WINDARYOTO
S PONIMAN
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat serta hidayahNYA, sehingga penulisan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Tentunya, karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu
Penyusun
iii
ABSTRAK
Untuk mengisolasi bunyi, tidak hanya dilakukan pada partisi saja. Sebagai contoh, partisi
seringkali diteruskan hinggai di atas plafond. Partisi tidak hanya terdiri dari satu bahan saja tetapi
dapat terdiri dari berbagai kombinasi bahan, seperti dinding mampunyai bukaan berupa pintu
atau jendela, bahkan lubang angin. Untuk itulah, telah dilakukan perhitungan rugi transmisi
iv
DAFTAR ISI
Hal
Lembar Identitas ii
Abstrak iv
Daftar Isi v
Daftar Gambar vi
Bab I Pendahuluan 1
1.3 Tujuan 2
v
Bab III Metode Penelitian 31
Bab V Kesimpulan 34
Daftar Pustaka 35
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
Gambar 2.6 Permukaan datar, cembung dan cekung yang memantulkan bunyi 10
Gambar 2.9 Bunyil angsung dan buyi tak langsung yang diterima pendengar 13
Gambar 2.12 peluruhan bunyi diruang yang mati dan diruang yang hidup. 19
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
Tabel 2.2 Daftar rugi transmisi bunyi pada berbagai bahan dan frekuensi 25
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Daya serap bahan dan daya isolasi bahan seringkali terjadi salah pengertian. Ini mengakibatkan
terjadinya tindakan yang salah dalam mengatasi permasalahan bunyi. Bahan dengan pori – pori
banyak merupakan bahan penyerap yang baik, artinya nilai α bahan tersebut besar dan bahan
dengan daya serap yang besar tentu daya isolasinya besar. Dalam kenyataannya, daya serap
cukup tinggi, rugi transmisinya tidak begitu besar tetapi, cenderung mengecil. Sebagai contoh
fiberglass dengan tebal 10 cm mempunyai koefisien penyerapan α = 0,95 untuk frekuensi rendah,
artinya 95 % dari bunyi yang datang diserap oleh fiberglass tersebut, sedangkan koefisien
transmisi τ sebesar( 1 – 0,95 ) = 0,05 dan rugi transmisi sebesar 13 dB. Rugi transmisi yang
diperoleh lebih rendah bila dibandingkan dengan rugi transmisi kaca dengan tebal 6 mm sebesar
31 dB. Perambatan gelombang buniy dari ruang sumber ke ruang pendengar dapat melalui
berbagai jalur. Untuk mengisolasi bunyi, tidak hanya dilakukan pada partisi saja. Sebagai
contoh, partisi seringkali diteruskan hinggai di atas plafond. Partisi tidak hanya terdiri dari satu
bahan saja tetapi dapat terdiri dari berbagai kombinasi bahan, seperti dinding mampunyai
bukaan berupa pintu atau jendela, bahkan lubang angin. Untuk itulah, dengan uraian tersebut,
pada karya tulis ilmiah ini akan dilakukan perhitungan rugi transmisi bunyi pada dinding partisi
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada hukum kuadrat inverse untuk sumber titik menjelaskan, makin jauh seseorang dari
sumber bunyi, maka makin lemah bunyi yang didengarnya. Peristiwa ini terjadi bila tidak ada
pemantulan. kondisi demikian ini dinamakan medan bebas. Bebas artinya bebas dari peristiwa
pemantulan. Untuk ruang medan yang demikian ini hanya dapat dijumpai pada ruang medan
anechoic. Dalam ruang medan anechoic, dinding-dinding ruang dan langit-langit ruang dilapisi
bahan yang dapat menyerap (Rockwool), ditunjukkan pada gambar 2.1. Pada gambar tersebut
menunjukkan, lantai dibuat dari rangka kawat kemudian dibawahnya terdapat tumpukan bahan
Rockwool tersebut.
3
Gambar 2.1 Ruang anechoic (L.L Doelle)
Ruangan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari tidak terjadi medan bebas,
tetapi terjadi medan lain yang disebut medan reverberan, yaitu medan bunyi-bunyi pantul. Bunyi
yang diterima seseorang, selain berasal dari sumber bunyi langsung, ada juga bunyi yang berasal
dari pemantulan. Seseorang yang duduk di bagian paling belakang dapat menerima bunyi yang
sama kerasnya dengan orang yang duduk di bagian depan ruang. Untuk itu diperlukan pengaturan
pada ruangan, sehingga bunyi dapat didengar merata di setiap bagian ruangan tersebut.
4
2.2 Perambatan Bunyi Dalam Ruang
Sumber bunyi memancarkan energy bunyi di dalam ruang, maka menghasilkan gelombang bunyi
yang merambat lurus, hingga gelombang tersebut membentur permukaan atau benda. Gambar2.2
menunjukkan beberapa kemungkinan yang terjadi pada saat gelombang bunyi membentur
permukaan
1. Bunyi dipantulkan
2. Bunyi diserap
3. Bunyi ditransmisikan
4. Bunyi didifraksikan
5
Pemantulan dan penyerapan bunyi di dalam ruang dapat menyebabkan terjadinya medan bunyi di
dalam ruangan tersebut. Seberapa banyak bunyi yang diserap dapat menyebabkan terjadinya waktu
dengung di dalam ruangan tersebut. Bunyi yang didifraksikan pada bagian tepi permukaan ruang
dapat menyebabkan terjadinya difusitas atau keacakan ruang. Ruangan yang baik bila ditinjau
secara akustik, diperlukan difusitas yang baik. Oleh karena itu di dalam ruang sering sekali
gelombang bunyi agar diperoleh distribusi bunyi yang merata ditunjukkan pada gambar 2.3.
Transmisi bunyi yang merambat dari satu ruang keruang yang lain berhubungan dengan daya
isolasi ruang. Ruang yang baik dapat mengisolasi bunyi dari luar agar tidak masuk kedalam ruang
tersebut, begitu juga sebaliknya dapat mengisolasi bunyi dari dalam ruangan agar tidak menembus
atau ditransmisikan keluar ruangan. Daya serap dan daya isolasi berbeda, karena pada kedua kasus
6
Gambar 2.3 Difuser dalam ruang konser (L.L Doelle)
ditransmisikan tergantung pada jenis bahan( impedansi Z) dari kedua medium tersebut. Selain
7
\
Untuk sudut pantul sama dengan sudut dating disebut pemantulan spekular, dan ini terjadi
bila permukaan pemantul mempunyai ukuran yang sama atau lebih besar dari panjang gelombang
bunyi yang datang. Bila permukaan pemantul dimensinya jauh lebih kecil dari panjang gelombang
bunyi yang datang, maka terjadi difraksi. Pada saat terjadi difraksi, arah rambat gelombang tidak
dapat diduga karena gelombang “pantul” tersebar kemana-mana. Pemantulan ini disebut
8
Gambar 2.5 Pemantulan difus (L.L Doelle)
Dengan mengetahui penjalaran gelombang bunyi, maka medan bunyi yang terjadi dapat
diprediksi. Metode yang mempelajari medan bunyi dalam ruang dengan mengikuti jejak
perambatan sinar disebut metode Ray Tracing, Metode ini hanya dapat diterapkan pada bunyi
berfrekuensi tinggi (diatas 500 Hz). Bentuk pemantulan bunyi pada berbagai permukaan
ditunjukkan pada gambar 2.6. Gambar tersebut menunjukkan, permukaan datar dan cembung
dapat menyebarkan bunyi, sedangkan pada permukaan cekung terjadi pemusatan bunyi. Meskipun
permukaan cekung dapat digunakan, namun secara akustik permukaan cekung tidak terlalu
direkomendasikan.
9
Gambar 2.6 Permukaan datar, cembung dan cekung yang memantulkan bunyi (L.L Doelle)
Penempatan permukaan cembung dan cekung yang benar ditunjukkan pada gambar 2.7. Pada
gambar tersebut menunjukkan permukaan cembung yang diletakkan dekat dengan pembicara
dapat membantu penyebaran bunyi yang dihasilkan pembicara keseluruh ruangan, sehingga orang-
orang yang duduk di bagian belakang ruangan dapat menerima bunyi langsung dan bunyi pantul.
10
Gambar 2.7 Penempatan bidang cembung dan cekung yang benar (L.L Doelle)
Dengan metode geometris, seseorang dapat merancang bentuk langit-langit ruang agar dapat
membantu penyebaran bunyi dengan baik. Gambar 2.8 menunjukkan pengaturan langit-langit
11
Gambar 2.8 Pengaturan langit-langit untuk mengarahkan bunyi ketempat duduk di
Bunyi yang datang pada seorang pendengar terdiri dari bunyi langsung dan bunyi pantul,
ditunjukkan pada gambar 2.9. Bunyi pantul ini dapat memperkeras bunyi, tetapi dapat juga
merusak kondisi akustik ruangan. Ini terjadi bila perbandingan antara bunyi pantul dengan bunyi
langsung yang tiba pada pendengar memiliki selisih waktu kurang dari 30 milisekon, sehingga
terjadi penguatan bunyi langsung akibat bunyi pantul. Bila selisih waktu lebih besar dari 30
msekon, maka terjadi penurunan penguatan bunyi dan bila selisih waktu ini mencapai 50 msekon
12
Gambar 2.9 Bunyil angsung dan buyi tak langsung yang diterima pendengar (L.L Doelle)
Kondisi akustik yang tidak baik (gema) terjadi jika bunyi pantul mempunyai tingkat bunyi
yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan bunyil angsung, pada saat perbedaan waktunya cukup
lebar. Bila pada bunyi pantul terjadi perbedaan waktu yang lebih besar dari 50 msekon, tetapi
tingkat bunyinya rendah, maka gema tidak akan terdengar karena bunyi pantul tersebut dapat
diabaikan. Dalam mendeteksi gema melalui metoda geometris dapat dijelaskan sebagai berikut,
13
Gambar 2.10. Bunyi langsung dan bunyi pantul (L.L Doelle)
Pada gambar 2.10 menjelaskan, bunyi dari S ke P adalah bunyi langsung D dan bunyi
pantul R. Bila kecepatan rambat gelombang bunyi c = 340 m/s, maka bunyi langsung
membutuhkan waktu (SP/340) sekon untuks ampai di P, sedangkan bunyi pantul membutuhkan
( )
waktu yang lebih panjang sekon. SM +MP selalu lebih besar dari SP, sehingga bunyi
14
Agar tidak terjadi gema, harus memenuhi persyaratan :
( )
− < 50
∆s < 17 meter
Pemantulan bunyi yang terjadi diantara dua bidang keras yang sejajar dapat menyebabkan gema
pembicaraan. Untuk pencegahan, dengan membuat dinding yang tidak sejajar, atau
15
Gambar 2.11 peristiwa gema berturutan (L.L Doelle)
kain, glasswool dan sebagainya, tetapi ada juga bahan yang sedikit menyerap bunyi seperti kaca,
tembok beton dan gypsum. Besaran yang menggambarkan banyak atau sedikitnya bunyi yang
diserap oleh bahan disebut koefisien penyerapan dan diberi simbol α yang didefinisikan sebagai
16
Koefisien penyerapan bunyi suatu bahan yang besarnya α = 0,7 menyatakan bahan tersebut
Ada bahan yang lebih banyak menyerap bunyi pada frekuensi tinggi, tetapi ada juga bahan yang
menyerap bunyi pada frekuensi rendah. Pola penyerapan yang berbeda untuk frekuensi yang
berbeda ini tergantung pada struktur molekul bahan-bahan tersebut dan merupakan karakter bahan
17
Tabel 2.1 Koefisien penyerapan berbagai bahan (L.L Doelle)
18
2.4 Waktu Dengung
Gambar 2.12 peluruhan bunyi diruang yang mati dan diruang yang hidup (L.L Doelle)
Ruang hidup atau mati tergantung pada banyaknya bahan penyerap yang ada pada ruang. Ruang
dengan banyak bahan penyerap akan menjadi ruang mati. Ruang dengan bahan penyerap sedikit
akan menjadi ruang hidup. Ukuran hidup atau matinya ruang dinyatakan oleh besaran yang disebut
waktu dengung. Waktu dengung didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan bunyi untuk
19
Gambar 2.13 Peluruhan Bunyi yang berhubungan dengan pengertian waktu dengung (L.L
Doelle)
Hubungan antara waktu dengung, volume ruang, dan penyerapan bunyi pertama kali diteliti oleh
20
,
T= …………………………………. ………………… .............................. 2.2
dimana :
= ∑ Sn αn
Untuk ruang yang besar, ada faktor lain yang perlu diperhitungkan, yaitu penyerapan yang
dilakukan oleh udara dalam ruang tersebut. Udara juga menyerap bunyi, tetapi untuk bunyi dengan
frekuensi di atas 1000 Hz. Tabel 4.1 menunjukkan penyerapan udara dalam ruang mempunyai arti
bila volume ruang cukup besar. Bila x menyatakan koefisien penyerapan udara per volume
,
T= …………….;………………………. .................. 2.3
Eyring mengasumsikan ruang benar-benar difus, artinya disetiap titik dalam ruang tingkat
intensitas bunyi sama dan energi dirambatkan ke segala arah sama, sehingga koefisien penyerapan
21
⋯
α = ⋯
……………………………………………………….............2.4
Dimana :
........ α n.
,
T= ( )
…………………………………………………………….......................2.5
, ,
T= = …………………………………………………………….......................….2.6
Persamaan 2.6 dan 2.5 sering digunakan dalam perancangan ruang. Artinya, setelah merancang
bentuk dan ukuran ruang, maka dengan persamaan tersebut dapat ditentukan bahan-bahan yang
akan digunakan atau ditempelkan pada permukaan dinding, lantai atau langit-langit.
22
2.5 Isolasi bunyi
Isolasi bunyi artinya, isolasi bunyi yang keluar atau masuk ke dalam ruang. Pada pembahasan
Jumlah energi yang ditransmisikan berhubungan dengan energi datang, dan digambarkan sebagai
koefisien transmisi τ :
Bila τ = 0,2 energi yang datang ditransmisikan sebesar 20 %. Bila τ = 0 tidak ada energi yang
ditransmisikan, sedangkan τ = 1, energi yang datang pada permukaan akan ditransmisikan oleh
bahan tersebut. Bahan dengan τ = 1 disebut sebagai bahan transparan, contoh lubang jendela.
Nilai τ dari dinding-dinding dan lantai yang digunakan dalam bangunan sekitar 10-2 sampai 10-8.
Sebagai contoh kaca dengan tebal 6 mm mempunyai τ sekitar 7,8 x 10-4, sedangkan lapisan beton
dengan tebal 15 cm mempunyai τ sekitar 6,3 x 10-6. Besaran angka-angka tersebut tentunya tidak
nyaman, oleh karena itu dibuatlah besaran rugi transmisi TL (Transmission Loss), yaitu rugi /
berkurangnya SPL yang terjadi pada saat bunyi melalui bahan dan dinyatakan sebagai koefisien
transmisi TL :
1
TL=10 log dB.................................................. (2.8)
τ
23
Bila τ = 1 diperoleh TL = 0. Bila τ = 0 diperoleh TL = ∞, artinya bunyi tidak dapat menembus
bahan tersebut. Dalam kenyataannya tidak ada bahan dengan τ = 0, yang ada adalah bahan
dengan τ mendekati nol. Sebagai contoh bahan yang sangat tebal dan berat, ditunjukkan pada
table 2.2
24
Tabel 2.2 Daftar rugi transmisi bunyi pada berbagai bahan dan berbagai frekuensi ( B.J.Smith )
Dinding beton 10 cm 41 44 46 55 60 67
Dinding beton 20 cm 44 48 55 58 64 68
Beton tebal 15 cm 29 39 43 52 60 70
Kaca 3 mm 16 21 25 29 32 30
Kaca 6 mm 24 21 27 28 23 30
Papan gypsum 16 mm 16 22 28 32 29 31
Plywood 19 mm 17 22 25 28 23 30
25
.
Bahan yang mempunyai pori – pori banyak merupakan bahan penyerap yang baik, artinya nilai α
bahan tersebut besar dan bahan dengan daya serap yang besar tentu mempunyai daya isolasi
yang besar juga. Dalam kenyataannya, fiberglass dengan daya serap cukup tinggi, rugi
transmisinya tidak begitu besar tetapi cenderung mengecil. Sebagai contoh fiberglass dengan
tebal 10 cm mempunyai koefisien penyerapan α = 0,95 untuk frekuensi rendah, artinya 95 % dari
bunyi yang datang diserap oleh fiberglass tersebut, kemudian koefisien transmisi τ sekitar ( 1 –
0,95 ) = 0,05. Dari persamaan (2.8) diperoleh rugi transmisi TL sebesar 13 dB. Rugi transmisi
yang diperoleh lebih rendah bila dibandingkan dengan rugi transmisi kaca dengan tebal 6 mm
sebesar 31 dB.
Partisi yang memisahkan ruang sumber dengan ruang pendengaran, sifat isolasi terhadap
Daerah 2 :Daerah hukum massa. Pada daerah ini terjadi kenaikan TL sebesar 6 dB tiap
dimana :
26
Daerah 3 : Daerah pengendalian kekauan. Pada daerah ini terjadi frekuensi kritis.
Gambar 2.14 Tiga daerah respons partisi terhadap frekuensi bunyi dating ( B.J.Smith )
Perambatan gelombang buniy dari ruang sumber ke ruang pendengar ditunjukkan pada
gambar 2.15. Perambatan gelombang bunyi dari ruang sumber ke ruang pendengar yang tidak
melalui partisi disebut transmisi sisi ( flanking transmission ). Untuk mengisolasi bunyi, tidak
cukup bila dilakukan pada partisi saja. Sebagai contoh, partisi seringkali harus diteruskan
27
Gambar 2.15 transmisi dari ruang sumber ke ruang penerima ( B.J.Smith )
Partisi tidak hanya terdiri dari satu bahan saja tetapi bisa lebih dari satu kombinasi bahan.
Sebagai contoh dinding mampunyai bukaan berupa pintu atau jendela, bahkan lubang angin.
Dalam kondisi semacam itu, untuk menentukan TL keseluruhan partisi itu ditunjukkan pada
gambar 2.16
28
Gambar 2.16 Partisi terdiri dari 5 komponen bahan ( B.J.Smith )
1
TLpartisi =10 log ................................................................... (2.10)
τpartisi
Dimana :
29
Dari persamaan 2.10 diperoleh
1
=10TL⁄10 ............................................................................................................................(2.12).
τ
Atau
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Dinding tembok 30 m2 55
Kaca jendela 3 m2 20
31
3.3 Gambar Rancangan
Jendela
3m
Pintu
Tembok BAB IV
10 m
32
BAB IV
PEMBAHASAN
,
= 10
= 10
,
= 10
Sehingga
1
TLpartisi = 10 log = 28,6 = 29 dB
1,38.10-3
33
BAB V
KESIMPULAN
34
DAFTAR PUSTAKA
B.J.Smith, R.J.Peters, S.Owen. Acoustics and Noise Control, Addison Wesley Longman Ltd,
England, 1996
C. Wilson, Noise Control, Measurement, Analysis and Control of Sound and Vibration, Kreiger
Publishing Co, Florida, 1994
35