Anda di halaman 1dari 44

KARYA TULIS ILMIAH

PERHITUNGAN RUGI TRANSMISI BUNYI PADA DINDING PARTISI

WINDARYOTO

S PONIMAN

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat serta hidayahNYA, sehingga penulisan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan

dengan baik.

Tentunya, karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik

penulis harapkan demi penyempurnaannya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat

Penyusun

iii
ABSTRAK

Untuk mengisolasi bunyi, tidak hanya dilakukan pada partisi saja. Sebagai contoh, partisi

seringkali diteruskan hinggai di atas plafond. Partisi tidak hanya terdiri dari satu bahan saja tetapi

dapat terdiri dari berbagai kombinasi bahan, seperti dinding mampunyai bukaan berupa pintu

atau jendela, bahkan lubang angin. Untuk itulah, telah dilakukan perhitungan rugi transmisi

bunyi pada dinding partisi dan diperoleh hasil sebesar 29 dB

iv
DAFTAR ISI

Hal

Lembar Identitas ii

Kata Pengantar iii

Abstrak iv

Daftar Isi v

Daftar Gambar vi

Daftar Tabel vii

Bab I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

Bab II Landasan Teori 3

2.1 Akustik Ruang 3

2.2 Perambatan Bunyi Dalam Ruang 5

2.3 Pemantulan dan Penyerapan Bunyi 7

2.3.1 Pemantulan Bunyi 7

2.3.2 Penyerapan Bunyi 16

2.4 Waktu Dengung 19

2.5 Isolasi Bunyi 23

v
Bab III Metode Penelitian 31

3.1 Objek yang Akan Ditentukan 31

3.2 Data Pendukung 31

3.3 Gambar Rancangan 32

Bab IV Hasil dan Pembahasan 33

Bab V Kesimpulan 34

Daftar Pustaka 35

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

Gambar 2.1 Ruang anechoic 4

Gambar 2.2 Perambatan bunyi dalam ruang 5

Gambar 2.3 Difuser dalam ruang konser 7

Gambar 2.4 Perambatan gelombang menurut hukum Snellius 8

Gambar 2.5 Pemantulan difus 9

Gambar 2.6 Permukaan datar, cembung dan cekung yang memantulkan bunyi 10

Gambar 2.7 Penempatan bidang cembung dan cekung yang benar 11

Gambar 2.8 Pengaturan langit-langit untuk mengarahkan bunyi ketempat 12


duduk di belakang

Gambar 2.9 Bunyil angsung dan buyi tak langsung yang diterima pendengar 13

Gambar 2.10 Bunyi langsung dan bunyi pantul 14

Gambar 2.11 peristiwa gema berturutan 16

Gambar 2.12 peluruhan bunyi diruang yang mati dan diruang yang hidup. 19

Gambar 2.13 Peluruhan Bunyi yang berhubungan dengan pengertian waktu 20


dengung

Gambar 2.14 Tiga daerah respon partisi terhadap frekuensi bunyi 27

Gambar 2.15 Transmisi bunyi dari ruang sumber ke ruang penerima 28

Gambar 2.16 Partisi terdiri dari 5 komponen bahan 29

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 2.1 Koefisien penyerapan berbagai bahan 18

Tabel 2.2 Daftar rugi transmisi bunyi pada berbagai bahan dan frekuensi 25

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Daya serap bahan dan daya isolasi bahan seringkali terjadi salah pengertian. Ini mengakibatkan

terjadinya tindakan yang salah dalam mengatasi permasalahan bunyi. Bahan dengan pori – pori

banyak merupakan bahan penyerap yang baik, artinya nilai α bahan tersebut besar dan bahan

dengan daya serap yang besar tentu daya isolasinya besar. Dalam kenyataannya, daya serap

cukup tinggi, rugi transmisinya tidak begitu besar tetapi, cenderung mengecil. Sebagai contoh

fiberglass dengan tebal 10 cm mempunyai koefisien penyerapan α = 0,95 untuk frekuensi rendah,

artinya 95 % dari bunyi yang datang diserap oleh fiberglass tersebut, sedangkan koefisien

transmisi τ sebesar( 1 – 0,95 ) = 0,05 dan rugi transmisi sebesar 13 dB. Rugi transmisi yang

diperoleh lebih rendah bila dibandingkan dengan rugi transmisi kaca dengan tebal 6 mm sebesar

31 dB. Perambatan gelombang buniy dari ruang sumber ke ruang pendengar dapat melalui

berbagai jalur. Untuk mengisolasi bunyi, tidak hanya dilakukan pada partisi saja. Sebagai

contoh, partisi seringkali diteruskan hinggai di atas plafond. Partisi tidak hanya terdiri dari satu

bahan saja tetapi dapat terdiri dari berbagai kombinasi bahan, seperti dinding mampunyai

bukaan berupa pintu atau jendela, bahkan lubang angin. Untuk itulah, dengan uraian tersebut,

pada karya tulis ilmiah ini akan dilakukan perhitungan rugi transmisi bunyi pada dinding partisi

1
1.2 Rumusan Masalah

Berapa besar rugi transmisi bunyi pada dinding partisi ?

1.3 Tujuan

Menentukan rugi transmisi bunyi pada dinding partisi

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Akustik Ruang

Pada hukum kuadrat inverse untuk sumber titik menjelaskan, makin jauh seseorang dari

sumber bunyi, maka makin lemah bunyi yang didengarnya. Peristiwa ini terjadi bila tidak ada

pemantulan. kondisi demikian ini dinamakan medan bebas. Bebas artinya bebas dari peristiwa

pemantulan. Untuk ruang medan yang demikian ini hanya dapat dijumpai pada ruang medan

anechoic. Dalam ruang medan anechoic, dinding-dinding ruang dan langit-langit ruang dilapisi

bahan yang dapat menyerap (Rockwool), ditunjukkan pada gambar 2.1. Pada gambar tersebut

menunjukkan, lantai dibuat dari rangka kawat kemudian dibawahnya terdapat tumpukan bahan

Rockwool tersebut.

3
Gambar 2.1 Ruang anechoic (L.L Doelle)

Ruangan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari tidak terjadi medan bebas,

tetapi terjadi medan lain yang disebut medan reverberan, yaitu medan bunyi-bunyi pantul. Bunyi

yang diterima seseorang, selain berasal dari sumber bunyi langsung, ada juga bunyi yang berasal

dari pemantulan. Seseorang yang duduk di bagian paling belakang dapat menerima bunyi yang

sama kerasnya dengan orang yang duduk di bagian depan ruang. Untuk itu diperlukan pengaturan

pada ruangan, sehingga bunyi dapat didengar merata di setiap bagian ruangan tersebut.

4
2.2 Perambatan Bunyi Dalam Ruang

Sumber bunyi memancarkan energy bunyi di dalam ruang, maka menghasilkan gelombang bunyi

yang merambat lurus, hingga gelombang tersebut membentur permukaan atau benda. Gambar2.2

menunjukkan beberapa kemungkinan yang terjadi pada saat gelombang bunyi membentur

permukaan

1. Bunyi dipantulkan

2. Bunyi diserap

3. Bunyi ditransmisikan

4. Bunyi didifraksikan

Gambar 2.2 Perambatan bunyi dalam ruang (L.L Doelle)

5
Pemantulan dan penyerapan bunyi di dalam ruang dapat menyebabkan terjadinya medan bunyi di

dalam ruangan tersebut. Seberapa banyak bunyi yang diserap dapat menyebabkan terjadinya waktu

dengung di dalam ruangan tersebut. Bunyi yang didifraksikan pada bagian tepi permukaan ruang

dapat menyebabkan terjadinya difusitas atau keacakan ruang. Ruangan yang baik bila ditinjau

secara akustik, diperlukan difusitas yang baik. Oleh karena itu di dalam ruang sering sekali

dimasukan difuser-difuser, yaitu membuat dinding-dinding tidak rata, untuk mengacak

gelombang bunyi agar diperoleh distribusi bunyi yang merata ditunjukkan pada gambar 2.3.

Transmisi bunyi yang merambat dari satu ruang keruang yang lain berhubungan dengan daya

isolasi ruang. Ruang yang baik dapat mengisolasi bunyi dari luar agar tidak masuk kedalam ruang

tersebut, begitu juga sebaliknya dapat mengisolasi bunyi dari dalam ruangan agar tidak menembus

atau ditransmisikan keluar ruangan. Daya serap dan daya isolasi berbeda, karena pada kedua kasus

tersebut bunyi diredam, artinya energinya berkurang.

6
Gambar 2.3 Difuser dalam ruang konser (L.L Doelle)

2.3 Pemantulan dan Penyerapan Bunyi


2.3.1 Pemantulan Bunyi
Penjalaran gelombang dalam medium yang berbeda, menyebabkan terjadinya pemantulan

dan transmisi gelombang. Seberapa banyak energy gelombang dipantulkan maupun

ditransmisikan tergantung pada jenis bahan( impedansi Z) dari kedua medium tersebut. Selain

energinya berkurang, pemantulan dapat menyebabkan perubahan arah rambat gelombang

ditunjukkan oleh hokum Snellius pada gambar 2.4.

7
\

Gambar 2.4 Perambatan gelombang menurut hukum Snellius (Lea Prasetyo)

Untuk sudut pantul sama dengan sudut dating disebut pemantulan spekular, dan ini terjadi

bila permukaan pemantul mempunyai ukuran yang sama atau lebih besar dari panjang gelombang

bunyi yang datang. Bila permukaan pemantul dimensinya jauh lebih kecil dari panjang gelombang

bunyi yang datang, maka terjadi difraksi. Pada saat terjadi difraksi, arah rambat gelombang tidak

dapat diduga karena gelombang “pantul” tersebar kemana-mana. Pemantulan ini disebut

pemantulan difus ditunjukkan pada gambar 2.5.

8
Gambar 2.5 Pemantulan difus (L.L Doelle)

Dengan mengetahui penjalaran gelombang bunyi, maka medan bunyi yang terjadi dapat

diprediksi. Metode yang mempelajari medan bunyi dalam ruang dengan mengikuti jejak

perambatan sinar disebut metode Ray Tracing, Metode ini hanya dapat diterapkan pada bunyi

berfrekuensi tinggi (diatas 500 Hz). Bentuk pemantulan bunyi pada berbagai permukaan

ditunjukkan pada gambar 2.6. Gambar tersebut menunjukkan, permukaan datar dan cembung

dapat menyebarkan bunyi, sedangkan pada permukaan cekung terjadi pemusatan bunyi. Meskipun

permukaan cekung dapat digunakan, namun secara akustik permukaan cekung tidak terlalu

direkomendasikan.

9
Gambar 2.6 Permukaan datar, cembung dan cekung yang memantulkan bunyi (L.L Doelle)

Penempatan permukaan cembung dan cekung yang benar ditunjukkan pada gambar 2.7. Pada

gambar tersebut menunjukkan permukaan cembung yang diletakkan dekat dengan pembicara

dapat membantu penyebaran bunyi yang dihasilkan pembicara keseluruh ruangan, sehingga orang-

orang yang duduk di bagian belakang ruangan dapat menerima bunyi langsung dan bunyi pantul.

10
Gambar 2.7 Penempatan bidang cembung dan cekung yang benar (L.L Doelle)

Dengan metode geometris, seseorang dapat merancang bentuk langit-langit ruang agar dapat

membantu penyebaran bunyi dengan baik. Gambar 2.8 menunjukkan pengaturan langit-langit

untuk mengarahkan bunyi ketempat duduk di belakang

11
Gambar 2.8 Pengaturan langit-langit untuk mengarahkan bunyi ketempat duduk di

belakang (L.L Doelle)

Bunyi yang datang pada seorang pendengar terdiri dari bunyi langsung dan bunyi pantul,

ditunjukkan pada gambar 2.9. Bunyi pantul ini dapat memperkeras bunyi, tetapi dapat juga

merusak kondisi akustik ruangan. Ini terjadi bila perbandingan antara bunyi pantul dengan bunyi

langsung yang tiba pada pendengar memiliki selisih waktu kurang dari 30 milisekon, sehingga

terjadi penguatan bunyi langsung akibat bunyi pantul. Bila selisih waktu lebih besar dari 30

msekon, maka terjadi penurunan penguatan bunyi dan bila selisih waktu ini mencapai 50 msekon

atau lebih, maka terjadi gema.

12
Gambar 2.9 Bunyil angsung dan buyi tak langsung yang diterima pendengar (L.L Doelle)

Kondisi akustik yang tidak baik (gema) terjadi jika bunyi pantul mempunyai tingkat bunyi

yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan bunyil angsung, pada saat perbedaan waktunya cukup

lebar. Bila pada bunyi pantul terjadi perbedaan waktu yang lebih besar dari 50 msekon, tetapi

tingkat bunyinya rendah, maka gema tidak akan terdengar karena bunyi pantul tersebut dapat

diabaikan. Dalam mendeteksi gema melalui metoda geometris dapat dijelaskan sebagai berikut,

ditunjukkan pada gambar 2.10

13
Gambar 2.10. Bunyi langsung dan bunyi pantul (L.L Doelle)

Pada gambar 2.10 menjelaskan, bunyi dari S ke P adalah bunyi langsung D dan bunyi

pantul R. Bila kecepatan rambat gelombang bunyi c = 340 m/s, maka bunyi langsung

membutuhkan waktu (SP/340) sekon untuks ampai di P, sedangkan bunyi pantul membutuhkan

( )
waktu yang lebih panjang sekon. SM +MP selalu lebih besar dari SP, sehingga bunyi

pantul R akan tiba belakangan bila dibandingkan dengan bunyi langsung D.

14
Agar tidak terjadi gema, harus memenuhi persyaratan :

( )
− < 50

Bila SM + MP - SP = ∆S = selisih jejak antara bunyi pantul dengan bunyi langsung

∆s / 340 < 50 msekon

atau agar tidak terjadi gema, maka harus dipenuhi hubungan

∆s < 17 meter

Pemantulan bunyi yang terjadi diantara dua bidang keras yang sejajar dapat menyebabkan gema

berturutan (flutter echo ), ditunjukkanpadagambar2.11. Peristiwa ini sangat mengganggu

pembicaraan. Untuk pencegahan, dengan membuat dinding yang tidak sejajar, atau

menempatkan bahan penyerap pada dinding ruang.

15
Gambar 2.11 peristiwa gema berturutan (L.L Doelle)

2.3.2 Penyerapan Bunyi


Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak bahan yang menyerap bunyi seperti karpet,

kain, glasswool dan sebagainya, tetapi ada juga bahan yang sedikit menyerap bunyi seperti kaca,

tembok beton dan gypsum. Besaran yang menggambarkan banyak atau sedikitnya bunyi yang

diserap oleh bahan disebut koefisien penyerapan dan diberi simbol α yang didefinisikan sebagai

α= ………………………. ……….......................... 2.1

16
Koefisien penyerapan bunyi suatu bahan yang besarnya α = 0,7 menyatakan bahan tersebut

menyerap 70% dari energi bunyi yang datang padanya.

Ada bahan yang lebih banyak menyerap bunyi pada frekuensi tinggi, tetapi ada juga bahan yang

menyerap bunyi pada frekuensi rendah. Pola penyerapan yang berbeda untuk frekuensi yang

berbeda ini tergantung pada struktur molekul bahan-bahan tersebut dan merupakan karakter bahan

yang bersangkutan, ditunjukkan pada tabel 1.1

17
Tabel 2.1 Koefisien penyerapan berbagai bahan (L.L Doelle)

18
2.4 Waktu Dengung

Gambar 2.12 menunjukkan ruang hidup dan ruang mati.

Gambar 2.12 peluruhan bunyi diruang yang mati dan diruang yang hidup (L.L Doelle)

Ruang hidup atau mati tergantung pada banyaknya bahan penyerap yang ada pada ruang. Ruang

dengan banyak bahan penyerap akan menjadi ruang mati. Ruang dengan bahan penyerap sedikit

akan menjadi ruang hidup. Ukuran hidup atau matinya ruang dinyatakan oleh besaran yang disebut

waktu dengung. Waktu dengung didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan bunyi untuk

meluruh sebanyak 60 dB sejak bunyi dimatikan ditunjukkan pada gambar 2.13

19
Gambar 2.13 Peluruhan Bunyi yang berhubungan dengan pengertian waktu dengung (L.L

Doelle)

Hubungan antara waktu dengung, volume ruang, dan penyerapan bunyi pertama kali diteliti oleh

Sabine dan diikuti oleh peneliti lainnya, seperti Eyring

Persamaan waktu dengung T menurut Sabine :

20
,
T= …………………………………. ………………… .............................. 2.2

dimana :

A = penyerapan total ruang (m2 Sabine)

= ∑ Sn αn

Sn = luas permukaan ruang yang mempunyai koefisien penyerapan α n

Untuk ruang yang besar, ada faktor lain yang perlu diperhitungkan, yaitu penyerapan yang

dilakukan oleh udara dalam ruang tersebut. Udara juga menyerap bunyi, tetapi untuk bunyi dengan

frekuensi di atas 1000 Hz. Tabel 4.1 menunjukkan penyerapan udara dalam ruang mempunyai arti

bila volume ruang cukup besar. Bila x menyatakan koefisien penyerapan udara per volume

(sabine/m3), sehingga persamaan 2.2 menjadi

,
T= …………….;………………………. .................. 2.3

Eyring mengasumsikan ruang benar-benar difus, artinya disetiap titik dalam ruang tingkat

intensitas bunyi sama dan energi dirambatkan ke segala arah sama, sehingga koefisien penyerapan

rata-rata sebagai berikut

21

α = ⋯
……………………………………………………….............2.4

Dimana :

S 1, S 2, ...... S n := luas permukaan bahan yang koefisien penyerapannya masing-masing α 1, α 2,

........ α n.

Persamaan waktu dengung menurut Eyring

,
T= ( )
…………………………………………………………….......................2.5

Persamaan waktu dengung menurut Sabine

, ,
T= = …………………………………………………………….......................….2.6

Dimana : S = A = Absorpsi total ruang.

Persamaan 2.6 dan 2.5 sering digunakan dalam perancangan ruang. Artinya, setelah merancang

bentuk dan ukuran ruang, maka dengan persamaan tersebut dapat ditentukan bahan-bahan yang

akan digunakan atau ditempelkan pada permukaan dinding, lantai atau langit-langit.

22
2.5 Isolasi bunyi

Isolasi bunyi artinya, isolasi bunyi yang keluar atau masuk ke dalam ruang. Pada pembahasan

tentang penyerapan telah ditunjukkan energi gelombang datang sebagian ditransmisikan.

Jumlah energi yang ditransmisikan berhubungan dengan energi datang, dan digambarkan sebagai

koefisien transmisi τ :

energi yang ditransmisikan


τ= ....................................................................... (2.7)
energi datang

Bila τ = 0,2 energi yang datang ditransmisikan sebesar 20 %. Bila τ = 0 tidak ada energi yang

ditransmisikan, sedangkan τ = 1, energi yang datang pada permukaan akan ditransmisikan oleh

bahan tersebut. Bahan dengan τ = 1 disebut sebagai bahan transparan, contoh lubang jendela.

Nilai τ dari dinding-dinding dan lantai yang digunakan dalam bangunan sekitar 10-2 sampai 10-8.

Sebagai contoh kaca dengan tebal 6 mm mempunyai τ sekitar 7,8 x 10-4, sedangkan lapisan beton

dengan tebal 15 cm mempunyai τ sekitar 6,3 x 10-6. Besaran angka-angka tersebut tentunya tidak

nyaman, oleh karena itu dibuatlah besaran rugi transmisi TL (Transmission Loss), yaitu rugi /

berkurangnya SPL yang terjadi pada saat bunyi melalui bahan dan dinyatakan sebagai koefisien

transmisi TL :

1
TL=10 log dB.................................................. (2.8)
τ

23
Bila τ = 1 diperoleh TL = 0. Bila τ = 0 diperoleh TL = ∞, artinya bunyi tidak dapat menembus

bahan tersebut. Dalam kenyataannya tidak ada bahan dengan τ = 0, yang ada adalah bahan

dengan τ mendekati nol. Sebagai contoh bahan yang sangat tebal dan berat, ditunjukkan pada

table 2.2

24
Tabel 2.2 Daftar rugi transmisi bunyi pada berbagai bahan dan berbagai frekuensi ( B.J.Smith )

Rugi Transmisi (dB)


Nama Bahan
125 250 500 1K 2K 4K

Tembok bata 11 cm dengan plesteran di kedua permukaan 34 36 41 51 58 61

Tembok bata 23 cm dengan plesteran pada kedua permukaan 41 45 49 56 58 61

Dua tembok bata 11 cm, dengan rongga udara 5 cm 40 43 50 57 63 68

Dinding balok beton 10 cm 15 19 24 31 33 39

Dinding balok beton 20 cm 43 47 46 55 60 62

Dinding beton 10 cm 41 44 46 55 60 67

Dinding beton 20 cm 44 48 55 58 64 68

Beton tebal 15 cm 29 39 43 52 60 70

Kaca 3 mm 16 21 25 29 32 30

Kaca 6 mm 24 21 27 28 23 30

Kaca 3mm – rongga udara 1 cm – kaca 3mm 23 23 27 35 47 36

Kaca 6 mm – rongga udara 13 mm – kaca 6 mm 22 25 32 39 35 52

Kaca 6 mm – rongga udara 20 cm – kaca 6 mm 41 39 49 55 40 48

Pintu kayu padat 4 cm 19 22 26 24 23 20

Pintu kayu padat 6 cm 30 32 31 36 40 44

Papan gypsum 16 mm 16 22 28 32 29 31

Dua papan gypsum 16 mm 22 28 33 35 33 40

Dua papan gypsum 16 mm dengan rongga udara 10 cm di antaranya 18 25 33 41 36 45

Idem di atas dengan rongga diisi fiber glasswool 15 34 36 43 38 46

Dua papan gypsum masing-masing 16 mm, - rongga udara 10 cm, - dua


26 37 41 49 51 52
papan gypsum masing-masing 16 mm

Idem di atas, dengan rongga udara diisi fiber glasswool 36 49 56 60 62 63

Plywood 19 mm 17 22 25 28 23 30

25
.

Bahan yang mempunyai pori – pori banyak merupakan bahan penyerap yang baik, artinya nilai α

bahan tersebut besar dan bahan dengan daya serap yang besar tentu mempunyai daya isolasi

yang besar juga. Dalam kenyataannya, fiberglass dengan daya serap cukup tinggi, rugi

transmisinya tidak begitu besar tetapi cenderung mengecil. Sebagai contoh fiberglass dengan

tebal 10 cm mempunyai koefisien penyerapan α = 0,95 untuk frekuensi rendah, artinya 95 % dari

bunyi yang datang diserap oleh fiberglass tersebut, kemudian koefisien transmisi τ sekitar ( 1 –

0,95 ) = 0,05. Dari persamaan (2.8) diperoleh rugi transmisi TL sebesar 13 dB. Rugi transmisi

yang diperoleh lebih rendah bila dibandingkan dengan rugi transmisi kaca dengan tebal 6 mm

sebesar 31 dB.

Partisi yang memisahkan ruang sumber dengan ruang pendengaran, sifat isolasi terhadap

frekuensi dapat dibagi menjadi 3 daerah ditunjukkan pada Gambar 2.14.

Daerah 1 : Daerah resonansi dan pembentukan kekakuan

Daerah 2 :Daerah hukum massa. Pada daerah ini terjadi kenaikan TL sebesar 6 dB tiap

pengadaan frekuensi atau 6 dB / oktaf dan dinyatakan dengan persamaan :

TL=20 log ( fm )- 47 dB........................................................ (2.9)

dimana :

m = massa partisi ( kg/m2 )

f = frekuensi gelombang bunyi yang ditransmisikan bahan

26
Daerah 3 : Daerah pengendalian kekauan. Pada daerah ini terjadi frekuensi kritis.

Gambar 2.14 Tiga daerah respons partisi terhadap frekuensi bunyi dating ( B.J.Smith )

Perambatan gelombang buniy dari ruang sumber ke ruang pendengar ditunjukkan pada

gambar 2.15. Perambatan gelombang bunyi dari ruang sumber ke ruang pendengar yang tidak

melalui partisi disebut transmisi sisi ( flanking transmission ). Untuk mengisolasi bunyi, tidak

cukup bila dilakukan pada partisi saja. Sebagai contoh, partisi seringkali harus diteruskan

sampai di atas plafond.

27
Gambar 2.15 transmisi dari ruang sumber ke ruang penerima ( B.J.Smith )

Partisi tidak hanya terdiri dari satu bahan saja tetapi bisa lebih dari satu kombinasi bahan.

Sebagai contoh dinding mampunyai bukaan berupa pintu atau jendela, bahkan lubang angin.

Dalam kondisi semacam itu, untuk menentukan TL keseluruhan partisi itu ditunjukkan pada

gambar 2.16

28
Gambar 2.16 Partisi terdiri dari 5 komponen bahan ( B.J.Smith )

Perhitungan TL keseluruhan partisi dengan merujuk pada persamaan (2.10) :

1
TLpartisi =10 log ................................................................... (2.10)
τpartisi

Koefisien transmisi partisi ( keseluruhan )

τ1 S1 +τ2 S2 +τ3 S3 +τ4 S4 +τ5 S5


τpartisi = ............................................... (2.11)
S1 +S2 +S3 +S4 +S5

Dimana :

Si = luas bahan i yang mempunyai koefisien transmisi τi

29
Dari persamaan 2.10 diperoleh

1
=10TL⁄10 ............................................................................................................................(2.12).
τ

Atau

τ = 10-TL/10 ............................................................................. (2.13)

30
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek yang akan ditentukan :

Rugi transmisi bunyi (TL) pada dinding partisi

3.2 Data – data pendukung :

Bahan Rugi Transmisi bunyi (TL) (dB)

Dinding tembok 30 m2 55

Kaca jendela 3 m2 20

Pintu kayu 3,57 m2 25

31
3.3 Gambar Rancangan

Jendela
3m
Pintu
Tembok BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

10 m

32
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari persamaan (2.13) untuk tembok, jendela dan pintu didapatkan :

,
= 10

= 10
,
= 10

Dari persamaan (2.11) didapatkan :

10-5,5 (30-3-3,57)+10-2 (3)+10-2,5 (3,57)


τpartisi =
30
= 1,38 x 10-3

Sehingga

1
TLpartisi = 10 log = 28,6 = 29 dB
1,38.10-3

33
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan didapat :

Rugi transmisi bunyi pada dinding partisi sebesar 29 dB

34
DAFTAR PUSTAKA

B.J.Smith, R.J.Peters, S.Owen. Acoustics and Noise Control, Addison Wesley Longman Ltd,
England, 1996

C. Wilson, Noise Control, Measurement, Analysis and Control of Sound and Vibration, Kreiger
Publishing Co, Florida, 1994

L.L.Doelle, Environmental Acoustics, Mc Graw Hill, New York, 1972

Lea Prasetyo, Akustik, Fisika FMIPA ITS, 2003

35

Anda mungkin juga menyukai