Contoh :
Di era modern, memberikan hukuman kepada anak di bawah umur selalu
penuh dilema. Jika diberi hukuman berat maka akan dianggap tak beretika.
Namun jika tak dihukum si anak juga tidak bisa belajar. Hal ini berbeda di
masa lalu, asal salah, atau dianggap salah, atau dipaksa bersalah, anak
akan dihukum seberat-beratnya. Bahkan jika memang memungkinkan
hukuman mati, pengadilan akan tetap melakukannya.
Inilah tujuh anak yang dihukum mati di masa lalu. Di usianya yang masih
sangat belia, mereka dianggap melakukan kesalahan yang sangat fatal.
Hingga, mati adalah jalan satu-satunya yang bisa diambil untuk memberi
pelajaran. Monggo, kita bahas satu per satu.
Intisari:
Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.
Ulasan:
Jika melihat dari definisi memar itu sendiri, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia yang kami akses dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia,memar adalah rusak atau
remuk di sebelah dalam, tetapi dari luar tidak tampak: mempelam itu
-- karena jatuh; karena pukulan itu, ia menderita luka --
Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan
ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan
itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
Sebagai contoh lain juga dapat kita lihat dalam Putusan Pengadilan Tinggi
Bangka Belitung Nomor 25/PID/2011/PT BABEL.Dalam pemeriksaan di
pengadilan berdasarkan visum diketahui bahwa terdapatluka memar
berwarna biru di kepala, tampak luka memar berwarna biru kemerahan
di kepala bagian belakang, dan tampak luka memar di lengan belakang
sebelah kanan berwarna biru. Luka ini disebabkan karena terdakwa
memukul ke arah kepala saksi berkali-kali dengan menggunakan
tangannya yang mengepal. Akhirnya, hakim menghukum terdakwa atas
dasar tindak pidana penganiayaan dalam Pasal 351 ayat (1) KUHP
dengan pidana penjara selama tiga bulan.
Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada Anak paling lama 1/2
(satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang
dewasa.
Oleh karena itu, jika ancaman pidana penjara bagi pelaku penganiayaan
yang mengakibatkan luka memar pada Pasal 351 ayat (1) KUHP adalah
pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, maka ancaman
pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak pelaku tindak pidana
penganiayaan adalah paling lama satu tahun empat bulan.
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.
Dasar hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-undang Nomor 35 tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak;
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak.
Putusan:
1. Putusan Pengadilan Negeri Banda Aceh Nomor 33/PID.B/2013/PN-BNA;
2. Putusan Pengadilan Negeri Bangka Belitung Nomor 25/PID/2011/PT BABEL
Pertanyaan :
Perbedaan Batasan Usia Cakap Hukum dalam Peraturan Perundang-undangan
Berapakah usia cakap hukum? Mengingat usia dewasa dalam berbagai UU di
Indonesia berbeda-beda? Di BW usia dewasa 21 tahun, UU Perlindungan Anak,
usia 18 tidak dikatakan anak-anak lagi, dan berbagai macam UU lainnya.
Jawaban :
Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran dari artikel dengan judul yang
sama,dibuat oleh Diana Kusumasari, S.H., M.H. dan pertama
kali dipublikasikan padaSelasa, 27 Desember 2011.
Intisari:
Ulasan:
Ketidakseragaman batasan usia dewasa atau batasan usia anak pada berbagai
peraturan perundang-undangan di Indonesia memang kerap menimbulkan
pertanyaan mengenai batasan yang mana yang seharusnya digunakan. Berikut
di bawah ini beberapa pengaturan batasan usia anak dan dewasa menurut
peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia, yang juga kami sarikan
dari buku Penjelasan Hukum Tentang Batasan Umur (Kecakapan dan
Kewenangan Bertindak Berdasar Batasan Umur) terbitan NLRP.
Bahkan di antara para hakim pun belum ada keseragaman dalam menerapkan
batasan usia dewasa. Beberapa artikel berikut yang menunjukkan
ketidakseragaman batasan usia dewasa dalam peraturan perundang-undangan
yang ada di Indonesia dapat Anda simak juga:
1. Meski Sudah Menikah, Usia 18 Tahun Diperlakukan Sebagai Anak.
2. Ekonomi Syariah Hanya Buat yang Dewasa.
3. Anak yang Belum Dewasa Tidak Memiliki Legal Standing.
4. Perlu Harmonisasi Peraturan Batas Usia Anak.
5. Masalah Hukum Pembatasan Usia Dalam Undang-Undang.
6. Awal Kemandirian Seorang Wanita.
Dasar Hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek, Staatsblad 1847
No. 23);
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
3. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;
4. Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;
5. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
6. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014;
7. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
8. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia;
9. Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang;
10. Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi;
11. Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak;
12. Kompilasi Hukum Islam (Instruksi Presiden No.1 Tahun 1991);
13. SK Mendagri Dirjen Agraria Direktorat Pendaftaran Tanah (Kadaster) No.
Dpt.7/539/7-77, tertanggal 13-7-1977.