A. Skema Alat
Pada proses termodinamika, panas ditambahkan untuk menghangatkan udara sedangkan
koil pendingin dipasang untuk mendinginkan berikut dengan mengurangi kelembapan (kandungan
airnya) pada udara. Berikut adalah skema kombinasi proses pemanasan dan pendinginan pada
HVAC.
Gambar 2.1 Proses Penambahan Panas (Eksotermal dan Endotermal) pada Volume Atur
B. Persamaan Dasar
Persamaan yang digunakan menggunakan hukum kekekalan energi pada Volume atur.
Prinsip kekekalan energi pada volume atur diturunkan dari hukum termodinamika pertama bahwa
energi total dalam sistem sama dengan akumulasi kalor dan kerja yang keluar/masuk sistem.
Karena steady, maka energi dalamnya atau E=0.
……………………………..(2.1)
Sehingga, untuk mencari Q, maka rumus tersebut dapat disederhanakan menjadi berikut :
Kecepatan
Daya Heater T1DB°C T1WB°C T2DB°C T2WB°C
Putar fan
30 30 32 29 30
Evaporator 40 30 32 30 30
50 30 32 30 30
30 30 32 44 35
0.5 kW 40 30 32 40 37
50 30 32 36 37
30 30 32 57 48
1.0 kW 40 30 32 47 43
50 30 32 43 38
Setelah dilakukan pengambilan data pada setiap variasi daya heater dan kecepatan putar
fan, maka didapat Suhu Temperatur awal dry dan wet bulb (T1DB&T1WB). Selama 3 menit hingga
mesin steady, maka didapat suhu temperatur setelah dry dan wet bulb (T2DB&T2WB). Suhu yang
didapat tersebut digunakan dalam diagram psikometrik. Sehingga akan didapat entalpi dari
temperatur awal (h1) dan entalpi temperatur akhir (h2). Berikut adalah data dari entalpi masing-
masing temperature yang telah didapat :
Tabel 2.2 Data Hasil Entalpi
Kecepatan Putar h1 h2
Daya Heater T1DB°C T1WB°C T2DB°C T2WB°C
fan (kJ/kg) (kJ/kg)
30 30 32 111 29 30 100
Evaporator 40 30 32 111 30 30 99.75
50 30 32 111 30 30 99.75
30 30 32 111 44 35 128.75
0.5 kW 40 30 32 111 40 37 143
50 30 32 111 36 37 143.25
30 30 32 111 57 48 247
1.0 kW 40 30 32 111 47 43 193.25
50 30 32 111 43 38 150.25
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan kalor (Q) pada kerja HVAC yang dilakukan.
Kalor (Q) bisa didapat melalui rumus pada (2.2). Q akan dapat dicari melalui rumus kekekalan
energi pada sistem yang steady. Lalu, Langkah selanjutnya adalah mencari massa zat alir. ṁ dapat
dicari melalui rumus :
ṁ=ρ.A.v ………………………………………………………………………………………(2.3)
ṁ merupakan massa yang akan dicari. Ρ merupakan massa jenis suatu aliran atau fluida.
Massa jenis aliran tersebut telah diketahui adalah 1,2 kg/m3. A adalah luas penampang pada HVAC.
Luas penampang telah diukur menggunakan alat ukur yaitu penggaris dengan panjang sisinya
adalah 23cm x 23 cm. Sehingga luas penampang tersebut adalah 0,0529 m2. Adapun V adalah laju
aliran massa. Laju aliran massa sendiri telah diketahui dengan cara kecepatan putar fan
dikonversikan satuannya menjadi m/s.
Setelah semua variable terpenuhi, maka akan dilakukan perhitungan sehingga didapat Q
melalui rumus (2.2).
Contoh :
H1 = 111 kJ
H2 =128,75 kJ
W = 0,5 kWq
Kecepatan putar fan = 30
V = 1,52 m/s
ρ= 1,2 kg/m3
A= 0,0529 m2
ṁ= ρ.A.V
= 1,2x0,0529x1,52
= 0.09649 kg
Ditanya : Q?
Jawab :
Q =W - ṁ(h1-h2)
Q =0,5-0.09649(111-128,75)
Q = 0,5-0,09649(-17,75)
Q = 2,21269 kJ
Dari salah satu contoh perhitungan tersebut, maka didapat Q = 2,21269 kJ. Jika dibuat
menjadi table, maka berikut adalah table hasil perhitungan :
Q (kJ) W
Gambar 3.1 Grafik perbandingan Q dan W pada Evaporator
Q (kJ) W
Refrigerasi adalah ilmu yang mempelajari metode menurunkan temperature suatu materi
atau ruangan dibawah temperature lingkungan. Metode dari sistem refrigerasi ini adalah dengan
mengambil kalor yang terkandung di dalam materi atau ruangan dan membuangkan ke lingkungan
yang memiliki temperature lebih tinggi. Sistem refrigerasi ini memiliki 4 komponen utama, yaitu :
kompresor, kondensor, alat ekspansi, dan evaporator. Kompresor berfungsi menaikkan tekanan
fluida kerja. Refrigran akan masuk ke kompresor kemudian karena terjadi proses kompresi, fluida
kerja akan meningkatkan tekanannya. Lalu, refrigerant akan masuk ke kondensor. Di kondensor,
terjadi pelepasan kalor dari refrigerant ke lingkungan. Sebelum masuk ke evaporator, refrigerant
harus diturunkan tekanannya terlebih dahulu oleh alat ekspansi sebelum masuk ke evaporator.
Refrigeran akan masuk ke evaporator dan terjadi proses penyerapan kalor dari lingkungan oleh
evaporator. Begitulah sistem refrigerasi. Salah satu contoh dari alat yang menggunakan sistem
refrigerasi adalah HVAC dan AC. [1] Pada praktikum kali ini, digunakan HVAC sebagai salah satu
sistem dari refrigerasi tersebut. Praktikum ini didapat suhu bola kering dan bola basah. Digunakan
diagram termodinamika yang berisi nilai-nilai dan sifat termodinamika. Jika suhu bola kering dan
bola basah diplotkan, maka terdapat entalpi (h) dan kelembapan absolut. [2]
Pada HVAC sendiri, terdapat aliran udara. Daya heater yang digunakan untuk
menggerakkan fan (kipas angin) berpengaruh untuk menghasilkan suhu yang diinginkan. Karena,
HVAC (Heating Ventilation Air Conditioning) merupakan alat gabungan pemanasan dan
pendinginan. Semakin besar daya heaternya, maka tentu saja pemanasan akan mudah dilakukan.
[3] Hasil dari praktikum Pemanasan dan Pendinginan ini akan menghasilkan nilai Q. Dari hasil
tersebut, maka akan nilai Q akan dibandingkan dengan nilai W. Dari ketiga perbandingan tersebut,
dapat diketahui bahwa nilai Q berbeda-beda. Pada daya heater evaporator, nilai Q grafiknya turun
dan selalu dibawah nilai W (1,902 kW). Pada daya heater 0,5 kW, grafiknya naik dan nilai Q lebih
tinggi disbanding nilai W. Pada daya heater 1 kW, grafik Q turun, tetapi nilai Q lebih tinggi
dibanding nilai W. Dari perbandingan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai Q
dipengaruhi oleh massa, W (daya), kecepatan putar, luas penampang suatu aliran, dan massa jenis
aliran. [4]
Dalam praktikum ini, proses fisis yang terjadi adalah terdapat korosi pada heating coil.
Korosi tersebut dipengaruhi adanya kenaikan temperature pada HVAC dan perubahan suhu secara
cepat sehingga mengubah struktur logam pada heating coil. Tentunya, korosi pada heating coil ini
mempengaruhi penyerapan suhu pada heating coil tersebut. Korosi dapat menurunkan kinerja
heating coil dalam proses pemanasan dan pendinginan sehingga membutuhkan waktu yang lama
untuk menjadikan mesin HVAC benar-benar steady. Karena korosi dapat menurunkan perfomansi
kerja, maka suhu yang didapatpun tidak sesuai.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. HVAC merupakan salah satu alat pemanasan dan pendinginan. Kesetimbangan massa-
energi pada sistem ini merupakan sistem tertutup.
b. Kalor yang didapat pada praktikum ini untuk variasi daya heater evaporator adalah
0.840614kJ, 0.402285kJ, -0.24045 kJ. Untuk daya 0,5kW adalah 2.21269kJ,
4.765856kJ, 6.64169kJ. Untuk daya 1 kW adalah 14.12259kJ, 11.96458kJ, 8.47477kJ.
c. Properti termodinamis pada hasil pemanasan dan pendinginan adalah massa volume
atur, suhu, entalpi, dan tekanan.
B. Saran
Saran yang diperoleh dari praktikum ini adalah :
a. Alangkah lebih baiknya jika HVAC dirawat secara berkala. Karena, jika HVAC tidak
dirawat secara berkala, maka akan mengurangi kinerja dari HVAC itu sendiri.
b. Seharusnya, heating coil yang terdapat pada HVAC perlu dijaga. Kalau terdapat korosi
pada heating coil, sebaiknya heating coil diganti karena akan mengurangi performansi
heating coil dalam pemanasan dan pendinginan sekaligus pengambilan data pada
praktikum semakin akurat.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
[1] K. Sumeru, Subcooling Pada Siklus Refrigerasi Kompresi Uap: Aplikasinya pada Mesin
Uap, Yogyakarta: Deepublish, 2018.
[2] B. S. Bambang Dwi Argo, Thermodinamika, Malang: UB Press, 2009.
[3] G. W. Gupton, HVAC Controls: Operation & Maintenance, Georgia: The Fairmont Press,
Inc. , 2002.
[4] H. N. S. D. D. B. M. B. B. Michael J. Moran, Fundamental of Engineering Thermodynamics,
Hoboken : John Wiley & Sons, Inc., 2014.