C.
Susunan seperti ini memberikan luas permukaan (jumlah tube) yang
paling sedikit.
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 7
Universitas Sebelas Maret
b. Double Pipe Heat Exchanger
Jenis alat penukar kalor (heat exchanger) ini sering digunakan
untuk laju aliran kecil, karena hanya memiliki beberapa tabung saja
sehingga tidak dapat menangani laju aliran yang besar. Jika menggunakan
banyak penukar kalor pipa rangkap secara paralel, bobot logam yang
digunakan sebagai pipa luar akan menjadi sedemikian tinggi sehingga
penggunaannya tidak efektif dan efisien.
Gambar 2.2 Jenis Double Pipe Heat Exchanger
c. Plate and Frame Heat Exchanger
Jenis alat penukar kalor (heat exchanger) ini sering digunakan
untuk perpindahan kalor antara dua fluida pada tekanan rendah dan
sedang, yaitu di bawah 20 atm. Penukar kalor jenis plate dapat bersaing
dengan penukar kalor jenis shell and tube, terutama dalam situasi yang
memerlukan penggunaan bahan tahan korosi. Plat plat logam dengan
permukaan bergelombang, didukung oleh suatu kerangka fluida panas lalu
dialirkan melalui serangkaian plat dan terjadi perpindahan panas dengan
fluida dingin yang mengalir di sebelahnya. Plat plat itu biasanya berjarak
2,5 5 mm satu sama lain (PHE design).
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 8
Universitas Sebelas Maret
Gambar 2.3 Jenis Plate and Frame Heat Exchanger
Keuntungan alat penukar kalor jenis plat and frame adalah
koefisien perpindahan panas tinggi dengan area permukaan rendah, disain
ringkas, tidak memerlukan banyak ruang, perbedaan temperatur antar
cairan kecil, cepat, mudah dibersihkan, biaya biaya investasi rendah,
ketahanan terhadap korosi tinggi, dan mudah pemeliharaannya
(maintenance).
C. ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR PANAS
Untuk menganalisa kinerja suatu heat exchanger, parameter-
parameter yang dipakai adalah:
1. (Tahanan Kotoran / Rd)
Tahanan kotoran adalah tahanan pada alat penukar panas untuk
menahan kotoran (kerak) yang terbentuk selama alat penukar panas
dioperasikan. Kotoran (kerak) yang terbentuk dapat menyebabkan
koefisien perpindahan panas menjadi berkurang.
Rumus : R
d(hitung)
=
D C
D C
U . U
U U
Keterangan : R
d(hitung)
= dirt factor
U
C
= koefisien perpindahan kalor dalam keadaan bersih
U
D
= koefisien perpindahan kalor dalam keadaan kotor
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 9
Universitas Sebelas Maret
R
d
(ketentuan) = dirt faktor maksimum yang dihitung bila kedua
permukaan pipa tidak dibersihkan. Harga ini merupakan batas tahanan
yang maksimum, dimana setelah itu kalor yang diijinkan menjadi lebih
kecil dari yang dibutuhkan.
2. Efisiensi Panas ()
Efisiensi panas adalah rasio dari kuantitas panas yang dipindahkan
oleh fluida terhadap nilai kuantitas panas maksimum yang dapat
dipindahkan oleh fluida tersebut. Efisiensi panas dapat didefinisikan pula
sebagai panas yang termanfaatkan secara maksimum.
- Efisiensi panas berdasarkan neraca panas:
Rumus: % 100
Qshell
=
Qtube
C
t
2
= 40,78
C
W = 1.151.229 lb/jam
T
1
= 94
C
T
2
= 61
C
(UBE INDUSTRIES. LTD. Heat Exchanger Specification Sheet )
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 11
Universitas Sebelas Maret
b. Pengamatan dan Pengukuran Besaran Operasi di DCS (Secara
Langsung) diambil pada tanggal 12 Juli 2013
Tabel 3 Data Fisik Fluida Dingin dan Fluida Panas 2-E-400 (Aktual)
Fluida Dingin, Cooling Water Fluida Panas, Gas Process
W = 4.315.432 lb/jam
t
1
= 36,64
C
t
2
= 44,77
C
W = 1.843.029 lb/jam
T
1
= 106,83
C
T
2
= 48,19
C
2. Data dari studi literature
Data lain didapat dari literatur yaitu dari buku Process Heat Transfer
(Donald Q.Kern) dan Chemical Engineering (J. M. Coulson & J. F.
Richardson).
B. Cara Mengolah Data
Tahapan perhitungan evaluasi kinerja primary gas cooler (2-E-400).
1. Menghitung physical properties fluida pada bagian shell dan tube
(Cp, , k, s)
Untuk mengevaluasi E-400, data yang diperlukan yaitu :
- Fraksi mol (y) - Kapasitas panas (Cp)
- Fraksi berat (w) - Konduktivitas thermal (k)
- Viskositas ( ) - Spesifik gravity (s)
Data properti fisis fluida nonviscous (<1 Cp) dihitung pada suhu rata-rata
fluida (Kern, 1950). Berdasarkan heat exchanger specification sheet,
viskositas fluida pada E-400 dan E-401 berada di bawah 1 Cp, sehingga
data properti fluida dihitung pada suhu rata-rata (Tav dan tav).
a. Perhitungan fraksi mol (yi) dan fraksi berat (wi), perhitungan fraksi mol
(yi) dan fraksi berat (wi) dihitung berdasarkan % volume fluida.
- Volume fluida = % volume
- Mol = volume / 22,4
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 12
Universitas Sebelas Maret
- % mol (yi) = ni / ni
- Massa = n x BM
- % massa (wi) = mi / mi
b. Perhitungan kapasitas panas (Cp)
- Menghitung kapasitas panas komponen (Cp)
Cp komponen = (A+B.T+C.T
2
+D.T
3
)..(Coulson, 1999)
A,B,C, dan D diperoleh dari Appendix D, Coulson
- Menghitung Cp campuran (Cp camp)
Cp camp = ya Cpa+yb Cpb + yc Cpc.. (Coulson, 1999)
c. Perhitungan viskositas ()
- Viskositas () tiap komponen diperoleh dari figure 15, Kern
- Menghitung viskositas campuran (camp)
.............(Coulson, 1999)
Keterangan : w1 dan w2 = Fraksi massa komponen 1 dan 2
1 dan 2 = Viskositas komponen 1 dan 2
d. Perhitungan konduktivitas termal ( k )
- Konduktivitas(k) tiap komponen diperoleh dari Tabel 5, Kern
- Menghitung konduktivitas termal campuran (Kcamp)
K
canp
= k1.w1 + k2.w2 ....( Coulson, 1999)
Keterangan : w1 dan w2 = Fraksi massa komponen 1 dan 2
k1 dan k2 = konduktivitas termal komponen 1 dan 2
2. Menghitung Heat Balance (Q)
Qshell = w. C
P
. t
Qtube = W.C
P
.T ....( Kern, 1950)
2
2
1
1 1
w w
mix
+ =
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 13
Universitas Sebelas Maret
3. Menghitung T LMTD
T1 Keterangan :
T2 T1 : suhu gas masuk
t2 T2 : suhu gas keluar
t1 : suhu air pendingin masuk
t1 t2 : suhu air pendingin keluar
AT
LMTD
=
, ) , )
, )
, )
1 2
2 1
1 2 2 1
t T
t T
ln
t T t T
.( Kern, 1950)
4. Menghitung Temperature Kalorik ( Tc Dan tc )
Temperatur kalorik yaitu temperatur rata-rata fluida yang terlibat
dalam pertukaran panas di dalam Heat Exchanger. Jika nilai viskositas
kedua fluida kurang dari 1 (<1), maka temperatur kalorik sama dengan
termperatur rata-rata (Tc = Tavg = dan tc = tavg) dan nilai s =1, t = 1.
5. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas
- Menghitung koefisien perpindahan panas pada bagian shell (ho)
1. Menghitung cross flow area pada bagian shell (as)
a
s
=
Pt x 144
B x C' x ID
............(Kern, 1950)
Keterangan :
ID = diameter bagian dalam shell
C = clearance = PT ODtube
Pt = tube pitch
2. Shell side equivalent diameter (De)
Untuk triangular pitch:
De dari figure 28................................................................(Kern,1950)
3. Menghitung laju alir fluida dingin (Gs)
Gs =
as
W
(Kern, 1950)
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 14
Universitas Sebelas Maret
Keterangan:
Gs = mass velocity fluida pada sisi bagian shell
a
s
= cross flow area pada bagian shell
4. Menghitung reynold number (Res)
.........(Kern, 1950)
Keterangan:
Res = bilangan reynold pada bagian shell
De = shell side equivalent diameter
5. Perhitungan outside film koefisien
ho = J
H
x s
k
c
3
1
De
k
\
|
.............................................(Kern, 1950)
Keterangan :jH diperoleh dari figure 28
- Menghitung koefisien perpindahan panas bagian tube (hi dan hio)
1. Menghitung daerah aliran yang tegak lurus didalam tube (at)
at =
n 144
at' N
t
....(Kern, 1950)
Keterangan :
at = flow area pertube, diperoleh dari tabel 10 Kern
Nt = jumlah tube
n = jumlah tube passes
2. Menghitung laju alir fluida panas (Gt)
Gt =
at
W
...(Kern, 1950)
Keterangan:
Gt = mass velocity fluida panas
3. Menghitung reynold number (Re)
...(Kern, 1950)
Keterangan :
Ret = bilangan reynold pada bagian tube
DexGs
s = Re
DexGt
t = Re
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 15
Universitas Sebelas Maret
4. Perhitungan Inside Film Coefficient (hi) dan (hio)
hi = J
H
x
t
k
c
3
1
D
k
\
|
......................................(Kern, 1950)
Keterangan :
jH diperoleh dari figure 28
OD
ID
x h hi io = ...................................................................(Kern, 1950)
6. Menghitung clean overall coefficient ( Uc)
U
C
=
ho hio
hio.ho
+
......( Kern, 1950)
7. Menghitung design overall coefficient (U
D
)
U
D
=
LMTD
T AA .
Q
.........(Kern, 1950)
Keterangan :
A= total surface = a x L x N
8. Menghitung dirt factor (Rd)
R
d
=
D C
D C
U . U
U U
...(Kern, 1950)
9. Menghitung Efisiensi Panas ()
..................................................(Kern, 1950) % 100
U
U
=
C
D