Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PENGENALAN PABRIK

Disusun oleh:

Kelompok 1
Pradika Agung Santri (062040412314)

Sania Dwi Alfiona (062040410416)

Wahyu Sahputra (062040410420)

Kelas : 3EGD

Instruktur : Ir. Sahrul Effendy. A., M.T

Jurusan/Prodi : Teknik Kimia/D4-TeknikEnergi

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

Tahun Akademik 2020/2021


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN (D-IV) TEKNIK ENERGI
JURUSAN TEKNIK KIMIA – POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
=====================================================================

Tugas 3
Alat penukar kalor yang digunakan di pabrik (industri)
PT. Pupuk Kujang

Alat Penukar Kalor

Alat penukar panas (heat exchanger) adalah suatu alat yang

digunakan untuk memindahkan panas antara dua buah fluida atau lebih

yang memiliki perbedaan temperatur yaitu fluida yang bertemperatur tinggi

ke fluida yang bertemperatur rendah. Perpindahan panas tersebut baik

secara langsungmaupun secara tidak langsung. Pada kebanyakan sistem

kedua fluida ini tidak mengalami kontak langsung. Kontak langsung alat

penukar kalor terjadi sebagai contoh pada gas kalor yang terfluidisasi dalam

cairan dingin untuk meningkatkan temperatur cairan atau mendinginkan gas.


(Holman, 1994)

Dalam penukar kalor yang paling sederhana, fluida panas dan fluida

dingin bercampur langsung sedangkan dalam kebanyakan penukar kalor

yang lain kedua fluida itu terpisah oleh suatu dinding. Penukar kalor jenis ini,

disebut rekuperator, mungkin hanya berupa dinding rata sederhana yang

memisahkan dua fluida yang mengalir, tetapi mungkin pula merupakan

konfigurasi rumit yang melibatkan lintas-lintas rangkap, sirip, atau sekat.

(Harlan dkk, 2014)

Alat penukar panas banyak digunakan pada berbagai instalasi

industri, antara lain pada : boiler, kondenser, cooler, cooling tower.

Sedangkan pada kendaraan kita dapat menjumpai radiator yang fungsinya

pada dasarnya adalah sebagai alat penukar panas. (Holman, 1994)

Tujuan perpindahan panas tersebut di dalam proses industri

diantaranya adalah :

1. Memanaskan atau mendinginkan fluida hingga mencapai temperatur

tertentu yang dapat memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya,

seperti pemanasan reaktan atau pendinginan produk dan lain-lain.

2. Mengubah keadaan (fase) fluida : destilasi, evaporasi, kondensasi, dan

lain-lain.

Fungsi alat penukar kalor yang dipergunakan di industri lebih diutamakan untuk

menukarkan energi dua fluida (boleh sama zatnya) yang berbeda temperaturnya.

Pertukaran energi dapat berlangsung melalui bidang atau permukaan perpindahan

kalor yang memisahkan kedua fluida atau secara kontak langsung (fluidanya

bercampur). Energi yang dipertukarkan akan menyebabkan perubahan temperatur


fluida (kalor sensibel) atau kadang dipergunakan untuk berubah fasa (kalor laten).

(Wafi dkk, 2011)

Laju perpindahan energi dalam penukar kalor dipengaruhi oleh

banyak faktor seperti kecepatan aliran fluida, sifat-sifat fisik (viskositas,

konduktivitas termal, kapasitas kalor spesifik, dan lain-lain), beda temperatur

antara kedua fluida, dan sifat permukaan bidang perpindahan kalor yang

memisahkan kedua fluida. Walaupun fungsi penukar kalor adalah untuk

menukarkan energi dua fluida atau dua zat, namun jenisnya banyak sekali.

Hal ini terjadi karena biasanya desain penukar kalor harus menunjang fungsi

utama proses yang akan terjadi di dalamnya. (Wafi dkk, 2011)

B. Klasifikasi Alat Penukar Kalor

Menurut Bizzy dan Setiadi (2013), alat penukar kalor dapat

diklasifikasikan dalam beberapa kelompok sebagai berikut :

1. Berdasarkan Proses Perpindahan Kalor

a. Perpindahan kalor secara langsung

b. Perpindahan kalor secara tidak langsung

2. Berdasarkan Kontruksi

a. Konstruksi tabung (tubular)

b. Konstruksi tipe pelat

c. Konstruksi dengan luas permukaan diperluas

d. Konstruksi regeneratif

3. Berdasarkan Jenis Aliran

a. Alat penukar kalor aliran sejajar (Parallel Flow)


b. Alat penukar kalor aliran berlawanan (Counter Flow)
c. Alat penukar kalor aliran silang (Cross Flow)

4. Berdasarkan Pengaturan Aliran

a. Aliran dengan satu pass

b. Aliran dengan multi pass

5. Berdasarkan Banyaknya Fluida yang Digunakan

a. Dua jenis fluida

b. Tiga jenis fluida atau lebih

6. Berdasarkan Mekanisme Perpindahan Kalor

a. Konveksi satu fasa

b. Konveksi dua fasa

c. Kombinasi perpindahan kalor secara konveksi dan radiasi

Berdasarkan standar TEMA (1988), terdapat 3 (tiga) macam kelas alat

penukar kalor :

1. Kelas R, untuk peralatan yang bekerja dengan kondisi berat. Biasa

digunakan di industri minyak.

2. Kelas C, dibuat untuk penggunaan secara umum. Didasarkan pada segi

ekonomis dan ukuran kecil, digunakan untuk proses-proses umum

industri.

3. Kelas B, untuk pelayanan proses kimia.

Standar TEMA (1988) juga mengklasifikasikan alat penukar kalor

menurut tipe “stasionary head”, “shell” dan “rear head” kedalam tiga kode

huruf, yaitu :

1. Huruf pertama : A, B, C, N, dan D


Menunjukkan tipe ujung muka

2. Huruf kedua : E, F, G, H, J, K, dan X

Menunjukkan tipe shell

3. Huruf ketiga : L, M, D, U, P, S, T, dan W

Menunjukkan tipe ujung belakang

Gambar 2.4 Standar TEMA berdasarkan tipe bagian alat


penukar kalor (TEMA, 1988)

C. Jenis Alat Penukar Kalor

1. Tipe Tabung dan Pipa (Shell and Tube)

2. Tipe Pipa Bersirip (Fins and Tube)

3. Tipe Pelat (Plate Heat Exchanger)

4. Tipe Spiral (Spiral Heat Exchanger)

D. Alat Penukar Kalor Tipe “Shell and Tube”

Alat penukar kalor sangat berpengaruh dalam industri terhadap

keberhasilan keseluruhan rangkaian proses, karena kegagalan operasi alat ini


baik akibat kegagalan mekanikal maupun operasional dapat menyebabkan

berhentinya operasi unit. Suatu alat penukar kalor ( Heat exchanger)

dituntut untuk memiliki kinerja yang baik agar dapat diperoleh hasil yang

maksimal serta dapat menunjang penuh terhadap suatu operasional unit.

Salah satu karakteristik unjuk kerja dari penukar panas ini adalah efektivitas

penukar panas. (Hidayatullah dan Dwiyantoro, 2014)

Jenis umum dari penukar kalor pada umumnya digunakan dalam

kondisi tekanan relatif tinggi yang terdiri dari sebuah tabung (shell) yang di

dalamnya disusun suatu selongsong (tube) dengan rangkaian tertentu (untuk

mendapatkan luas permukaan yang optimal). Fluida dingin mengalir melalui

selongsong, sedangkan fluida panas mengalir melalui tabung sehingga terjadi

perpindahan panas antar fluida secara konduksi dan konveksi pada bagian

dinding. Terdapat beberapa jenis rangkaian selongsong seperti triangular,

segiempat, dan lain – lain. (Hidayatullah dan Dwiyantoro, 2014)

Umumnya, aliran fluida dalam shell and tube heat exchanger adalah

paralel atau berlawanan. Untuk membuat aliran fluida dalam shell-and-tube

heat exchanger menjadi cross flow biasanya ditambahkan penyekat atau

baffle. Aliran cross flow yang didapat dengan menambahkan baffle akan

membuat luas kontak fluida dalam shell dengan dinding tube makin besar,

sehingga perpindahan panas di antara kedua fluida meningkat. Baffle juga

berguna untuk menjaga supaya tube tidak melengkung (berfungsi sebagai

penyangga) dan mengurangi kemungkinan adanya vibrasi atau getaran oleh

aliran fluida. (Hidayatullah dan Dwiyantoro, 2014)

Secara teoritis, baffle yang dipasang terlalu berdekatan akan


meningkatkan perpindahan panas yang terjadi di antara kedua fuida, namun

hambatan yang terjadi pada aliran yang melalui celah antar baffle menjadi

besar sehingga penurunan tekanan menjadi besar. Jika baffle dipasang

terlalu berjauhan penurunan tekanan yang terjadi akan kecil, namun

perpindahan panas yang terjadi kurang baik dan timbul bahaya kerusakan

pipa-pipa karena melengkung atau vibrasi. (Hidayatullah dan Dwiyantoro,

2014)

Hal ini menunjukkan bahwa jarak antar baffle tidak boleh terlalu

dekat ataupun terlalu jauh, ada jarak tertentu yang optimal untuk heat

exchanger tertentu. Untuk itu akan dilakukan suatu penelitian untuk

mempelajari pengaruh penggunaan baffle pada suatu shell and tube heat

exchanger. (Hidayatullah dan Dwiyantoro, 2014)

Alat penukar kalor tipe ini adalah salah satu jenis alat penukar kalor

yang menurut konstruksinya dicirikan adanya sekumpulan “tube” yang

dipasangkan di dalam “shell” berbentuk silinder dimana dua jenis fluida yang

saling bertukar kalor mengalir secara terpisah, masing-masing melalui sisi

“tube” dan sisi “shell”. Alat penukar kalor tipe ini sering digunakan di industri

kimia. Satu fluida mengalir di dalam pipa, sementara fluida lain dialirkan

dalam shell. Agar aliran dalam shell turbulen dan untuk memperbesar

koefisien perpindahan panas konveksi maka pada shell dipasang penghalang

(baffle). (Bizzy dan Setiadi, 2013)

Konstruksi dari penukar kalor jenis ini sangat banyak. Salah satu

contohnya yaitu jenis dengan konstruksi “fixed tube sheet” artinya pelat

pemegang pipa-pipa pada kedua ujung pipa, keduanya memiliki konstruksi


yang tetap (tidak dapat bergeser secara aksial dalam arah sumbu tabung

relatif antara satu sisi dengan sisi lainnya). (Wafi dkk, 2011)

Gambar 2.5 Konstruksi penukar kalor fixed tube sheet

Jenis yang lain adalah jenis “floating tube sheet” artinya salah satu

pelat pemegang pipa-pipa pada kedua ujung pipa dapat bergerak relatif

terhadap satunya karena tidak terjepit oleh flens (mengambang). (Wafi dkk,

2011)

Gambar 2.6 Konstruksi penukar kalor floating tube sheet

Selain tipe tabung dan pipa masih ada jenis lain yang banyak pula

dipergunakan di industri yaitu tipe pipa U (U tube type).

Gambar 2.7 Penukar kalor tabung dan pipa tipe pipa U


Tipe dua pipa (double pipe type). Pada jenis yang terakhir ini setiap

tabung berisi berkas pipa masing-masing.


Gambar 2.8 Penukar kalor tabung dan pipa tipe dua pipa
(double pipe)

Menurut Dwi (2012), keuntungan menggunakan penukar kalor tipe

shell and tube yaitu :

1. Memiliki permukaan perpindahan panas persatuan volume yang lebih

besar.

2. Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup baik

untuk operasi bertekanan.

3. Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi.

4. Prosedur pengoperasian lebih mudah.

5. Metode perancangan yang lebih baik telah tersedia.

6. Pembersihan dapat dilakukan dengan mudah.

Alat penukar kalor tipe “shell and tube” memiliki komponen-

komponen yang sangat berpengaruh pada konstruksinya. Adapun

komponen- komponen dari alat penukar kalor tipe ini adalah

Gambar 2.9 Komponen alat penukar kalor tipe “shell and tube”
(Bizzy dan Setiadi, 2013)

1. Tube Outlet

Tube outlet adalah tempat keluarnya air bila tube telah penuh.

2. Shell Inlet

Shell inlet adalah tempat masuknya cairan dalam shell.

3. Baffles

Baffles berfungsi sebagai penyangga tube, menjaga jarak

antara masing-masing tube, menahan vibrasi yang ditimbulkan oleh

tekanan dan suhu fluida. Disamping itu pengarutan arah aliran fluida

pada shell side.

4. Front-End dan Rear-End Header

Bagian ini berfungsi sebagai tempat masuk dan keluar dari

fluida sisi pipa tubing. Selain itu bagian ini juga berfungsi untuk

menghadapi adanya efek pemuaian.

5. Tube Inlet

Tube inlet adalah tempat masuknya cairan dalam tube.

6. Shell Outlet

Shell outlet adal

7. Shell

Shell adalah pipa besar yang didalamnya terdapat tubes.

8. Tubes

Pipa-pipa tubing yang melintang longitudinal membutuhkan

penyangga agar posisinya bisa stabil.


PT. PUPUK KUJANG

UNIT AMONIA UNIT UREA UNIT UTILITAS

HEAT EXCHANGER

KEGAGALAN MEKANIK KEGAGALAN OPERASIONAL

EFISIENSI HEAT EXCHANGER

PT. Pupuk Kujang yang terletak di Cikampek Jawa Barat memproduksi

pupuk urea. Dalam pembuatannya melibatkan tiga unit, yaitu unit Amonia,

unit Urea dan unit Utilitas. Unit amonia berfungsi untuk mengolah gas alam,

udara dan air untuk menghasilkan amonia yang digunakan sebagai bahan

baku dalam pembuatan urea. Unit urea sendiri dengan bahan baku amonia

dan karbondioksida diolah sehingga menghasilkan pupuk urea. Untuk

mendukung proses unit urea dan unit amonia, maka dibutuhkan unit

pendukung yaitu unit utilitas. Unit utilitas terdiri dari unit water intake, unit

pengolahan air, unit air pendingin, unit pembangkit steam, unit pembangkit

listrik, unit pemisahan udara, unit udara instrumen dan udara pabrik, dan

unit pengolahan limbah.


Dalam proses unit amonia, unit urea dan unit utilitas membutuhkan

sebuah alat penukar panas berupa heat exchanger. Ada banyak heat

exchanger yang terdapat di PT. Pupuk Kujang. Namun, penelitian dilakukan

pada alat heat exchanger 101 JCA/JCB yang berada di unit Amonia I B. Alat

heat exchanger sangat rentan dalam mengalami kerusakan yang diakibatkan

baik oleh kegagalan mekanikal maupun kegagalan operasional. Kegagalan

tersebut merupakan penyebab terjadinya kerusakan yang spesifik dari

peralatan, perlengkapan, proses dan material baku yang digunakan maka

perlu dilakukan tindakan pencegahan agar kerusakan tidak terulang. Untuk

jangka pendek diharapkan dapat memperbaiki design dan memperbaiki

proses, sedangkan untuk jangka panjangnya dapat dipakai pengembangan

material dan sebagai metode mutakhir untuk evaluasi dan memprediksi

performance material serta untuk memperbaiki sistem pemeliharaan.

Maka dari itu dilakukan perhitungan efisiensi untuk mengetahui

tingkat kerusakan yang dialami oleh alat heat exchanger sehingga proses

yang terjadi dalam alat tersebut dapat berjalan normal.

Anda mungkin juga menyukai