KELOMPOK:
Anechoic Chamber berasal dari kata An, Echoic, dan Chamber. An berarti tidak atau
tanpa, Echoic berarti gema sedangkan Chamber adalah kamar atau ruang. Jadi Anechoic
Chamber adalah ruangan tanpa gema.
Sebuah ruang tanpa gema adalah sebuah ruangan yang dirancang untuk meredam
gelombang refleksi baik suara atau elektromagnetik. Ruangan tersebut juga terisolasi dari
noise yang berasal dari luar. Kombinasi dari kedua aspek adalah mensimulasikan ruang
terbuka di dalam dimensi tak terbatas, yang berguna ketika hasil yang ada tidak berpengaruh
sama sekali dari pengaruh luar. Ruang tanpa gema awalnya digunakan dalam konteks akustik
(gelombang suara) untuk meminimalkan refleksi dari ruangan tersebut.
Diantara beberapa jenis penyerap yang sering digunakan di dalam ruangan tanpa
gema diantaranya :
Ruang dengan daya redam gelombang secara penuh. Dinding, lantai dan langit-langit
menyerap 99% sampai 100% energi gelombang yang mengenainya. Seluruh bagian
(termasuk bawah lantai merupakan wedges). Lantai terbuat dari kabel jala yang tegang dan
mampu menahan beban benda uji yang berat diatasnya.
Hanya memiliki peredam akustik di dinding dan langit-langit saja. dan memiliki lantai
keras tanpa peredam akustik. Lantai padat dan keras dari ruang hemi-anechoic digunakan
untuk pengujian peralatan besar dan berat seperti mobil, peralatan konstruksi, dan peralatan
seperti lemari es, mesin cuci dan pengering.
1.3 Kegunaan Anechoic Chamber :
1. Untuk menyediakan lingkungan di mana hubungan antara sound power dan sound
pressure diketahui dengan baik (detail).
Dengan anechoic chamber, kita dapat mengetahui secara real karakteristik akustik dari suatu
material karena semua gangguan sudah diminimalkan bahkan dihilangkan.
1. Dry Sound, Merekam suara-suara dengan tangkapan hanya pada direct sound-nya
saja.
Besarya koefisien penyerapan suara dinyatakan dalam α yang nilainyaberada pada rentang 0
hingga 1. Koefisien penyerapan akan bernilai 0 apabila tidak ada satupun suara yang diserap,
atau dengan kata lain semua suara yang dihasilkan akan terpantulkan. Sedangkan koefisien akan
bernilai 1 apabila semua suara yang dihasilkan akan terserap.
2.2.1 Memaksimalkan suara yang didengar oleh pendengar dari sumber bunyi.
Pada reverberation chamber, koefisien absorpsi bernilai 0. Artinya, tidak ada penyerapan
dan suara yang dihasilkan idealnya dipantulkan secara sempurna. Hal ini menyebabkan
suara yang didengar oleh pendengar akan maksimal.
Tekanan bunyi di setiap titik tidak sama Tekanan bunyi di setiap titik sama
Material yang keras, yang tak dapat ditembus (kedap), seperti bata, bahan bangunan batu,
dan beton, biasanya dipilih karena hanya menyerap energi gelombang bunyi datang
kurang dari 5% (0,05). Material penyusun ruang ini disusun sedemikian rupa sehingga
dapat membuat difusi menjadi merata. Setiap jenis material / benda memiliki koefisien
absorbsi yang berbeda- beda, sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
2.5.3 Noise
Merupakan komponen suara yang tidak kita inginkan. Noise ini akan membuat data
suara yang kita ambil menjadi tidak baik. Sehingga semakin sedikit noise yang ada pada
reverberation chamber, akan semakin baik
2.5.4 Diffusifitas atau penyebaran suara
Reverberation chamber secara definisi adalah ruangan yang memiliki energi akustik
yang merata di setiap sudut ruangannya, sehingga penyebaran suara pada reverberation
menjadi penting pada reverberation chamber agar seluruh sudut ruangan memiliki sound
pressure level (SPL) yang sama pada tiap titik. Difusi dibutuhkan agar persebaran suara
pada sebuah ruangan merata. Digunakannya material material yang bersifat keras pada
reverberation chamber, suara yang ada akan semakin terdifusi. Selain itu penambahan
panel diffusi juga sering dilakukan untuk memaksimalkan diffusifitas suara dalam
reveberation chamber.
Selain ketiga fungsi di atas, ada beberapa fungsi lain dari ruang dengung yang juga terkait
pengukuran akustik seperti Studi kejenuhan akustik pada komponen pesawat dan mengukur
koefisien penyerapan suara pada material di suatu bangunan
Ketika sound source mulai menghasilkan bunyi, gelombang suara langsung ( dari sound
source ) akan dipantulkan dari boundary ke boundary chamber menghasilkan
gelombang suara pantul dan secara bertahap akan meningkatkan sound pressure dalam
reverberation chamber. Peningkatan sound pressure ini akan terus berlanjut selama
sound power belum dimatikan sampai terbentuk suatu kondisi kesetimbangan (
equilibrium ) antara energy yang ditransmisikan oleh sumber suara dengan energi yang
diserap oleh ruangan. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi kesetimbangan
tersebut dihitung sejak sumber suara dibunyian disebut dengan build up time.
Sound energy density dirumuskan sebagai :
𝐼
𝑬 = … … … . (1)
𝑐
Dan sound power yang ditransmisikan oleh source adalah 𝑃𝑠 . Maka persamaan
kesetimbangan antara energy yang diabsorbsi oleh ruangan dan energy yang
ditransmisikan oleh sumber suara dituliskan sebagai :
1 𝑑𝑬
𝑃𝑠 𝑑𝑡 − 𝑬𝑐𝐴 𝑑𝑡 = 𝑉 𝑑𝑡 … … … … … (2)
4 𝑑𝑡
Dengan :
𝑐 = 𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑎𝑟𝑎
𝑉 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑒𝑣𝑒𝑟𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑐ℎ𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟
𝐴 = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐ℎ𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟, 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑒𝑓𝑖𝑛𝑖𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑎𝑏𝑖𝑛𝑒 𝑠𝑒𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 ∶
1
𝐴= (∑ 𝑆𝑖 𝛼𝑖 )
𝑆
𝑆 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑐ℎ𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟
𝑆𝑖 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑖
𝛼𝑖 = 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑖
Saat kondisi kesetimbangan ( equilibrium ) yang telah disebutkan sebelumnya tercapai,
𝑑𝑬
maka = 0, dan persamaan enengy density dapat dituliskan sebagai [6]:
𝑑𝑡
4𝑃𝑠
𝑬0 = … … … … … … . (3)
𝑐𝐴
Persamaan diatas (3) dapat pula dituliskan [6]:
𝑐𝐴
𝑬 = 𝑬0 ( 1 − 𝑒 4𝑉𝑡 ) … … … … … . . (4)
Ketika energy density dalam ruangan mencapai equilibrium atau dalam kata lain mencapai
nilai maksimum, sumber suara akan dimatikan , persamaan (2) akan menjadi [6]:
𝑑𝑬 1
𝑉 = 𝑬𝑐𝐴 … … … … … … (5)
𝑑𝑡 4
Dan jika persamaan (5) diintegralkan [6]:
𝑐𝐴
𝑬 = 𝑬𝟎 𝑒 4𝑉𝑡 … … … … … … . (6)
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa baik pada build up maupun decay energy pada
reverberation chamber akan merupakan suatu fungsi exponensial. Persamaan (6) dapat
digunakan untuk menghitung waktu build up dan decay ruang ideal.
Reverberation time didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk meredam energy
bunyi dalam ruang sebesar 60 desible dari sejak sumber suara dimatikan, atau dalam
prakteknya ialah saat suara sudah tidak terdengan lagi. Sedangkan decay rate merupakan
kecepatan peluruhan ( peredaman ) energy akustik dalam chamber dalam dB per second.
Studi tentang reverberation time sudah dilakukan oleh W.C Sabine di awal abad ke 20.
Dalam pengukurannya sabine menggunakan organ pipes untuk menghasilkan suara
dengan frekuensi tertentu dan stop watch untuk mengukur waktu sejak dia mematikan
organ pipe sampai suara tidak lagi terdengar [6].
Dalam perhitungan reverberation time, persamaan sabine dapat diturunkan dari persamaan
(6), dimana memperhitungkan decay dari energy suara pada ruang sebesar 60 decible
setelah build up time [6],
𝑬 𝑐𝐴
ln ( ) = ln 10−6 = − 𝑡 … … … … … . (7)
𝑬0 4𝑉
Dari hasil pengukuran didapatkan tegangan open circuit terminal receiver microphone
(𝑢2 ) dan arus terminal transmitter microphone (𝑖1 ). Besar impedansi transfer elektrik 2
mikrofon pada diffuse field adalah [10]:
…………………………(14)
𝑀𝑑,1 = Diffuse field sensitivities of microphones 1
𝑀𝑑,2 = Diffuse field sensitivities of microphones 2
𝐽𝑑,12 = Reciprocity Factor
Nilai Reciprocity Factor pada reverberation room ditunjukkan oleh persamaan berikut
[10]:
…………………………(15)
𝜌0 = Massa Jenis Udara
𝑇60 = Sabine reverberation time
𝑐 = Kecepatan suara
𝑉 = Volume reverberation room
𝑓 = Frekuensi
…………………...(16)
Persamaan yang similar berlaku untuk mikrofon 2, dan 3.
𝑃 = 𝐴𝑝𝒖. 𝒗 = 𝐴𝑝𝜈
Dengan keterangan :
𝐴 = area
𝑝 = tekanan suara
𝒖. 𝒗 = proyeksi kecepatan partikel v pada arah u
Telah diketahui bahwa di dalam ruang dengung tekanan suara tersebar merata.
Persamaan ini membuktikan pula bahwa pada ruang dengung energi suara juga tersebar
merata.
Dengan,
4𝑉 6 𝑙𝑛10 1 1
𝐴𝑇 = ( − ) … … … … … … … (18)
𝑆 𝑐2 𝑇2 𝑐1 𝑇1
Dengan memperhatikan factor koreksi dari medium attenuation [6],
1 1
𝐴𝑇 = 55.3 𝑉 ( − ) − 4𝑉 (𝑚2 − 𝑚1 ) … … … … … . . (19)
𝑐2 𝑇2 𝑐1 𝑇1
𝑐1 = 𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑢𝑛𝑦𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐ℎ𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑐2 = 𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑢𝑛𝑦𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐ℎ𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
𝑇1 = 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑟𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 (𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒)
𝑇2 = 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑟𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
𝑚1 = 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑎𝑡𝑡𝑒𝑛𝑢𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
𝑚2 = 𝑀𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑎𝑡𝑡𝑒𝑛𝑢𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
Persamaan inilah yang digunakan untuk menghitung nilai koefisien absorbsi sampel uji
60
menggunakan data reverberation time. Dikarenakan 𝑑 = 𝑇 dan sebut saja factor
60
koreksi sebagai 𝛼1 maka [8].
𝑉
𝛼𝑠 = 0.921 (𝑑 − 𝑑1 ) − 𝛼1 … … … … … … . . (21)
𝑐𝑆 2
Persamaan inilah yang digunakan untuk menghitung nilai koefisien absorbsi sampel uji
menggunakan data decay rate dari proses pengukuran.
3. Tabung Impedansi
Tabung impednasi adalah suatu tabung yang diciptakan untuk mengetahui koefisien absorbsi
suatu bahan terhadap gelombang bunyi. Prinsip dasar metode tabung impedansi adalah
refleksi, absorpsi, da n transmisi gelombang bunyi oleh permukaan bahan pada suatu ruang
tertutup, dimana bahan tersebut digunakan untuk melapisi dinding ruang tertutup.
Tabung impedansi memiliki beberapa bagian, diantaranya bagian tabung dan pipa penyelidik,
bagian penyangga bahan uji, bagian pembangkit bunyi, dan bagian penerima bunyi. Tabung
diletakkan pada posisi mendatar dan diberi penyanggah dan pipa penyelidik diapasang
didalam tabung. Bagian penyangga bahan uji mengandung bahan penyanggah untuk
menyanggah material yang mau diuji. Bagian pembangkit bunyi terdiri drai audio generator,
amplifier, dan loudspeaker. Loudspeaker biasanya berdiameter sama seperti tabung dan
ditutup rapat untuk mencegah bunyi yang bocor keluar tabung. Pada bagian penerima bunyi
merupakan mikrofon yang dihubungkan ke amplifier dan akan diteruskan ke audio system
analyzer.
Terdapat 2 metode yang dapat digunakan untuk menentukan koefisien absorpsi, yaitu :
�+ �
SWR =
�−�
Dan diperoleh persamaan :
Bunyi adalah gelombang mekanik yang merambat secara longitudinal. Bunyi membutuhkan
perantara/medium untuk merambat. Bunyi merambat paling cepat pada zat padat, lebih
lambat pada zat cair, dan paling lambat pada zat gas.
Sumber bunyi adalah benda yang menghasilkan bunyi karena benda tersebut bergetar. Benda
yang bergetar tersebut akan memberi energi kepada partikel-partikel di sekitarnya sehingga
partikel di sekitarnya juga akan ikut bergetar, menghasilkan daerah rapatan dan renggangan
yang merambat pada medium.
Proses perambatan bunyi dimulai dari sumber bunyi yang bergetar untuk menghasilkan
bunyi. Selanjutnya bunyi akan ditransmisikan melalui medium/perantara hingga akhirnya
sampai pada penerima (receiver) seperti microphone atau sistem pendengaran.
Sumber suara terbagi menjadi 2 jenis, yaitu air-borne dan structure-borne. Air-borne
merupakan sumber bunyi yang merambat langsung melalui udara. Contohnya seperti, suara
instrumen musik, suara manusia. Sedangkan structure-borne merupakan sumber bunyi dari
dampak sebuah objek atau gedung. Contohnya, suara langkah kaki dan suara benda jatuh.
Akan tetapi, sumber suara air-borne dan structure-borne sangat berkaitan. Ketika sumber
structure-borne merambat ke permukaan gedung atau objek lalu ditransmisikan ke udara
maka akan menghasilkan air-borne begitu dengan sebaliknya ketika sumber air-borne
membuat objek atau gedung bergetar ketika menyentuh permukaan gedung atau objek maka
dapat menghasilkan sumber structure-borne.
Pertama, seperti yang sudah dijelaskan, gelombang suara membutuhkan medim untuk
merambat.
Kedua, dapat berinterferensi baik secara konstruktif ataupun desktruktif. Gelombang akan
mengalami inteferensi konstruktif apabila dua gelombang atau lebih memiliki fase yang
sama, dan akan mengalami interferensi desktrutif jika tidak sefase.
Ketiga, beats. Adalah interferensi dua bunyi yang memiliki frekuensi yang berbeda. Efek
yang dihasilkan adalah pola bunyi yang menguat dan melemah. Untuk demonstrasi mengenai
beats bisa dilihat pada: http://birdglue.com/music-class/beats/index.html
Keempat, Difraksi gelombang bunyi adalah pembelokan arah gerak gelombang bunyi saat
melewati suatu celah atau bertemu dengan penghalang pada lintasan geraknya. Peristiwa
difraksi terjadi misalnya saat kita dapat mendengar suara mesin mobil di tikungan jalan
walaupun kita belum melihat mobil tersebut karena terhalang oleh bangunan tinggi di pinggir
tikungan.
Kelima, Refleksi dan Trasmisi. Ketika gelombang bunyi merambat hingga menuju batas dua
medium yang berbeda impedansi akustiknya, maka akan ada bunyi yang dipantulkan dan
ditransmisikan.
4.5.1 Monopole
Monopole merupakan sumber yang memancarkan atau meradiasikan bunyi dengan baik
ke segala arah. Ilustrasi sederhana dari sumber monopole adalah bola yang jari-jarinya
akan bergantian mengembang dan mengkerut secara sinusoidal. Sumber monopole
menciptakan gelombang bunyi dengan merapatkan dan merenggangkan fluida di
sekitarnya secara bergantian.
Sebuah speaker kotak pada frekuensi rendah akan bertindak sebagai sumber monopole.
Pola arah sebaran sumber monopole ditunjukkan seperti gambar dibawah.
Sumber quadrupole dapat dikatakan seperti empat sumber monopole dengan dua fase
yang berbeda dengan dua yang lainnya.
Di dalam kasus quadrupole, tidak terdapat fluks neto dari fluida dan gaya neto terhadap
fluida yang mana keduanya merupakan tegangan fluktuasi yang menghasilkan
gelombang bunyi. Oleh karena itu quadrupole merupakan pemancar suara yang buruk,
karena fluida tidak mendapatkan tegangan geser yang baik. Amplitudo tekanan sumber
quadrupole pada jarak r dinyatakan dengan
𝑄𝑘 2
|𝑝(𝑟, 𝜃) = |−𝜌𝑐 𝑑𝐷 cos 𝜗 sin 𝜃||
4𝜋𝑟
4.5.4 Longitudinal Quadrupole
Sumber longitudinal quadruole merupakan sumber quadrupole yang disusun seperti garis.
𝑄𝑘
|𝑝(𝑟, 𝜃)| = |𝜌𝑐 4𝑘 2 𝑑𝐷 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃|
4𝜋𝑟
Transduser sendiri adalah sebuah alat untuk mengubah sebuah energi menjadi bentuk
energi lain. Maka, transduser akustik adalah sebuah alat untuk mengubah gelombang
akustik menjadi sinyal listrik. Contohnya yaitu mikrofon.
Mic karbon atau biasa dikenal button microphone terbuat dari sebuah diagram logam
yang terletak pada salah satu ujung kotak logam yang berbentuk silinder. Mic ini
memanfaatkan perubahan resistensi yang menyebabkan perubahan sinyal output pada
microphone.
Cara kerja mikrofon ini berdasarkan resistensi variabel dimana terdapat sebuah
penghubung yang menghubungkan diafragma dengan butir butir karbon dalam
mikrofon. Karena terdapat perbedaan dengan butir karbon maka, dapat diperoleh
sinyal listrik yang berbeda juga sesuai dengan gelombang akustik yang dilewati
mikrofon.
5.3.2 Mic Reluktansi Variabel
Mikrofon reluktansi variabel adalah mikrofon yang terbuat dari sebuah diafragma
yang berbahan magnetik.
Jika doafragma bergerak karena adanya gelombang suara yang ditangkap, maka
kumparan akan bergerak maju dan mundur dalam medan magnet, sehingga muncullah
perubahan magnetik yang melewati kumparan dan menghasilkan sinyal listrik.
5.4.1 Omni-directional
5.4.2 Cardioid
Mikrofon jenis ini merupakan mikrofon yang punya sudut penangkap suara atau
sensifitas gelombang akustik yang baik di bagian depan pada 180°. Dan kurang
sensitif dibagian belakangnya. Keuntungannya sumber suara yang ingin diambil lebih
fokus dan tidak banyak suara yang tidak diinginkan masuk.
.
5.4.3 Supercardioid
5.4.5 Bidirectional
Mikrofon bidirectional punya 2 daerah sensitifitas yaitu bagian depan dan belakang.
Mikrofon ini cocok digunakan ketika wawancara karena punya daerah sensitifitas
yang dua arah, walaupun mikrofon omnidirectional punya lebih luas jangkauannya
akan tetapi, punya kemungkinan menangkap suara lain yang tidak diinginkan.
Dari kelima jenis mikrofon tersebut, didapat tabel perbandingan karakteristik kelima
mikrofon tersebut, yaitu :
5.5 Respon Frekuensi
Respon frekuensi adalah sensitifitas mikrofon di titik operasinya dari yang paling
rendah hingga titik frekuensi paling tinggi. Respon frekuensi berbentuk tabel frekuensi.
Umumnya terbagi menjadi 2.
Respon frekuensi datar, yaitu semua frekuensi audible (20 Hz – 20 kHz) punya
keluaran yang sama levelnya. Keuntungannya, yaitu baik dalam merekam sumber suara
tanpa ada gangguan dari sumber suara lain
5.5.2. Tailored / Shaped Frequency Response
Respon frekuensi ini didesain untuk meningkatkan kualitas sumber suara sesuai dengan
karakteristik sumber suara sendiri untuk aplikasi khusus. Seperti, mikrofon live vocal
punya puncak di rentang 2 – 8 kHz untuk meningkatkan kualitas rekaman suara.
DPA 4006
2. Posisi mikrofon
Posisi mikrofon yang akan di uji dan mikrofon referensi usahakan sedekat
mungkin, dan jangan sampai terkena pengaruh medan suara.
3. Pengujian mikrofon
Pengujian mikrofon pertama yaitu dengan uji vocal atau suara. Karena pada
umumnya mikrofon sering digunakan untuk merekam suara penyanyi. Posisi uji
mikrofon dilakukan dengan jarak 30 cm antara sumber bunyi dengan mikrofon.
Posisi ini merupakan posisi nomal yang digunakan dalam perekaman vokal
di aitu pengstudio
Lalu, kedua yaitu pengujian off-axis coloration yaitu dengan mengubang sudut
datang sumber suara kearah horizontal 45° dan kearah verikal 45°
Ketiga yaitu uji proximity effect and pop noise yaitu pengujian untuk mengetes
respon mikrofon jika terlalu dekat dan pop noise yang serig dianggap merugikan.
Sumber suara didekatkan sampai sekitar 3 cm.
Selanjutnya yaitu ambience test yaitu untuk menguji suasana ketika sumber
suara bergerak menjauh dari mikrofon sekitar 3 – 4 m.
Kalibrasi primer yaitu menggunakan instrumen khusus, waktu yg dibutuhkan lebih lama
dan hanya menguji bagian geometri, fisis, dan besaran elektrik
5.7.2 Secondary Calibration
Lebih simpel dan cepat, tetapi membutuhkan mikrofon standar yang sensitifitasnya di
ketahui sebagai referensi atau bisa disubtitusikan sound level calibrator Kalibrasi
berguna untuk dengan nilai tekanan bunyi yang diketahui nilainya.
Microphone Array adalah mikrofon yang punya fungsi yang sama seperti mikrofon
lain, akan tetapi punya jumlah mikrofon yang lebih dari satu (2 atau lebih) untuk
merekam bunyi dalam waktu yang bersamaan. Microphone array dapat di desain sesuai
kebutuhan jumlahnya.
Umumnya, mikrofon yang digunakan adalah 2 microphone array, dimana salah satu
mikrofon ditempat kan di kiri dan di kanan. Maka akan dihasilkan dynamic stereo
reording, dimana ketika menggunakan headset, suara yang dihasilkan pada headset kiri
dan kanan sedikit berbeda. Ini membuat pengguna merasakan seperti berada di
ruangannya karena seolah olah mendengar dari dua sisi.
Yang perlu diperhatikan pada microphone array ini adalah harus sama dalam hal arah,
sensitifitas dan fase nya untuk mendapat hasil rekaman yang bagus. Karena jika
terdapat arah (different drectivity) dan sensitifitas mikrofon berbeda maka hasil
rekaman yang dihasilkan akan tidak seimbang. Biasanya, perbedaan sensitifitas yang
diperbolehkan yaitu sekitar ± 1.5 ��. Lalu, apabila terdapat fase yang berbeda maka
mikrofon akan merekam sinyal yang hampir sama, tetapi terdapat waktu yang berbeda
yang mengakibatkan rekaman tidak sinkron. Biasanya perbedaam fase yang
diperbolehkan sekitar ± 1.5
6. Soundscape
Soundscape merupakan bidang ilmu dari akustika yang berasal dari dua kata yaitu sound dan
lanscape. Seperti hal nya landscape, soundscape adalah hal yang sama tetapi berbasis
gelombang akustik. Maka, soundscape dapat menjelaskan sesuatu yang terdapat di daerah
yang kita kaji seperti suasana, dan peristiwa yang terjadi. Sedangkan, berdasarkan BS ISO
12913-1:2014 ( British Standard the International Organization for Standarization),
soundscapes adalah lingkungan akustik (acoustic environment) yang dirasakan atau dialami
dan / atau dipahami oleh seseorang atau orang banyak didalam konteks mencangkup
hubungan timbal balik antara orang, aktivitas dan tempat dalam ruang dan waktu.
Pada buku Tuning of the World terdapat 3 elemen pembentuk Soundscape yaitu keynote
sounds, signal, dan soundmarks. Keynote sound merupakan suara suara yang kita dengar
tetapi selalu tidak kita sadari saat mendengar seperti suara kipas angin, selanjutnya yaitu
signals yaitu suara yang kita sadari saat mendengar seperti suara saat kita berkomunikasi satu
sama lain. Terakhir soundmarks, yaitu suara yang seharusnya bisa ditanggapi oleh seseorang
tetapi tidak disadari atau tidak ditanggapi seperti suara orang lain yang berbicara bukan
kepada kita.
Soundscape diperkenalkan oleh seorang composer, musisi, pegiat lingkungan, dan juga
seorang profesor di Simon Fraser University (SFU) yaitu R Murray Schafer. Beliau
menciptakan sebuah buku yang berjudul Ear Cleaning yang diterbitkan tahun 1967 yang
berisi sebuah analogi akan sebuah pemandangan atau landscape.
Selanjutnya, pada tahun 1977, R Murray Schafer menerbitkan buku yang paling terkenal
berjudul Tuning of the World. Dalam buku ini, schafer berusaha untuk mengetahui dan
mengerti sebuah tempat melalui bunyi seperti semua tempat mempunyai ciri khas dalam segi
pendengarannya sehingga lokasi tertentu dapat menunjukan ciri khas identitas.
Aesthetics merupakan klasifikasi suara berdasarkan parameter fisik, seperti respon frekuensi
dan persepsi kualitas suara. Contohnya kata sifat yang dinilai kelayakannya melalui apa yang
dirasakan speaker dan atau headphone ketika kita berbicara dengan berbagai macam
kosakata sifat. Terakhir, environmental, sesuai namanya yaitu klasifikasi suara berdasarkan
kombinasi dari seluruh sumber daya akustik pada suatu lingkungan. Contohnya, biophonic
yaitu sumber suara dari hewan, geophonic yaitu sumber suara dari benda non biologis seperti
suara air, dan antrophonic yaitu sumber suara dari kegiatan manusia.
Pada prakteknya, aplikasi di pasang dihutan untuk menangkap suara sekitar. Lalu, jika
ditemukan gelombang suara yang mempunyai karakteristik sama dengan database, aplikasi
mengirim sinyal kepada petugas hutan bahwa terdapat penebangan liar di posisi tertentu.
6.5.1 Kuisioner
Yaitu dengan membagikan kuisioner ke suatu tempat baik secara langsung atau tidak
langsung untuk mengetahui tingkat kebisingan suatu tempat. Cara ini sangat
bergantung pada kemampuan atau perasaan para pendengar.
Yaitu mewawancarai responden secara langsung, cara ini sama dengan kuisioner akan
tetapi bedanya yaitu cara menanyakannya yaitu dengan wawancara.
Yaitu metode dengan menggabungkan data kualitatif dan kuantitatif. Yaitu data yang
didapat dari wawancara atau kuisioner dan menggunakan alat ukur, bukan bergantung
pada perasaan atau indra pendengar manusia.
7.1 Sejarah
Pada tahun 1950, Seorang ilmuan bernama J. Kaiser telah memulai investigasi yang pertama
kalinya tentang AE (acoustic emission) dimana objek yang dia teliti berupa efek dari AE pada
material yang diberi stress yang lebih tinggi dari biasanya. Dari temuan ini ia mendapatkan
karakteristik spesifik dari berbagai macam material. Fenomena AE ini menjadi perhatian
untuk beberapa peneliti yang menyebabkan pada tahun 1960-an menjadi objek penelitian dan
mulai berkembang dengan cepat.
Hingga kini, AE merupakan salah satu dari Non Destructive Testing yang memberikan
banyak kelebihan untuk dimanfaatkan industri yang membutuhkan di berbagai belahan dunia.
Pada analisa emisi akustik penjelasan fisika dan matematika bisanya digunakan untuk
mengetahui letak sumber emisi akustik. Ada beberapa teknik yang digunakan untuk
mengetahui letak sumber emisi akustik:
A. Linear Location
Linear location adalah teknik pengujian yang digunakan untuk mengetahui letak
sumber emisi akustik pada struktur yang linear seperti pada pipa, tabung, atau
batangan. Sumber emisi akustik dihitung berdasarkan perbedaan waktu tempuh
kedatangan gelombang emisi akustik terhadap dua buah sensor yang diletakan pada
kedua ujung pipa, tabung, atau batangan yang hendak diuji.
Ada 2 teknik yang digunakan dalam perhitungan letak emisi akustik secara linear:
Pengujian yang dilakukan dengan menentukan jarak sumber emisi akustik
terhadap salah satu sensor
Karena teknik ini menghitung jarak terhadap titik tengah, kita juga perlu
mengetahui jarak sumber emisi akustik terhadap masing-masing sensor. Atau
dalam hal ini kita juga perlu mengetahui sumber emisi akustik posisinya lebih
dekat ke sensor kiri atau kanan. Maka untuk mengetahui ini, dilakukukan analisa
menggunakan prinsip waktu tempuh. Seperti yang diketahui bahwa semakin
pendek jarak tempuh maka semakin cepat juga waktu tempuhnya.Jika sensor kiri
mendeteksi terlebih dahulu gelombang emisi akustik, maka sumber emisi akustik
lebih dekat ke sensor kiri, begitu juga sebalikanya.
B. Two Dimensional Source Location
Dalam pengujian letak sumber emisi akustik kita tidak selalu menerapkannya
terhadap benda yang berbentuk linier. Kita juga sering menemukan struktur bahan
dalam bentuk lembaran. Pada saat kita menemukan bentuk yang seperti ini kita tidak
lagi menggunakan prinsip linier karena pada bentuk lembaran kita akan menemui
sebuah area yang tidak dapat didekati hanya menggunakan garis linear untuk
meningkatkan keakuratan.
Pada teknik pengujian dua dimensi, sensor akan diletakkan secara acak namun
memiliki radius atau jarak yang berbeda terhadap suatu titik yang ingin ditinjau. Pada
pengujian ini, sensor yang digunakan bisa 2 atau lebih tetapi masing masing sensor
tidak memiliki radius yang sama.
Walaupun menggunakan banyak sensor, untuk perhitungannya hanya meninjau 2
sensor. Misalnya kita menggunaka 3 sensor, maka untuk mengalisisnya menggunakan
perumusan matematis kita akan meninjau pengaruh sumber emisi akustik terhadap
sensor 1 dan 2 dengan mengabaikan sensor 3, atau meninjau pengaruh sumber emisi
akustik terhadap sensor 2 dan 3 dengan mengabaikan pengaruh sensor 1.
Hasil perhitungan dari teknik dua dimensi nantinya akan menghasilkan besarnya
radius kedua sensor yang dianalisi. Pengukuran radius untuk kedua sensor akan
berada pada 1 titik pusat yang sama dan titik pusat tersebut merupakan letak sumber
emisi akustik yang dideteksi oleh kedua sensor.
Prinsip dari teknik pengujian ini hampir sama dengan teknik linear, hanya saya pada
teknik linear dilakukan berdasarkan perbedaan waktu, sedangkan pada teknik
pengujian ini dilakukan menggunakan besarnya energi yang diterima sensor.
Sumber emisi akustik yang semakin dekat dengan sensor, maka energi yang ditangkap
akan lebih besar dibandingkan energi yang diterima sensor lain yang letaknya lebih
jauh dari sumber emisi akustik.
D. Zone Location
Sesuai dengan namanya teknik ini digunakan untuk melacak gelombang sumber
emisi akustik dalam bentuk zona atau area. Luas tidaknya area yang terbentuk
tergantung pada banyaknya sensor yang kita gunakan. Semakin banyak sensor
yang digunakan maka semakin kecil luas area atau zona dan semakin akurat
hasil yang kita peroleh. Begitu juga sebaliknya , semakin sedikit sensor yang kita
gunakan maka semakin besar luas area atau zona dan semakin berkurang Keakuratan
hasil yang kita peroleh.
Proses fisika yang terjadi pada teknik pengujian ini adalah sumber emisi akustik
diasumsikan sebagai sebuah kawasan yang berada pada satu atau lebih sensor
tergantung pada banyaknya sumber emisi aksutik.
Sensor akan mendeteksi sinyal gelombang emisi akustik berupa amplitudo yang
dihasilhan oleh gelombang akustik. Sensor yang mendeteksi amplitudo terbesar
berarti sumber emisi akustik berada paling dekat tersebut, sensor dengan amplitudo
kedua terbesar maka sumber berada kedua terdekat dari sensor tersebut, begitu juga
seterusnya.
7.3 Teknik Pengambilan Data
Setelah gangguan AE terjadi, karakter gelombang gangguan diubah oleh perambatan melalui
struktur, dan dimodifikasi lebih lanjut ketika gangguan gelombang lokal diubah ke tegangan
oleh transduser dan selanjutnya diolah, Gambar. Prediksi tegangan keluaran kaitannya
dengan sumber dan struktur intervensi adalah masalah maju (dan sebaliknya, masalah balik
adalah penentuan sumber dari bentuk gelombang tegangan yang diukur).
Gambar 8. Prinsip kerja umum dari system pengawasan akustik
Skema yang ditunjukkan Gambar menggambarkan prinsip kerja umum dari sistem
pengawasan akustik. Sebuah cacat yang sedang berkembang memancarkan semburan energi
dalam bentuk gelombang suara berfrekuensi tinggi yang merambat dalam materi dan diterima
oleh sensor. Untuk proses pengujian emisi akustik ini sendiri terdiri dari 4 macam proses,
yakni :
A. Mendeteksi AE
Gambar 9. Mendeteksi AE
Tegangan kecil yang dihasilkan oleh sensor diperkuat dan sinyal frekuensi radio baku
ditransfer ke computer
Berdasarkan karakteristik yang ditetapkan pengguna, sinyal frekuensi radio dibagi
menjadi bentuk gelombang diskrit
Bentuk gelombang ini kemudian ditentukan oleh karakteristik seperti amplitudo,
waktu naik, energi mutlak berdasarkan pada ambang yang ditetapkan pengguna.
C. Menampilkan Sinyal Emisi Akustik
Bentuk gelombang yang terkumpul kemudian dapat ditampilkan dalam dua cara
Satu, fungsi parameter gelombang
Dua, sebagai dikumpulkan gelombang itu sendiri
Kebanyakan tes emisi akustik saat ini hanya merekam parameter gelombang dan
mengabaikan gelombang dikumpulkan, terutama karena jumlah besar memori
komputasi yang digunakan.
Kemampuan sumber lokasi otomatis dari emisi akustik memungkinkan atraksi yang
paling signifikan sebagai teknik uji tak rusak
Metode dominan sumber lokasi didasarkan pada pengukuran perbedaan waktu antara
kedatangan sinyal emisi akusti individu pada sensor yang berbeda dalam array.
Emisi akustik adalah subjek ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang menakjubkan,
menjanjikan, dan juga menantang. Emisi akustik adalah fenomena sehari-hari yang sering
kita lihat, seperti : suara kaca yang pecah, suara pohon tumbang, dan es yang retak─ adalah
contoh suara yang dihasilkan dari keretakan/kecacatan yang dapat kita dengar dan rasakan
dari benda-benda yang terkena tekanan. Didefinisikan secara ilmiah, emisi akustik adalah
fenomena gelombang bunyi yang dihasilkan oleh material yang mengalami kerusakan dan
gejala keretakan. Emisi akustik yang dihasilkan beragam dari tiap material, bergantung pada
karakteristik material tersebut dan faktor lingkungan.
Aplikasi dari emisi akustik adalah untuk pengujian material atau Acoustic Emission Testing
(AET). Dengan pengujian emisi akustik, pengujian material dapat dibuat seaman mungkin
karena dilakukan tanpa merusak material atau salah satu dariNon-destructive Testing (NDT).
Dengan pengujian emisi akustik dapat mengetahui asal terjadinya kecacatan pada material
yang diberi tekanan secara komprehensif, sampai bagaimana perkembangan kecacatan
tersebut apabila material diberi tekanan terus-menerus.
Kecacatan pada material menghasilkan energi ketika material diberi tekanan (misalnya
beban). Energi ini melaju dalam bentuk gelombang tekanan dengan frekuensi tinggi (high-
frequency stress waves). Gelombang ini akan diterima oleh sensor, yang mengubah energi
tersebut menjadi voltase, yang kemudian diproses menjadi data sinyal emisi akustik.
Sensor emisi akustik (Acoustic Emission Sensor/AES) adalah suatu piranti yang
mentransformasi kerusakan material yang diakibatkan gelombang tekanan (stress wave)
menjadi sinyal elektrik. AES biasanya berupa sensor piezoelektrik dengan elemen yang
terdiri dari elemen keramik seperti zirconate titanate (PZT). Elemen ini menghasilkan sinyal
elektrik ketika ditegangkan secara mekanik. Sensor jenis lainnya misalnya adalah capacitive
transducer dan laser interferometer.
Pemilihan jenis sensor secara spesifik bergantung pada aplikasinya, tipe kecacatan yang akan
diuji, karakteristik noise, dan faktor lainnya.Teknologi yang digunakan adalah sensor
ultrasonik (20 KHz – 1 MHz) yang dapat mendeteksi bunyi kecacatan material. Frekuensi
emisi akustik biasanya berada pada kisaran 150-300 KHz, di atas frekuensi bunyi yang dapat
kita dengar. Penyebab keretakan dan kerapuhan karena hidrogen, tekanan, dan korosi dapat
dideteksi dengan teknologi ini. Kebocoran dengan tekanan tinggi juga dapat dideteksi dan
diisolasi
Terdapat dua jenis sensor berdasarkan respons frekuensinya : resonant dan wideband sensors.
Ketebalan elemen piezoelectric mendefinisian frekuensi resonansi dari sensor. Diameter
mendefinisikan area terjadinya pergerakan. Properti penting lain dari AES adalah curie point
atau titik Curie, yaitu temperatur ketika elemen piezoelectric kehilangan semua propertinya.
Titik Curie bervariasi di 120oC sampai 400oC untuk keramik. Ada keramik yang memiliki
titik Curie di 1200oC.
Gambar 15. Acoustics Emission Sensor Gambar 16. Piranti penerima data
Aplikasi modern dari metode emisi akustik sangatlah beragam. Emisi akustik digunakan di
bidang petrokimia, pembangkit daya, daya nuklir, perawatan gas, militer, aerospace, medis,
farmasi, otomotif, industri, dan tentunya di bidang akademik dan riset. Aplikasi tersebut bisa
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pemeriksaan struktur, pengujian dan kontrol material, dan
proses produksi.
Upaya untuk menghasilkan ulang bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi yang ditangkap
oleh transducer akustik.
Mic Placement
Wiring
Mixing
Speaker Placement
8.4 Microphone