Anda di halaman 1dari 25

Jenis-jenis Semen dan Fungsinya

pada tanggal Jumat, Maret 07, 2014

Jenis-jenis Semen dan Fungsinya - Pada kesempatan kali ini admin akan

membagikan Jenis-jenis Semen dan Fungsinya. Semen memiliki beberapa jenis dan setiap jenis

mempunyai fungsinya masing-masing, berikut adalah beberapa jenis semen dan fungsinya

1. Semen Portland Type I

Fungsi semen portland type I digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang tidak

memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai

pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% 0, 10 % dan dapat digunakan untuk

bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur rel, dan
lain-lain.

2. Semen PortLand type II

Fungsi semen portland type II digunakan untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang

memerlukan ketahanan sulfat ( Pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0, 10

0, 20 % ) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas

tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan.

3. Semen Portland type III


Fungsi semen portland type III digunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan

kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk

pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air

yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.

4. Semen Portland type IV

Fungsi Semen Portland type IV digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan

jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan

memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen
seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana

kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor
kritis.

5. Semen Portland type V


Fungsi semen portland type V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/ air

yang mengandung sulfat melebihi 0, 20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah
pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.

6. Super Masonry Cement

Semen ini dapat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan dan irigasi yang struktur

betonnya maksimal K 225. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton,

hollow brick, Paving Block, tegel dan bahan bangunan lainnya.

7. Oil Well Cement, Class G-HSR (High Sulfate Resistance)

Merupakan semen Khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi dan gas alam

dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan bumi, OWC yang telah diproduksi

adalah class G, HSR ( High Sulfat Resistance) disebut juga sebagai BASIC OWC . adaptif

dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur.


8. Portland Composite Cement (PCC)

Semen memnuhi persyratan mutu portland COmposite Cement SNI 15-7064-2004. Dapat

digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton. Struktur bangunan

bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan bangunan, beton pra tekan dan pra
cetak, pasangan bata, Plesteran dan acian, panel beton, paving block, hollow brick, batako,

genteng, potongan ubin, lebih mudah dikerjakan, suhu beton lebih rendah sehingga tidak

mudah retak, lebih tahan terhadap sulfat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih halus.

9. Super Portland Pozzolan Cement (PPC)


Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI 15-0302-2004 dan

ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas seperti :


- konstruksi beton massa ( bendungan, dam dan irigasi)

- Konstruksi Beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat ( Bangunan tepi

pantai, tanah rawa) .


- Bangunan / instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi.

- Pekerjaan pasangan dan plesteran.


Informasi Macam Jenis Semen Beserta Fungsinya
Jenis Semen Semen merupakan salah satu bahan bangunan yang sudah pasti mempunyai peranan cukup
penting dalam sebuah pembangunan, entah itu berupa rumah ataupun jenis gedung-gedung besar lainnya. Semen
sendiri sebenarnya mempunyai banyak jenis dengan fungsi atau kegunaan yang bermacam-macam. Diantara
banyak jenis semen tersebut antara lain mulai dari semen portland type 1, portland type 2, portland type 3, portland
type 4, portland type 5, super masonry cement, oil well cement, portland composite cement dan portland pozzolan
cement. Semua mempunyai jenis semen tersebut mempunyai peran yang berbeda-beda, tergantung jenis bangunan
apa yang akan dibangun.

Mungkin Anda yang semisal belum tahu banyak dan bertanya-tanya, mengapa jenis semen tersebut banyak yang
didominasi embel-embel nama portland. Semen Portland sendiri ialah semen yang dihasilkan dari proses
penghalusan klinker yang notabenya sangat mengandung senyawa calsium, silikat, aluminat dan ferrite. Semua
bahan tersebut dicampur serta digiling dan mengahsilkan semen yang sangat berkualitas dengan macam bangunan
yang berbeda-beda. Entah itu berupa jembatan, gedung tinggi, hunian perumahan dan lain sebagainya.

jenis semen (undergroundnewyork.files.wordpress.com)


Tentunya informasi mengenai banyak jenisnya semen tersebut perlu diperhatikan. Selain harga semen sendiri,
pemilihan jenis semen sangat menentukan daya tahan setiap bangunan. Jika pemilihan semen tidak sesuai dengan
jenis bangunan apa yang dibangun, maka daya tahan bangunan atau umur bangunan tidak akan bertahan dalam
jangka yang sangat lama. Terlebih lagi jika semisal ada bencana alam seperti gempa bumi yang notabenya cukup
sering membuat gedung ataupun rumah sering rusak dan bahkan sampai runtuh, maka pemilihan semen sudah
menjadi nilai harus diperhatikan bagi orang yang ingin membangun sebuah gedung ataupun rumah besar.

Terlepas dari itu semua bagi Anda yang semisal belum tahu banyak seputar jenis semen dan beserta fungsi-
fungsinya, mungkin beberapa informasi berikut bisa menambah refrensi Anda dalam dunia pembangunan. Terlebih
lagi semoga menjadi referensi yang bermanfaat dan bisa menginspirasi Anda jika semisal ingin membangun sebuah
hunian rumah atau jenis bangunan besar lainnya. Semua jenis semen tersebut telah tersedia dengan deskripsi atau
spesifikasi barang yang lengkap beserta kegunannya. Berikut berbagai jenis semen, lengkap dengan spesifikasi-nya:
1. Semen Portland Type Satu

Semen Portland Type 1 bisa digunakan untuk konstruksi bangunan secara umum dengan tidak memakai persyaratan
khusus terhadap hidarsi dan kekuatan tekanan tahap awal. Biasanya jenis portland yang satu digunakan pada tanah
dan air yang tidak sulfat 0,00% hingga 0,10%. Jenis semen yang satu ini bisa dipergunakan untuk membangun
pemukiman rumah, gedung bertingkat, pengerasan jalan, struktur rel, jembatan, lapangan terbang dan sebagainya.
2. Semen Portland Type Dua

Semen Portland Type 2 biasanya banyak digunakan untuk pembangunan beton yang memerlukan ketahanan sulfat.
Dimana bisa digunakan pada lokasi tanah dan air dengan kandungan sulfat antara 0,10% sampai 0,20% serta suhu
panas yang sedang. Misalnya bangunan pinggir laut, bangunan di bekas sawah, saluran irigasi, dam-dam air,
landasan jembatan dan sebagainya.
3. Semen Portland Type Tiga

Fungsi semen Portland Type 3 kebanyakan digunakan untuk kebutuhan kontruksi bangunan yang membutuhkan
tekanan awal tinggi untuk kebutuhan fase permulaan setelah fase pengikatan terjadi. Misalnya dapat digunakan
untuk pembangunan jalan beton, bangunan tinggi, bangunan dalam air yang tidak begitu memerlukan ketahanan
terhadap serangan sulfat.
4. Semen Portland Type Empat

Semen Portland Type 4 dapat difungsikan untuk keperluaan pembangunan yang memerlukan jumlah serta kenaikkan
panas yang harus diminimalkan. Maka akan hal itu, akan memperoleh kekuatan beton yang terbilang lebih lambat
ketimbang portland tipe satu. Biasanya jenis semen yang satu ini dipergunakan untuk tipe struktur beton masif.
Misalnya dam gravitasi besar yang mana kenaikkan temperatur akbibat panas merupakan faktor kritis atau
berbahaya.
5. Semen Portland Type Lima

Semen Portland Type 5 merupakan bahan yang dipakai untuk berbagai bangunan pada tanah atau air yang
mengandung sulfat melebihi 0,20% dan cukup cocok untuk instalasi pengolahan limbah pada pabrik, jembatan,
terowongan, pelabuhan, dermaga dan pembangkit listrik tenaga nuklir.
6. Super Masonry Cement

Jenis semen yang satu ini notabenya juga cukup sering dipergunakan untuk konstruksi pembangunan perumahan,
gedung, jalan dan irigasi yang penataan betonnya dengan standar k225. Selain itu, jenis yang satu ini biasanya juga
dipergunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton, paving block, tegel, hollow brick dan jenis bahan
bangunan lainnya.
7. Oil Well Cement

Oil Well Cement adalah semen khusus yang biasanya dipergunakan untuk membuat bagunan sumur minyak bumi
dan gas alam dengan konstruksi sumur bawah tanah di permukaan laut. Jenis yang biasanya disebut dengan istilah
semen OWC ini juga dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur.
8. Portland Composite Cement (PPC)

Untuk semen yang satu ini notabenya sudah sangat memenuhi mutu. Jenis ini dapat dipergunakan untuk
pembangunan konstruksi umum pada hampir semua jenis beton. Misalnya struktur jembatan, struktur jalan beton,
pasangan batu bata, plesteran, paving block, hollow brick, batako, genteng dan potongan ubin. Jenis ini bermanfaat
untuk membuat suhu beton sangat rendah, sehingga beton tidak mudah retak dan lebih tahan terhadapat sulfat.
9. Super Portland Pozzolan Cement

Portland Pozzolan Cement juga terbilang jenis yang sudah mempunyai mutu yang sudah teruji. Dapat dipergunakan
untuk macam jenis bangunan yang lebih luas lagi. Mulai dari bendungan, dam dan salauran irigasi. Hanya saja jenis
yang satu ini memerlukan ketahanan terhadapap sulfat, jika bangunan yang akan dibangun lokasinya dekat tepi
pantai dan tanah rawa. Kebanyakan jenis yang satu dipergunakan untuk keperluan plesteran.
Mungkin banyak orang mengira bahwa semua jenis semen sama saja, tapi ternyata terdapat beragam macam jenis
produk. Bahkan, hanya beberapa tipe yang memang lumrah dijual sebagai retail di pasaran, sedangkan sebagian
lagi tak bisa ditemukan di pasaran karena hanya bisa dibeli melalui pemesanan khusus. Beragam jenis ini jelas
memiliki beberapa tipe dengan karakter dan kegunaan yang berbeda-beda. Tipe semen untuk membangun rumah,
tentu berbeda dengan material semen yang digunakan untuk proyek besar seperti halnya membuat sumur
bumi. Harga semen pun berbeda-beda sesuai dengan bahan bakunya. Berikut Lamudi berikan informasi mengenai
jenis, tipe, kegunaan, dan karakter yang dimiliki oleh semen.

Jenis Semen biasa/ Abu Abu


Semen jenis ini memiliki nama lain Portland yang merupakan semen bubuk yang berwarna abu kebiruan.
Kegunaannya antara lain untuk penggunaan umum seperti rumah dan bangunan tinggi. Berbahan dasar batu kapur
atau gamping yang diolah dengan dalam suhu tinggi.

Namun, terdapat 5 tipe yang berbeda diantaranya:

1. Jenis Semen Portland Type I


Jenis semen portland type I mungkin yang paling familiar disekitar Anda karena paling banyak digunakan oleh
masyarakat luas dan beredar di pasaran. Jenis ini biasa digunakan untuk konstruksi bangunan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus untuk hidrasi panas dan kekuatan tekan awal. Kegunaan Semen Portland Type
I diantaranya konstruksi bangunan untuk rumah permukiman, gedung bertingkat, dan jalan raya. Karakteristik
Semen Portland Type I ini cocok digunakan di lokasi pembangunan di kawasan yang jauh dari pantai dan memiliki
kadar sulfat rendah.

2. Jenis Semen Portland Type II


Kondisi letak geografis ternyata menyebabakan perbedaan kadar asam sulfat dalam air dan tanah dan juga tingkat
hidrasi. Oleh karena itu, keadaan tersebut mempengaruhi kebutuhan semen yang berbeda. Kegunaan Semen
Portland Type II pada umumnya sebagai material bangunan yang letaknya dipinggir laut, tanah rawa, dermaga,
saluran irigasi, dan bendungan. Karakteristik Semen Portland Type II yaitu tahan terhadap asam sulfat antara 0,10
hingga 0,20 persen dan hidrasi panas yang bersifat sedang.

3. Jenis Semen Portland Type III


Lain halnya dengan tipe I yang digunakan untuk konstruksi tanpa persyaratan khusus, kegunaan semen portland
type III memenuhi syarat konstruksi bangunan dengan persyaratan khusus. Karakteristik Semen Portland Type
III diantaranya adalah memiliki daya tekan awal yang tinggi pada permulaan setelah proses pengikatan terjadi, lalu
kemudian segera dilakukan penyelesaian secepatnya. Jenis semen Portland type IIIdigunakan untuk pembuatan
bangunan tingkat tinggi, jalan beton atau jalan raya bebas hambatan, hingga bandar udara dan bangunan dalam air
yang tidak memerlukan ketahanan asam sulfat. Ketahananya Portland Type III menyamai kekuatan umur 28 hari
beton yang menggunakan Portland type I.

4. Jenis Semen Portland Type IV


Karakteristik Semen Portland IV adalah jenis semen yang dalam penggunaannya membutuhkan panas hidrasi
rendah. Jenis semen portland type IV diminimalkan pada fase pengerasan sehingga tidak terjadi keretakkan.
Kegunaan Portland Type IV digunakan untuk dam hingga lapangan udara.

5. Jenis Semen Portland Type V


Karakteristik Semen Portland Type V untuk konstruksi bangunan yang membutuhkan daya tahan tinggi terhadap
kadar asam sulfat tingkat tinggi lebih dari 0,20 persen. Kegunaan Semen Potrtland Type Vdirancang untuk
memenuhi kebutuhan di wilayah dengan kadar asam sulfat tinggi seperti misalnya rawa-rawa, air laut atau pantai,
serta kawasan tambang. Jenis bangunan yang membutuhkan jenis ini diantaranya bendungan, pelabuhan, konstruksi
dalam air, hingga pembangkit tenaga nuklir.

Jenis Semen Campur


Beberapa jenis semen campur diantaranya:

1. Portland Composite Cement (PCC)


Kegunaan Portland Composite (PCC) ini secara luas adalah bahan pengikat untuk konstruksi beton umum,
pasangan batu bata, beton pra cetak, beton pra tekan, paving block, plesteran dan acian, dan
sebagainya. Karakteristik Portland Composite Cement (PCC) lebih mudah dikerjakan, kedap air, tahan sulfat, dan
tidak mudah retak. Material ini terdiri dari beberapa unsur diantaranya terak, gypsum, dan bahan anoraganik.

2. Super Portland Pozzolan Composite Cement (PPC)


Kegunaan super portland pozzolan composite cement diantaranya adalah sebagai konstruksi beton massa,
konstruksi di tepi pantai dan tanah rawa yang harus memiliki ketahanan terhadap sulfat, tahan hidrasi panas sedang,
pekerjaan pasangan dan plesteran. Beberapa jenis bangunan yang menggunakan produk ini diantaranya
perumahan, jalan raya, dermaga, irigasi, dan sebagainya. Semen ini merupakan pengikat hidrolis seperti halnya PCC
namun terdiri dari campuran terak, gypsum, dan pozzolan.

3. Special Blended Cemeny (SBC)


Ada yang istimewa dari jenis special belended cement (SBC) atau semen campur karena khusus dirancang dalam
pembangunan jembatan terbesar yang menghubungkan Surabaya dengan Madura yang dikenal dengan Jembatan
Suramadu. Karakteristik special blended cement tentu memenuhi kebutuhan konstruksi bangunan pada air laut
seperti halnya jembatan Suramadu yang berdiri diatas laut.

4. Super Masonry Cement (SMC)


Kegunaan Super Masonry Cement (SMC) diantaranya sebagai bahan baku genteng beton, tegel, hollow brick, dan
paving block. Selain itu, digunakan hanya pada kisaran konstruksi bangunan rumah atau irigasi dengan struktur
beton paling besar K225. Tipe ini pertama kali diperkenalkan di USA.

5. Oil Well Cement (OWC) Class G-HSR (High Sulfate


Resistance)
Lain rumah, lain pula material yang digunakan untuk sumur bumi. Karakteristik Oil Well Cement (OWC) Class G-HSR
yang tahan terhadap sulfat tinggi ini merupakan jenis yang dibuat untuk kegunaan khusus di kedalaman dan
temperatur tertentu yang bisa disesuaikan dan kecepatan pengerasan dikurangi. Diantara proyek yang
menggunakan material ini yaitu sumur minyak bumi di bawah permukaan bumi dan laut.

6. Semen Thang Long PCB40


Karakteristik semen thang long PCB40 yang memiliki daya tahan tinggi terhadap sulfat sesuai untuk konstruksi
bangunan bawah tanah dan air. Tak hanya itu, semen ini juga memeiliki daya tahan terhadap penyerapan air, erosi
lingkungan, dan tahan lama. Jenis ini juga hemat digunakan karena kekuatannya. Iklim Vietnam sangat pas untuk
penggunaan jenis semen ini.
7. Semen Thang Long PC50
Kegunaan semen thang long PC50 yang banyak digunakan untuk proyek-proyek besar dan rumit sehingga
membutuhkan jenis semen dengan spesifikasi tinggi. Standarisasi yang setara Asia, Eropa, bahkan Amerika ini
diaplikasikan untuk jembataan hingga pembangkir listrik. Karakteristik semen thang long PC50 diantaranya memiliki
ketahanan tinggi terhadap sulfat sehingga bisa pula digunakan di bawah tanah dan air.

Semen Putih ( white portland cement)


Kegunaan semen putih diaplikasikan untung lapisan keramik hingga dekorasi interior dan eksterior bangunan. Merek
yang beredar dipasaran adalah Semen Tiga Roda, Plamur Kingkong, Semen Putuh Cap Gajah dan Semen Putih
Panda.

Semen Acian Putih/Mortar TR30


Katarekteristik semen acian putih atau mortar TR30 ialah memiliki daya rekat yang tinggi dan dapat menghasilkan
permukaan acian yang lebih halus. Oleh karena itu, tidak mudah retak, dan terkelupas. Waktu pengerjaannya juga
cenderung lebih cepat. Kegunaan semen acian putih adalah untuk untuk finishing seperti diantaranya plesteran,
acian, pasangan keramik.
Proses Pembuatan Semen

Pada dasarnya proses pembuatan semen terdiri dari lima proses utama, yaitu:
1. Penyediaan bahan baku dan bahan koreksi
2. Penggilingan bahan mentah (Raw Material Grinding)
3. Pembentukan klinker
4. Penggilingan semen (Cement Mill)
5. Pengantongan semen (Cement Packer)

a. Penyediaan Bahan Baku dan Bahan Koreksi


Bahan baku utama meliputi batu kapur, tanah liat dan bahan koreksi pasir silika jika kekurangan SiO2 dalam tanah
liat dan pasir besi untuk menambah Fe2O3 di campur dengan perbandingan tertentu kemudian diumpankan kedalam
Raw Mill.

b. Penggilingan Bahan Mentah (Raw Material Grinding)


Tujuan Penggilingan bahan mentah dilakukan untuk memperkecil ukuran bahan mentah atau membuat luas
permukaan bahan mentah menjadi lebih besar dan agar campuran bahan mentah yang homogen sehingga
mempermudah terjadinya reaksi kimia pada saat proses klinkerisasi. Selain penggilingan, material juga mengalami
pengeringan dengan media pengeringnya berupa gas panas yang dapat berasal dari exhaust gas.
Alat penggilingan ini berupa Vertical Roller Mill dengan sistem penggilingan Close Circuit dan keluaran material
menggunakan sistem Air Swept Mill. Air dalam Raw Meal yang meliputi air bebas, air kapiler dan air absorbsi
diuapkan hingga < 1% dengan memanfaatkan Exhaust Gas yang diumpankan ke dalam Vertical Roller Mill. Proses
penggilingan berlangsung sampai kehalusan Raw Meal sebagian besar (14-20% dari total raw meal) di atas 90 m.
Standar kehalusan tersebut harus dicapai agar raw meal memiliki tingkat kereaktifan yang optimum pada proses
pembakaran di dalam kiln. Raw Meal yang memiliki standar kehalusan tertentu akan terhisap oleh fan keluar dari
vertical roller mill, selanjutnya melewati separator berupa cyclone yang berjumlah 4 (empat) buah. Dengan
memanfaatkan gaya sentrifugal atau putaran tertentu dalam cyclone, gas panas dan pertikel-partikel halus (raw
meal) akan terpisah. Gas akan mengalir keluar dari top cyclone menuju Electrical Precipitator sedangkan partikel
halus raw meal keluar melalui bottom cyclone. Gas dari cyclone separator mengandung uap air dan sebagian debu
yang masih terikut pada waktu pemisahan. Sebelum gas dibuang ke alam bebas, gas tersebut dialirkan ke Electrical
Precipitator untuk ditangkap debunya dengan menggunakan elektroda-elektroda bertegangan tinggi. Gas panas yang
berasal dari kiln, uap air dan sebagian debu yang tidak tertangkap oleh elektroda-elektroda Electrical Precipitator
ditransportasikan ke cerobong (stack) dengan bantuan sebuah kipas atau filter fan.
Bahan baku (raw meal) yang telah memenuhi standar kehalusan dimasukkan ke dalam Continuous Flow Silo (CF
Silo) untuk mengalami homogenizing terakhir sebelum diumpankan ke dalam kiln dengan menggunakan transport
fluxoslide dan belt bucket elevator.

c. Pembentukan Klinker
Proses pembakaran untuk menghasilkan klinker diawali dengan menyiapkan bahan bakarnya terlebih dahulu baru
kemudian melakukan pembakaran. Tujuan dari proses pembakaran ini ialah untuk menghasilkan klinker bermutu
baik dengan pemakaian energi serendah mungkin dan operasi pembakaran berlangsung stabil dalam waktu yang
lama. Salah satu faktor utama untuk mendapatkan hasil pembakaran yang baik ialah rancangan kiln feed (raw mix
design) yaitu menentukan komposisi kimia dan ukuran partikel atau kehalusan dari raw mix. Raw mix dirancang
untuk menghasilkan klinker bermutu baik (mempunyai senyawa alite C3S, belite C2S, aluminate C3A, ferrite C4AF
dalam jumlah cukup dan mudah digiling). Proses pada tahap ini meliputi pemanasan awal umpan baku di preheater
(pengeringan, dehidrasi dan dekomposisi), pembakaran di kiln (klinkerisasi) dan pendinginan di grate cooler
(quenching). Selanjutnya klinker yang dihasilkan disimpan di clinker silo. Beberapa reaksi kimia yang berlangsung
dalam proses pembuatan klinker yaitu:
1. proses Pemanasan Awal
Proses pemanasan awal adalah proses penguapan air dan proses calsinasi pada umpan kiln (raw meal) pada suhu
600-800 oC.
CaCO3 CaO + CO2 Proses calsinasi
MgCO3 MgO + CO2 Proses calsinasi
Proses ini terjadi dalam peralatan preheater.
2. Proses Klinkerisasi
Proses klinkerisasi dalam pembuatan semen adalah proses pengikatan antara oksida-oksida yang terkandung dalam
material untuk membentuk senyawa C3S, C2S, C3A, dan C4AF. Reaksi pembentukan senyawa-senyawa tersebut
berlangsung di dalam kiln pada suhu 900-1450 oC. Pada Tabel berikut dapat dilihat range suhu terjadinya reaksi-
reaksi pada proses pembentukan klinker.

Tabel Proses Klinkerisasi dalam Kiln


SUHU (OC) REAKSI YANG TERJADI
0-100 Penguapan air dalam Raw Meal.
100-600 Penguapan air hidrat dari tanah liat.
600-800 Penguraian senyawa karbonat (calcination), terutama jenis magnesium karbonat. Sedangkan karbonat
dari senyawa kalsium akan terurai pada suhu 900oC. Mulai terbentuknya senyawa C3A, C2S, dan C2AF.
700-900 Pembentukan senyawa C2S, C4AF, dan C3A maksimum.
1100-1200 Pembentukan senyawa C3S dan pengurang CaO bebas.
1200-1450 Pada suhu 1260oC terbentuk fase cair (liquid fase) yang apabila didinginkan menjadi terak atau klinker.
Reaksi klinker ialah:
4 CaO + Al2O3 + Fe2O3 4 CaO.Al2O3.Fe2O3 = (C4AF)
3 CaO + Al2O3 3 CaO.Al2O3 = (C3A)
2 CaO + SiO2 2 CaO.SiO3 = (C2S)
CaO + 2 CaO.SiO2 3 CaO.SiO3 = (C3S)
d. Penggilingan Semen (Cement Mill)
Klinker yang disimpan dalam clinker silo dikeluarkan dan di handling dengan pan conveyor masuk ke dalam clinker
bin. Gypsum yang akan digunakan juga disimpan di dalam bin.
Dengan perbandingan tertentu, klinker, gypsum dan limestone dikeluarkan dari bin masing-masing dan akan
tercampur di belt conveyor. Setelah proses prehomogenezing, seluruh material mentah selanjutnya dialirkan
menggunakan belt conveyor menuju Vertical Cement Mill untuk digiling. Proses penggilingan ini berupa Vertical Mill.
Dalam vertical cement mill pemanfaatan Kiln Exhaust Gas bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam semen.
Dengan menggunakan sebuah fan, material yang telah halus dihisap dan dipisahkan dari udara pembawanya
dengan menggunakan beberapa perangkat pemisah debu (bag filter). Hasil penggilingan ini disimpan dalam cement
silo yang kedap udara. Semen yang dihasilkan memenuhi syarat mutu fisik semen dengan kehalusan minimal 3000
cm2 per gram (SNI mempersyaratkan minimal 2800 cm2 per gram).
Reaksi pembentukan semen dalam cement mill disebut dengan reaksi hidrasi. disini semen mengalami perubahan
sifat seperti kekuatan dan kecepatan reaksi. Hal itu harus diketahui produsen maupun konsumen, karena kecepatan
reaksi tersebut akan menentukan waktu pengikatan awal dan pengerasan semen serta sifat-sifat semen setelah
mengeras. Kecepatan pengikatan awal harus cukup. Di samping itu juga perlu mengetahui jumlah panas yang
dilepaskan pada saat semen bercampur dengan air, karena panas yang dilepaskan tersebut dapat mempengaruhi
kualitas semen.
Persamaan reaksi hidrasi semen sebagai berikut:
C3S & C2S + H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2
Calsium Silicate Hydrate Calsium Hydroksida
C3A + H2O 3CaO.Al2O3.3H2O
4CaO.Al2O3.H2O
2CaO.Al2O3.H2O
Calcium Alumina Ferrit Hidrate
C3A + CaSO4.H2O 3CaO. Al2O3.3CaSO4.32H2O
Calcium Sulfuric Aluminate Hydrate
e. Pengantongan Semen (Cement Packer)
Semen dikeluarkan dari cement silo dan diangkut menggunakan belt conveyor masuk ke steel silo. Pengantongan
semen dilakukan menggunakan Rotary Packer setiap saknya berisi 50 kg, kemudian dibawa dengan truk untuk
didistribusikan dan dipasarkan. Selain menggunakan rotary packer, pengemasan semen juga menggunakan bulk
loading untuk mentransfer atau memindahkan semen ke dalam kemasan yang lebih besar atau langsung diumpan ke
dalam truk khusus atau gerbong kereta api.
Proses Pembuatan Semen (Cement Manufacturing Process)

Ane dikasih gambaran secara umum mulai dari definisi semen, tahapan-tahapan produksi
semen, alat-alat atau unit proses yang ada di pabrik semen, sampai indikator-indikator apa saja
yang menggambarkan kualitas dari semen itu sendiri. Oke dah langsung sharing aja Gan!

A. Sejarah Semen

Sebenernya, abad ke-18 (ada juga yang bilang 1700 M) seorang insinyur Sipil, John Smeaton
udah bikin ramuan cikal bakal semen, yaitu adonan campuran antara batu kapur dan tanah liat
yang kemudian dia pakai untuk membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Comwall,
Inggris. Tapi, bukan Smeaton yang mempatenkan cikal bakal semen ini. Seorang insinyur yang
juga berkebangsaan Inggris, Josep Aspdin lah yang mengurus hak paten pada tahun 1824, yang
kemudian dia sebut Semen Portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip
tanah liat yang ada di Pulau Portland, Inggris.

B. Definisi Semen Portland

Menurut SNI 15-2049-2004, Semen Portland adalah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan
cara menggiling terak (klinker) semen portland terutama yang terdiri atas Kalsium Silikat yang
bersifat hidrolisis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih
bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Kalo

dilihat dari definisinya, bikin bingung emang hahaha tapi kalo udah ngerti, bisa lah

dicerna Gan

C. Proses Pembuatan Semen

Sebelum masuk ke proses pembuatan, kita mesti tau dulu bahan baku apa aja sih yang dipakai
buat bikin semen?

1. Limestone (batu kapur) yang banyak mengandung CaCO3

2. Clay (tanah liat) yang banyak mengandung SiO2 dan Al2O3

3. Pasir silika yang banyak mengandung SiO2

4. Pasir besi yang banyak mengandung Fe2O3

Sebenernya proses pembuatan semen itu intinya mengabil oksida-oksida yang terkandung di
empat bahan baku di atas yang pada akhirnya membentuk mineral-mineral baru yang
membentuk komposisi semen. Berikut tahapan tahapan produksi semen.
1. Raw Material Extraction & Preparation

Pertama-tama dilakukan persiapan bahan baku baik penambangan (quarry) limestone maupun
clay. Tahapan penambangan seperti pada umumnya, ada drilling, blasting, haulage dan loading,
selengkapnya bisa di liat di referensi mengenai penambangan. Ukuran limestone hasil tambang
umumnya masih besar, sehingga hasil tambang tadi dibawa ke Crusher. Crusher berfungsi
untuk mengecilkan ukuran limestone hasil tambang. Maksimum ukuran limestone yang masuk
ke crusher adalah 1500 mm dan setelah keluar crusher menjadi sekitar 75 mm. Mungkin ada
sebagian yang bingung gimana persiapan dari bahan baku yang lain seperti clay, pasir silika dan
pasir besi. Ketiga bahan baku itu juga punya treatment sendiri-sendiri. Kenapa yang dibahas
hanya batu kapur? itu karena batu kapur merupakan bahan baku utama hehehe.

Setelah limestone melewati crusher, limestone tersebut ditampung di sebuah tempat (storage).
Ditempat ini terjadi proses pre-homogenization. Limestone hasil dari crushing tadi tentunya
belum sepenuhnya memiliki ukuran yang sama, sebagian ada yang terlalu kecil, artinya
ukurannya belum sama. Pada storage ini, limestone yang ukurannya berbeda tersebut disebar
merata (komposisinya) sehingga homogen. Ada beberapa alat yang dipakai pada proses pre-
homogenization ini, seperti stack dan reclamer yang masing-masing ada macam-macamnya
juga (terlalu panjang buat dijelasin, silahkan searching2 aja di google hehehe).

2. Raw Meal Preparation

Dari storage tersebut limestone dibawa oleh belt conveyor menuju bin silo, demikian pula
dengan clay, pasir silika dan pasir besi masuk ke bin silo masing-masing seperti gambar berikut.

Bin Silo

Dari sini lah keempat bahan baku tersebut mulai dicampurkan. Umumnya untuk membuat
semen portland (Tipe I) adalah sebagai berikut:
1. Limestone (+/- 82%)

2. Clay (+/- 13,5%)

3. Pasir Silika (+/- 3%)

4. Pasir besi (+/- 1,5%)

Setelah bahan baku tersebut dicampur,maka itu lah yang disebut Raw Material. Bahan baku
tersebut kemudian masuk ke dalam unit operasi yang disebut Raw Mill (RM), (prinsip kerja dan
macam-macam RM dapat dilihat di referensi lain juga hehehe) seperti pada gambar berikut.

Verticcal Raw Mill

Tujuan utama Raw Mill adalah:

1. Grinding

Material campuran yang masuk dihaluskan lagi, yang semula 700 mm, setelah keluar dari RM
menjadi 9 Mikro.
2. Drying

Material campuran dikeringkan sampai kelembaban 1%. Media pengeringan adalah hot gas
yang berasal dari Kiln (Kiln tar kita ketemu di depan Gan hehe)

3. Transport

Untuk menjelaskan ini harus tau dulu prinsip kerja RM -.- Intinya, hot gas yang dipakai untuk
ngeringin material juga berfungsi untuk mentransportasikan material campuran tersebut.

Bayangin aja Gan, 7 Mikro kalo ditiup hot gas kan terbang dia

4. Separating

Selama proses di RM, material yang sudah halus kemudian menuju tahapan proses berikutnya,
sedangkan yang masih kasar akan terus mengalami penggilingan (grinding) sampai halus.

Setelah keluar dari RM, bahan material ini disebut dengan istilah Raw Mix atau Raw Meal. Raw
meal ini kemudian masuk lagi ke sebuah storage atau biasa disebut Blending Silo. Selain
bertujuan untuk penyimpanan sementara, Blending Silo berfungsi untuk tempat
homogenization. Proses Homogenization intinya sama kek Pre-homogenization, cuma
ukurannya aja yang beda dan bahan penyusunnya juga sudah tercampur. Pre-homogenization
materialnya hanya limestone saja, sedangkan Homogenization terdiri dari empat bahan baku
semen. Sehingga proses homogenisasi yang dilakukan bertujuan untuk memaksimalkan
pencampuran dari keempat bahan tersebut.

3. Clincker Manufacture

Raw Meal kemudian masuk ke sebuah unit operasi yang disebut dengan Pre-heater. Pre-heater
ini terdiri dari beberapa siklon, umunya terdiri dari 4-5 siklon (4-5 stage) seperti gambar
berikut.
Pre-heater

Namanya juga Pre-heater, fungsinya sebagai pemanasan awal sebelum masuk ke proses
selanjutnya. Media pemanasan sama kek di RM, yaitu berasal dari hot gas dari Kiln. Namun,
Inti utamanya dari proses pemanasan ini adalah untuk terjadinya proses Pre-calcination. Dari
proses kalsinasi ini mulai lah terbentuk oksida-oksida pembentuk Klinker (hasil proses di Kiln).
Proses kalsinasi adalah sebagai berikut:

CaCO3 -> CaO + CO2

Reaksi ini terjadi pada suhu sekitar 800C (Untuk lebih jelasnya, silahkan pelajari unit operasi
Pre-heater dari referensi lain hehehe). Naaah, dari reaksi di atas, yang paling utama adalah CaO
nya Gan. Proses kalsinasi di Pre-heater hanya sekitar 95% nya, sisanya dilakukan di Kiln
(pokonya kalo pengen lebih jelas, pelajari prinsip kerja Pre-heater Gan :D).

Setelah keluar dari Pre-heater, material ini disebut dengan Kiln Feed. Kiln Feed ini masuk ke
unit operasi pembentuk klinker (terak) yang disebut dengan Rotary Kiln, seperti gambar
berikut.
Rotary Kiln

Di sini terjadi proses kalsinasi lanjutan. Suhunya mencapai sekitar 1400C. Suhu sebesar ini
diperoleh dari pembakaran bahan bakar, biasanya digunakan batu bara, IDO (Industrial Diesel
Fuel Oil), Natural Gas, Petroleum Coke, dan lain sebagainya. Pada suhu sebesar ini, di Kiln
terjadi reaksi-reaksi logam sehingga dihasilkan mineral-mineral baru, yaitu:

1. C3S (3CaO.SiO2)

2. C2S (2CaO.SiO2)

3. C3A (3CaO.Al2O3)

4. C4AF (4CaO.Al2O3.Fe2O3)

Mineral-mineral di atas yang kemudian membentuk Clincker (klinker/terak). Setelah melewati


Kiln, klinker ini masuk ke dalam Cooler. Bayangin aja Gan, abis dipanasin ampe 1400C, tiba-
tiba aja didinginin ampe suhunya 100C. Kenapa harus demikian? tujuannya diantaranya:

1. Heat recuperation

2. Keamanan (safety) dalam melakukan transportasi dan storage

3. Kualitas Klinker itu sendiri

Nah, Klinker ini lah cikal bakal semen Gan. Tadi kan material itu udah dihalusin di Raw Mill
jadi kek powder, nah setelah lewat Kiln ini, karena proses-proses kimia yang dilalui di Kiln
maka material ini jadi Klinker, kira-kira kek gambar berikut.
Clinker (klinker)

Kualitas dari Klinker ini sebetulnya bisa dikendalikan, yaitu semenjak proses pencampuran oleh
Bin Silo yang dilakukan sebelum masuk ke Raw Mill. Indikator-indikator kuliatasnya adalah
dengan menghitung nilai LSF (Lime Stone Factor), SM (Silica Modulus) dan AM (Aluminate
Modulus). Nilai ini juga dapat memandu kita untuk membuat berbagi jenis atau tipe semen.

4. Cement Grinding

Setelah melewati Cooler, Klinker ini kemudian dilewatkan ke Finish Mill. Naah oleh equipment
ini lah maka si Klinker berubah lagi menjadi powder. Jadi di dalem Cement Mill ini klinker tadi
di tumbuk, digerus pake bola-bola besi Gan, Cemen Mill nya berputar sehingga bola-bola
tersebut menggerus klinker menjadi powder lagi. Bentuk Cement Mill atau Finish Mill kek
gambar berikut.

Finish Mill atau Cement Mill

Sebelum digiling, biasanya komposisi Klinker ditambah oleh bahan-bahan tambahan seperti
Gipsum, Pozzolan, Trash dan lain sebagainya. Untuk membuat semen Tipe I cukup ditambah
gipsum saja. Setelah halus, klinker ini berubah namanya menjadi hasil akhir yaitu semen:)
Semen ini kemudian ditampung di Cement Silo sebelum akhirnya dikirim ke Bin Cement untuk
proses Packing and Dispatch.
5. Packing and Dispatch

Langkah terakhir adalah pengepakan semen-semen. Setelah dari Cement Silo, semen
ditransport ke Bin Cement dan akhirnya ada yang di packing dan ada yang dimasukan ke bulk
(curah).

Bulk (curah)

Yaahsegitu aja gan gambaran kasar mengenai proses pembuatan semen. Untuk lebih
mengerti, alangkah baiknya jika tau prinsip kerja dari unit operasi/equipment yang dipakai dan
mengerti tahapan-tahapan proses kimia yang terjadi selama proses pembuatan semen. Semoga

bermanfaat Gan
http://www.caesarvery.com/2013/06/proses-pembuatan-semen.html

http://www.ilmutekniksipilindonesia.com/2014/03/jenis-jenis-semen-portland-secara-umum.html

Semen Portland
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sebuah palet berisi semen Portland

Semen Portland adalah jenis semen yang paling umum yang digunakan secara umum di seluruh
dunia sebagai bahan dasar beton, mortar, plester, dan adukan non-spesialisasi. Semen ini
dikembangkan dari jenis lain kapur hidrolik di Britania Raya pada pertengahan abad ke-19, dan
biasanya berasal dari batu kapur. Semen ini adalah serbuk halus yang diproduksi dengan
memanaskan batu gamping dan mineral tanah liat dalam tanur untuk membentuk klinker,
penggilingan klinker, dan menambahkan sejumlah kecil bahan lainnya. Beberapa jenis semen
Portland tersedia, yang paling umum disebut semen Portland biasa (OPC), berwarna abu-abu,
namun semen Portland putih juga tersedia. Namanya berasal dari kesamaannya dengan batu
Portland yang digali di Pulau Portland di Dorset, Inggris. Nama itu dinamai oleh Joseph Aspdin yang
mendapatkan hak paten untuknya pada tahun 1824. Namun, anak laki-lakinya William
Aspdin dianggap sebagai penemu semen Portland "modern" karena perkembangannya di tahun
1840-an.[1]
Semen Portland bersifat kaustik, sehingga bisa menyebabkan luka bakar kimia.[2] Bubuk tersebut
dapat menyebabkan iritasi atau, dengan paparan yang parah, kanker paru-paru, dan dapat
mengandung beberapa komponen berbahaya; Seperti kristal silika dan kromium heksavalensi.
Kekhawatiran lingkungannya adalah konsumsi energi yang tinggi yang dibutuhkan untuk
menambang, memproduksi, dan mengangkut semen; serta polusi udara terkait, termasuk
pelepasan gas rumah kaca (misalnya, karbon dioksida), dioksin, NOx, SO2, dan partikulatnya.
Biaya rendah dan ketersediaan batu kapur, serpih, dan bahan alami lainnya yang banyak digunakan
di semen Portland menjadikannya salah satu bahan dengan biaya terendah yang banyak digunakan
selama abad terakhir di seluruh dunia. Beton yang dihasilkan dari semen Portland adalah salah satu
bahan konstruksi paling serbaguna yang tersedia di dunia.

Daftar isi
[sembunyikan]

1Sejarah
2Komposisi
3Pembuatan
4Pembuangan atau pengolahan limbah
5Lihat pula
6Referensi
7Pranala luar

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Beton segar

Semen Portland dikembangkan dari semen alami yang dibuat di Britania Raya yang dimulai pada
pertengahan abad ke-18. Namanya berasal dari kesamaannya dengan batu Portland, sejenis batu
bangunan yang digali di Pulau Portland di Dorset, Inggris.[3]
Pengembangan semen Portland modern (kadang-kadang disebut semen Portland biasa atau biasa)
dimulai pada tahun 1756, ketika John Smeaton bereksperimen dengan kombinasi berbagai batu
gamping dan aditif, termasuk tras dan pozzolana, yang berhubungan untuk pembangunan
terencana sebuah mercusuar,[4] Sekarang dikenal sebagai Menara Smeaton. Pada akhir abad ke
18, semen Romawi dikembangkan dan dipatenkan pada 1796 oleh James Parker;[5] Semen Romawi
dengan cepat menjadi populer, namun sebagian besar digantikan oleh semen Portland pada tahun
1850-an.[4] Pada tahun 1811, James Frostmemproduksi semen yang ia sebut semen
Britania.[5] James Frost dilaporkan telah mendirikan pabrik pembuatan semen buatan tahun
1826.[6] Pada tahun 1843, putra Aspdin William memperbaiki semen mereka, yang pada awalnya
disebut 'semen Portland Paten', meskipun ia tidak memiliki hak paten. Pada tahun 1818, insinyur
Prancis Louis Vicat menemukan kapur hidrolik buatan yang dianggap sebagai 'pelopor
utama'[4] semen Portland dan, '... Edgar Dobbs dari Southwark mempatenkan semen jenis ini pada
tahun 1811'.[4] Semen Portland digunakan oleh Joseph Aspdin dalam paten semennya tahun
1824[3] karena kemiripan semen dengan batu Portland. Nama 'semen Portland' juga tercatat dalam
sebuah direktori yang diterbitkan pada tahun 1823 yang terkait dengan William Lockwood, Dave
Stewart, dan mungkin yang lainnya.[7] Namun, semen Aspdin tidak seperti semen Portland modern,
namun merupakan langkah awal dalam pengembangan semen Portland modern, yang disebut
'semen proto-Portland'.[4]

William Aspdin dianggap sebagai penemu semen Portland "modern". [1]

William Aspdin telah meninggalkan perusahaan ayahnya, dan dalam pembuatan semennya,
ternyata secara tidak sengaja memproduksi kalsium silikat pada tahun 1840an, sebuah langkah
tengah dalam pengembangan semen Portland. Pada tahun 1848, William Aspdin lebih jauh
memperbaiki semen; Pada tahun 1853, ia pindah ke Jerman, di mana ia terlibat dalam pembuatan
semen.[7] William Aspdin membuat apa yang bisa disebut 'semen meso-Portland' (campuran semen
Portland dan kapur).[8] Isaac Charles Johnson selanjutnya menyempurnakan produksi semen meso-
Portland (tahap tengah pembangunan), dan mengaku sebagai bapak asli semen Portland.[9]
John Grant dari Dewan Pekerjaan Metropolitan pada tahun 1859 menetapkan persyaratan untuk
semen yang akan digunakan di proyek saluran London. Persyaratan ini menjadi spesifikasi semen
Portland. Perkembangan selanjutnya dengan pembuatan semen Portland adalah
pengenalan tanur berputar, yang dipatenkan oleh Jerman Friedrich Hoffmann, yang disebut
tungku tanur Hoffmann untuk pembuatan batu bata pada tahun 1858, dan kemudian Frederick
Ransome pada tahun 1885 (Britania Raya) dan 1886 (Amerika Serikat); yang memungkinkan
campuran lebih kuat, lebih homogen dan proses manufaktur yang terus menerus.[4] Tanur Hoffman
'tanpa akhir' yang memberi 'kontrol sempurna atas pembakaran' diuji pada tahun 1860, dan
menunjukkan bahwa proses tersebut menghasilkan kadar semen yang lebih baik. Semen ini dibuat
di Portland Cementfabrik Stern di Stettin, yang merupakan yang pertama menggunakan tanur
Hoffman.[10] Diperkirakan semen Portland modern pertama dibuat di sana. Asosiasi Pabrik Semen
Jerman mengeluarkan standar semen Portland pada tahun 1878.[11]
Semen Portland telah diimpor ke Amerika Serikat dari Jerman dan Inggris, dan pada tahun 1870-an
dan 1880-an, produk ini diproduksi oleh semen Portland Eagle di dekat Kalamazoo, Michigan, dan
pada tahun 1875, semen Portland pertama diproduksi oleh Coplay Cement Company di bawah Arah
David O. Saylor di Coplay, Pennsylvania.[12] Pada awal abad 20, semen Portland buatan Amerika
telah menyingkirkan sebagian besar semen Portland yang diimpor.

Komposisi[sunting | sunting sumber]


ASTM C150[2] mendefinisikan semen Portland sebagai 'semen hidrolik (semen yang tidak hanya
mengeras dengan bereaksi dengan air tetapi juga membentuk produk tahan air) yang dihasilkan
oleh klinker penghancur yang pada dasarnya terdiri dari kalsium silikat hidrolik, biasanya
mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai penambahan antar tanah'.[13] Standar
Eropa EN 197-1 menggunakan definisi ini:
Klinker semen Portland adalah material hidrolik yang terdiri dari paling sedikit dua pertiga
massa kalsium silikat, (3 CaOSiO2, dan 2 CaOSiO2), sisanya terdiri dari fasa klinker mengandung-
aluminium dan besi serta senyawa lain. Rasio CaO terhadap SiO2 tidak boleh kurang dari 2.0.
Kandungan magnesium oksida (MgO tidak boleh melebihi 5,0% massa.
(Dua persyaratan terakhir sudah ditetapkan di Standar Jerman, dikeluarkan pada tahun 1909).
Klinker membentuk lebih dari 90% semen, bersama dengan jumlah terbatas kalsium sulfat (yang
mengendalikan waktu yang ditentukan), dan sampai 5% unsur penyusun kecil (pengisi) sesuai
dengan berbagai standar. Klinker adalah nodul (diameter, 0.21.0 inch [525 mm]) dari bahan sinter
yang diproduksi bila campuran mentah komposisi yang telah ditentukan dipanaskan sampai suhu
tinggi. Reaksi kimia kunci yang mendefinisikan semen Portland dari limau hidrolik lainnya terjadi
pada suhu tinggi ini (>1.300 C (2.370 F)) dan adalah ketika belit (Ca2SiO4) dikombinasikan dengan
kalsium oksida (CaO) untuk membentuk alit (Ca3SiO5).[14]

Pembuatan[sunting | sunting sumber]


Klinker semen Portland dibuat dengan pemanasan, dalam tanur semen, campuran bahan mentah
sampai suhu kalsinasi di atas 600 C (1.112 F) dan kemudian suhu fusi, yaitu sekitar 1.450 C
(2.640 F) untuk semen modern, untuk melengketkan bahan ke dalam klinker. Bahan dalam klinker
semen adalah alit, belit, tri-kalsium aluminat, dan tetra-kalsium alumino ferit. Aluminium, besi, dan
magnesium oksida hadir sebagai fluks yang memungkinkan kalsium silikat terbentuk pada suhu
yang lebih rendah,[15] dan sedikit memberi kontribusi pada kekuatan. Untuk semen khusus, seperti
tipe Low Heat (LH) dan Sulfate Resistant (SR), perlu untuk membatasi jumlah trikalsium aluminat,
(3 CaOAl2O3) terbentuk. Bahan baku utama untuk pembuatan klinker biasanya batu kapur (CaCO3)
dicampur dengan bahan kedua yang mengandung tanah liat sebagai sumber alumino-silikat.
Biasanya, batu kapur tidak murni yang mengandung tanah liat atau SiO2 digunakan. Kandungan
CaCO3 pada batu kapur tersebut dapat serendah 80%. Bahan baku sekunder (bahan dalam
campuran mentah selain batu kapur) bergantung pada kemurnian batu kapur. Beberapa bahan yang
digunakan adalah tanah liat, serpih, pasir, bijih besi, bauksit, abu terbang, dan terak. Ketika tanur
semen dibakar oleh batu bara, abu batubara bertindak sebagai bahan baku sekunder.

Pembuangan atau pengolahan limbah[sunting | sunting sumber]

Ban yang telah terpakai dimasukkan dalam tanur semen

Karena suhu tinggi di dalam tanur semen, dikombinasikan dengan atmosfer yang mengoksidasi
(kaya oksigen) dan waktu tinggal yang lama, tanur semen digunakan sebagai pilihan pengolahan
untuk berbagai jenis aliran limbah: memang, mereka secara efisien menghancurkan banyak
senyawa organik berbahaya. Aliran limbah juga sering mengandung bahan mudah terbakar yang
memungkinkan penggantian sebagian bahan bakar fosil yang biasanya digunakan dalam proses
pembuatannya.
Bahan limbah yang digunakan dalam tanur semen sebagai bahan pelengkap bahan bakar:[16]

Ban mobil dan truk sabuk baja mudah ditoleransi dalam tanur
Cat lumpur dari industri mobil
Limbah pelarut dan pelumas
Daging dan tepung tulang limbah rumah potong karena kekhawatiran kontaminasi oksigen
encephalopathy bovine
Limbah plastik
Limbah lumpur
Lambung beras
Limbah Tebu
Rel kayu yang telah digunakan
Spent cell liner dari industri peleburan aluminium (disebut juga spent pot liner)
Pembuatan semen Portland juga memiliki potensi untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan
produk sampingan industri dari aliran limbah.[17] Ini termasuk khususnya:

Terak
Abu terbang (dari pembangkit listrik)
Asap silika (dari pabrik baja)
Gipsum sintetik (dari desulfurisasi)

Anda mungkin juga menyukai