Anda di halaman 1dari 19

Laporan Tugas Khusus

PT. Lotte Chemical Titan Nusantara


S1 Reguler Teknik Kimia 1
Universitas Sebelas Maret
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara merupakan penghasil polietilen
dengan jenis High Density Polyethylene (HDPE) dan Linear Low Density
Polyethylen (LLDPE). Reaksi pembuatan polietilen ini adalah reaksi
polimerisasi adisi yang bersifat eksotermis. Di PT. Lotte Chemical Titan
Nusantara, proses pembuatan polietilen pada Train 2 terdiri dari lima unit.
Unit yang pertama yaitu unit persiapan bahan baku. Unit ini berfungsi untuk
mempersiapkan bahan baku agar siap untuk diproses menjadi polietilen. Unit
yang kedua yaitu unit prepolimerisasi. Unit prepolimerisasi merupakan unit
pembuatan powder prepolimer aktif dalam suatu reaktor tangki berpengaduk
dengan menggunakan katalis chromium. Unit yang ketiga yaitu unit
polimerisasi. Pada unit polimerisasi ini terjadi reaksi antara prepolimer aktif,
ethylene, hydrogen dan penambahan co-monomer (butene-1) yang berbentuk
gas, yang terjadi di dalam fluidized bed reactor. Unit yang keempat yaitu unit
additive dan pelletizing. Unit ini berfungsi untuk merubah polietilen powder
menjadi bentuk pellet dengan penambahan additive. Sedangkan yang terakhir
yaitu unit bagging dimana produk dikemas untuk dipasarkan.
Proses polimerisasi terjadi pada suhu 80

C dan tekanan 20 barg di


dalam fluidized bed reactor (2-R-400). Untuk mencapai kondisi optimum
pada reaktor dilengkapi dengan peralatan pendukung, antara lain dua buah
heat exchanger. Heat Exchanger yang digunakan yaitu primary gas cooler
(2-E-400) dengan jenis shell and tube.
Proses fluidisasi di dalam reaktor dijaga oleh fluidized gas compressor
(2-C-400) dengan cara gas proses diinjeksikan melalui fluidisasi grid pada
dasar reaktor. Komposisi komponen gas yang masuk ke dalam reaktor
dikontrol secara hati-hati. Komposisi gas tersebut terdiri dari etilen, 1-butene,
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 2
Universitas Sebelas Maret
hidrogen, dan nitrogen.
Gas proses yang terakumulasi di bagian atas reaktor masuk kedalam
overhead cyclon (2-S-400 A/B), dimana fines prepolimer powder dipisahkan
dari gas proses dan dikembalikan ke dalam reaktor dengan gas proses dari
discharge compressor (2-C-400). Fines polimer powder tersebut dimasukkan
kembali ke dalam reaktor melalui fines recycle ejector (2-J-400 A/B). Gas
yang keluar dari bagian atas cyclone kemudian didinginkan didalam primary
gas cooler (2E-400) dengan menggunakan cooling water.
Untuk mengetahui kelayakan operasinya, heat exchanger harus
senantiasa dievaluasi. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan menghitung nilai
Dirt Factor (Rd) dan efisiensi () dari primary gas cooler (2-E-400).
B. Perumusan Masalah
Mengetahui kelayakan operasi primary gas cooler (2-E-400) dengan
mengevaluasi kinerjanya.
C. Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini adalah mengevaluasi kinerja primary gas
cooler (2-E-400) dengan menghitung nilai Dirt Factor (Rd) dan efisiensi ().
D. Manfaat
Hasil dari evaluasi kinerja primary gas cooler (2-E-400) dengan
menghitung nilai Dirt Factor (Rd) dan efisiensi () ini diharapkan dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam usaha untuk mengoptimalkan kinerja
dari gas cooler di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara.
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 3
Universitas Sebelas Maret
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)
Dalam suatu alat penukar panas, perpindahan panas terjadi baik secara
konduksi, konveksi, maupun secara radiasi. Perpindahan panas jenis mana
yang paling berpengaruh tergantung pada keadaan sistem yang ditinjau.
Dalam alat penukar panas, perpindahan panas secara radiasi dapat diabaikan
(kecuali dalam boiler, furnace, dan alat lain yang berhubungan dengan
temperatur tinggi).
Perpindahan panas dalam suatu alat pemindah panas tergantung pada:
1. Perbedaan temperatur (AT)
Semakin besar beda temperatur antara dua benda atau tempat
semakin besar pula jumlah energi panas yang akan dipindahkan.
2. Konduktivitas panas (k)
Setiap bahan memiliki harga k tertentu, semakin besar harga k
(logam >> kayu) semakin besar pula energi panas yang dikeluarkan.
3. Luas perpindahan panas (A)
Semakin besar nilai A, semakin besar juga energi panas yang
dipindahkan.
4. Laju alir fluida
Semakin tinggi laju alir maka besar juga energi panas yang
dipindahkan. Selain mempengaruhi perpindahan panas, laju alir juga
mempengaruhi faktor pergerakan (Fouling factor), semakin tinggi laju
alir, semakin rendah terbentuknya kerak atau endapan pada dinding alat.
Laju alir juga mempengaruhi pressure drop (AP), semakin tinggi laju alir,
maka pressure dropnya semakin tinggi juga.
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 4
Universitas Sebelas Maret
B. Jenis Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)
Secara umum, dalam industri, dikenal dua jenis alat pemindah panas yaitu:
a. Alat pemindah secara langsung.
b. Alat pemindah tidak langsung.
Dalam alat pemindah panas secara langsung, fluida panas dan dingin
dicampurkan secara bersama sama, sehingga diperoleh temperatur yang
dikehendaki, misalnya pada cooling tower dan kolom distilasi. Dalam alat
jenis ini selalu terjadi peristiwa perpindahan massa dan perpindahan panas.
Dalam alat pemindah panas secara tidak langsung, antara fluida panas
dan dingin dibatasi oleh suatu dinding pemisah. Alat ini terdiri dari dua
ruangan atau saluran, satu untuk aliran panas dan yang lain untuk aliran
dingin. Energi panas dipindahkan dari aliran panas ke aliran dingin melalui
dinding pemisah.
Berdasarkan kebutuhan alat pemindah panas, secara tidak langsung
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Heat exchanger
Heat exchanger di mana terjadi pertukaran energi panas antara dua
aliran proses, dengan tujuan utama untuk memanfaatkan energi panas yang
dikandung dalam aliran proses dengan T lebih tinggi.
b. Cooler (pendingin)
Di mana digunakan media pendingin air atau udara untuk
mendinginkan suatu aliran proses, karena energi panasnya tidak dapat
dimanfaatkan aliran proses lainnya.
c. Condenser (pengembun)
Alat pendingin yang berfungsi untuk mengambil panas laten maupun
panas sensible suatu aliran proses, sehingga terjadi perubahan fasa dari
uap menjadi cairan di bawah titik didihnya.
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 5
Universitas Sebelas Maret
d. Reboiler
Digunakan untuk memberikan energi panas dalam suatu proses
destilasi atau fraksionasi, untuk maksud tersebut dapat digunakan suatu
media pemanas, misalnya: uap air, minyak panas, dan atau aliran proses.
e. Furnace
Digunakan untuk memindahkan panas (hasil pembakaran suatu bahan
bakar) ke aliran proses.
f. Evaporator
Digunakan untuk memekatkan suatu larutan dengan cara menguapkan
airnya.
g. Vaporizer
Digunakan untuk memekatkan cairan selain dari air.
Adapun jenis dari alat penukar kalor (heat exchanger) yang sangat
dikenal dan sering digunakan adalah sebagai berikut:
a. Shell and Tube Heat Exchanger
Jenis alat penukar panas (heat exchanger) ini yang paling banyak
digunakan di industri. Di dalam alat penukar kalor itu, koefisien
perpindahan kalor shell dan koefisien tube sama sama penting, dan
keduanya harus cukup besar agar koefisien menyeluruh yang memuaskan
dapat tercapai. Kecepatan dan keturbulenan zat cair shell juga tidak kalah
pentingnya dari kecepatan dan keturbulenan zat cair tube. Untuk
meningkatkan aliran silang dan menaikkan kecepatan rata rata fluida
pada shell maka dipasang sekat sekat.
Alat penukar panas jenis shell and tube lebih banyak digunakan,
dibandingkan alat penukar panas jenis lainnya. Hal ini karena beberapa
keunggulannya antara lain:
a. Mempunyai luas permukaan yang besar dengan bentuk atau volume
yang kecil sehingga dapat memindahkan panas pada jumlah yang
besar.
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 6
Universitas Sebelas Maret
b. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material yang disesuaikan dengan
temperatur dan tekanan operasi.
c. Mudah dibersihkan dan prosedur pengoperasiannya mudah.
Gambar 2.1 Shell and Tube Heat Exchanger
Pada gambar terlihat bagan dari jenis penukar kalor ini. Seluruh
alat terdiri dari seberkas pipa yang dipasang diantara plat pipa. Kadang-
kadang medium yang akan didinginkan dibawa melalui pipa dan medium
yang akan dipanaskan dibawa sekeliling pipa. Adakalanya hal yang
sebaliknya berlaku. Pilihan ini bergantung berbagai sifat yaitu media (cair
atau gas), viskositas, terdapatnya kotoran padatan, dan sebagainya.
Pola penyusunan tube dalam rumpunnya yaitu:
1. Pola segitiga (triangular pattern)
Penyusun tube dalam pola ini dapat menghasilkan luas
permukaan yang terbesar (untuk suatu ukuran yang sama), akan tetapi
menghasilkan kesulitan dalam membersihkan bagian luar tube.
2. Pola segiempat (square pattern)
Penyusunan tube dengan pola ini memberi kemungkinan
termudah untuk membersihkan bagian luar tube.
3. Pola diagonal (diagonal square pattern)
Penyusunan sama dengan pola segiempat yang diputar 45

C.
Susunan seperti ini memberikan luas permukaan (jumlah tube) yang
paling sedikit.
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 7
Universitas Sebelas Maret
b. Double Pipe Heat Exchanger
Jenis alat penukar kalor (heat exchanger) ini sering digunakan
untuk laju aliran kecil, karena hanya memiliki beberapa tabung saja
sehingga tidak dapat menangani laju aliran yang besar. Jika menggunakan
banyak penukar kalor pipa rangkap secara paralel, bobot logam yang
digunakan sebagai pipa luar akan menjadi sedemikian tinggi sehingga
penggunaannya tidak efektif dan efisien.
Gambar 2.2 Jenis Double Pipe Heat Exchanger
c. Plate and Frame Heat Exchanger
Jenis alat penukar kalor (heat exchanger) ini sering digunakan
untuk perpindahan kalor antara dua fluida pada tekanan rendah dan
sedang, yaitu di bawah 20 atm. Penukar kalor jenis plate dapat bersaing
dengan penukar kalor jenis shell and tube, terutama dalam situasi yang
memerlukan penggunaan bahan tahan korosi. Plat plat logam dengan
permukaan bergelombang, didukung oleh suatu kerangka fluida panas lalu
dialirkan melalui serangkaian plat dan terjadi perpindahan panas dengan
fluida dingin yang mengalir di sebelahnya. Plat plat itu biasanya berjarak
2,5 5 mm satu sama lain (PHE design).
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 8
Universitas Sebelas Maret
Gambar 2.3 Jenis Plate and Frame Heat Exchanger
Keuntungan alat penukar kalor jenis plat and frame adalah
koefisien perpindahan panas tinggi dengan area permukaan rendah, disain
ringkas, tidak memerlukan banyak ruang, perbedaan temperatur antar
cairan kecil, cepat, mudah dibersihkan, biaya biaya investasi rendah,
ketahanan terhadap korosi tinggi, dan mudah pemeliharaannya
(maintenance).
C. ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR PANAS
Untuk menganalisa kinerja suatu heat exchanger, parameter-
parameter yang dipakai adalah:
1. (Tahanan Kotoran / Rd)
Tahanan kotoran adalah tahanan pada alat penukar panas untuk
menahan kotoran (kerak) yang terbentuk selama alat penukar panas
dioperasikan. Kotoran (kerak) yang terbentuk dapat menyebabkan
koefisien perpindahan panas menjadi berkurang.
Rumus : R
d(hitung)
=
D C
D C
U . U
U U
Keterangan : R
d(hitung)
= dirt factor
U
C
= koefisien perpindahan kalor dalam keadaan bersih
U
D
= koefisien perpindahan kalor dalam keadaan kotor
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 9
Universitas Sebelas Maret
R
d
(ketentuan) = dirt faktor maksimum yang dihitung bila kedua
permukaan pipa tidak dibersihkan. Harga ini merupakan batas tahanan
yang maksimum, dimana setelah itu kalor yang diijinkan menjadi lebih
kecil dari yang dibutuhkan.
2. Efisiensi Panas ()
Efisiensi panas adalah rasio dari kuantitas panas yang dipindahkan
oleh fluida terhadap nilai kuantitas panas maksimum yang dapat
dipindahkan oleh fluida tersebut. Efisiensi panas dapat didefinisikan pula
sebagai panas yang termanfaatkan secara maksimum.
- Efisiensi panas berdasarkan neraca panas:
Rumus: % 100
Qshell
=
Qtube

- Efisiensi panas berdasarkan nilai koefisien perpindahan panas:


Rumus:
Keterangan :
= efisiensi panas
U
C
= koefisien perpindahan kalor dalam keadaan bersih
U
D
= koefisien perpindahan kalor dalam keadaan kotor
% 100
U
U
=
C
D

Laporan Tugas Khusus


PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 10
Universitas Sebelas Maret
BAB III
METODOLOGI
A. Cara Memperoleh Data
Pengumpulan data-data yang diperlukan dalam perhitungan diperoleh
dari Heat Exchanger Specification Data Sheet dan data desain yang diperoleh
dari DCS (Distributed Control System). Data lain diperoleh dari studi
literatur. Adapun untuk mengevaluasi kinerja primary gas cooler (2-E-400)
dalam tugas khusus ini melalui perhitungan dirt factor (Rd) dan efisiensi
panas ().
1. Data untuk desain
a. Spesifikasi Alat
Tabel 1 Spesifikasi Alat 2-E-400
Shell Side
(Cooling Water)
Tube Side
(Gas Process)
ID (in) 62,598 Number (buah) 2153
Baffle space (in) 18,189 Panjang Tube (ft) 22,31
OD (in) 1
%baffle cut, % 28 BWG 12
Pitch (in) 1,25
Passes 1 Passes 1
Design pressure (psi) 248,385 Design Pressure (psi) 357,135
(UBE INDUSTRIES. LTD. Heat Exchanger Specification Sheet )
Tabel 2 Data Fisik Fluida Dingin dan Fluida Panas 2-E-400 (Desain)
Fluida Dingin, Cooling Water Fluida Panas, Gas Process
W = 3.967.200 lb/jam
t
1
= 36,15

C
t
2
= 40,78

C
W = 1.151.229 lb/jam
T
1
= 94

C
T
2
= 61

C
(UBE INDUSTRIES. LTD. Heat Exchanger Specification Sheet )
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 11
Universitas Sebelas Maret
b. Pengamatan dan Pengukuran Besaran Operasi di DCS (Secara
Langsung) diambil pada tanggal 12 Juli 2013
Tabel 3 Data Fisik Fluida Dingin dan Fluida Panas 2-E-400 (Aktual)
Fluida Dingin, Cooling Water Fluida Panas, Gas Process
W = 4.315.432 lb/jam
t
1
= 36,64

C
t
2
= 44,77

C
W = 1.843.029 lb/jam
T
1
= 106,83

C
T
2
= 48,19

C
2. Data dari studi literature
Data lain didapat dari literatur yaitu dari buku Process Heat Transfer
(Donald Q.Kern) dan Chemical Engineering (J. M. Coulson & J. F.
Richardson).
B. Cara Mengolah Data
Tahapan perhitungan evaluasi kinerja primary gas cooler (2-E-400).
1. Menghitung physical properties fluida pada bagian shell dan tube
(Cp, , k, s)
Untuk mengevaluasi E-400, data yang diperlukan yaitu :
- Fraksi mol (y) - Kapasitas panas (Cp)
- Fraksi berat (w) - Konduktivitas thermal (k)
- Viskositas ( ) - Spesifik gravity (s)
Data properti fisis fluida nonviscous (<1 Cp) dihitung pada suhu rata-rata
fluida (Kern, 1950). Berdasarkan heat exchanger specification sheet,
viskositas fluida pada E-400 dan E-401 berada di bawah 1 Cp, sehingga
data properti fluida dihitung pada suhu rata-rata (Tav dan tav).
a. Perhitungan fraksi mol (yi) dan fraksi berat (wi), perhitungan fraksi mol
(yi) dan fraksi berat (wi) dihitung berdasarkan % volume fluida.
- Volume fluida = % volume
- Mol = volume / 22,4
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 12
Universitas Sebelas Maret
- % mol (yi) = ni / ni
- Massa = n x BM
- % massa (wi) = mi / mi
b. Perhitungan kapasitas panas (Cp)
- Menghitung kapasitas panas komponen (Cp)
Cp komponen = (A+B.T+C.T
2
+D.T
3
)..(Coulson, 1999)
A,B,C, dan D diperoleh dari Appendix D, Coulson
- Menghitung Cp campuran (Cp camp)
Cp camp = ya Cpa+yb Cpb + yc Cpc.. (Coulson, 1999)
c. Perhitungan viskositas ()
- Viskositas () tiap komponen diperoleh dari figure 15, Kern
- Menghitung viskositas campuran (camp)
.............(Coulson, 1999)
Keterangan : w1 dan w2 = Fraksi massa komponen 1 dan 2
1 dan 2 = Viskositas komponen 1 dan 2
d. Perhitungan konduktivitas termal ( k )
- Konduktivitas(k) tiap komponen diperoleh dari Tabel 5, Kern
- Menghitung konduktivitas termal campuran (Kcamp)
K
canp
= k1.w1 + k2.w2 ....( Coulson, 1999)
Keterangan : w1 dan w2 = Fraksi massa komponen 1 dan 2
k1 dan k2 = konduktivitas termal komponen 1 dan 2
2. Menghitung Heat Balance (Q)
Qshell = w. C
P
. t
Qtube = W.C
P
.T ....( Kern, 1950)
2
2
1
1 1

w w
mix
+ =
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 13
Universitas Sebelas Maret
3. Menghitung T LMTD
T1 Keterangan :
T2 T1 : suhu gas masuk
t2 T2 : suhu gas keluar
t1 : suhu air pendingin masuk
t1 t2 : suhu air pendingin keluar
AT
LMTD
=
, ) , )
, )
, )
1 2
2 1
1 2 2 1
t T
t T
ln
t T t T


.( Kern, 1950)
4. Menghitung Temperature Kalorik ( Tc Dan tc )
Temperatur kalorik yaitu temperatur rata-rata fluida yang terlibat
dalam pertukaran panas di dalam Heat Exchanger. Jika nilai viskositas
kedua fluida kurang dari 1 (<1), maka temperatur kalorik sama dengan
termperatur rata-rata (Tc = Tavg = dan tc = tavg) dan nilai s =1, t = 1.
5. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas
- Menghitung koefisien perpindahan panas pada bagian shell (ho)
1. Menghitung cross flow area pada bagian shell (as)
a
s
=
Pt x 144
B x C' x ID
............(Kern, 1950)
Keterangan :
ID = diameter bagian dalam shell
C = clearance = PT ODtube
Pt = tube pitch
2. Shell side equivalent diameter (De)
Untuk triangular pitch:
De dari figure 28................................................................(Kern,1950)
3. Menghitung laju alir fluida dingin (Gs)
Gs =
as
W
(Kern, 1950)
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 14
Universitas Sebelas Maret
Keterangan:
Gs = mass velocity fluida pada sisi bagian shell
a
s
= cross flow area pada bagian shell
4. Menghitung reynold number (Res)
.........(Kern, 1950)
Keterangan:
Res = bilangan reynold pada bagian shell
De = shell side equivalent diameter
5. Perhitungan outside film koefisien
ho = J
H
x s
k
c

3
1
De
k

\
|
.............................................(Kern, 1950)
Keterangan :jH diperoleh dari figure 28
- Menghitung koefisien perpindahan panas bagian tube (hi dan hio)
1. Menghitung daerah aliran yang tegak lurus didalam tube (at)
at =
n 144
at' N
t
....(Kern, 1950)
Keterangan :
at = flow area pertube, diperoleh dari tabel 10 Kern
Nt = jumlah tube
n = jumlah tube passes
2. Menghitung laju alir fluida panas (Gt)
Gt =
at
W
...(Kern, 1950)
Keterangan:
Gt = mass velocity fluida panas
3. Menghitung reynold number (Re)
...(Kern, 1950)
Keterangan :
Ret = bilangan reynold pada bagian tube

DexGs
s = Re

DexGt
t = Re
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 15
Universitas Sebelas Maret
4. Perhitungan Inside Film Coefficient (hi) dan (hio)
hi = J
H
x
t
k
c

3
1
D
k

\
|
......................................(Kern, 1950)
Keterangan :
jH diperoleh dari figure 28
OD
ID
x h hi io = ...................................................................(Kern, 1950)
6. Menghitung clean overall coefficient ( Uc)
U
C
=
ho hio
hio.ho
+
......( Kern, 1950)
7. Menghitung design overall coefficient (U
D
)
U
D
=
LMTD
T AA .
Q
.........(Kern, 1950)
Keterangan :
A= total surface = a x L x N
8. Menghitung dirt factor (Rd)
R
d
=
D C
D C
U . U
U U
...(Kern, 1950)
9. Menghitung Efisiensi Panas ()
..................................................(Kern, 1950) % 100
U
U
=
C
D

Laporan Tugas Khusus


PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 16
Universitas Sebelas Maret
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Perhitungan
Berikut ini merupakan tabel perbandingan data desain yang diambil dari
Heat Exchanger Spesification Sheet dan data aktual dari hasil perhitungan
analisa primary gas cooler E-400.
Tabel 1 Hasil Perhitungan pada Primary Gas Cooler 2-E-400
Data 2-E-400
Desain Aktual
Shell Tube Shell Tube
T
in
(
o
C) 36,15 94 36,64 106,83
T
out
(
o
C) 40,78 61 44,77 48,19
Efisiensi Panas (%) 98,81 83,52
Rd (m
2
.K/W) 0,0019 0,00197
Tabel 2 Perbandingan Hasil Perhitungan menggunakan Neraca panas dengan
Perhitungan menggunakan Koefisien Perpindahan panas
Data 2-E-400 Neraca Panas
Koefisien Perpindahan
Panas
Efisiensi Panas (%) 83,52 80,83
B. Pembahasan
Dari hasil perhitungan pada bab III didapat tabel perbandingan antara
hasil perhitungan data aktual dengan data desain dan perbandingan antara
perhitungan efisiensi menggunakan neraca panas dengan perhitungan
menggunakan koefisien perpindahan panas. Dari tabel diatas dapat dilihat
terjadi penurunan efisiensi komponen heat exchanger sebesar 15,29%. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja heat exchanger sudah mulai menurun.
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 17
Universitas Sebelas Maret
Pada perhitungan efisiensi aktual, terjadi selisih antara perhitungan
menggunakan neraca panas dengan perhitungan menggunakan koefisien
perpindahan panas. Selisih pada perhitungan tersebut disebabkan karena pada
perhitungan efisiensi menggunakan koefisien perpindahan panas (efisiensi
alat), data-data yang didapat dalam perhitungan merupakan data-data
pendekatan bukan merupakan data hasil pengukuran langsung atau kondisi
aktual, selain itu terdapat 68 tube yang ditutup karena terjadi kebocoran
sehingga efisiensi yang didapat berbeda dari efisiensi pada neraca panas yang
didasarkan pada kondisi aktual. Pada perhitungan menggunakan neraca panas
(efisiensi panas), perhitungan didasarkan pada kondisi aktual yaitu suhu dan
laju alir fluida pada shell dan tube. Metode perhitungan efisiensi heat
exchanger menggunakan neraca panas merupakan metode yang lebih efektif
karena didasarkan pada kondisi aktual fluida pada shell dan tube sehingga
dapat diketahui penurunan kinerja Heat Exchanger secara cepat.
Batasan dari nilai Rd min pada 2-E-400 sebesar 0,00190 m
2
.K/W. Dari
hasil perhitungan nilai Rd didapat nilai Rd yang meningkat dari nilai Rd
desain yaitu sebesar 0,00197 (m
2
.K/W). Nilai Rd tersebut masih memenuhi
syarat Heat Exchanger dengan Rd aktual >> Rd min. Hal itu menunjukkan
bahwa kinerja primary gas cooler (2-E-400) masih cukup baik dan alat masih
dapat dibersihkan dari kerak yang terbentuk pada kedua permukaan shell dan
tube.
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 18
Universitas Sebelas Maret
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Berdasarkan hasil perhitungan, efisiensi Primary Gas Cooler (2-E-400)
ditunjukkan pada tabel berikut:
Efisiensi
Desain
Aktual
Berdasarkan Neraca
Panas
Berdasarkan Koefisien
Perpindahan Panas
98,81% 83,52% 80,83%
- Berdasarkan evaluasi yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
Spesifikasi primary gas cooler (2-E-400) yaitu :
a. Fungsi : mendinginkan gas proses dari reaktor polimerisasi untuk
diumpankan ke kompresor
b. Tipe : Shell and Tube
c. Hasil analisa :
- Nilai Rd perhitungan sebesar 0,00197 m
2
.K/W
Nilai Rd minimum sebesar 0,00190 m
2
.K/W
sehingga Rd perhitungan>> Rd minimum
Hal itu menunjukkan bahwa kinerja primary gas cooler (2-E-400)
masih cukup baik dan layak digunakanserta alat masih dapat
dibersihkan dari kerak yang terbentuk pada kedua permukaan shell and
tube.
B. Saran
Untuk menjaga kinerja dari primary gas cooler (2-E-400) agar tetap baik
maka yang harus diperhatikan adalah nilai dirt factor (Rd). Besarnya Rd tidak
Laporan Tugas Khusus
PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
S1 Reguler Teknik Kimia 19
Universitas Sebelas Maret
boleh terlalu kecil dari Rd minimum karena hal itu menyebabkan tahanan alat
tidak mampu menahan kerak yang terbentuk di dalam dinding tube. Sehingga
dianjurkan Rd perancangan > Rd minimum agar tahanan alat mampu menahan
kerak yang terbentuk. Usaha pembersihan Heat Exchanger harus dilakukan
secara rutin agar kerak yang terbentuk tidak menumpuk terlalu banyak dan
perpindahan panas dapat berjalan efektif.

Anda mungkin juga menyukai