Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Heat exchanger merupakan alat penting yang digunakan pada hampir seluruh

industri (baik industri kimia, energy, migas, makanan, dan industri lainnya). Heat
exchanger merupakan alat yang memungkinkan terjadinya perpindahan panas antar
fluida dan berfungsi sebagai pemanas atau pendingin. Aplikasi heat exchanger secara
umum seperti AC (air conditioning), radiator mobil, refrigerasi, pemanas ruangan, dan
lain-lain.
Atmospheris Residue Hydrodemetallization Unit (AHU) merupakan unit yang
mengolah Atmospheric Residue dari Crude Distillation Unit (CDU) menjadi produk
Demetallized Atmospheric Residue (DMAR) yang disiapkan sebagai umpan (feed)
untuk Residue Catalytic Cracker (RCC). Selain DMAR, juga dihasilkan produk lain
seperti off-gas, naphtha, kerosene, dan gas oil.
Heat exchanger 13-E-101 yang ada pada unit AHU merupakan alat perpindahan
panas antara reactor feed yang berupa atmospheric residue (AR) dengan reactor
effluent yang berupa demetallized atmospheric residue (DMAR). AR berasal dari
filtered feed surge drum (12-V-501) dan akan dipanaskan sebelum masuk ke reaktor
(13-R-103). DMAR berasal dari reaktor (13-R-103) yang akan didinginkan sebelum
masuk ke hot high pressure separator (13-V-101).
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses perpindahan panas pada heat
exchanger adalah fouling factor (Rd). Fouling terjadi ketika adanya akumulasi kotoran
atau bahan-bahan yang tidak diinginkan pada permukaan dinding heat exchanger.
Pengotor ini berasal dari partikel yang terangkut dari fluida yang mengalir dalam heat
exchanger. Fouling yang terjadi dapat menyebabkan pengurangan pada cross sectional
area dan berakibat meningkatnya nilai pressure drop, sehingga menurunkan efisiensi
dari heat exchanger. Fouling factor (Rd) merupakan angka yang menunjukkan
ketahanan heat exchanger terhadap pengotor, semakin besar nilai Rd maka efisiensi
panas semakin menurun dan sebaliknya.
Jika efisiensi menurun, kehilangan panas pada heat exchanger akan menjadi
lebih besar dan energi yang dibutuhkan untuk proses perpindahan panas menjadi
semakin tinggi, sehingga biaya yang dibutuhkan semakin besar. Maka dari itu, evaluasi

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

nilai fouling factor (Rd) diperlukan untuk menentukan apakah heat exchanger masih
layak digunakan atau perlu dilakukan pembersihan.

1.2

Perumusan Masalah
Heat Exchanger didesain untuk mendapatkan perpindahan panas yang

diinginkan. Heat Exchanger 13-E-101 ini berfungsi untuk memanaskan feed sebelum
masuk ke reaktor.
Kondisi suhu operasi sangat berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan pada
reaktor sehingga performa dari heat exchanger ini perlu diperhatikan dan dievaluasi
untuk menjaga agar kondisi suhu tidak menyimpang dan kemudian mempengaruhi hasil
produk reaktor.

1.3

Tujuan
Tujuan tugas khusus ini adalah mengevaluasi performa heat exchanger 13-E-

101 A/B dengan menghitung nilai fouling factor (Rd) dan pressure drop (P) pada
kondisi aktual dan dibandingkan dengan kondisi desain heat exchanger tersebut.

1.4

Manfaat
Manfaat evaluasi kinerja heat exchanger 13-E-101 A/B ini adalah untuk dapat

mengetahui performance dan efisiensi kerja alat tersebut, apakah masih layak
beroperasi atau perlu dilakukan pembersihan.

1.5

Ruang Lingkup
Data yang digunakan dalam tugas khusus ini berasal dari heat exchanger (13-E-

101 A/B) dalam Unit 13 pada Atmospheris Residue Hydrodemetallization Unit (AHU)
di PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Data diambil pada tanggal 1 Agustus
2015- 31 Oktober 2015.

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Heat Exchanger
Heat exchanger merupakan alat perpindahan panas antar fluida yang
terjadi akibat adanya perbedaan suhu antar fluida tersebut. Kinerja heat
exchanger dalam industri sangat penting dalam menentukan kelancaran proses
produksi. Heat exchanger perlu didesain sesuai dengan kegunaan sehingga
diperoleh spesifikasi yang tepat.
Terdapat empat jenis heat exchanger yang umum digunakan (Holman,
2010):
1. Double Pipe Heat Exchanger

Gambar 2.1. Double Pipe Heat Exchanger

Tipe yang paling sederhana, berbentuk seperti pipa yang terletak


dalam pipa yang lebih besar. Salah satu fluida mengalir dalam tube yang
lebih kecil dan fluida lainnya mengalir dalam rongga antara tube yang
lebih besar dan yang lebih kecil, atau disebut dengan annulus. Aliran
counter atau parallel dapat digunakan pada heat exchanger jenis ini.
Pembersihan heat exchanger ini mudah dilakukan. Biasanya digunakan
untuk proses perpindahan panas yang kecil, efektif untuk kebutuhan luas
transfer panas antara kurang dari 200 ft2 (Holman, 2010).
Untuk kebutuhan perpindahan yang besar, tidak dianjurkan
menggunakan tipe ini karena akan membutuhkan jumlah hairpins yang
banyak sehingga tidak ekonomis, memakan tempat lebih besar, dan jika
ada kebocoran akan sulit dikontrol.

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

2. Cross Flow Heat Exchanger

Gambar 2.2. Cross-Flow Heat Exchanger, One Fluid Mixed and One
Unmixed

Gambar 2.3. Cross-Flow Heat Exchanger, Fluids Unmixed

Umum digunakan untuk pemanasan atau pendinginan gas atau


udara. Pada gambar 2.2. heat exchanger di atas, gas yang mengalir
melalui tube bundle merupakan mixed stream karena gas dapat bergerak
dengan bebas selama proses perpindahan panas, sedangkan fluida
lainnya yang mengalir dalam tubes merupakan unmixed stream karena
mengalir dalam pipa yang terpisah satu sama lain sehingga selama
proses perpindahan panas tidak dapat bercampur.
Pada gambar 2.3. heat exchanger di atas, gas yang mengalir
melalui finned-tube bundles sehingga tidak dapat bercampur karena
terpisah antara fin. Biasanya diaplikasikan pada air-conditioner.

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

3. Compact Heat Exchanger

Gambar 2.4. Finned-Tube Exchanger with Flat Tubes

Umumnya digunakan untuk sistem gas di mana overall heat


transfer coefficient-nya kecil sehingga diinginkan luas permukaan yang
besar

untuk

volume

exchanger

yang

kecil.

Biasanya

luas

permukaannnya lebih besar dari 650 m2 per m3.

4. Shell and Tube Heat Exchanger

Gambar 2.5. 1-1 Shell and Tube Heat Exchanger

Tipe yang paling umum digunakan dalam industri, terutama


industri minyak. Salah satu fluida mengalir dalam shell dan fluida
lainnya mengalir dalam tube yang berada pada dalam shell. Baffle
ditambahkan untuk meningkatkan turbulensi aliran dan koefisien
konveksi, yang akan meningkatkan transfer panas antara fluida (realworld-physics-problem.com).
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih
penempatan fluida dalam shell atau tube (Kern, 1985):

Fluida dengan laju alir lebih rendah dialirkan dalam tube.


Diameter tube yang lebih kecil meningkatkan kecepatan fluida

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

sehingga dapat mempercepat proses perpindahan panas dan


menghambat terjadi fouling.

Fluida yang kotor (mudah menimbulkan kerak)

a. Melalui tube karena tube-tube dengan mudah dibersihkan.


b. Melalui shell, bila tube tidak dapat dibersihkan atau sejumlah
besar dari coke atau reruntuhan ada yang dapat terkumpul di
shell dan dapat dihilangkan melalui tempat pembuangan pada
shell.

Fluida bertekanan tinggi, corrosive, dan water dilewatkan


melalui tube karena ketahanan terhadap korosif, relatif murah,
dan juga kekuatan dari shell diameter tube melebihi shell.

Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube


karena

adanya

cukup

ruangan. Sedangkan

fluida

yang

mempunyai volume kecil dilewatkan melalui shell karena dapat


dipasang

baffle

untuk

menambah

transfer

rate

tanpa

menghasilkan kelebihan pressure drop.

Fluida yang viscous atau yang mempunyai low transfer rate


dilewatkan melalui shell karena dapat digunakan baffle.

Komponen dalam shell dan tube (Kern, 1985):

Tube
Tube merupakan komponen dasar dalam Heat Exchanger,
memberikan perpindahan panas di permukaan antara kedua
fluida. Variabel-variabel penting dapat ditentukan dalam
pemilihan tube antara lain outside diameter tubes, ketebalan
dinding tube, pitch tubes, tata letak/pola tube. Jenis tube yang
umum digunakan yaitu tube yang mempunyai strip pada bagian
luar tube (finned tube) dan tube dengan permukaan yang rata
(bare tube).

Baffle
Baffle berfungsi sebagai penyangga tube, menjaga jarak antar
tube, menahan vibrasi yang disebabkan oleh fluida dan agar
terjadi aliran turbulen di dalam shell. Berdasarkan garis aliran,
baffle dibagi menjadi 2 tipe, yakni :

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

a. Plate Baffle
Plate baffle terdiri dari beberapa tipe diantaranya segmental
baffle, disk and doughnut, dan orifice baffles.
b. Rod Baffle
Pada rod baffle penggolongan tipe baffle berdasarkan penurunan
tekanan.

Shell
Shell merupakan suatu silinder yang dilengkapi dengan
inlet/outlet noozle. Shell terbuat dari bahan karbon dan alloy
dengan tebal tertentu untuk menahan beban berat, temperatur,
dan tekanan fluida.

Tube Sheet
Tube sheet merupakan ujung-ujung tube sehingga menjadi satu
bagian (tube bundle). Secara struktur tube sheet bergantung
terhadap tube (tube hole dan tube pitch). Jika jarak tube kecil
maka tube hoke tidak dapat dilubangi terlalu dekat. Jarak paling
dekat antar 2 tube disebut clearence dan ligament, yang
mempunyai ukuran standar di dalam suatu shell pada Heat
Exchanger.

Tie Rods
Tie rods adalah komponen yang berfungsi untuk memasang
baffle dan tube support pada jarak tertentu. Jumlah tie rods
tergantung dari ukuran dan konstruksi Heat Exchanger.

Arah aliran yang paling sering digunakan pada heat exchanger terbagi menjadi 2
tipe, yaitu:
1. Co-Current / Parallel Flow

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Gambar 2.6. Aliran Paralel

Gambar 2.7. Profil Temperature untuk Aliran Paralel

2. Counter Flow

Gambar 2.8. Aliran Counter Current

Gambar 2.9. Profil Temperatur untuk Aliran Counter Current

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

2.2.

Permasalahan pada Heat Exchanger


Permasalahan yang biasanya timbul pada heat exchanger pada umumnya adalah
sebagai berikut:
1. Masalah proses

Penurunan performa karena fouling sehingga target perpindahan


panas tidak tercapai.

Perubahan distribusi aliran dalam proses sehingga menyebabkan


terjadinya penyimpangan aliran pada shell atau tube.

Perubahan sifat fisis dari fluida akibat perubahan suhu, total flow dari
fluida itu sendiri.

2. Masalah mekanikal

2.3.

Kerusakan pada bagian heat exchanger.

Korosi.

Kebocoran.

Fouling
Fouling adalah akumulasi endapan bahan-bahan yang tidak diinginkan
pada permukaan alat perpindahan panas. Pada Shell and Tube Heat Exchanger,
fouling dapat terjadi baik pada bagian dalam (inner) tube maupun luar (outside)
tube dan dapat terjadi pula pada bagian dalam (inner) shell. Fouling juga dapat
menyebabkan pengurangan cross sectional area, dan meningkatkan pressure
drop, sehingga dibutuhkan energi ekstra untuk pemompaan. Walaupun tidak
secara umum, masalah peningkatan pressure drop lebih serius daripada
peningkatan thermal resitance atau tahanan panas (Kern, 1985).

2.4.

Tipe Fouling pada Heat Exchanger


Atmospheric Residue biasanya masih banyak mengandung metal Nikel
(Ni), Vanadium (V), dan Carbon (C) dalam jumlah yang tinggi. Hal tersebut
dapat menyebabkan timbulnya coke. Lapisan tebal coke yang ditemukan pada
dinding tube dalam zone yang temperaturnya tinggi, akan menjadi sangat keras,
kuat menempel dan seringkali mempunyai ketebalan lebih dari 2-5 mm. Lapisan
ini bertambah seiring dengan waktu. Tipe deposit yang ditemukan tergantung
pada :
a. Lokasi dalam Heat Exchanger.
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

b. Temperatur.
c. Waktu tinggal dari deposit.

2.5.

Penyebab Fouling pada Heat Exchanger


Fouling dapat dipengaruhi oleh hal-hal berikut (Holman, 1985):
1. Temperatur operasi yang tinggi
2. Waktu tinggal lama, terutama pada daerah bertemperatur tinggi
3. Kecepatan aliran
Dengan kecepatan yang tinggi dapat meminimalkan pembentukan fouling
(untuk segala jenis fouling), namun yang harus diperhatikan juga bahwa
menjalankan STHE (Shell and Tube Heat Exchanger) pada kecepatan alir
tinggi dapat menyebabkan tingginya pressure drop, kecepatan tinggi juga
dapat mengakibatkan erosi dan juga memerlukan energi pemompaan yang
besar.
4. Material konstruksi dan permukaan yang halus
Pemilihan material tube sangat penting, beberapa tipe biofouling dapat
terhambat pembentukannya dengan menggunakan copper-bearing alloy,
permukaan bahan atau materi tube yang halus dapat mengurangi laju
pembentukan fouling. Copper dan alloy-nya dapat mengurangi pembentukan
biofouling dikarenakan materi atau bahan ini bersifat racun terhadap
organisme tersebut.

2.6.

Akibat Fouling
Kerugian yang ditimbulkan akibat fouling (Holman, 1985):
1. Peningkatan capital cost heat exchanger.
Fouling yang tinggi akan menyebabkan pengurangan overall coefficient heat
transfer. Dengan demikian dibutuhkan luas area perpindahan yang

lebih

(bila dibandingkan dengan fouling yang lebih rendah). Luas heat exchanger
yang lebih besar akan mengakibatkan peningkatan cost.
2. Peningkatan energi.
Dibutuhkan energy tambahan sehubungan dengan peningkatan energi pompa
dan efisiensi termodinamika yang rendah pada kondensasi dan siklus
refrigerasi.
3. Maintenance cost meningkat.

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

10

Untuk antifoulant, chemical treatment dan untuk pembersihan permukaan


perpindahan panas yang tertutup oleh fouling.
4. Pengurangan output atau keluaran (rate).
Dikarenakan pengurangan cross sectional area.
5. Menimbulkan downtime cost
Downtime adalah kerugian waktu produksi yang diakibatkan oleh peralatan
tidak dapat dioperasikan dengan semestinya dikarenakan oleh maintenance,
power failure atau power trip, breakdown.

2.7.

Cara Menghambat Fouling


Pemilihan Heat Exchanger yang tepat dapat mengurangi pembentukan
fouling dikarenakan area dead space yang lebih sedikit dibandingkan dengan
tipe yang lainnya, seperti plate dan spiral heat exchanger, namun begitu Heat
Exchanger tersebut hanya dapat menangani desain pressure sampai 20-25 bar
dan desain temperatur 250 0C (plate) dan 400 0C (spiral). Untuk penggunaan
Heat Exchanger tipe shell and tube (STHE) ada beberapa ketentuan, yaitu :
1. Fluida yang ditempatkan pada tube.
a. Gunakan diameter tube yang lebih besar. STHE umumnya didesain
dengan ukuran tube dari 20 mm/25mm, untuk penggunaan fluida yang kotor
(fouling resistance > 0,0004 h-m2 0C/kal gunakan tube dengan outside diameter,
OD minimum 25 mm.
b. Kecepatan tinggi, dengan mengoperasikan heat exchanger dengan
kecepatan yang tinggi mengakibatkan pressure drop lebih cepat daripada
kenaikan koefisien perpindahan panas maka perlu dicari kecepatan yang
optimum.
c. Margin Pressure Drop yang cukup. Pada heat exchanger yang
digunakan untuk fluida yang berpotensi terbentuk fouling tinggi disarankan
menggunakan margin 30-40% antara pressure drop yang diizinkan (allowable)
dari pressure drop terhitung (calculated). Hal ini dilakukan untuk antisipasi
pressure drop yang tinggi akibat penggunaan kecepatan tinggi.
d. Gunakan tube bundle dan heat exchanger cadangan. Jika penggunaan
Heat Exchanger untuk fluida yang berpotensi membentuk fouling sangat ekstrim
maka tube bundle cadangan sebaiknya digunakan. Jika fouling telah terjadi
cukup cepat (setiap 2-3 bulan) maka sebaiknya digunakan Heat Exchanger

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

11

cadangan. STHE cadangan juga diperlukan untuk tipe STHE Fixed tube sheet
(pembentukan fouling yang tinggi pada tube, seperti pada reboiler thermosiphon
vertical yang menggunakan fluida polimer seperti pada butadiene plant).
e. Gunakan 2 shell yang disusun secara paralel. Dengan penggunaan STHE
dimana shell disusun secara seri, maka jika salah satu STHE telah terjadi
penumpukan (akumulasi) fouling (dimana STHE tersebut disservice) maka
STHE yang salah satunya lagi dapat digunakan, walaupun tentunya terjadi
penurunan output, sebaiknya kapasitas yang digunakan masing-masing antara
60-70% dari kapasitas total.
f. Gunakan wire fin tube. Penggunaan wire fin tube, dapat mengurangi
terbentuknya fouling, pada awalnya penambahan wine fin tube ini digunakan
untuk meningkatkan perpindahan panas tube pada aliran laminar. Wire fin dapat
menaikkan pencampuran radial (radial mixing) dari dinding tube hingga ke
bagian centre (tengah), efek gerakan pengadukan inilah yang dapat
meminimalisasikan deposit pada dinding tube.
2. Fluida yang ditempatkan pada shell.
a. Gunakan U-Tube atau Floating Head. Kelemahan penggunaan U-Tube
adalah kesulitan pembersihan pada bagian U.
b. Gunakan susunan tube secara square atau rorate square. Susunan square
menyediakan akses yang lebih sehingga cleaning heat exchanger secara
mechanical dengan menggunakan rodding atau hydrojetting baik pada susunan
triangel. Namun begitu, tube yang disusun secara square memberikan koefisien
heat transfer yang rendah. Untuk situasi seperti ini, maka rotate square dapat
diguanakan.
c. Meminimalisasikan dead space dengan desain baffle secara optimum.
STHE lebih mudah mengalami fouling dikarenakan adanya dead space. Oleh
sebab itu, penentuan jarak antar baffle (baffle spacing) dan baffle cut sangat
penting, kedua variabel tersebut sangat berpengaruh dalam penentuan besar
kecilnya koefisien perpindahan panas pada shell. Nilai baffle cut sebaiknya
dugunakan antara 20-30%, dimana baffle cut sebesar 25% adalah nilai yang
cukup baik sebagai starter. Untuk perpindahan panas yang hanya melibatkan
panas sensible (seperti heater atau cooler) disarankan tidak menenpatkan posisi
baffle secara vertikal, untuk perpindahan panas yang melibatkan panas laten atau
terjadinya perubahan fase (seperti condenser dan vaporizer) disarankan untuk

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

12

menempatkan posisi baffle secara vertikal. Rasio antara baffle-space/shell, nilai


rasio antara 0,3-0,6 dapat digunakan sebagai starter. Pemilihan baffle cut dan
spacing yang baik sebaiknya yang dapat menghasilkan stream B (cross flow)
yang besar dan meminimalisasikan kebocoran (leakage) dan bypass stream.
d. Kecepatan tinggi, sama seperti tube, penggunaan kecepatan tinggi pada
shell akan dapat mengurangi pembentukan fouling, dan dapat menaikkan
koefisien perpindahan panas shell. Kecepatan pada shell umumnya (disamping
faktor lain seperti tube pitch dan lain-lain).
e. Gunakan tube pitch yang lebih besar untuk fouling yang lebih sangat
tinggi. Umumnya tube pitch yang digunakan adalah sebesar 1,25 kali dari OD
untuk triangular pitch dan 6 mm lebih dari OD untuk square.

2.8.

Metode Cleaning
2.8.1. Chemical/Physical Cleaning
Chemical Cleaning adalah suatu metode dimana pembersihan dilakukan
dengan mensirkulasikan agent melalui peralatan. Salah satu cara metode
ini adalah dengan flushing.
Keuntungannya :
a. Tidak perlu membongkar alat sehingga menghemat waktu dan buruh.
b. Tidak ada kerusakan mekanik pada tube.
Kerugiannya :
a. Pembersihan beberapa tipe deposit, dalam hal ini coke sukar
dilakukan.
b. Tube yang tersumbat penuh disarankan dilakukan mechanical
cleaning terlebih dahulu, karena sirkulasi dari cleaning agent tidak
mungkin dilakukan.
c. Sangat sukar untuk meyakinkan bahwa peralatan benar-benar telah
bersih.
d. Deposit kemungkinan dapat terakumulasi di tempat dimana aliran
relatif lambat.

2.8.2. Mechanical Cleaning


Ada 3 tipe mechanical cleaning yang biasa dilakukan yaitu :
1.

Drilling atau Turbining

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

13

Pembersihan ini dilakukan dengan mendrill deposit yang menempel pada


dinding tube. Pembersihan ini paling dianjurkan untuk tube yang tertutup
total. Drilling paling baik dilakukan secara bertahap dengan kenaikan
mata bor.
2.

Hidrojetting

Pembersihan ini dilakukan dengan cara menyemprotkan air ke dalam


tube pada tekanan yang tinggi. Pembersihan dengan cara ini untuk jenis
deposit lunak.
3.

Sandblasting

Pembersihan ini dilakukan dengan cara menyemprotkan campuran air


dengan pasir ke dalam tube pada tekanan tinggi.

2.8.3. Gabungan
Cara yang paling umum untuk metode ini adalah chemical cleaning
diikuti dengan mechanical cleaning.

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

14

BAB III
METODOLOGI

3.1.

Pengumpulan Data
Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam perhitungan, yaitu data primer

dan data sekunder.


a. Data Primer
Data primer digunakan sebagai dasar analisa untuk evaluasi heat exchanger 13E-101 A/B pada Atmospheris Residue Hydrodemetallization Unit (AHU). Data
ini diperoleh dari Heat Exchanger Data Sheet Atmospheris Residue
Hydrodemetallization Unit.

Tabel 3.1. Data Design Heat Exchanger 13-E-101

Duty

Unit

Value

MM kcal/h

12,34

59,9

Overall Transfer Coeff. Service

Kcal/h.m2.oC

233

Overall Transfer Coeff. Clean

Kcal/h.m2.oC

312

Total Fouling Allowance

h.m2.oC/kcal

0,0011

Corrected Mean Temp. Diff.

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

15

Tabel 3.2. Performance Data Heat Exchanger 13-E-101


Fluid Allocation

Unit

Shell Side

Tube Side

Reactor Effluent

Reactor Feed

217897

208754

Limiting Operation

EOR

EOR

Condensation/Vaporiz

RA 901898

RA 901898

977

705

Fluid Name
Total Flow Quantity

Kg/h

ation Curve No.


Film Transfer

Kcal/h.m2.o

Coefficient

Calc. Pressure Drop

Kcal/cm2

2 / 2.12

2.06 / 2.48

Kcal/cm2

2.5

2.8

m/s

4.1

7.2

Clean/Fouled
Max. Allow. Fouled
Pressure Drop
Average Fluid
Velocity
Inlet

Outlet

Inlet

Outlet

429

371

306

374

Operating Pressure

Kg/cm2.g

160

157,5

155,5

183,3

Weight Percent Vapor

26,9

24,0

13,0

13,3

7,2

6,4

3,8

4,0

Temperature

Vapor Molecular
Weight
Viscosity Liquid

cP

0,43

0,58

1,61

0,99

Viscosity Vapor

cP

0,019

0,0179

0,0158

0,017

Density Liquid

Kg/m3

637

670

754

706

Density Vapor

Kg/m

18,42

17,62

13,62

12,49

Thermal Conductivity

kcal/h.m.oC

0,07

0,08

0,09

0,08

kcal/h.m.oC

0,263

0,250

0,254

0,275

Specific Heat Liquid

kcal/h.oC

0,86

0,80

0,705

0,771

Specific Heat Vapor

kcal/h.oC

1,434

1,489

2,053

2,041

Enthalpy

Kcal/kg

361,8

302,9

225,0

286,5

Liquid
Thermal Conductivity
Vapor

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

16

Tabel 3.3. Construction Data Heat Exchanger 13-E-101

Design Pressure Min./As

Unit

Shell Side

Tube Side

Kg/cm2.g

171,1 /

197,3 /

F.V.@50oC

F.V.@50oC

454

389

in

14 / 14

12 / 12

2500 RJ

2500 RJ

Built
Design Temperature
Nominal Pipe Size In/Out

Nozzle ANSI
Rating/Facing
Number of Passes

Shell ID Estimated

Unit

Value

mm

1143
1274 / 637

Tubes Number Required per shell/U


Tubes
Tube OD

mm

19

Straight Length Tube

mm

6096

Bare Tube Thickness Min.

mm

2,77

BWG

12

Surface Ratio Bare In/Out

1,411

Pitch on Angle and Layout 45o

mm

25,4

Baffle Spacing
Central

mm

590

Inlet

mm

686

Outlet

mm

686

End

mm

635

Pitch on 30o Layout

mm

25,4

b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data aktual temperature masuk dan keluar, serta laju
alir fluida yang mengalir dalam shell dan tube heat exchanger pada periode
bulan Agustus - Oktober 2015.

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

17

3.2.

Pengolahan Data
Pengolahan data untuk mencari nilai fouling factor (Rd) dan pressure drop (P)

dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut (Coulson, 2005):


1. Perhitungan Shell Side Heat Transfer Coefficient (ho)

Flow Area (as)

dengan,

IDshell = diameter dalam shell (m)


ODtube = diameter luar tube (m)

= baffle spacing (m)

Pt

= tube pitch (m)

Mass Velocity (Gs)

dengan,

ms = massa fluida di shell (kg/h)


as = flow area shell (m2)

Equivalent Diameter (De)


(
dengan,

ODtube = diameter luar tube (m)


Pt

= tube pitch (m)

Reynold Number (Res)

dengan,

Gs = mass velocity shell (kg/m2.h)


De = diameter ekuivalen (m)
= viskositas fluida di shell (kg/m.h)

Heat Transfer Factor (jh)


Diperoleh dari Figure 12.29 Coulson, dengan 25% baffle cut.

Heat Transfer Coefficient (ho)


(
dengan,

c = kapasitas panas (kcal/kg.oC)


= viskositas fluida di shell (kg/m.h)
k = konduktivitas termal (kcal/h.m.oC)

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

18

jh = heat transfer factor


Re = reynold number
De = diameter ekuivalen (m)

2. Perhitungan Tube Side Heat Transfer Coefficient (hi)

Flow Area (at)

dengan,

at = flow area per tube (m2) (Table 10 Kern)


Nt = jumlah tubes
Np = jumlah tube passes

Mass Velocity (Gt)

dengan,

mt = massa fluida di tube (kg/h)


at = flow area tube (m2)

Reynold Number (Ret)

dengan,

Gt = mass velocity tube (kg/m2.h)


IDtube = diameter dalam tube (m) (Tabel 10 Kern)
= viskositas fluida di tube (kg/m.h)

Heat Transfer Factor (jh)


Diperoleh dari Figure 12.23 Coulson.

Heat Transfer Coefficient (hi)


(
dengan,

c = kapasitas panas (kcal/kg.oC)


= viskositas fluida di tube (kg/m.h)
k = konduktivitas termal (kcal/h.m.oC)
jh = heat transfer factor
Re = reynold number
IDtube = diameter dalam tube (m) (Tabel 10 Kern)

3. Perhitungan Fouling Factor (Rd)


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

19

Log Mean Temperature Difference (LMTD)


Untuk aliran countercurrent:
(
dengan,

T1 = hot fluid inlet temperature (oC)


T2 = hot fluid outlet temperature (oC)
t1 = cold fluid inlet temperature (oC)
t2 = cold fluid outlet temperature (oC)

Heat Transfer Surface (A)

dengan,

Nt = jumlah tubes total


L = panjang tube (m)
ao = outside surface per lin (m2/m) (Table 10 Kern)

Design Overall Coefficient (Ud)

dengan,

= beban panas (kcal/kg)

= heat transfer surface (m2)

Ft

= temperature correction factor

LMTD = Log Mean Temperature Difference (oC)

Clean Overall Coefficient (Uc)

dengan,

ho

= Shell Side Heat Transfer Coefficient


(kcal/h.m2.oC)

hi

= Tube Side Heat Transfer Coefficient


(kcal/h.m2.oC)

hio

= Annulus Heat Transfer Coefficient


(kcal/h.m2.oC)

IDtube = diameter dalam tube (m) (Tabel 10 Kern)


ODtube = diameter luar tube (m)

Fouling Factor (Rd)

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

20

dengan,

Uc = Design Overall Coefficient (kcal/h.m2.oC)


Ud = Clean Overall Coefficient (kcal/h.m2.oC)
Rd = Fouling Factor (h.m2.oC/kcal)

4. Perhitungan Pressure Drop (P) di Shell


(
dengan,

)( )

Ps

= pressure drop di shell (kgf/cm2)

jf

= friction factor (Figure 12.30 Coulson, 25%


baffle cut)

De

= diameter ekuivalen (m)

IDshell = diameter dalam shell (m)


L

= panjang tube (m)

= baffle spacing (m)

= densitas fluida di shell (kg/m3)

vs

= kecepatan aliran di shell (m/s)

5. Perhitungan Pressure Drop (P) di Tube


[
dengan,

Pt

= pressure drop di tube (kgf/cm2)

jf

= friction factor (Figure 12.24 Coulson)

Np

= jumlah pass di tube

IDtube = diameter dalam tube (m)


L

= panjang tube (m)

= densitas fluida di tube (kg/m3)

vt

= kecepatan aliran di tube (m/s)

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbandingan Rd Design dan Aktual


Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan berdasarkan data actual pada
periode Agustus Oktober 2015, diperoleh hasil dalam bentuk grafik yang dibagi
menjadi tiap bulan sebagai berikut:

Rd (h.m2.oC/kcal)

Rd Design vs Rd Aktual Periode Agustus


2015
0.0024
0.0022
0.002
0.0018
0.0016
0.0014
0.0012
0.001
0.0008
0.0006
0.0004
0.0002
0

Rd design
Rd Aktual

12

15

18

21

24

27

30

Day

Gambar 4.1. Perbandingan Rd Desain dan Aktual Periode Agustus 2015

Rd Design vs Rd Aktual Periode September


2015
Rd (h.m2.oC/kcal)

5.1

0.002
0.0018
0.0016
0.0014
0.0012
0.001
0.0008
0.0006
0.0004
0.0002
0

Rd design
Rd Aktual

12

15

18

21

24

27

30

Day

Gambar 4.2. Perbandingan Rd Desain dan Aktual Periode September 2015

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

22

Rd (h.m2.oC/kcal)

Rd Design vs Rd Aktual Periode Oktober


2015
0.002
0.0018
0.0016
0.0014
0.0012
0.001
0.0008
0.0006
0.0004
0.0002
0

Rd design
Rd Aktual

12

15

18

21

24

27

30

Day

Gambar 4.3. Perbandingan Rd Desain dan Aktual Periode Oktober 2015

Dari hasil performa exchanger pada tiga bulan terakhir, dilihat bahwa nilai Rd actual
sangat fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh kapasitas fluida yang masuk exchanger nilainya tidak
tetap dan berubah-ubah setiap harinya. Ketika nilai Rd actual lebih kecil dari Rd desain, hal ini
disebabkan oleh kapasitas fluida yang masuk lebih kecil dari kapasitas desain. Semakin sedikit
fluida yang masuk maka pengotor yang dibawa oleh fluida tersebut semakin sedikit sehingga
memperkecil kemungkinan terjadi fouling. Ketika kapasitas fluida yang masuk besar, maka
kemungkinan terjadi fouling juga lebih besar karena fluida yang masuk membawa pengotor
lebih banyak dan mengakibatkan nilai Rd menjadi lebih besar.

5.2

Perbandingan P Design dan Aktual Shell

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

23

Ps Design vs Ps Aktual Periode Agustus 2015


1.8
1.6
P (kgf/cm2)

1.4
1.2
1
0.8

Ps Design

0.6

Ps Aktual

0.4
0.2

0
0

12

15

18

21

24

27

30

Day

Gambar 4.4. Perbandingan Ps Desain dan Aktual Periode Agustus 2015

P (kgf/cm2)

Ps Design vs Ps Aktual Periode September


2015
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

Ps Design
Ps Aktual

12

15

18

21

24

27

30

Day

Gambar 4.5. Perbandingan Ps Desain dan Aktual Periode September 2015

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

24

Ps Design vs Ps Aktual Periode Oktober 2015


1.6
1.4
P (kgf/cm2)

1.2
1

0.8

Ps Design

0.6

Ps Aktual

0.4
0.2
0
0

12

15

18

21

24

27

30

Day

Gambar 4.6. Perbandingan Ps Desain dan Aktual Periode Oktober 2015

Dari ketiga grafik di atas, dapat dilihat bahwa nilai pressure drop actual sangat
fluktuatif. Nilai pressure drop sangat dipengaruhi oleh kapasitas fluida yang masuk. Pada bulan
Agustus, nilai pressure drop actual lebih tinggi dari pressure drop desain. Hal ini menunjukkan
bahwa kapasitas fluida yang masuk ke shell lebih besar, menyebabkan performa exchanger
menurun dan dibutuhkan energy yang lebih besar untuk transfer panas. Ketika nilai pressure
drop actual lebih kecil, maka kapasitas fluida yang masuk juga lebih sedikit dan mengakibatkan
turunnya nilai pressure drop.
Perbandingan P Design dan Aktual Tube

Pt Design vs Pt Aktual Periode Agustus 2015


1.2
1
Pt (kgf/cm2)

5.3

0.8
0.6

Pt Design

0.4

Pt Aktual

0.2
0

12

15

18

21

24

27

30

Day

Gambar 4.7. Perbandingan Pt Desain dan Aktual Periode Agustus 2015

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

25

Pt Design vs Pt Aktual Periode September


2015
1.2
Pt (kgf/cm2)

1
0.8
0.6

Pt Design

0.4

Pt Aktual

0.2
0
0

12

15

18

21

24

27

30

Day

Gambar 4.8. Perbandingan Pt Desain dan Aktual Periode September 2015

Ps Design vs Ps Aktual Periode Oktober 2015


1.6
1.4
P (kgf/cm2)

1.2
1
0.8

Ps Design

0.6

Ps Aktual

0.4
0.2
0
0

12

15

18

21

24

27

30

Day

Gambar 4.9. Perbandingan Pt Desain dan Aktual Periode Oktober 2015

Dari ketiga grafik di atas, terlihat bahwa perbandingan nilai pressure drop pada tube
setiap bulannya hampir sama dengan pressure drop pada shell. Di mana pada bulan Agustus,
pressure drop pada tube dan shell lebih besar daripada desain, pada bulan September nilainya
hampir sama, dan pada bulan Oktober nilainya lebih kecil.

5.4

Perbandingan Efisiensi Design dan Aktual

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

26

Efisiensi (%)

Efisiensi Design vs Efisiensi Aktual Periode


Agustus 2015
100
99
98
97
96
95
94
93
92
91
90

Efisiensi Design
Efisiensi Aktual

12

15

18

21

24

27

30

Day

Gambar 4.10. Perbandingan Efisiensi Desain dan Aktual Periode Agustus 2015

Efisiensi (%)

Efisiensi Design vs Efisiensi Aktual Periode


September 2015
100
99
98
97
96
95
94
93
92
91
90
89
88
87
86
85
84

Efisiensi Design
Efisiensi Aktual

12

15

18

21

24

27

30

Day

Gambar 4.11. Perbandingan Efisiensi Desain dan Aktual Periode September 2015

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

27

Efisiensi (%)

Efisiensi Design vs Efisiensi Aktual Periode


Oktober 2015
100
99
98
97
96
95
94
93
92
91
90
89
88
87

Efisiensi Design
Efisiensi Aktual

12

15

18

21

24

27

30

Day

Gambar 4.12. Perbandingan Efisiensi Desain dan Aktual Periode Oktober 2015

Dari ketiga grafik di atas, dapat dilihat bahwa efisiensi dari exchanger ini lebih rendah
dari efisiensi desainnya. Hal ini juga berhubungan dengan kapasitas fluida yang masuk dalam
exchanger. Ketika pada desain awal, kapasitas fluida yang masuk didesain pada kapasitas
maksimum. Namun pada keadaan actual, kapasitas fluida yang masuk exchanger tidak sebesar
kapasitas desain. Kebutuhan panas dari kapasitas desain dan actual yang berbeda menyebabkan
efisiensi exchanger pada keadaan actual lebih kecil dari desain.

Dari hasil analisis, terlihat bahwa Rd dan pressure drop saling berhubungan dan nilai
keduanya dipengaruhi oleh kapasitas fluida yang masuk ke exchanger. Ketika fluida yang
masuk ke exchanger jumalhnya lebih besar, maka pengotor yang terbawa juga lebih banyak,
menyebabkan terbentuknya fouling lebih besar. Fouling yang terbentuk menyebabkan
pengendapan pada permukaan transfer panas sehingga ketika fluida mengalir melewati
permukaan yang kasar ini akan menurunkan nilai tekanan sehingga memperbesar pressure
drop.

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

28

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
1. Nilai Rd yang meningkat pada bulan Agustus dapat disebabkan oleh adanya
fouling yang terbentuk akibat kapasitas fluida yang lebih besar. Nilai Rd
tertinggi adalah 0,002 h.m2.oC/kcal dengan nilai Rd desain sebesar 0,0011
h.m2.oC/kcal.
2. Nilai pressure drop pada shell dan tube pada bulan Agustus lebih besar
daripada bulan September dan Oktober. Hal ini dapat disebabkan oleh
kapasitas fluida yang masuk exchanger lebih besar pada bulan Agustus.
3. Nilai pressure drop pada shell dan tube masih dalam batas yang diizinkan. Di
mana pada shell, nilai pressure drop tertinggi adalah 1,61 kg/cm2 g,
sedangkan nilai pressure drop maksimum yang diizinkan dari desain adalah
2,5 kg/cm2 g. Sedangkan pada tube, nilai pressure drop tertinggi adalah 1,13
kg/cm2 g, sedangkan nilai pressure drop maksimum yang diizinkan dari
desain adalah 2,8 kg/cm2 g.
4. Efisiensi dari heat exchanger 13-E-101 masih dalam rentang yang baik.
Efisiensi terendah yang dicapai adalah 85%. Nilai ini masih dianggap cukup
baik dan performa exchanger masih cukup layak untuk beroperasi.

5.1

Saran
Saran yang diberikan dari hasil analisis performa heat exchanger 11-E-101:
1. Pada bulan Agustus, performa heat exchanger menurun, namun pada bulan
September dan Oktober performa heat exchanger sudah kembali membaik.
Sebaiknya pembersihan heat exchanger ini tetap dilakukan secara berkala
agar performanya tidak turun lagi.

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

29

DAFTAR PUSTAKA
Coulson, J.M. and Richardson, J.F., 1999, Chemical Engineering: An Introduction to
Chemical Engineering Design, Vol.6, 3rd Ed., Oxford: Pergamon Press.
Holman, J.P., 1950, Heat Transfer, 10th Ed., McGraw Hill Book Company, New York.
Kern, D.Q., 1985, Process Heat Transfer, McGraw Hill Book Company, New York.
PERTAMINA EXOR-1, 1992, Pedoman Operasi Kilang: Unit 13 AHU, JGC
Corporation & Foster Wheeler (Indonesia) Ltd.

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

30

LAMPIRAN
Data Aktual Heat Exchanger 13-E-101 Periode Agustus Oktober 2015
Tanggal

Shell
Kapasitas

In (oC)

Tube
Out (oC)

(ton/h)

Kapasitas

In (oC)

Out (oC)

(ton/h)

8/1/2015

237031

409.13

364.01

209219.3

291.02

345.25

8/2/2015

236108.8

409.15

363.25

208727.3

289.75

344.31

8/3/2015

235451.5

409.13

363.04

208838.5

290.05

343.92

8/4/2015

235276.5

408.99

363.35

208778.5

290.13

343.90

8/5/2015

234317.4

409.13

363.19

205160.7

290.53

344.29

8/6/2015

235244

408.96

361.91

208779.8

288.61

343.84

8/7/2015

236094

408.84

361.40

206669.5

287.86

343.82

8/8/2015

236554.4

408.78

361.38

209957.1

288.13

343.34

8/9/2015

235402.9

408.67

360.65

209693.9

286.66

342.50

8/10/2015

234949.5

408.72

360.56

209855.8

286.85

342.52

8/11/2015

234271.8

408.85

360.01

210175.9

285.89

342.07

8/12/2015

235776.2

408.82

361.66

214273.6

289.06

343.90

8/13/2015

236393.6

409.02

362.00

210395.6

290.11

344.47

8/14/2015

236922.2

408.97

362.84

212198.7

292.20

345.98

8/15/2015

237260.8

409.04

362.91

210290.1

292.55

346.74

8/16/2015

237820.3

409.24

363.17

210286.7

293.65

347.53

8/17/2015

236901.8

409.34

362.24

209812.3

292.01

347.16

8/18/2015

237792.3

409.41

363.02

209957.6

294.28

348.63

8/19/2015

237930.6

409.57

363.46

211559.4

294.78

349.10

8/20/2015

235833.2

409.69

363.21

208672

293.90

348.66

8/21/2015

234994.7

409.74

362.12

210079.1

291.94

347.28

8/22/2015

235205

409.72

362.61

208723

292.29

346.93

8/23/2015

236102.6

409.64

363.57

209120.5

293.43

346.97

8/24/2015

233158.3

409.29

362.19

208222.2

291.08

345.20

8/25/2015

233294.3

409.68

363.72

208621.8

292.94

346.07

8/26/2015

235548.9

410.60

362.93

211391.6

290.37

344.91

8/27/2015

231993.7

408.69

358.38

209508.7

282.92

340.41

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

31

8/28/2015

228830.4

408.87

356.52

204928.1

280.00

339.01

8/29/2015

223584.8

409.10

355.26

201387.9

276.83

338.28

8/30/2015

196422

404.84

346.75

176185

271.36

336.75

8/31/2015

194390.1

406.49

350.77

173208.5

279.53

343.09

9/1/2015

190685.8

407.36

352.03

168445.3

281.93

345.18

9/2/2015

179887.1

405.88

351.08

149086.2

284.92

347.44

9/3/2015

160969.2

401.04

345.75

138459.7

284.22

346.89

9/4/2015

181181

404.95

351.28

156914.1

286.73

348.30

9/5/2015

207905.3

408.20

356.19

183950.4

287.12

347.92

9/6/2015

208959.5

408.16

357.86

184341.1

290.48

349.60

9/7/2015

220693.3

408.85

359.08

195400

290.58

348.77

9/8/2015

228587.3

409.42

360.32

202928.2

290.50

348.35

9/9/2015

220403.1

408.99

359.35

194557.4

290.07

348.43

9/10/2015

215643.8

408.97

358.84

190801.4

289.40

347.87

9/11/2015

216380

409.05

358.69

198556.2

288.37

346.97

9/12/2015

216538.9

408.98

359.07

191414.6

288.88

346.92

9/13/2015

219678.2

409.30

359.90

192432.2

289.83

347.42

9/14/2015

220116.1

409.19

359.63

192622.1

289.33

346.90

9/15/2015

219249.8

409.33

360.16

192384.2

289.83

346.65

9/16/2015

214388.3

408.89

359.65

188888.4

290.28

347.31

9/17/2015

211236.1

408.22

358.67

184112.2

289.06

346.32

9/18/2015

208409.2

408.05

357.42

181536.7

287.13

345.20

9/19/2015

197156.1

407.29

356.54

171976.1

289.52

347.30

9/20/2015

200372.7

408.11

357.82

174284.6

290.31

347.89

9/21/2015

194308.1

407.10

355.25

169074.8

286.84

346.19

9/22/2015

190284.3

406.69

354.95

165050.8

287.41

346.54

9/23/2015

190746.9

406.21

355.83

170313.1

289.17

347.25

9/24/2015

191125

406.32

356.23

164833.4

289.42

346.97

9/25/2015

192168.7

406.25

356.50

162172.9

290.07

347.63

9/26/2015

191993.5

406.16

356.47

165670.8

289.56

347.18

9/27/2015

191890.3

406.24

356.22

165676.2

288.88

346.75

9/28/2015

192879.7

406.41

356.81

166425.9

289.80

346.78

9/29/2015

192949.2

406.34

357.52

166523.2

290.56

347.29

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

32

9/30/2015

193021.1

406.38

357.91

163958.3

291.22

347.17

10/1/2015

193398.4

406.34

358.28

166634.4

291.45

347.50

10/2/2015

192337.9

406.28

358.09

161544.9

291.74

347.64

10/3/2015

191763

406.20

358.10

164748.3

290.84

347.14

10/4/2015

191124.8

406.08

358.25

163129.9

292.63

348.07

10/5/2015

195146.9

406.41

359.85

164883.4

294.79

349.17

10/6/2015

186963.6

406.89

359.98

158709.2

295.14

350.36

10/7/2015

183485.1

406.12

359.93

157038

296.43

351.21

10/8/2015

181506.2

405.80

360.82

154952.2

298.86

352.42

10/9/2015

182000.8

405.74

361.46

151164.9

299.96

352.75

10/10/2015

182460.8

404.92

361.39

155118

300.49

352.77

10/11/2015

182988.3

404.70

361.15

155230.7

299.98

352.34

10/12/2015

182693.7

404.72

361.42

151673.5

299.80

352.07

10/13/2015

183904.8

404.89

361.94

155520.4

299.99

352.19

10/14/2015

184106.5

405.04

362.09

152412.2

300.66

352.39

10/15/2015

184997.4

405.08

361.54

156906.5

300.01

352.58

10/16/2015

190367.8

406.62

361.19

161430

297.79

351.65

10/17/2015

191196.5

406.88

360.96

164197.1

297.78

351.92

10/18/2015

185817.6

405.54

359.31

159609.3

297.06

351.45

10/19/2015

195661.1

405.57

359.80

168561.3

295.00

349.24

10/20/2015

196540.8

406.35

360.96

169471.9

296.48

350.55

10/21/2015

190004.5

405.99

360.05

157882.9

296.02

350.52

10/22/2015

190100.9

405.93

360.05

164302.5

295.83

350.39

10/23/2015

188354

405.90

360.19

163837.3

295.72

349.98

10/24/2015

188523.4

405.76

360.11

163855.9

296.07

349.37

10/25/2015

188467.5

405.92

360.14

163675.7

295.80

349.47

10/26/2015

191611

406.22

360.01

166586

294.01

348.35

10/27/2015

199019.1

406.57

360.31

172774.9

294.22

348.01

10/28/2015

199669.6

407.00

361.73

173189.6

296.53

349.27

10/29/2015

199771.4

407.03

362.09

173150.1

297.11

349.26

10/30/2015

199404.5

406.96

362.05

172691.2

296.62

349.00

10/31/2015

199929.5

406.90

362.19

172476.7

297.01

349.47

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

33

Hasil Perhitungan Dirt Factor (Rd) dan Pressure Drop (P) Heat Exchanger 13-E101 Periode Agustus Oktober 2015
Tanggal

Uc

Ud

Rd

P shell

P tube

Efisiensi

(kcal/h.m2.

(kcal/h.m2.

(h.m2.oC/

(kgf/cm2)

(kgf/cm2)

(%)

C)

C)

kcal)

8/1/2015

233.2495

161.5766

0.001902

1.603272

1.053164

95.96229

8/2/2015

231.9163

160.4314

0.001921

1.591226

1.079067

95.02752

8/3/2015

231.8009

158.5847

0.001992

1.582501

1.080162

93.76485

8/4/2015

231.736

158.1845

0.002006

1.580052

1.079585

94.57095

8/5/2015

228.7322

156.2758

0.002027

1.567212

1.042992

92.64281

8/6/2015

231.1799

162.3475

0.001834

1.580417

1.078567

94.22173

8/7/2015

229.3894

162.6594

0.001788

1.592194

1.056371

93.39953

8/8/2015

232.1492

162.8356

0.001834

1.59845

1.090117

93.48167

8/9/2015

230.9276

162.7684

0.001813

1.583378

1.085875

93.66615

8/10/2015

231.0008

162.6909

0.001818

1.577307

1.087686

93.39936

8/11/2015

230.6607

163.2351

0.001791

1.568455

1.090077

93.31855

8/12/2015

235.9254

166.465

0.001769

1.587774

1.13642

95.56524

8/13/2015

233.4288

163.3053

0.00184

1.595817

1.096736

93.03715

8/14/2015

236.1644

166.3906

0.001776

1.60252

1.118045

94.43554

8/15/2015

235.0162

167.3894

0.001719

1.60703

1.098753

94.16290

8/16/2015

235.7537

168.2527

0.001702

1.61438

1.099974

93.52882

8/17/2015

234.4708

170.3089

0.001607

1.602394

1.093685

93.78483

8/18/2015

235.9999

171.7283

0.001586

1.613999

1.097684

93.57016

8/19/2015

237.7021

173.391

0.00156

1.615544

1.11515

94.73135

8/20/2015

234.3495

170.8749

0.001585

1.587267

1.084048

94.29527

8/21/2015

234.2294

170.761

0.001587

1.576568

1.096496

93.93089

8/22/2015

233.1936

166.9296

0.001702

1.579134

1.082387

93.08459

8/23/2015

234.1652

164.237

0.001818

1.590723

1.087302

93.09363

8/24/2015

231.3358

162.3782

0.001836

1.552203

1.075295

92.79074

8/25/2015

232.6234

160.6812

0.001925

1.553009

1.081212

93.50427

8/26/2015

234.3951

162.4399

0.00189

1.583148

1.107606

92.86838

8/27/2015

228.1344

163.2338

0.001743

1.539043

1.080159

93.33128

8/28/2015

222.3704

160.909

0.001718

1.498238

1.030775

91.28822

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

34

8/29/2015

217.1317

161.5076

0.001586

1.430853

0.993133

92.97211

8/30/2015

171.016

156.4012

0.000546

1.10906

0.75694

91.31581

8/31/2015

171.6294

159.3095

0.000451

1.084152

0.737944

91.92045

9/1/2015

168.2815

156.9655

0.000428

1.042488

0.6998

91.32563

9/2/2015

152.0736

145.8004

0.000283

0.92849

0.549923

85.53196

9/3/2015

139.4818

146.1771

0.000328

0.745988

0.473965

88.15626

9/4/2015

158.9754

155.3784

0.000146

0.942104

0.610172

89.87260

9/5/2015

204.1496

168.5535

0.001034

1.237155

0.838561

93.56072

9/6/2015

206.1384

168.6968

0.001077

1.249031

0.844699

93.77847

9/7/2015

218.212

172.3474

0.00122

1.392354

0.948678

93.62011

9/8/2015

226.4303

174.8392

0.001303

1.492844

1.022879

94.59688

9/9/2015

217.2298

170.457

0.001263

1.388509

0.940031

93.85411

9/10/2015

212.5443

166.544

0.0013

1.329431

0.903412

93.31059

9/11/2015

218.5399

171.2779

0.001263

1.338562

0.977195

96.57402

9/12/2015

212.898

163.7043

0.001411

1.340379

0.908424

92.97261

9/13/2015

214.9929

163.6713

0.001458

1.37899

0.918914

92.35033

9/14/2015

214.9624

162.9987

0.001483

1.384673

0.920166

91.94567

9/15/2015

214.6519

160.1283

0.001586

1.373487

0.918032

91.69668

9/16/2015

210.772

160.2947

0.001494

1.313659

0.885566

92.28485

9/17/2015

205.3482

156.2013

0.001532

1.276012

0.840226

91.08805

9/18/2015

201.6555

154.2842

0.001523

1.242692

0.815379

90.35145

9/19/2015

174.6687

152.4215

0.000836

1.112714

0.73374

89.81287

9/20/2015

177.5422

153.1062

0.000899

1.148521

0.7542

90.07958

9/21/2015

170.9165

151.2045

0.000763

1.081348

0.707569

90.09643

9/22/2015

167.1423

148.9373

0.000731

1.037264

0.674664

89.65329

9/23/2015

171.8618

153.4472

0.000698

1.042155

0.719441

93.09819

9/24/2015

167.7116

146.4937

0.000864

1.046105

0.673882

89.60798

9/25/2015

166.1258

145.484

0.000854

1.057491

0.65282

88.31095

9/26/2015

168.624

147.7977

0.000836

1.055603

0.680892

90.50379

9/27/2015

168.3562

147.3334

0.000848

1.054532

0.68048

90.35189

9/28/2015

169.383

145.9104

0.00095

1.065164

0.687049

89.64516

9/29/2015

169.7809

146.0956

0.000955

1.065692

0.68838

90.68538

9/30/2015

167.9192

141.9866

0.001088

1.066328

0.667559

88.69131

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

35

10/1/2015

170.2377

144.8635

0.001029

1.070378

0.689761

90.89463

10/2/2015

166.0947

140.7919

0.001082

1.058757

0.648437

88.11737

10/3/2015

168.1949

143.1036

0.001042

1.052461

0.673836

90.94019

10/4/2015

167.3959

142.5616

0.001041

1.045456

0.661752

89.48242

10/5/2015

170.4121

142.8849

0.001131

1.089205

0.677397

89.24282

10/6/2015

164.2177

140.7581

0.001015

0.999575

0.628198

90.38556

10/7/2015

162.6178

141.6374

0.000911

0.962974

0.615842

91.78441

10/8/2015

161.3753

140.3029

0.000931

0.942118

0.600927

91.93962

10/9/2015

158.7702

135.9118

0.001059

0.947069

0.572408

89.56294

10/10/2015

162.1331

139.8774

0.000981

0.952131

0.602943

92.31557

10/11/2015

162.1043

139.6134

0.000994

0.957787

0.603473

92.23428

10/12/2015

159.0962

135.3297

0.001104

0.954613

0.575976

90.64598

10/13/2015

162.5335

138.1446

0.001086

0.967087

0.605677

92.96876

10/14/2015

160.2751

134.7976

0.001179

0.969113

0.58202

90.18927

10/15/2015

163.9538

141.0654

0.00099

0.978685

0.616675

92.61217

10/16/2015

168.0086

143.2071

0.001031

1.035962

0.651486

90.93371

10/17/2015

170.4466

146.7044

0.000949

1.045001

0.674119

91.58511

10/18/2015

165.287

145.4778

0.000824

0.988005

0.636512

91.40549

10/19/2015

173.4579

147.1474

0.001031

1.095257

0.708077

92.32695

10/20/2015

175.0969

148.5338

0.001021

1.104416

0.716961

92.89170

10/21/2015

164.3659

140.3761

0.00104

1.03262

0.622071

89.14651

10/22/2015

169.4207

145.9469

0.000949

1.033692

0.673555

92.95373

10/23/2015

168.575

143.9829

0.001013

1.014739

0.669538

93.38306

10/24/2015

168.5554

141.3226

0.001143

1.016635

0.669584

91.76736

10/25/2015

168.3746

141.7578

0.001115

1.01597

0.668048

92.08701

10/26/2015

170.6671

142.4251

0.001162

1.050093

0.690792

92.45499

10/27/2015

194.5898

145.2846

0.001744

1.132622

0.743013

91.30241

10/28/2015

196.1032

144.8103

0.001806

1.139331

0.748207

91.39807

10/29/2015

196.2657

143.3258

0.001882

1.140336

0.748131

90.96061

10/30/2015

195.5868

142.8677

0.001887

1.136195

0.743827

91.36265

10/31/2015

195.7652

143.8304

0.001844

1.142149

0.742372

91.54498

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

36

Anda mungkin juga menyukai