Anda di halaman 1dari 20

BAB VIII

EVALUASI KINERJA COMBINE FEED HEAT EXCHANGER 212 E-3 A/B


AREA HYDROCRACKING UNIT PT PERTAMINA RU II DUMAI – RIAU

Bab IX ini berisi tentang tugas khusus yang diberikan oleh pembimbing
lapangan di PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai. Pada bab ini akan dibahas
mengenai kinerja heat exchanger untuk beberapa waktu ke depan dengan
mengetahui nilai falling factor.

8.1 Latar Belakang


Kilang PT PERTAMINA (Persero) Unit Pengolahan II – Dumai memiliki
beberapa divisi, salah satunya adalah divisi Process Engineering and Development
(Eng & Dev). Divisi ini mengendalikan seluruh proses yang berjalan di kilang, yang
mana terdiri dari Hydroskimming Complex (HSC), Heavy Oil Complex (HOC),
Hydrocracking Complex (HCC), Utilitas, Laboratorium, dan Oil Movement (OM).
Proses-proses tersebut terbagi atas beberapa unit proses.
Hydrocracking Complex (HCC) adalah satu dari tiga unit utama yang ada di
kilang Pertamina RU II Dumai, selain HSC dan HOC. Hydrocracking Complex
(HCC) terdiri dari 5 unit operasi utama diantaranya yaitu Hydrocracking Unibon
Unit 211 dan 212, Amine and LPG Unit 410, Hydrogen Plant Unit 701 dan 702,
Sour Water Stripper Unit 840, dan Nitrogen Plant Unit 300. Produk-produk yang
dihasilkan unit ini diantaranya off gas, LPG, Light naphtha, Heavy naphta, Light
kerosene (sebagai komponen blending kerosene/avtur), Heavy kerosene (sebagai
komponen kerosin/avtur), Automotive Diesel Oil (ADO), dan Bottom
fractinator/recycle feed.
Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak,
industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik, pabrik kimia maupun petrokimia.
Banyak industri kimia yang membutuhkan kondisi operasi pada temperatur yang
tinggi, salah satunya pada unit hydrocracking sebelum memasuki reaktor. Pemanasan
ini sangat berkaitan dalam perengkahan fraksi minyak bumi dalam reaktor. Untuk
pemanasan awal sampai temperatur tertentu digunakan heat exchanger.

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 116
Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk memindahkan panas
dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai
pemanas maupun sebagai pendingin. Masalah yang sering terjadi pada heat
exchanger saat kondisi operasi disebabkan oleh fouling. Fouling adalah peristiwa
terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di permukaan Heat Exchanger yang
berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan heat transfer. Peristiwa tersebut
adalah pengendapan, pengerakan, korosi, dan polimerisasi. Fouling factor.
tergantung pada nilai koefisien perpindahan panas ke seluruh permukaan. Jika
fouling factor semakin besar, efisiensi perpindahana panas semakin menurun dan
akibatnya pressure drop . Oleh karena itu akan menyebabkan dampak negatif, seperti
meningkatnya biaya, baik investasi, operasi maupun perawatan, kehilangan energi
meningkat, waktu shutdown lebih panjang dan biaya perawatan meningkat.
Beberapa waktu lalu PT. PERTAMINA (Persero) Unit Pengolahan II –
Dumai mengalami Turn Around (TA) dari bulan Juni hingga Juli, dan kembali start-
up kembali pada bulan Agustus. Seluruh peralatan dan sistem sudah dibersihkan dan
diperbaiki, sehingga proses dalam setiap sistem dapat berjalan dengan baik.
Perawatan alat salah satunya meliputi pembersihan pada heat exchanger pada unit
212. Dengan dilakukan pembersihan heat exchanger maka kemungkinan untuk
terjadinya fouling akan berkurang sehingga efisiensi dapat meningkat. Melihat
permasalahan mengenai heat exchanger, maka diperlukan evaluasi mengenai kinerja
heat exchanger – 212.

8.2 Tujuan
Tujuan dari tugas khusus adalah mengevaluasi HE - 212 pada unit
Hydrocracking di PT. PERTAMINA Unit Pengolahan II Dumai dengan menghitung
falling factor.

8.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari tugas khusus adalah kita dapat melihat
permasalahan mengenai HE - 212 pada unit Hydrocracking di PT. PERTAMINA
Unit Pengolahan II Dumai.

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 117
8.4 Tinjauan Pustaka
8.4.1 Perpindahan Panas
Perpindahan panas adalah proses pertukaran panas yang terjadi antara benda
panas dan benda dingin, yang masing-masing disebut source and receiver (sumber
dan penerima). Ada 3 macam cara perpindahan panas yaitu:
1. Hantaran, sering juga dinamakan konduksi
2. Aliran, sering juga disebut konveksi
3. Pancaran, sering juga disebut radiasi.
Perpindahan panas konduksi adalah mekanisme perpindahan panas yang
terjadi dengan suatu aliran atau rambatan proses dari suatu benda yang memiliki
temperatur lebih tinggi ke benda yang memiliki temperatur lebih rendah atau dari
suatu benda ke benda lain dengan kontak langsung, dengan kata lain proses
perpindahan panas secara molekuler dengan perantara molekul-molekul yang
bergerak. Perpindahan panas konveksi adalah mekanisme perpindahan panas yang
terjadi dari suatu benda ke benda yang lain dengan perantara benda itu sendiri..
Perpindahan panas radiasi adalah perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu
zat ke zat yang lain.

8.4.2 Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)


Alat penukar panas adalah alat yang berfungsi untuk mengakomodasikan
perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin dengan adanya perbedaan
temperatur, karena panas yang dipertukarkan terjadi dalam suatu sistem maka
kehilangan panas dari suatu benda akan sama dengan panas yang diterima benda
lain. Secara umum ada 2 tipe penukar panas, yaitu:
1) Tipe kontak langsung
Tipe kontak langsung adalah tipe alat penukar kalor dimana antara dua
zat yang dipertukarkan energinya dicampur atau dikontakkan secara
langsung.
2) Tipe tidak kontak langsung
Tipe tidak kontak langsung adalah tipe alat penukar kalor dimana antara
kedua zat yang dipertukarkan energinya dipisahkan oleh permukaan

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 118
bidang padatan seperti dinding pipa, pelat, dan lain sebagainya sehingga
antara kedua zat tidak tercampur.

8.4.3 Jenis-Jenis Heat Exchanger


A. Berdasarkan bentuknya, jenis heat exchanger antara lain :
1. Penukar panas pipa rangkap (double pipe heat exchanger )
Alat ini adalah salah satu jenis penukar panas yang tersusun pipa
ganda. Dalam jenis penukar panas dapat digunakan berlawanan arah
aliran atau arah aliran, baik dengan cairan panas atau dingin cairan
yang terkandung dalam ruang annular dan cairan lainnya dalam pipa
2. Penukar Panas Plate and Frame ( plate and frame heat exchanger )
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelatpelat
tegak lurus,bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat
tegak lurus dipasang penyekat lunak ( biasanya terbuat dari karet ).
3. Tipe spiral (spiral heat exchanger)
Penukar kalor tipe spiral arah aliran fluida menelusuri pipa spiral
dari luar menuju pusat spiral atau sebaliknya dari pusat spiral
menuju ke luar. Permukaan perpindahan kalor efektif adalah sama
dengan dinding spiral sehingga sangat tergantung pada lebar spiral
dan diameter serta berapa jumlah spiral yang ada dari pusat hingga
diameter terluar.
4. Tipe tabung dan pipa (shell and tube heat exchanger)
Jenis ini terdiri dari suatu tabung dengan diameter cukup besar yang
di dalamnya berisi seberkas pipa dengan diameter relatif kecil. Alat
penukar panas ini terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan
secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel
(cangkang).

B. Berdasarkan susunan aliran fluida, jenis heat exchanger antara lain :


1. Penukar kalor tipe aliran berlawanan
Penukar kalor tipe aliran berlawanan yaitu bila kedua fluida
mengalir dengan arah yang saling berlawanan.

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 119
2. Penukar kalor tipe aliran sejajar
Penukar kalor tipe aliran sejajar yaitu bila arah aliran dari kedua
fluida di dalam penukar kalor adalah sejajar.
3. Penukar kalor dengan aliran silang
Penukar kalor dengan aliran silang yaitu bila arah aliran kedua
fluida saling bersilangan.

8.4.4 Heat Exchanger Shell and Tube


Tipe heat exchanger yang paling umum digunakan dalam industri adalah tipe
shell and tube. Heat exchanger tipe shell and tube terdiri dari kumpulan tube didalam
suatu shell. Satu fluida mengalir di dalam tube sedang fluida yang lain mengalir di
ruang antara bundle tube dan shell.
Komponen penyusun Heat Exchanger jenis Shell and Tube adalah:
1. Shell
Merupakan bagian tempat untuk tube bundle. Antara shell and tube
bundle terdapat fluida yang menerima atau melepaskan panas, yang
dimaksud dengan lintasan shell adalah lintasan yang dilakukan oleh fluida
yang mengalir ke dalam melalui saluran masuk (inlet nozzle) melewati
bagian dalam shell dan mengelilingi tube kemudian keluar melalui
saluran keluar (outlet nozzle).
2. Tube
Diameter dalam tube merupakan diameter dalam actual dalam ukuran
inch dengan toleransi yang sangat cepat. Tube dapat diubah dari berbagai
jenis logam, seperti besi, tembaga, perunggu, tembaga-nikel, aluminium
perunggu, aluminium dan stainless steel. Ukuran ketebalan pipa berbeda-
beda dan dinyatakan dalam bilangan yang disebut Birmingham Wire
Gage (BWG). Ukuran pipa yang secara umum digunakan biasanya
mengikuti ukuran-ukuran yang telah baku, semakin besar bilangan BWG,
maka semakin tipis tubenya. Jenis-jenis tube pitch yang utama adalah :
1. Square pitch
2. Triangular pitch
3. Square pitch rotated

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 120
4. Triangular pitch with cleaning lanes (Kern, 1980)
3. Pass divider
Komponen ini berupa plat yang dipasang di dalam channels untuk
membagi aliran fluida tube bila diinginkan jumlah tube pass lebih dari
satu.
4. Baffle
Baffle digunakan untuk mengatur akiran lewat shell sehingga turbulensi
yang lebih tinggi akan diperoleh. Adanya baffle dalam shell
menyebabkan arah aliran fluida dalam shell akan memotong kumpulan
tubes secara tegak lurus, sehingga memungkinkan pengaturan arah aliran
dalam shell maka dapat meningkatkan kecepatan liniernya, sehingga akan
meningkatkan harga koefisien perpindahan panas lapisan fluida di sisi
shell. Baffle juga berfungsi untuk menahan tube bundle untuk menahan
getaran pada tube dan untuk mengontrol serta mengarahkan aliran fluida
yang mengalir di luar tube sehingga turbulensi yang lebih tinggi akan
diperoleh, dengan adanya turbulensi aliran maka koefisien perpindahan
panas juga akan meningkat.

8.5 Metodologi
8.5.1 Pengumpulan Data Teknik
Langkah awal dalam pencapaian tujuan perhitungan optimasi kinerja Heat
exchanger - 212 di Unit Hydrocracking adalah pengumpulan data primer.
Pengumpulan data primer diperoleh dari data data aktual yang diperoleh dari bagian
engineering and development berupa spesifikasi fluida dan spesifikasi heat
exchanger.

8.5.2 Pengolahan Data


Data-data primer yang telah dikumpulkan, diolah datanya untuk mengetahui
performance heat exchanger dari dirt factor. Nilai dirt factor dapat dilihat secara
teoritis maupun secara aktual.

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 121
8.5.2.1 HE E-3 Pass A
STEP 1. Neraca Energi
Q fluida panas = Q fluida dingin
M fluida panas x Cp fluida panas x (Tin-Tout) = M fluida dingin x Cpfluida dingin x (tin-tout)
953303,92 x 0,96000168 x (349,66 – = 1471341,1 x 1,338647765 x (400,80 –
89,86) 215,4)
145648360 Btu/h = 939049581,8 Btu/h
Dari neraca energi di atas, maka efesiensi dapat diperoleh:
𝑄𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 939049581,8
Ƞ= x 100 % = x 100 % = 0,006447375
𝑄𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 145648360

STEP 2. Perbedaan Temperatur (LMTD)


Fluida Panas (oF) Fluida Dingin (oF) Selisih
753,44 Temperatur Tinggi 661,388 92,052
419,72 Temperatur Rendah 193,748 225,972
333,72 Selisih 467,64 -133,92

Profil temperatur adalah counter-current atau searah


95,052 – 225,972
𝛥 𝐿𝑀𝑇𝐷 = 95,052 = 149,122 oF
𝑙𝑛225,972

LMTD Koreksi
𝑡2 − 𝑡1 661,388 − 193,748
S= = = 0,835530971
𝑇1 − 𝑡1 753,44 − 419,72
𝑇2 − 𝑇1 753,44 − 419,72
R= = = 0,835530971
𝑡2 − 𝑡1 661,388 − 193,748

FT = 0,97 Gambar L.4


𝛥t = LMTD x FT = 149,122 x 0,97 = 144,648205 oF

STEP 3. Perhitungan Luas Perpindahan Panas


Luas permukaan perpindahan panas dicari dengan menggunakan persamaan
5.3 (Kern, 1950).
𝑄 989758259,3
A= = = 17323,07997 m2 = 186465,633 ft2
𝑈𝐷 𝑥 𝐿𝑀𝑇𝐷 612,64 𝑥 144,65

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 122
Didapatkan untuk nilai A = 186465,633 ft2, untuk luas perpindahan panas (A) > 200

ft2, maka digunakan jenis alat penukar panas jenis shell and tube heat exchanger
(Kern, 1950).

STEP 4. Penentuan Temperatur Kritis Fluida Panas dan Fluida Dingin


Δtc 𝑡2 − 𝑡1 467,64
= = = 1,4012 oF
Δth 𝑇2 − 𝑇1 333,72

𝑈ℎ − 𝑈𝑐 0,225 −0,15
Kc = = = 0,532697548
𝑈𝑐 0,15
Fc = 0,5 Gambar L.3
𝐹𝑐 0,5
Tc = T2 + = 419,72+ = 586,58 oF
𝑇1 − 𝑇2 753,44 − 419,72

𝐹𝑐 0,5
tc = t1 + = 193,748 + = 427,568 oF
𝑡2 − 𝑡1 661,388 − 193,748

Pembagian pada Shell dan Tube


a. Shell side : cold fluid
b. Tube side : hot fluid

STEP 5. Flow Area


a. Shell
5,7391618
𝐼𝐷 𝑥 𝐶′𝐵 5,7391618 𝑥 (0,0833−0,062475)𝑥 ( 5
)
as = =
144 𝑃𝑡 144 𝑥 0,0833
= 0,011436798 ft2
b. Tube
𝑁𝑡 𝑥 𝑎′𝑡 284 𝑥 0,0020972
at = = = 0,008272368 ft2
144 𝑛 144 𝑥 2

STEP 6. Mass Velocity


a. Shell
𝑊𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 3244307,135
Gs = = = 283672685,2 lb/hr.ft2
𝐴𝑠 0,011436798

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 123
b. Tube
𝑊𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠 21020035,138
Gt = = = 254103201,7 lb/hr.ft2
𝐴𝑡 0,0082723628

STEP 7. Bilangan Reynold


a. Shell
𝐷𝑒 −𝐺𝑠 0,01747312 − 283672685,2
Res = = = 3197499,969
µ 2,3469138
a. Tube
𝐷𝑒 −𝐺𝑡 0,0516667 − 254103201,7
Ret = = = 36781107,683
µ 0,4961369

STEP 8. Clean Overall Coefficient


a. Shell
1 1
𝑐µ 3 0,84836802 𝑥 2,3469138 3
( ) =( ) = 2,65475582
𝑘 0,10641618
1
ℎ0 𝑘
𝑐µ 3 0,10641618
= jH x ( )x ( ) = 335 x ( ) x 2,65475582
∅𝑠 𝐷𝑒 𝑘 0,01747312
= 5739,713337
ℎ0
∅𝑠
tw = tc + ℎ𝑖0 ℎ0 (Tc – tc)
∅𝑡
+∅
𝑠

5739,713337
= 284 + (586,58 – 427,568)
1208,339457 + 5739,713337
= 131,3581408 oF

µ 0,14 2,3469138 0,14


∅𝑠 = ( ) =( ) = 1,631052
𝜇𝑤 0,07126374
ℎ𝑜
ℎ0 = x ∅𝑠 = 5739,713337 x1,6310527 = 9361,774944
∅𝑠
b. Tube
1 1
𝑐µ 3 0,8828841 𝑥 0,4961369 3
( ) =( ) = 1,56555352
𝑘 0,11485549

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 124
1
ℎ𝑖 𝑘
𝑐µ 3 0,11485549
= jH x ( )x ( ) = 420 x ( ) x 1,56555352
∅𝑡 𝐷𝑒 𝑘 0,05166667
= 1461,700956
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑖 𝐼𝐷 0,62
= x = 1157,770102 x = 1260,261298
∅𝑡 ∅𝑡 𝑂𝐷 0,75

µ 0,14 0,4961369 0,14


∅𝑡 = ( ) =( ) = 1,31214735
𝜇𝑤 0,07126374
ℎ𝑖𝑜
ℎ𝑖𝑜 = x ∅𝑡 = 1260,261298 x 1,31214735 = 1585,519419
∅𝑡
Dari data di atas, maka dapat diperoleh nilai Uc sebagai berikut:
ℎ𝑖𝑜 𝑥 ℎ𝑜 1585,519419 𝑥 9361,774944
Uc = = = 1355,885343 Btu/hr.ft2.F
ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜 1585,519419 + 9361,774944
Sehingga diperoleh nilai Rd pada E-3 pass A adalah:
𝑈𝐶 − 𝑈𝐷 1355,885343 −917,8934124
Rd = = = 0,000351926 hr.ft2.F/Btu
𝑈𝐶 𝑥 𝑈𝐷 1355,885343 𝑥 917,8934124
= 0,0000720282 m2.hr.C/kkcal

8.5.2.2 HE E-3 Pass B


STEP 1. Neraca Energi
Q fluida panas = Q fluida dingin
M fluida panas x Cp fluida panas x (Tin-Tout) = M fluida dingin x Cpfluida dingin x (tin-tout)
1059143,717 x 0,9600001683 x (357,47 = 953303,9175 x 1,337930632 x(400,80
– 89,93) – 215,4)
1079959348 Btu/h = 938546519,6 Btu/h
Dari neraca energi di atas, maka efesiensi dapat diperoleh:
𝑄𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 938546519,6
Ƞ= x 100 % = x 100 % = 0,00869057
𝑄𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 1079959348

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 125
STEP 2. Perbedaan Temperatur (LMTD)
Fluida Panas (oF) Fluida Dingin (oF) Selisih
785,84 Temperatur Tinggi 697,19 88,65
438,8 Temperatur Rendah 249,08 189,72
347,04 Selisih 448,11 -101,07

Profil temperatur adalah counter-current atau searah

88,65 – 189,72
𝛥 𝐿𝑀𝑇𝐷 = 88,65 = 132,8377023 oF
𝑙𝑛
189,72
LMTD Koreksi
𝑡2 − 𝑡1 697,19 − 249,08
S= = = 0,834842388
𝑇1 − 𝑡1 785,84 − 249,08
𝑇2 − 𝑇1 785,84 − 438,8
R= = = 0,774452701
𝑡2 − 𝑡1 697,19 − 249,08

FT = 0,98 Gambar L.4


𝛥t = LMTD x FT = = 132,8377023 x 0,98 = 130,1809483 oF

STEP 3. Perhitungan Luas Perpindahan Panas


Luas permukaan perpindahan panas dicari dengan menggunakan persamaan
5.3 (Kern, 1965).

𝑄 989228031,6
A= = = 12403,40498 m2 = 133510,2512 ft2
𝑈𝐷 𝑥 𝐿𝑀𝑇𝐷 612,64 𝑥 132,8377023

Didapatkan untuk nilai A = 133510,2512 ft2, untuk luas perpindahan panas

(A) > 200 ft2, maka digunakan jenis alat penukar panas jenis shell and tube heat
exchanger (Kern, 1965).

STEP 4. Penentuan Temperatur Kritis Fluida Panas dan Fluida Dingin

Δtc t2 − t1 448,11
= = = 1,2912344 oF
Δth T2 − T1 347,04

Uh − Uc 0,225 −0,1468
Kc = = = 0,532697548
Uc 0,1468

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 126
Fc = 0,48 Gambar L.3
Fc 0,48
Tc = T2 + = 438,8 + = 605,3792 oF
T1 − T2 785,84 − 438,8

Fc 0,48
tc = t1 + = 249,08 + = 464,1728 oF
t2 − t1 697,19 − 249,08
Pembagian pada Shell dan Tube
a. Shell side : cold fluid
b. Tube side : hot fluid

STEP 5. Flow Area


c. Shell
5,73916175
𝐼𝐷 𝑥 𝐶′𝐵 5,73916175 𝑥 (0,0833−0,062475)𝑥 ( )
5
as = =
144 𝑃𝑡 144 𝑥 0,0833
= 0,011436798 ft2
d. Tube
𝑁𝑡 𝑥 𝑎′𝑡 284 𝑥 0,00268
at = = = 1,057111 ft2
144 𝑛 144 𝑥 2

STEP 6. Mass Velocity


c. Shell
𝑊𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 2336007,247
Gs = = = 204253611,27 lb/hr.ft2
𝐴𝑠 0,011436798
d. Tube
𝑊𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠 2102035,138
Gt = = = 204253611,27 lb/hr.ft2
𝐴𝑡 1,057111

STEP 7. Bilangan Reynold


b. Shell
𝐷𝑒 −𝐺𝑠 0,0284246575 − 204253611,27
Res = = = 210357,8373
µ 2,2999852
a. Tube
𝐷𝑒 −𝐺𝑡 0,584 − 204253611,27
Ret = = = 108414,8313
µ 0,892611

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 127
STEP 8. Clean Overall Coefficient
c. Shell
1 1
𝑐µ 3 0,89563242 𝑥 2,2999852 3
( ) =( ) = 2,63627167
𝑘 0,106647399
1
ℎ0 𝑐µ 3 𝑘 0,106647399
= jH x ( )x ( ) = 350 x ( ) x 2,63627167
∅𝑠 𝐷𝑒 𝑘 0,284246575
= 4154,267705
ℎ0
∅𝑠
tw = tc + ℎ𝑖0 ℎ0 (Tc – tc)
∅𝑡
+∅
𝑠

4154,267705
= 464,1728 + (605,3792 – 893,11104)
1147,648484+ 4154,267705
= 1003,752017 oF
µ 0,14 2,2999852 0,14
∅𝑠 = ( ) =( ) = 1,59811482
𝜇𝑤 0,0807946
ℎ𝑜
ℎ𝑜 = x ∅𝑠 = 4154,267705 x 1,59811482 = 6638,996784
∅𝑠
d. Tube
1 1
𝑐µ 3 0,903826286 𝑥 0,892611 3
( ) =( ) = 1,89716078
𝑘 0,118150289
1
ℎ𝑖 𝑐µ 3 𝑘 0,118150289
= jH x ( )x ( ) = 320 x ( ) x 1,89716078
∅𝑡 𝐷𝑒 𝑘 0,0486667
= 1473,863635
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑖 𝐼𝐷 0,584
= x = 1473,863635 x = 1147,648484
∅𝑡 ∅𝑡 𝑂𝐷 0,062475

µ 0,14 0,892611 0,14


∅𝑡 = ( ) =( ) = 1,399778072
𝜇𝑤 0,0807946
ℎ𝑖𝑜
ℎ𝑖𝑜 = x ∅𝑡 = 1147,648484 x 1,399778072 = 1606,453182
∅𝑡
Dari data di atas, maka dapat diperoleh nilai Uc sebagai berikut:
ℎ𝑖𝑜 𝑥 ℎ𝑜 1606,453182 𝑥 6638,996784
Uc = = = 1293,469435 Btu/hr.ft2.F
ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜 1606,453182 + 6638,996784

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 128
Sehingga diperoleh nilai Rd pada E-3 pass B adalah:
𝑈𝐶 − 𝑈𝐷 1293,469435 − 656,9530208
Rd = = = 0,000749064 hr.ft2.F/Btu
𝑈𝐶 𝑥 𝑈𝐷 1293,469435 𝑥 656,9530208
= 0,000153417 m2.hr.C/kkcal
8.6 Hasil dan Pembahasan
8.6.1 Hasil
Hasil yang diperoleh terlihat pada Tabel II.1 untuk E-3 Pass A dan Tabel II.2
untuk E-3 Pass B.
Tabel 8.1 Hasil Perhitungan E-3 Pass A
Tahap Langkah-Langkah Shell Tube
Neraca Panas (W)
1 (Btu. Hr) 1456483630 939049581,8

2 Efisiensi (Ƞ) 0,006447375

3 LMTD (F) 149,1218608


Tc (F) 586,58 -
4 Temperatur Kalorik
tc (F) - 427,568
5 Luas Area 0,011436798 0,008272368
(ft2)
6 Kecepatan Massa (G) 254103201,7
lb 283672685,2
( 2)
h.ft
7 Bilangan Reynold 211194,4846 264617,7985
8 jH (Faktor dimensi untuk HE) 355 420
9 Temperatur dinding tube (tw) 1131,3581408 -
(F)
10 Ratio Viskositas (𝜇𝑤 )
lb 0,07126374 0,07126374
(ft. hr)
11 Koef. Perpindahan panas 9361,774944 1585,519419
terkoreksi (ho dan hio)
Btu
( 2 )
hr. ft . °F
12 Koefisien clean overall (Uc) 1355,885343
Btu
( 2 )
hr.ft .°F
13 Koefisien Actual Overall (Ud)
Btu 917,8934124
( 2 )
hr.ft .°F
14 Dirt Factor (Rd)
hr.ft2 .℉ 0,0000720782
( Btu
)

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 129
Tabel 8.2 Hasil Perhitungan E-3 Pass B
Tahap Langkah-Langkah Shell Tube
Neraca Panas (W)
1 (Btu. Hr) 938546519,6 1079959348

2 Efisiensi (Ƞ) 0,008690573

3 LMTD (F) 132,8377023


Tc (F) 605,3792 -
4 Temperatur Kalorik
tc (F) - 464,1728
5 Luas Area 0,011436798 1,0571111
(ft2)
6 Kecepatan Massa (G)
lb 204253611,27 1988471,331
( 2)
h.ft
7 Bilangan Reynold 210357,8373 108414,8318
8 jH (Faktor dimensi untuk HE) 350 320
9 Temperatur dinding tube (tw) 1003,752017 -
(F)
10 Ratio Viskositas (𝜇𝑤 )
lb 0,0807946 0,0807946
(ft. hr)
11 Koef. Perpindahan panas 6638,996784 1606,453182
terkoreksi (ho dan hio)
Btu
( 2 )
hr. ft . °F
12 Koefisien clean overall (Uc) 1293,469435
Btu
( 2 )
hr.ft .°F
13 Koefisien Actual Overall (Ud)
Btu 656,9530208
( 2 )
hr.ft .°F
14 Dirt Factor (Rd)
hr.ft2 .℉ 0,000153417
( Btu
)

8.6.2 Pembahasan
Umumnya untuk industri pengolahan minyak bumi memerlukan peralatan
untuk memanaskan fluida sampai temperatur tertentu. Adapun alat yang digunakan
untuk pertukaran panas pada industri pengolahan minyak bumi adalah heat
exchanger. Heat exchanger merupakan suatu alat penukar panas yang berfungsi
untuk mengakomodasi perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin dengan
adanya perbedaan temperatur, karena panas yang dipertukarkan terjadi dalam suatu
sistem maka kehilangan panas suatu benda akan sama dengan panas yang diterima
benda lain. Tipe heat exchanger yang umum digunakan adalah tipe shell and tube,
tipe ini adalah tipe yang digunakan pada heat exchanger area hydrocracking complex

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 130
(HCC) dalam Hydrocracking unibon unit – 212. Perpindahan yang terjadi di dalam
alat ini adalah proses perpindahan panas konduksi dan konveksi. Kinerja dari heat
exchanger terlihat dari luas perpindahan panas atau heat transfer dari alat tersebut,
dimana salah satunya dipengaruhi oleh faktor pengotor (dirt factor). Maka untuk
mencapai temperatur fluida yang diinginkan, kinerja heat exchanger efisien perlu
dievaluasi mengenai faktor pengotor (Rd) dari heat exchanger E-3 pass A dan E-3
pass B untuk meminimalisasi nilai Rd sampai ke batas minimumnya.
Unit hydrocracker unibon (HCU) berfungsi mengolah fraksi minyak berat
berupa Heavy Cooker Gas Oil (HCGO) yang berasal dari DCU dan Heavy Vacuum
Gas Oil (HVGO) yang berasal dari HVU menjadi fraksi yang lebih ringan dengan
nilai ekonomis yang tinggi melalui reaksi hydrocracking dengan bantuan gas
hidrogen (H2). HCU terdiri dari dua unit identik, yaitu unit 211 dan unit 212. Dalam
HCU proses pengolahan diklasifikasikan menjadi proses yang berlangsung dalam
reaktor dan fraksinasi seperti yang dapat dilihat pada Gambar 8.1 dan 8.2

Gambar 8.1 Proses Flow Diagram Fraksionator HCU Unit 212

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 131
Gambar 8.2 Proses Flow Diagram Reaktor HCU Unit 212
Unit HCU-212 menggunakan heat exchanger E-3 pass A dan E-3 pass B
untuk pemanasan awal fluida umpan sampai temperatur 400,80 oC yang selanjutnya
akan masuk ke dalam heater sebelum masuk ke dalam reaktor untuk proses
perengkahan. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar II.2 adalah letak E-3 pass A
dan E-3 pass B dimana HE ini mempertukarkan panas antara fluida umpan sebagai
fluida dingin yang akan dipanaskan dengan memanfaatkan panas dari fluida keluaran
reaktor ketiga untuk E-3 pass A dan fluida keluaran reaktor ketiga sebagai fluida
pemanas untuk E-3 – pass B. E-3 pass A dan E-3 pass B tersusun dari struktur luar
berupa shell yaitu carbon steel yang merupakan campuran dari 0.5% MO steel,
sedangkan di dalamnya terdapat 284 buah tube yang terbuat dari Alloy yang
merupakan campuran dari chromium dan 0.5% MO steel.

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 132
Gambar 8.3 Proses Flow Combined Heat Exchanger HCU Unit 212
Dalam flow diagram umpan berupa campuran HVGO, HCGO, recycle gas
yang berasal dari compressor, dan make up gas hidrogen masuk ke dalam HE pada
suhu 89,86 oC pada bagian shell, sedangkan keluaran HE dari E-3 pass A dengan
temperatur 349,66 oC yang berasal dari tube akan masuk ke dalam heater dan
selanjutnya akan diteruskan ke dalam reaktor 3. Keluaran dari reaktor 3 akan
dimanfaatkan panasnya sebagai fluida pemanas pada temperatur 400,80 oC untuk E-3
pass A. Identik dengan pass A, E-3 pass B memiliki umpan yang sama berupa
HCGO, HVGO, recycle gas dan make up gas pada temperatur 89,93 oC yang akan
masuk ke dalam reaktor 3 dan selanjutnya panas keluaran reaktor tersebut akan
dimanfaatkan sebagai fluida pemanas pada E-3 pass B pada temperatur yang sama
yakni 400,80 oC. Keluaran heat exchanger E-3 pass A dan pass B selanjutnya berupa
HC Liquid yang akan masuk ke dalam debutanizer yang selanjutnya akan diturunkan
tekanannya sebelum masuk ke dalam kolom fraksionasi yang akan dipisahkan
menjadi off gas, light and heavy nafta, light and heavy kerosene, diesel, dan UCO.
Dalam pengoperasian E-3 pass A dan pass B terdapat salah satu aspek
penting, yakni faktor pengotor. Berdasarkan nilai hio dan ho yang didapat maka
dapat ditentukan nilai tahanan panas pipa bersih pada E-3 pass A sebesar

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 133
1355,885343 Btu/hr.ft2.F sedangkan pada E-3 pass B didapat nilai sebesar
1293,469435 Btu/hr.ft2.F. Untuk tahanan panas pipa keseluruhan pada E-3 pass A
sebesar 917,8934124 hr.ft2.F/Btu sedangkan untuk E-3 pass B sebesar 656,9530208
hr.ft2.F/Btu. Nilai tahanan panas pipa bersih (Uc) dan tahanan panas pipa kotor ini
(Ud) akan digunakan untuk menghitung nilai faktor pengotor untuk masing-masing
heat exchanger.
Tabel 8.3 Nilai Rd Pada E-1 Pass A Dan E-1 Pass B
Nilai Rd m2 hr C/kkal
Heat Exchanger E-3 pass A (terhitung) 0,000072
Heat Exchanger E-3 pass B (terhitung) 0,00015
Tersedia 0,0005

Heat Exchanger merupakan suatu alat yang digunakan untuk menukarkan


panas fluida didalam tube dengan fluida didalam shell. Tujuan penukaran pemanasan
ini adalah agar temperatur sesuai kondisi operasi dapat tercapai pada proses
selanjutnya. Upaya yang dilakukan agar proses pertukaran panas berlangsung
optimal adalah dengan meminimalisir faktor pengotor (Rd) sampai mencapai batas
paling minimum sehingga panas yang dipertukarkan ke fluida pun efisien.
Salah satu unit di PT PERTAMINA (persero) RU-II yaitu Hydrocracker
Unibon (HCU)-Unit 211 dan 212 pada area HCC mengolah Heavy Vacuum Gas Oil
(HVGO) yang berasal dari HVU dan Heavy Cooker Gas Oil (HCGO) yang berasal
dari DCU menjadi fraksi yang lebih ringan melalui reaksi Hydrocracking dengan
bantuan gas Hidrogen (H2) yang berasal dari H2 plant dengan kapasitas pengolahan
sebesar 31516 BPSD per unit. Produk-produk yang dihasilkan unit ini diantaranya off
gas, LPG, Light naphtha, Heavy naphta, Light kerosene (sebagai komponen blending
kerosene/avtur), Heavy kerosene (sebagai komponen kerosin/avtur), Automotive
Diesel Oil (ADO), dan Bottom fractinator/recycle feed.
Unit 211 dan 212 terdiri dari dua seksi yaitu seksi reaktor yang merupakan
tempat berlangsungnya reaksi hydrocracking dan seksi fraksinator yang merupakan
tempat pemisahan hasil-hasil reaksi berdasarkan titik didihnya. Pada unit ini terdiri
dari bagian-bagian seksi lainnya, salah satunya seksi Recycle Feed Combined Feed
Exchanger 211/212-E-3A/B.

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 134
Efisisensi perpindahan panas dapat dilihat dari dirt factor (Rd) yang
ditimbulkan akibat kotoran yang terbawa oleh fluida yang mengalir. Nilai Rd dapat
dihitung melalui metode D.Q. Kern, 1965. Hasil perhitungan yang diperoleh pada E-
3 Pass A berbeda jauh dengan data design. Dimana Rd yang terdapat pada spesifikasi
Heat Exchanger E-3 A/B sebesar 0,0005 m2.hr.oC/kcal, sedangkan hasil perhitungan
yang diperoleh pada E-3 Pass A adalah sebesar 0,0000720782 m2.hr.oC/kcal. Nilai
Rd perhitungan pada E-3 Pass B diperoleh sebesar 0,000153417 m2.hr.oC/kcal,
sedangkan nilai Rd yang tedapat pada spesifikasi Heat Exchanger E-3 A/B sebesar
0,0005 m2.hr.oC/kcal.
Seperti yang dapat dilihat pada Tabel II.3, untuk Rd pada E-3 pass A dan Rd
pada E-3 pass B. Nilai Rd ini dapat dijadikan indikator suatu HE memiliki rentang
waktu maintenance yang singkat atau panjang. Untuk nilai Rd yang didapat adalah
nilai yang lebih besar dibandingkan nilai Rd minimum PT. Pertamina (Persero) Unit
Pengolahan II – Dumai. Nilai yang lebih besar ini menggambarkan rentang waktu
maintenance lebih panjang dibandingkan yang diperkirakan dan efisiensi panas akan
semakin menurun. Dapat dilihat bahwa nilai Rd pada E-3 pass B lebih besar
dibandingkan E-3 pass A. Hal ini membuktikan bahwa heat exchanger E-3 pass B
lebih besar kemungkinan untuk terjadi hambatan atau pengotor dibandingkan dengan
E-3 pass A. Namun, E-3 pass A dan E-3 pass B masih dapat bekerja secara optimal
sebab nilai Rd pada heat exchanger tersebut sesuai dengan sesuai standart design.
Ditinjau dari umur alat, heat exchanger ini sudah ada dari tahun 1983
semenjak kilang berdiri. Berdasarkan perhitungan, bahwa heat exchanger ini sudah
beroperasi sekitar 34 tahun sedangkan umur untuk alat pada umumnya dalam industri
adalah 10 tahun. Dalam jangka waktu tersebut tentunya heat exchanger ini
mengalami beberapa perawatan seperti pada bulan agustus 2017 ini pabrik
melakukan shutdown untuk memberikan perawatan pada beberapa alat termasuk heat
exchanger E-3 pass A dan E-3 pass B yang dilakukan pembersihan sehingga HE
masih berada di dalam kondisi yang optimal.

Laporan Umum Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI 135

Anda mungkin juga menyukai