Anda di halaman 1dari 27

Sudaryatno Sudirham

Analisis
Rangkaian Listrik
Jilid 2

2 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


BAB 2
Analisis Transien di Kawasan Waktu
Rangkaian Orde Ke-Dua

Dengan mempelajari analisis transien sistem orde ke-dua kita akan


• mampu menurunkan persamaan rangkaian yang
merupakan rangkaian orde kedua.
• memahami bahwa tanggapan rangkaian terdiri dari
tanggapan paksa dan tanggapan alami yang mungkin
berosilasi.
• mampu melakukan analisis transien pada rangkaian orde
kedua.

2.1. Contoh Rangkaian Orde Kedua


Rangkaian RLC Seri. Kita lihat rangkaian seri RLC seperti pada
Gb.2.1. Saklar S
ditutup pada t = 0. S L
Langkah pertama
dalam mencari + R i +
+ v
tanggapan rangkaian vin C
ini adalah mencari v s − −

persamaan
rangkaian. Karena
Gb.2.1. Rangkaian RLC seri.
rangkaian
mengandung C dan
L, maka ada dua peubah status, yaitu tegangan kapasitor dan arus
induktor, yang dapat kita pilih untuk digunakan dalam mencari
persamaan rangkaian,. Kita akan mencoba lebih dulu menggunakan
tegangan kapasitor sebagai peubah rangkaian, kemudian melihat apa
yang akan kita dapatkan jika arus induktor yang kita pilih.
Aplikasi HTK untuk t > 0 pada rangkaian ini memberikan :
di
Ri + L + v = vin (2.1)
dt
Karena i = iC = C dv/dt, maka persamaan (2. 1) menjadi :

1
d 2v dv
LC 2
+ RC + v = vin (2.2)
dt dt
Persamaan (2.2) adalah persamaan diferensial orde kedua, yang
merupakan diskripsi lengkap rangkaian, dengan tegangan kapasitor
sebagai peubah. Untuk memperoleh persamaan rangkaian dengan
arus induktor i sebagai peubah, kita manfaatkan hubungan arus-
tegangan kapasitor, yaitu
dv 1
i = iC = C
dt
→v=
C
idt ∫
sehingga (2.1) menjadi:
di 1
L + Ri +
dt C ∫
idt + v(0) = vin atau

d 2i di dv
LC 2
+ RC + i = C in = iin (2.3)
dt dt dt
Persamaan (2.2) dan (2.3) sama bentuknya, hanya peubah sinyalnya
yang berbeda. Hal ini berarti bahwa tegangan kapasitor ataupun arus
induktor sebagai peubah akan memberikan persamaan rangkaian
yang setara. Kita cukup mempelajari salah satu di antaranya.
Rangkaian RLC Paralel. Perhatikan rangkaian RLC paralel seperti
pada Gb.2.2. Aplikasi
HAK pada simpul A A is
memberikan
iR + iL + iC = is iR iC +
iL = i v
Hubungan ini dapat L C
R −
dinyatakan dengan arus
induktor iL = i sebagai
peubah, dengan B
memanfaatkan hubungan
v =vL =L di/dt, sehingga Gb.2.2. Rangkaian paralel RLC
iR = v/R dan iC = C
dv/dt .

2 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


v dv
+i+C = is atau
R dt
(2.4)
d 2i L di
LC + + i = is
dt 2 R dt
Persamaan rangkaian paralel RLC juga merupakan persamaan
diferensial orde kedua.

2.2. Tinjauan Umum Tanggapan Rangkaian Orde Kedua


Secara umum rangkaian orde kedua mempunyai persamaan yang
berbentuk
d2y dy
a +b
+ cy = x(t ) (2.5)
2 dt
dt
Pada sistem orde satu kita telah melihat bahwa tanggapan rangkaian
terdiri dari dua komponen yaitu tanggapan alami dan tanggapan
paksa. Hal yang sama juga terjadi pada sistem orde kedua yang
dengan mudah dapat ditunjukkan secara matematis seperti halnya
pada sistem orde pertama. Perbedaan dari kedua sistem ini terletak
pada kondisi awalnya. Karena rangkaian orde kedua mengandung
dua elemen yang mampu menyimpan energi yaitu L dan C, maka
dalam sistem ini baik arus induktor maupun tegangan kapasitor harus
merupakan fungsi kontinyu. Oleh karena itu ada dua kondisi awal
yang harus dipenuhi, yaitu

vC (0 + ) = vC (0 − ) dan i L ( 0 + ) = i L (0 − )

Dalam penerapannya, kedua kondisi awal ini harus dijadikan satu,


artinya vC dinyatakan dalam iL atau sebaliknya iL dinyatakan dalam
vC , tergantung dari apakah peubah y pada (2.25) berupa tegangan
kapasitor ataukah arus induktor.
Sebagai contoh, pada rangkaian RLC seri hubungan antara vC dan iL
adalah

dvC + dvC + i (0 + )
i (0 + ) = iL (0 + ) = iC (0 + ) = C (0 ) atau (0 ) =
dt dt C
Dengan demikian jika peubah y adalah tegangan kapasitor, dua
kondisi awal yang harus diterapkan, adalah:

3
dvC + i (0 + )
vC (0+ ) = vC (0− ) dan (0 ) = L .
dt C
Contoh lain adalah rangkaian paralel RLC; hubungan antara vC dan
iL adalah

diL + diL + v (0 + )
vC (0+ ) = vL (0+ ) = L (0 ) atau (0 ) = C
dt dt L
Dengan demikian jika peubah y adalah arus induktor, dua kondisi
awal yang harus diterapkan, adalah:
diL + v (0 + )
i L (0 + ) = i L (0 − ) dan (0 ) = C .
dt L
Secara umum, dua kondisi awal yang harus kita terapkan pada (2.5)
adalah
dy +
y (0 + ) = y (0 − ) dan (0 ) = y ' (0 + )
dt (2.6)
dengan y ' (0 + ) dicari dari hubungan rangkaian

Tanggapan Alami. Tanggapan alami diperoleh dari persamaan


rangkaian dengan memberikan nilai nol pada ruas kanan dari
persamaan (2.5), sehingga persamaan menjadi

d2y dy
a 2
+b + cy = 0 (2.7)
dt dt
Agar persamaan ini dapat dipenuhi, y dan turunannya harus
mempunyai bentuk sama sehingga dapat diduga y berbentuk fungsi
eksponensial ya = Kest dengan nilai K dan s yang masih harus
ditentukan. Kalau solusi ini dimasukkan ke (2.27) akan diperoleh :

aKs 2 e st + bKse st + cKe st = 0 atau


(as )
(2.8)
st 2
Ke + bs + c = 0
Fungsi est tidak boleh nol untuk semua nilai t . Kondisi K = 0 juga
tidak diperkenankan karena hal itu akan berarti ya = 0 untuk seluruh
t. Satu-satunya jalan agar persamaan ini dipenuhi adalah

4 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


as 2 + bs + c = 0 (2.9)
Persamaan ini adalah persamaan karakteristik rangkaian orde kedua.
Secara umum, persamaan karakteristik yang berbentuk persamaan
kwadrat itu mempunyai dua akar yaitu :

− b ± b 2 − 4ac
s1, s2 = (2.10)
2a
Akar-akar persamaan ini mempunyai tiga kemungkinan nilai, yaitu:
dua akar riil berbeda, dua akar sama, atau dua akar kompleks
konjugat. Konsekuensi dari masing-masing kemungkinan nilai akar
ini terhadap bentuk gelombang tanggapan rangkaian akan kita lihat
lebih lanjut. Untuk sementara ini kita melihat secara umum bahwa
persamaan karakteristik mempunyai dua akar.
Dengan adanya dua akar tersebut maka kita mempunyai dua
tanggapan alami, yaitu:

ya1 = K1e s1t dan y a 2 = K 2e s 2 t

Jika ya1 merupakan solusi dan ya2 juga merupakan solusi, maka
jumlah keduanya juga merupakan solusi. Jadi tanggapan alami yang
kita cari akan berbentuk

ya = K1e s1t + K 2e s2t (2.11)

Konstanta K1 dan K2 kita cari melalui penerapan kondisi awal


pada tanggapan lengkap.
Tanggapan Paksa. Tanggapan paksa kita cari dari persamaan (2.5).
Tanggapan paksa ini ditentukan oleh bentuk fungsi masukan. Cara
menduga bentuk tanggapan paksa sama dengan apa yang kita
pelajari pada rangkaian orde pertama, yaitu relasi (2.8). Untuk
keperluan pembahasan di sini, tanggapan paksa kita umpamakan
sebagai ypaksa= yp.
Tanggapan Lengkap. Dengan pemisalan tanggapan paksa tersebut
di atas maka tanggapan lengkap (tanggapan rangkaian) menjadi

y = y p + ya = y p + K1e s1t + K 2e s2t (2.12)

5
2.3. Tiga Kemungkinan Bentuk Tanggapan
Sebagaimana disebutkan, akar-akar persamaan karakteristik yang
bentuk umumnya adalah as2 + bs + c = 0 dapat mempunyai tiga
kemungkinan nilai akar, yaitu:
a). Dua akar riil berbeda, s1 ≠ s2, jika {b2− 4ac } > 0;
b). Dua akar sama, s1 = s2 = s , jika {b2−4ac } = 0;
c). Dua akar kompleks konjugat s1 , s2 = α ± jβ jika {b2−4ac } < 0.
Tiga kemungkinan nilai akar tersebut akan memberikan tiga
kemungkinan bentuk tanggapan yang akan kita lihat berikut ini,
dengan contoh tanggapan rangkaian tanpa fungsi pemaksa.

Dua Akar Riil Berbeda. Kalau kondisi awal y(0+) dan dy/dt (0+)
kita terapkan pada tanggapan lengkap (2.12), kita akan memperoleh
dua persamaan yaitu

y (0+ ) = y p (0+ ) + K1 + K 2 dan y ' (0+ ) = y′p (0+ ) + s1K1 + s2 K 2

yang akan menentukan nilai K1 dan K2. Jika kita sebut

A0 = y (0+ ) − y p (0+ ) dan B0 = y′(0+ ) − y′p (0+ ) (2.13)

maka kita peroleh K1 + K 2 = A0 dan s1K1 + s2 K 2 = B0 dan


dari sini kita memperoleh
s2 A0 − B0 s1 A0 − B0
K1 = dan K2 =
s2 − s1 s1 − s2
sehingga tanggapan lengkap menjadi
s2 A0 − B0 s1t s1 A0 − B0 s2t
y = yp + e + e (2.14)
s2 − s1 s1 − s2

Berikut ini kita lihat suatu contoh. Seperti halnya pada rangkaian
orde pertama, pada rangkaian orde kedua ini kita juga mengartikan
tanggapan rangkaian sebagai tanggapan lengkap. Hal ini didasari
oleh pengertian tentang kondisi awal, yang hanya dapat diterapkan
pada tanggapan lengkap. Rangkaian-rangkaian yang hanya
mempunyai tanggapan alami kita fahami sebagai rangkaian dengan
tanggapan paksa yang bernilai nol.

6 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


CO&TOH-2.1: Saklar S 1H
S 1 2
pada rangkaian di
samping ini telah
lama berada pada + + i
iC
posisi 1. Pada t = 0 − v 8,5 kΩ
15 V
saklar dipindahkan − 0,25 µF
ke posisi 2.
Tentukan tegangan
kapasitor , v , untuk
t > 0.

Penyelesaian :
Kondisi mantap yang telah tercapai pada waktu saklar di posisi
1 membuat kapasitor bertegangan sebesar tegangan sumber,
sementara induktor tidak dialiri arus. Jadi

v(0− ) = 15 V ; i (0 − ) = 0
Setelah saklar di posisi 2, persamaan rangkaian adalah :
di
−v+L + iR = 0
dt
Karena i =− iC = −C dv/dt , maka persamaan tersebut menjadi
d  dv   dv 
−v+L  − C  + R − C  = 0
dt  dt   dt 
d 2v dv
→ LC + RC +v = 0
2 dt
dt
Jika nilai-nilai elemen dimasukkan dan dikalikan dengan 4×106
maka persamaan rangkaian menjadi

d 2v dv
+ 8,5 × 103 + 4 × 106 v = 0
2 dt
dt

7
Persamaan karkteristik : s 2 + 8,5 × 103 s + 4 × 106 = 0

→ akar - akar : s1 , s2 = −4250 ± 103 (4,25) 2 − 4 = −500, − 8000


( dua akar riil berbeda).
Dugaan tanggapan lengkap : v = 0 + K1e − 500t + K 2 e −8000t
(tanggapan paksa nol))
Kondisi awal :
a). v(0 + ) = v(0 − ) = 15 V → 15 = K1 + K 2 ⇒ K 2 = 15 − K1
dv + dv +
b). iL (0 + ) = iL (0 − ) = 0 = −iC (0 + ) = −C
(0 ) → (0 ) = 0
dt dt
→ 0 = K1s1 + K 2 s2 = K1s1 + (15 − K1 ) s2
− 15s2 − 15(−8000)
⇒ K1 = = = 16 ⇒ K 2 = 15 − K1 = −1
s1 − s2 − 500 + 8000
Tanggapan lengkap menjadi : v = 16e − 500 t − e −8000 t V
( hanya terdiri dari tanggapan alami).

Dua Akar Riil Sama Besar. Kedua akar yang sama besar tersebut
dapat kita tuliskan sebagai
s1 = s dan s2 = s + δ ; dengan δ → 0 (2.15)

Dengan demikian maka tanggapan lengkap (2.32) dapat kita tulis


sebagai

y = y p + K1e s1t + K 2e s2t = y p + K1e st + K 2e ( s + δ)t (2.16)

Kalau kondisi awal pertama y(0+) kita terapkan, kita akan


memperoleh

y (0+ ) = y p (0+ ) + K1 + K 2 → K1 + K 2 = y (0+ ) − y p (0+ ) = A0

Jika kondisi awal kedua dy/dt (0+) kita terapkan, kita peroleh

y′(0+ ) = y′p (0 + ) + K1s + K 2 ( s + δ)


→ ( K1 + K 2 ) s + K 2δ = y′(0 + ) − y′p (0+ ) = B0

Dari kedua persamaan ini kita dapatkan

8 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


B − A0 s
A0 s + K 2δ = B0 → K 2 = 0
δ
(2.17)
B − A0 s
→ K1 = A0 − 0
δ
Tanggapan lengkap menjadi

 B − A0 s  st B0 − A0 s ( s + δ)t
y = y p +  A0 − 0 e + e
 δ  δ
 B − A0 s  B0 − A0 s δ t  st
= y p +  A0 − 0 + e e (2.18.a)
 δ  δ 
 δ
 1 e  st
t 
= y p +  A0 + ( B0 − A0 s) − +  e
  δ δ 
 
 1 eδ t   δt 
Karena lim  − +  = lim  e − 1  = t maka tanggapan
δ →0 δ δ  δ→0 δ 

lengkap (2.18.a) dapat kita tulis

y = y p + [A0 + ( B0 − A0 s) t ] e st (2.18.b)

Tanggapan lengkap seperti dinyatakan oleh (2.18.b) merupakan


bentuk khusus yang diperoleh jika persamaan karakteristik
mempunyai dua akar sama besar. A0 dan B0 mempunyai nilai tertentu
yang ditetapkan oleh kondisi awal. Dengan demikian kita dapat
menuliskan (2.18.b) sebagai

y = y p + [K a + K b t ] e st (2.18.c)

dengan nilai Ka yang ditentukan oleh kondisi awal, dan nilai Kb


ditentukan oleh kondisi awal dan s. Nilai s sendiri ditentukan oleh
nilai elemen-elemen yang membentuk rangkaian dan tidak ada
kaitannya dengan kondisi awal. Dengan kata lain, jika kita
mengetahui bahwa persamaan karakteristik rangkaian mempunyai
akar-akar yang sama besar (akar kembar) maka bentuk tanggapan
rangkaian akan seperti yang ditunjukkan oleh (2.18.c).

9
CO&TOH-2.2: Persoalan sama dengan contoh-2.1. akan tetapi
resistor 8,5 kΩ diganti dengan 4 kΩ.
Penyelesaian :

d 2v dv
Persamaan rangkaian adalah : + 4 × 103 + 4 × 106 v = 0
dt 2 dt
Persamaan karakteristik : s 2 + 4000s + 4 × 106 = 0

akar - akar : s1, s2 = −2000 ± 4 × 106 − 4 × 106 = −2000 = s


Di sini terdapat dua akar sama besar oleh karena itu
tanggapan lengkap akan berbentuk :
v = v p + (K a + K b t ) e st = 0 + (K a + Kb t ) e st , karena v p = 0.
Aplikasi kondisi awal pertama pada tanggapan lengkap ini
memberikan v(0+ ) = 15 = K a .
dv +
Aplikasi kondisi awal kedua (0 ) = 0 pada tanggapan
dt
lengkap memberikan
dv dv +
= Kbe st + (K a + Kbt ) s e st → (0 ) = 0 = K b + K a s
dt dt
→ Kb = − K a s = 30000 ⇒ Jadi : v = (15 + 30000t ) e − 2000 t V

Akar-Akar Kompleks Konjugat. Dua akar kompleks konjugat dapat


dituliskan sebagai
s1 = α + jβ dan s2 = α − jβ

Tanggapan lengkap dari situasi ini, menurut (2.32) adalah

y = y p + K1e (α + jβ) t + K 2e( α − jβ) t


( )
(2.19)
= y p + K1e + jβ t + K 2e − jβ t eαt

Aplikasi kondisi awal yang pertama, y(0+), pada (2.19) memberikan

y (0+ ) = y p (0+ ) + (K1 + K 2 )


→ K1 + K 2 = y (0 + ) − y p (0+ ) = A0

10 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


dv +
Aplikasi kondisi awal yang kedua, (0 ) = y′(0 + ) , pada (2.19)
dt
memberikan
dy dy p
dt
=
dt
( ) (
+ jβK1e jβt − jβK 2e − jβt eαt + K1e jβt + K 2e − jβt α e αt )
dy +
(0 ) = y′(0 + ) = y′p (0 + ) + ( jβK1 − jβK 2 ) + (K1 + K 2 ) α
dt
→ jβ(K1 − K 2 ) + α(K1 + K 2 ) = y′(0 + ) − y′p (0 + ) = B0

Dari sini kita peroleh


K1 + K 2 = A0
B − αA0
jβ(K1 − K 2 ) + α(K1 + K 2 ) = B0 → K1 − K 2 = 0

A + ( B0 − αA0 ) / jβ A − ( B0 − αA0 ) / jβ
K1 = 0 ; K2 = 0
2 2
Tanggapan lengkap menjadi
 A + ( B0 − αA0 ) / jβ + jβ t A0 − ( B0 − αA0 ) / jβ − jβ t  αt
y = yp +  0 e + e e
 2 2 
 e + jβ t + e − jβ t ( B0 − αA0 ) e + jβ t − e − jβ t  αt
= y p +  A0 + e
 2 β 2j 
 
 ( B − αA0 ) 
= y p +  A0 cos βt + 0 sin βt  eαt
 β 
(2.20)
A0 dan B0 mempunyai nilai tertentu yang ditetapkan oleh kondisi
awal sedangkan α dan β ditentukan oleh nilai elemen rangkaian.
Dengan demikian tanggapan lengkap (2.53) dapat kita tuliskan
sebagai
y = y p + (K a cos βt + K b sin βt ) eαt (2.21)

dengan Ka dan Kb yang masih harus ditentukan melalui penerapan


kondisi awal. Ini adalah bentuk tanggapan lengkap khusus untuk
rangkaian dengan persamaan karakteristik yang mempunyai dua akar
kompleks konjugat.

11
CO&TOH-2.3: Persoalan sama dengan contoh 2.1. akan tetapi
resistor 8,5 kΩ diganti dengan 1 kΩ.
Penyelesaian :
Dengan penggantian ini persamaan rangkaian menjadi

d 2v dv
+ 103 + 4 × 106 v = 0
dt 2 dt

dv
Persamaan karakteristik : s 2 + 1000 + 4 × 10 6 = 0
dt
akar - akar : s1 , s 2 = −500 ± 500 2 − 4 ×10 6
= −500 ± j 500 15
Di sini terdapat dua akar kompleks konjugat :
α ± jβ dengan α = −500 ; β = 500 15
Tanggapan lengkap diduga akan berbentuk
v = v p + (K a cos β t + K b sin βt ) e αt
= 0 + (K a cos βt + K b sin βt ) e αt
Aplikasi kondisi awal pertama memberikan : v(0 + ) = 15 = K a
Aplikasi kondisi awal kedua
dv
= (− K a β sin βt + K b β cos βt ) e αt
dt
+ (K a cos βt + K b sin β t ) α e αt
dv + − αK a 500 × 15
(0 ) = 0 = K b β + αK a → K b = = = 15
dt β 500 15
Jadi tanggapan lengkap adalah :
( )
v = 15 cos(500 15 t ) + 15 sin(500 15 t ) e −500t V

Contoh 2.1, 2.2, dan 2.3 menunjukkan tiga kemungkinan bentuk


tanggapan, yang ditentukan oleh akar-akar persamaan karakteristik.
a). Jika persamaan karakteristik mempunyai dua akar yang berbeda,
tanggapan alami akan merupakan jumlah dari dua suku yang

12 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


masing-masing merupakan fungsi eksponenial. Dalam kasus seperti
ini, tanggapan rangkaian merupakan tanggapan amat teredam.
b). Jika persamaan karakteristik mempunyai dua akar yang sama
besar, maka tanggapan alami akan merupakan jumlah dari fungsi
eksponensial dan ramp teredam. Tanggapan ini merupakan
tanggapan teredam kritis.
c). Jika persamaan karakteristik mempunyai dua akar kompleks
konjugat, maka tanggapan alami merupakan jumlah dari fungsi-
fungsi sinus teredam. Jadi tanggapan rangkaian berosilasi terlebih
dulu sebelum akhirnya mencapai nol, dan disebut tanggapan kurang
teredam. Bagian riil dari akar persamaan karakteristik menentukan
peredaman; sedangkan bagian imajinernya menentukan frekuensi
osilasi. (Gambar di bawah ini menunjukkan perubahan v pada
contoh-contoh di atas.)

v 20
[V]
15
teredam kritis (contoh 18.15)
10
sangat teredam (contoh 18.14)
5

0
0 0.00 0.004 0.006 0.008 0.01 t [s]
-5
kurang teredam (contoh 18.16)
-10

2.4. Tanggapan Rangkaian Orde Kedua Terhadap Sinyal Anak


Tangga
Bentuk umum sinyal anak tangga adalah Au(t). Jika kita hanya
meninjau keadaan pada t > 0, maka faktor u(t) tidak perlu dituliskan
lagi.

13
CO&TOH-2.4: Jika
vs=10u(t) V, i1 1µF
bagaimana-kah
A B
keluaran vo rangkaian
di samping ini pada t i2 + vo
+ 1MΩ 1MΩ +
vs −
> 0 untuk berbagai 1µF − µvB
nilai µ ?
Penyelesaian :
Karena vo = µvB maka kita mencari persamaan rangkaian
dengan tegangan simpul B , yaitu vB , sebagai peubah.
Persamaan tegangan simpul untuk simpul A dan B adalah
 1 1  v v
v A  6 + 6  + i1 − s6 − B6 = 0
 10 10  10 10
d
⇒ 2v A + (v A − µ vB ) − vs − vB = 0
dt
 1  v dv
vB  6  + i2 − A6 = 0 ⇒ vB + B − v A = 0
 10  10 dt
dv
⇒ v A = vB + B
dt
Dua persamaan diferensial orde satu ini jika digabungkan akan
memberikan persamaan diferensial orde kedua.
dv B dv B d 2v B dv
2v B + 2 + + − µ B − v B = vs = 10 atau
dt dt 2 dt
dt
d 2vB dv B
+ (3 − µ) + vB = 10
2 dt
dt

Pers. karakteristik : s 2 + (3 − µ) s + 1 = 0

− (3 − µ) ± (3 − µ) 2 − 4
→ s1, ss =
2
Dugaan tanggapan lengkap : vB = vBp + K1es1t + K 2es 2t
Dugaan tanggapan paksa : vBp = K3 → 0 + 0 + K3 = 10
⇒ vBp = 10

14 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


Tanggapan lengkap : vB = 10 + K1es1t + K 2es 2t
(
⇒ vo = µ 10 + K1es1t + K 2es 2t )
2
Jika (3 − µ) > 4 → µ < 1 → s1 ≠ s 2 ⇒ vo sangat teredam.
Jika (3 − µ)2 < 4 → µ > 1 →
s1, s 2 kompleks ⇒ vo kurang teredam.
2
Jika (3 − µ) = 4 → µ = 1 → s1 = s 2 ⇒ vo teredam kritis.

Pemahaman : Bentuk tegangan keluaran ditentukan oleh nilai µ


dan nilai elemen-elemen rangkaian. Kita dapat memilih nilai-
nilai yang sesuai untuk memperoleh tanggapan rangkaian yang
kita inginkan. Untuk µ > 3 akan terjadi keadaan tak stabil karena
akar-akar bernilai riil positif; peredaman tidak terjadi dan sinyal
membesar tanpa batas.

CO&TOH-2.5: Carilah vo pada contoh 2.4 jika µ = 2 dan tegangan


awal kapasitor masing-masing adalah nol.
Penyelesaian : Persamaan rangkaian, dengan µ = 2, adalah

d 2vB dv B
+ (3 − µ) + v B = 10 atau
2 dt
dt

d 2vB dv B
+ + v B = 10
2 dt
dt

Pers. karakteristik : s 2 + s + 1 = 0
−1± 1− 4
→ s1, ss = = −0,5 ± j 0,5 3
2
(dua akar kompleks konjugat : α ± jβ ; α = −0,5 ; β = 0,5 3 )
Tanggapan lengkap diduga berbentuk :
vB = vBp + (K a cos β t + Kb sin β t ) eαt
Tanggapan paksa : vBp = K → 0 + 0 + K = 10 ⇒ vBp = 10
Tanggapan lengkap : vB = 10 + (K a cos β t + Kb sin β t ) eαt

15
Kondisi awalnya adalah : kedua kapasitor bertegangan nol.
→ vB (0+ ) = 0 dan v A (0+ ) − vo (0+ ) = 0
→ vB (0+ ) + 105 i2 (0+ ) − 2vB (0+ ) = 0
dvB + dvB +
→ 0 + 105 (0 ) − 0 = 0 → (0 ) = 0
dt dt
Penerapan dua kondisi awal ini ke tanggapan lengkap
memberikan : vB( 0+ ) = 0 = 10 + K a ⇒ K a = −10
dvB
= (− K aβ sin βt + Kbβ cos βt ) eαt + (K a cos βt + Kb sin βt ) α eαt
dt
dvB + − αK a 0,5 × (−10) − 10
(0 ) = 0 = Kbβ + αK a → Kb = = =
dt β 0,5 3 3
 10 
⇒ vB = 10 − 10 cos(0,5 3 t ) + sin(0,5 3 t )  e−0.5t
 3 

2.5. Tanggapan Rangkaian Orde Kedua Terhadap Sinyal Sinus


Masukan sinyal sinus secara umum dapat kita nyatakan dengan x(t) =
Acos(ωt+θ) u(t). Untuk peninjauan pada t > 0 faktor u(t) tak perlu
ditulis lagi. Dengan demikian persamaan umum rangkaian orde
kedua dengan masukan sinyal sinus akan berbentuk

d2y dy
a +b + cy = A cos(ωt + θ)
2 dt
dt
Persamaan karakterisik serta akar-akarnya tidak berbeda dengan apa
yang telah kita bahas untuk sumber tegangan konstan, dan
memberikan tanggapan alami yang berbentuk

va = K1e s1t + K 2e s 2 t

Untuk masukan sinus, tanggapan paksa diduga akan berbentuk


vp = Accosωt + Assinωt

16 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


CO&TOH-2.6: Carilah v dan i
untuk t > 0 pada rangkaian
di samping ini jika vs = i 1H
5Ω +
26cos3t u(t) V sedangkan + 1
F v
i(0) = 2 A dan v(0) = 6 V. − vs 6 −
Penyelesaian :
Aplikasi HTK untuk
rangkaian ini akan memberikan
di 5 dv 1 d 2v
− vs + 5i + +v=0→ + + v = 26 cos 3t atau
dt 6 dt 6 dt 2

d 2v dv
+5 + 6v = 156 cos 3t
2 dt
dt

Persamaan karakteristik : s 2 + 5s + 6 = 0 = ( s + 2)( s + 3);


akar - akar : s1 , s2 = −2, − 3
Dugaan tanggapan lengkap : v = v p + K1e − 2t + K 2 e −3t
Dugaan tanggapan paksa : v p = Ac cos 3t + As sin 3t
→ (− 9 Ac + 15 As + 6 Ac ) cos 3t + (− 9 As − 15 Ac + 6 As ) sin 3t = 156 cos 3t
→ −3 Ac + 15 As = 156 dan − 15 Ac − 3 As = 0
156 + 0 5 × 156 − 0
⇒ Ac = = −2 ; As = = 10
− 3 − 75 75 + 3
Tanggapan lengkap : v = −2 cos 3t + 10 sin 3t + K1e − 2t + K 2 e − 3t
1 dv + dv +
Kondisi awal : v(0 + ) = 6 dan i (0 + ) = 2 = (0 ) → (0 ) = 12
6 dt dt
Aplikasi kondisi awal pertama : 6 = −2 + K1 + K 2 → K 2 = 8 − K1
Aplikasi kondisi awal kedua : 12 = 30 − 2 K1 − 3K 2
⇒ K1 = 6 ⇒ K 2 = 2
Tanggapan lengkap : v = −2 cos 3t + 10 sin 3t + 6e − 2t + 2e − 3t V
1 dv
⇒ i= = sin 3t + 5 cos 3t − 2e − 2t − e − 3t A
6 dt

17
30
v [V] 20 vs
i [A] v
10
0 t [s]
-10 0 i 2 4 6 8 10
-20
-30

CO&TOH-2.7: Pada rangkaian di samping ini, vs = 10cos5t u(t) V.


Tentukanlah tegangan
A
kapasitor v untuk t >
0, jika tegangan awal
kapasitor dan 4Ω 6Ω +
vs + B v
arusawal induktor − 0,25F −
adalah nol. 1H
Penyelesaian:
 1 1  1 dv vs vB
Simpul A : v +  + − − =0
 4 6  4 dt 4 6
dv
→ v B = 2,5v + 1,5 − 1,5vs
dt

vB 1 v
Simpul B : +
6 L ∫
v B dt + i L (0) − = 0 → v B + 6 v B dt − v = 0
6 ∫
dv dv d  dv 
→ B + 6v B − = 0 →  2,5v + 1,5 − 1,5v s 
dt dt dt  dt 
 dv  dv
+ 6 2,5v + 1,5 − 1,5v s  − =0
 dt  dt
d 2v dv dv
→ 1,5 + 10,5 + 15v = 9v s + 1,5 s atau
2 dt dt
dt
d 2v dv dv
2
+7 + 10v = 6vs + s
dt dt dt

18 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


Dengan tegangan masukan vs = 10cos5t maka persamaan
rangkaian menjadi

d 2v dv
+7 + 10v = 60 cos 5t − 50 sin 5t
2 dt
dt

Persamaan karakteristik : s 2 + 7 s + 10 = 0

→ s1, ss = −3,5 ± 3,52 − 10 = −2 , − 5.


Dugaan tanggapan lengkap : v = v p + K1e − 2t + K 2e−5t
Dugaan tanggapan paksa : v p = Ac cos 5t + As sin 5t
 (−25 Ac + 35 As + 10 Ac ) cos 6t 
→   = 60cos6t − 50sin6t
 + (−25 As − 35 Ac + 10 As ) sin 6t 
→ −15 Ac + 35 As = 60 dan − 15 As − 35 Ac = −50
⇒ As = 0,93 ; Ac = −1,83
⇒ v p = −1,83 cos 5t + 0,93 sin 5t
Tanggapan lengkap : v = −1,83 cos 5t + 0,93 sin 5t + K1e − 2t + K 2e −5t
Kondisi awal :
(1) v(0+ ) = 0
v (0+ ) 10 1 dv +
(2) iL (0+ ) = 0 → iC (0+ ) = s = = 2,5 = (0 )
4 4 4 dt
dv +
⇒ (0 ) = 10
dt
Aplikasi kedua kondisi awal ini pada tanggapan lengkap :
v(0+ ) = 0 = −1,83 + K1 + K 2 → K 2 = 1,83 − K1
dv +
(0 ) = 10 = 4,65 − 2 K1 − 5K 2 → 5,35 = −2 K1 − 5(1.83 − K1)
dt
⇒ K1 = 4,83 ⇒ K 2 = −3
Tanggapan lengkap : v = −1,83 cos 5t + 0,93 sin 5t + 4,83e − 2t − 3e −5t

19
Soal-Soal
1. Carilah bentuk gelombang tegangan yang memenuhi persamaan
diferensial berikut.

d 2v dv
a). 2
+7 + 10v = 0 ,
dt dt
dv +
v(0+ ) = 0, (0 ) = 15 V/s
dt
d 2v dv
b). +4 + 4v = 0 ,
dt 2 dt
dv +
v(0+ ) = 0 V, (0 ) = 10 V/s
dt
d 2v dv
c). 2
+4 + 5v = 0 ,
dt dt
dv +
v (0+ ) = 0 V, (0 ) = 5 V/s
dt

2. Ulangi soal 1 untuk persamaan berikut.

d 2v dv
a). + 10 + 24v = 100u (t ) ,
dt 2 dt
dv(0)
v(0 + ) = 5, = 25 V/s
dt
d 2v dv
b). 2
+ 10+ 25v = 100u (t ) ,
dt dt
dv(0)
v(0 + ) = 5 V, = 10 V/s
dt
d 2v dv
c). 2
+8 + 25v = 100u (t ) ,
dt dt
dv(0)
v(0 + ) = 5 V, = 10 V/s
dt

20 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


3. Ulangi soal 1 untuk persamaan berikut.

d 2v dv
a). 2
+6 + 8v = 100[cos1000 t ] u (t ) ,
dt dt
dv +
v(0+ ) = 0, (0 ) = 0 V/s
dt
d 2v dv
b). 2
+6 + 9v = 100[cos1000 t ] u (t ) ,
dt dt
dv +
v(0+ ) = 0 V, (0 ) = 0 V/s
dt
d 2v dv
c). 2
+2 + 10v = 100[cos1000 t ] u (t ) ,
dt dt
dv +
v(0+ ) = 0 V, (0 ) = 0 V/s
dt
4. Saklar S pada rangkaian di bawah ini, telah berada pada posisi A
dalam waktu yang lama. Pada t = 0, ia dipindahkan ke posisi B.
Carilah vC untuk t > 0
A S

6kΩ B 6kΩ 0,4H +


+
− 10 V 25pF vc

5. Saklar S pada rangkaian di bawah ini telah berada di posisi A


dalam waktu yang lama. Pada t = 0 , saklar dipindahkan ke posisi
B. Tentukan iL(t) untuk t > 0.
S iL
A
10kΩ B
+ 2,5kΩ
− 15V 2H
0,02 µF

21
6. Saklar S pada rangkaian di bawah ini telah berada di posisi A
dalam waktu yang lama. Pada t = 0 , saklar dipindahkan ke posisi
B. Tentukan iL(t) untuk t > 0.
S iL
A
0,4kΩ B
+ 25kΩ
+
− 15 V15 V− 10mH
0,01µF

7. Saklar S pada rangkaian di bawah ini, telah lama terbuka. Pada t =


0, ia ditutup. Carilah vC untuk t > 0

3kΩ 3kΩ 0,4H +


+
− 10 V 0,1µF vc
S −

8. Saklar S pada rangkaian di bawah ini telah berada di posisi A


dalam waktu yang lama. Pada t = 0 , saklar dipindahkan ke posisi
B. Tentukan vC untuk t > 0.

S + vC −
A − +
+ 0,4kΩ B
− 15 V 15 V 0,01µF
25kΩ 10mH

9. Tegangan masukan vs pada rangkaian di bawah ini adalah vs =


100u(t) V. Tentukan tegangan kapasitor untuk t>0.

4kΩ +
+ vC
vs − 50pF
50mH −

22 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


10. Setelah terbuka dalam waktu cukup lama, saklar S pada
rangkaian di bawah ini ditutup pada t = 0. Tentukan v1 dan v2
untuk t > 0.

S
+ 12V + 4Ω 4Ω + 6V +
− v1 v2 −
0,05F − 0,05F

11. Rangkaian berikut tidak mempunyai simpanan energi awal.


Saklar S pada rangkaian berikut ditutup pada t = 0. Carilah i
untuk t > 0.

i
0,25F
S 4Ω + +
+ 8Ω
− v1 − 2v1
12V 0,25F

12. Rangkaian di bawah ini tidak memiliki simpanan energi awal.


Tentukan v untuk t > 0 jika is = [2cos2t] u(t) A dan vs = [6cos2t]
u(t) V.
− v +

5H 0,05F +
is vs
10Ω 10Ω −

13. Sebuah kapasitor 1 µF dimuati sampai mencapai tegangan 200


V. Muatan kapasitor ini kemudian dilepaskan melalui hubungan
seri induktor 100 µH dan resistor 20 Ω. Berapa lama waktu
diperlukan untuk menunrunkan jumlah muatan kapasitor hingga
tinggal 10% dari jumlah muatan semula ?
14. Sebuah kumparan mempunyai induktansi 9 H dan resistansi 0,1
Ω, dihubungkan paralel dengan kapasitor 100 µF. Hubungan
paralel ini diberi tegangan searah sehingga di kumparan mengalir
arus sebesar 1 A. Jika sumber tegangan diputus secara tiba-tiba,

23
berapakah tegangan maksimum yang akan timbul di kapasitor
dan pada frekuensi berapa arus berosilasi ?
15. Kabel sepanjang 2 kM digunakan untuk mencatu sebuah beban
pada tegangan searah 20 kV. Resistansi beban 200 Ω dan
induktansinya 1 H (seri). Kabel penyalur daya ini mempunyai
resistansi total 0,2 Ω sedangkan antara konduktor dan pelindung
metalnya membentuk kapasitor dengan kapasitansi total 0,5 µF.
Bagaimanakah perubahan tegangan beban apabila tiba-tiba
sumber terputus? (Kabel dimodelkan sebagai kapasitor; resistansi
konduktor kabel diabaikan terhadap resistansi beban).

24 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)


Daftar Pustaka
1. Sudaryatno Sudirham, “Analisis Rangkaian Listrik”, Penerbit ITB
2002, ISBN 979-9299-54-3.
2. Sudaryatno Sudirham, “Pengembangan Metoda Unit Output Untuk
Perhitungan Susut Energi Pada Penyulang Tegangan Menengah”,
Monograf, 2005, limited publication.
3. Sudaryatno Sudirham, “Pengantar Rangkaian Listrik”, Catatan
Kuliah El 1001, Penerbit ITB, 2007.
4. Sudaryatno Sudirham, “Analisis Harmonisa Dalam Permasalahan
Kualitas Daya”, Catatan Kuliah El 6004, 2008.
5. P. C. Sen, “Power Electronics” McGraw-Hill, 3rd Reprint, 1990,
ISBN 0-07-451899-2.
6. Ralph J. Smith & Richard C. Dorf : “Circuits, Devices and Systems”
; John Wiley & Son Inc, 5th ed, 1992.
7. David E. Johnson, Johnny R. Johnson, John L. Hilburn : “Electric
Circuit Analysis” ; Prentice-Hall Inc, 2nd ed, 1992.
8. Vincent Del Toro : “Electric Power Systems”, Prentice-Hall
International, Inc., 1992.
9. Roland E. Thomas, Albert J. Rosa : “The Analysis And Design of
Linier Circuits”, . Prentice-Hall Inc, 1994.
10. Douglas K Lindner : “Introduction to Signals and Systems”,
McGraw-Hill, 1999.

25
Daftar &otasi
v atau v(t) : tegangan sebagai fungsi waktu.
V : tegangan dengan nilai tertentu, tegangan searah.
Vrr : tegangan, nilai rata-rata.
Vrms : tegangan, nilai efektif.
Vmaks : tegangan, nilai maksimum, nilai puncak.
V : fasor tegangan dalam analisis di kawasan fasor.
V : nilai mutlak fasor tegangan.
V(s) : tegangan fungsi s dalam analisis di kawasan s.
i atau i(t) : arus sebagai fungsi waktu.
I : arus dengan nilai tertentu, arus searah.
Irr : arus, nilai rata-rata.
Irms : arus, nilai efektif.
Imaks : arus, nilai maksimum, nilai puncak.
I : fasor arus dalam analisis di kawasan fasor.
I : nilai mutlak fasor arus.
I(s) : arus fungsi s dalam analisis di kawasan s.
p atau p(t) : daya sebagai fungsi waktu.
prr : daya, nilai rata-rata.
S : daya kompleks.
|S| : daya kompleks, nilai mutlak.
P : daya nyata.
Q : daya reaktif.
q atau q(t) : muatan, fungsi waktu.
w : energi.
R : resistor; resistansi.
L : induktor; induktansi.
C : kapasitor; kapasitansi.
Z : impedansi.
Y : admitansi.
TV (s) : fungsi alih tegangan.
TI (s) : fungsi alih arus.
TY (s) : admitansi alih.
TZ (s) : impedansi alih.
µ : gain tegangan.
β : gain arus.
r : resistansi alih, transresistance.
g : konduktansi; konduktansi alih, transconductance.

26 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik (2)

Anda mungkin juga menyukai