempengaruhi
adalah
nilai
faktor
koefisien
Uc > Ud. Sehingga nilai dari Rd tidak bernilai negatif. Semakin besar nilai Ud, maka
nilai Rd-nya akan semakin kecil, dan sebaliknya untuk Uc.
35
aliran
sehingga
semakin
banyak
berhasil
ditransfer,
panas
yang
berlawanan,
Sedangkan untuk nilai efiseinsi yang ditinjau dari kalor, dengan menggunakan
asas black, akan didapatkan nilai yang beragam, tidak berhubungan dengan laju alir
keluaran air pendingin, namun, jika dilihat dari arah alirannya, maka terlihat bawha
efisiensi counterflow akan jauh lebih besar daripada parallel flow.
Number
of
Transfer
Unit
(NTU)
Nilai NTU juga menunjukkan jumlah kalor yang dipindahkan pada suatu HE,
nilai NTU dapat dinyatakan dengan;
dimana
36
37
Bab IV
KESIMPULAN
1. KesimpulanBerdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan:
2. Double Pipe Heat Exchanger adalah suatu alat penukar kalor yang efektif
dengan fluida panas mengalir di pipa bagian dalam dan fluida dingin mengalir
di bagian anulus.
3. Beberapa faktor yang menjadi parameter unjuk kerja dari alat Double Pipe
Heat Exchanger adalah faktor kekotoran (Rd), luas permukaan perpindahan
kalor, koefisien perpindahan kalor, beda temperatur rata-rata, jenis aliran
(bilangan reynold) dan arah aliran (co-current atau counter current).
4. Proses perpindahan panas yang terjadi pada HE adalah dengan proses
konveksi.
5. Perpindahan panas pada aliran berlawanan arah akan lebih efektif
dibandingkan dengan aliran searah karena fluida panas dan fluida dingin
saling bertukar panas pada titik-titik yang memiliki perbedaan suhu yang
besar. Akibatnya pertukaran kalor akan lebih menyeluruh serta suhu steam dan
air keluar tidak terpaut jauh.
6. Nilai efektivitas dan NTU akan lebih besar pada aliran counter current dan
juga akan lebih besar pada aliran yang laju alir volumenya besar. Secara
berurutan: Q naik sehingga ho dan hi naik kemudian LMTD ikut naik,
sehingga naik maka NTU naik.
7. Parameter faktor kekotoran pada alat sangat mempengaruhi unjuk kerja alat
tersebut. Hal ini terlihat dari koefisien perpindahan panas menyeluruh antara
alat saat bersih (UC) dan saat kotor (U D), hal ini akan berpengaruh pada
temperatur akhir yang diperoleh.
Saran
1. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan pembacaan
skala dengan alat digital dan menunggu sistem benar-benar stabil yang
ditunjukkan suhu konstan.
2. Untuk mendapatkan efektifitas maupun NTU yang besar dapat dilakukan
dengan perawatan alat supaya kekotoran menjadi kecil sehingga koefisien
perpindahan panas menjadi besar.
38
3. Jika diinginkan pemulihan panas yang besar, aliran berlawanan arah lebih baik
daripada aliran searah.
4. Pergantian termokopel, karena pembacaan suhu pada steam sudah tidak baik,
karena didapatkan nilai suhu yang tidak seharusnya. Terbaca sebesar 95
derajat celcius, tetapi wujud fluidanya adalah uap.
5. Melakukan waktu tunggu yang cukup sebelum melakukan perhitungan, waktu
tunggu yang cukup baik adalah dikisaran 5-10 menit. Mengingat alat yang
digunakan dari logam, dan logam menyimpan panas dari steam, sehingga
dibutuhkan waktu agar logam dapat didinginkan terlebih dahulu sebelum
mengambil data.
6. Melakukan pembersihan pipa, karena fouling factor yang didapat sudah terlalu
besar, sehingga ada kecenderungan data yang diambil mengalami deviasi
besar.
39
Daftar Pustaka
J.P., Holman., 1997. Perpindahan Kalor. 6th ed. Jakarta: Erlangga.
40