Anda di halaman 1dari 21

FUNGSI AKUSTIK DALAM INTERIOR RUANG BIOSKOP

TUGAS PENGANTAR AKUSTIK

Erwin Jayadi
(1308205006)
Ni Made Wedayani (1308205009)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Bioskop merupakan wadah bagi masyarakat untuk menikmati pertunjukkan film,
dimana penonton mencurahkan segenap perhatiannya dan perasaannya kepada gambar
hidup yang disaksikan. Penonton akan menyaksikan suatu cerita yang seolah tampak
nyata di hadapannya. Bioskop merupakan salah satu dari banyak alternative seseorang
untuk berekreasi. Ketajaman dan efek bunyi pada bioskop pun sangat menentukan
kepuasan masyarakat yang sedang menyaksikan sebuah pertunjukan film.
Penataan akustik ruang pun perlu dilakukan agar efek bunyi yang dihasilkan bisa
menunjang pertunjukan film yang sedang di putar. Akustik ruang adalah bentuk dan
bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi yang terjadi (Joko
Sarwono, 2009). Pengolahan akustik ruang dalam gedung pertunjukan mempengaruhi
kualitas efek dan kejelasan bunyi dari pertunjukan yang sedang ditayangkan.
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam perancangan akustik ruang
bioskop yang harus dipenuhi sesuai dengan fungsinya, agar kualitas pertunjukan yang
optimal bisa tercapai. Selain itu nilai-nilai estetika yang mencakup aspek keindahan,
kenyamanan dan keamanan juga penting untuk diperhatikan. Penataan ruang dapat
mendukung pada kualitas suara (akustik) dan keindahan (nilai estetik) harus terpenuhi,
seperti penataan properti, penataan dan pemilihan material yang tepat.
Berdasarkan aspek-aspek penunjang penataan ruang bioskop, maka penulis ingin
membahas lebih mendalam mengenai aspek pentaan ruang bioskop secara umum.
Penataan ruang bioskop yang dimaksudkan yaitu penataan dari segi aspek akustik sesuai
dengan standar ruang bioskop yang ada di Indonesia.
1.2

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas penulis dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana penataan ruang bioskop dalam menunjang fungsi akustik?
2. Apa saja material elemen ruang yang menunjang fungsi akustik?

1.3

Batasan Masalah

Ruang lingkup bahasan masalah yang akan penulis bahas pada makalah ini,
yaitu tentang penataan akustik ruang bioskop berikut dengan material yang menunjang
dari fungsi akustik yang dipergunakan di bioskop.
1.4

Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Mengetahui dan memahami penataan ruang bioskop dalam menunjang fungsi
akustik.
2. Mengetahui dan memahami material elemen ruang yang menunjang fungsi
akustik.

1.5

Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan penulis pada makalah ini yaitu:
1. Menambah pengetahuan pembaca tentang penataan ruang bioskop dalam menunjang
fungsi akustik.
2. Membantu pembaca mempelajari material elemen yang menunjang fungsi akustik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Bioskop
Bioskop merupakan pertunjukan yang diperlihatkan dengan gambar (film) yang

disorot menggunakan lampu sehingga dapat bergerak (berbicara) (KBBI, 2006:125).


Jadi, Bioskop juga bisa dirtikan sebagai tempat untuk menonton pertunjukan film
dengan menggunakan layar lebar. Gambar film diproyeksikan ke layar menggunakan
proyektor (Neufert, 2002:146).
Menurut Neufert (2002:146) dalam gedung bioskop, terdapat beberapa bagian
penting yaitu:
1. Ruang proyektor
Ruang proyektor adalah ruang kecil (bukan persinggahan penonton), tempat
diletakan proyektor dibelakang dan disisi. Ruang proyeksi disesuaikan dengan
banyaknya ruang penonton.
2. Ruang penonton (Studio)
Studio adalah ruang tempat bekerja (bagi pelukis, tukang foto, dsb); ruang yang
dipakai untuk menyiarkan acara radio atau televisi; tempat yang dipakai untuk
pengambilan film (untuk bioskop dsb) (KBBI, 2006:505). Sehingga bisa diartikan
ruangan ini berfungsi sebagai ruang penyiaran atau pemutaran film dimana para
penonton bisa menikmati film yang sedang ditayangkan.
Penonton seharusnya duduk di pertengahan sisi luar layar. Dari urutan kursi
pertama ke tengah layar seharusnya tidak melebihi sudut pandang 300. Kemiringan
lantai dengan kecondongan 10%, atau melalui sebuah tangga maksimum (Neufert,
2002:147).
3. Kasir
Kasir adalah pemegang kas (uang); orang yang bertugas menerima dan
membayarkan uang (KBBI, 2006:215). Kasir dilengkapi dengan sistem pembukuan dan
pemesanan secara elektronik. Dalam kompleks yang besar ada ruang untuk perokok dan
keluarga dengan anak-anak, yang tahan api atau pemisah peredam suara dan sistem
pemindahan suara terpisah (Neufert, 2002:147).
2.2

Pengertian Akustik

Akustik diartikan sebagai sesuatu yang terkait dengan bunyi atau suara,
sebagaimana pendapat Shadily (1987:8) bahwa akustik berasal dari kata dalam bahasa
Inggris acoustics, yang berarti ilmu suara atau ilmu bunyi (Halme, 1991:12). Sehingga
Akustik ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait
dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi. Akustik sendiri berarti gejala
perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif dari alam. Akustik ruang
sangat berpengaruh dalam reproduksi suara (Joko Sarwono, 2009).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tata Akustik
merupakan pengolahan tata suara pada suatu ruang untuk menghasilkan kualitas suara
yang nyaman untuk dinikmati. Sebagaimana pendapat Pamuji Suptandar (1982:103),
bahwasanya akustik atau sound system merupakan unsur penunjang terhadap
keberhasilan desain yang baik, karena pengaruh akustik sangat luas. Dapat
menimbulkan efek-efek fisik dan emosi dalam ruang sehingga seseorang akan mampu
merasakan kesan-kesan tertentu.
2.3

Penggunaan Bahan dan Kontruksi Penyerap Bunyi


Pemilihan bahan penyerap bunyi yang tepat untuk melapisi elemen pembentuk

ruang gedung pertunjukan sangat dipersyaratkan untuk menghasilkan kualitas suara


yang memuaskan. Doelle (1990:33) menjelaskan mengenai bahan-bahan penyerap
bunyi yang digunakan dalam perancangan akustik yang dipakai sebagai pengendali
bunyi dalam ruang-ruang bising dan dapat dipasang pada dinding ruang atau digantung
sebagai penyerap ruang yakni yang berjenis bahan berpori, panel penyerap (panel
absorber), resonator rongga serta karpet. Tiap-tiap bahan ini dapat dikombinasikan.

Gambar 2.1 Penempatan penyerap akustik

Tiap bahan akustik kelompok ini serta kombinasinya dapat ditempelkan pada
dinding ruang atau digantung di udara sebagai penyerap ruang, dengan cara
pemasangannya juga berpengaruh besar terhadap penyerapan bunyi.
2.3.1 Bahan Berpori
Bahan berpori dapat digolongkan menjadi bahan dengan pori-pori yang saling
berhubungan dan ada juga bahan dengan pori-pori yang tidak saling behubungan. Bahan
akustik yang termasuk kategori pori-pori saling berhubungan adalah papan serat (fiber
board), pelesteran lembut (soft plasters), mineral wools dan selimut isolasi (isolation
blanket). Biasanya merupakan penyerap bunyi yang baik. Bahan yang termasuk ketegori
pori-pori yang tidak saling berhubungan adalah dammar busa (foamed resins), karet
selular (cellular rubber) dan gelas busa.
Karakter dasar dari semua bahan berpori seperti ini adalah mengubah energy
bunyi yang datang menjadi energy panas dalam pori-pori dan diserap, sementara sisanya
yang telah berkurang energinya dipantulkan oleh permukaan bahan. Penyerapan bunyi
lebih efisien pada frekuensi tinggi dibandingkan pada frekuensi rendah, agar penyerpan
lebih baik pada frekuensi rendah maka perlu ditambahkan bahan penahan padat.
Semakin tebal penahan maka semakin baik penyerapannya.
Jenis-jenis bahan berpori dapat dibagi menjadi 3 kategori, yakni: unit akustik
siap pakai, plesteran akustik dan bahan yang disemprotkan serta selimut akustik
(Doelle, 1990:58).
A. Unit Akustik Siap Pakai
Bermacam-macam jenis ubin selulosa dan serta mineral yang berlubang maupun
tidak berlubang, bercelah (fissured) atau bertekstur, panel penyisip dan lembaran
logam berlubang dengan bantalan penyerap merupakan unit khas dalam kelompok
ini.
Jenis-jenis ini dapat dipasang di dinding, langit-langit dengan cara disemen
pada penunjang padat, dibor atau dipaku sesuai petunjuk pabrik. Unit akustik siap
pakai khusus seperti acoustical board untuk pelapis dinding dan Geocoustic board
dipasang pada langit-langit dalam susunan dengan jarak tertentu dalam potonganpotongan kecil. Berikut ini contoh gambar akustik siap pakai yang berlubang dan
bercelah.

Gambar 2.2. Unit akustik siap pakai yang berlubang dan bercelah

Sedangkan gambar dibawah ini termasuk bahan akustik penyerap panel siap
pakai yang bertekstur:

Gambar 2.3. Panel Penyerap (panel absorber) siap pakai bertekstur.

Kelebihan dari bahan ini adalah kemudahannya untuk disusun sesuai


mudah dalm pemasangannya serta ekonomis. Berikut ini contoh penerapan panel
penyerap siap pakai pada plafond.

Gambar 2.4 Penerapan Panel Penyerap siap pakai pada plafond

Keuntungan bahan akustik siapa pakai yaitu mempunyai penyerapan yang dapat
diandalkan dan terjamin pabrik sehingga memudahkan perancangan, pemasangan
dan perawatannya relatif mudah dan murah, beberapa unit dapat dihias kembali
tanpa mempengaruhi jumlah penyerapan, dan penggunaannya dalam langit-langit
dapat disatukan secara fungsional dan secara visul dengan persyaratan penerangan,
pemanasan atau pengkondisian udara. Unit-unit ini dapat membantu dalam
mereduksi bising dan mempunyai fleksibilitas tinggi.
Kesulitannya yaitu sukar untuk menyembunyikan sambungan-sambungan antara
unit yang berdampingan, unit unit umumnya mempunyai struktur yang lebut dan
peka terhadap kerusakan mekanik bila dipasang pada tempat-tempat yang rendah di
dinding, penyatuan keindahan ke dalam tiap proyek auditorium menuntut kinerja
yang berat, dan penggunaan cat untuk dekorasi ulang dapat mengubah penyerapan
sebagian besar unit akustik siap pakai.
B. Pelesteran akustik dan bahan yang disemprotkan
Bahan ini semiplastik, diterapkan dengan cara disemprotkan melalui pistol
penyemprot / sprayer gun, seperti pada gambar ini :

Gambar 2.5 Bahan akustik yang disemprotkan dengan sprayer gun

Pada saat usaha penyerapan akustik susah dilakukan untuk permukaan yang
tidak teratur atau melengkung maka pemanasan bahan penyerap bunyi dilakukan
dengan menyemprotkan atau pelapisan dengan tangan (plumbering). Bahan
penyerap jenis ini adalah Sprayed Limper Asbestos, Zonolite, Vermiculite, Sound
Shiels, Glatex, Dekoosto. Jenis bahan ini juga lebih efektif melakukan penyerapan
pada frekuensi tinggi.

C. Selimut (isolasi) Akustik


Selimut akustik dibuat dari serat-serat karang (rock wool), serat gelas (glass
wool), serat-serat kayu, lakan (felt), rambut dan sebagainya. Biasanya dipasang pada
sistem kerangka kayu atau logam dan digunakan untuk tujuan-tujuan akustik dengan
ketebakan selimut 1-5 inci. Penyerapan bertambah dengan makin tebalnya selimut,
terutama pada frekuansi rendah. Contoh gambar bahan selimut akustik

Gambar 2.6 Bahan Selimut akustik

Karena selimut akustik tidak menampilkan permukaan estetik yang


memuaskan maka biasanya di tutupi dengan papan berlubang, wood slats, fly
screening dengan cara di ikatkan pada kerangka kayu atau logam. seperti
gambar dibawah ini:

Gambar 2.7 konstruksi pemasangan selimut akustik

D. Karpet dan Kain


Karpet yang biasanya digunakan sebagai penutup lantai dan Kain (gorden,
fenestration fabrics) yang digunakan untuk menutup dinding merupakan bahan yang
dapat menyerap bunyi. Karpet selain dapat menyerap bunyi di udara juga dapat
menyerap bising permukaan karena gaya melangkah. Semakin tebal karpet akan
semakintinggi penyerapan bunyi yang dilakukan terutama pada frekuensi rendah.

Bila karpet dipasang pada dinding, biasanya merupakan penutup dari suatu blok
penyerapan. Blok penyerapan biasanya diisi dengan bahan penyerap karena blok
penyerap dengan rongga udara memiliki penyerapan yang rendah daripada blok
tanpa rongga udara.

Gambar 2.8 Bahan akustik dari karpet

Bahan akustik dari bahan kain (fabric) yang khusus dipakai untuk fungsi akustik
kini juga sering digunakan untuk mereduksi bunyi. Cara pemasangannya dengan
cara melapiskannya pada panel kayu di dinding dan plafond. Bahan ini juga
fleksibilitas tinggi untuk dipasang pada permukaan yang lengkung maupun
cembung sebagaimana karpet. Makin tebal kain yang digunakan, makin besar pula
penyerapan bunyi yang dilakukan.
2.3.2

Panel Penyerap (panel absorber)


Penyerap panel merupakan bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang

yang padat (solid baking) tetapi terpisah oleh suatu rongga (Doelle, 1990:39). Penyerap
panel yang berperan pada penyerapan frekuensi rendah antara lain panel kayu dan
hardboard, gypsumboard, langit-langit pelesteran yang digantung, plesteran berbulu,
plastic board tegar, jendela, kaca, pintu, lantai kayu dan panggung, serta pelat-pelat
logam (radiator).

Gambar 2.9 Bahan akustik penyerap panel

Bahan-bahan ini berfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar bila tertumbuk
oleh gelombang bunyi. Getaran lentur dari panel akan menyerap sejumlah energi bunyi
yang datang dan mengubahnya menjadi energi panas. Pemasangan bahan akustik
menyerap panel dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:

Gambar 2.10. Pemasangan penyerap panel dari plywood pada dinding

Dari gambar diatas, terlihat bahwa panel penyerap plywood dipasang pada
dinding dengan ditempelkan pada rangka dan diberi ruang antara rongga selebar 25mm
dari dinding.
Bahan ini merupakan penyerap bunyi yang efisien karena menyebabkan
karakteristik dengung yang merata pada seluruh jangkauan frekuensi tinggi maupun
rendah karena berfungsi untuk mengimbangi penyerapan suara yang agak berlebihan
oeleh bahan penyerap berpori dan isi ruang. Jenis bahan yang termasuk penyerap panel
antara lain panel kayu dan hardboard, gypsumboards, langit-lagit plesteran yang
digantung, plesteran berbulu, plastic board tegar, jendela, kaca, dan pintu, serta lantai
kayu dan panggung.

2.3.3

Resonator Rongga
Bahan penyerap jenis ini terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi oleh

dindng-dinding tegar dan dihubungkan oleh lubang/celah sempit (disebut leher) ke


ruang sekitarnya, dimana gelombang bunyi merambat. Resonator rongga menyerap
energy bunyi pada daerah band frekuensi rendah yang sempit. Bahan ini merupakan
sejenis resonator modern, karena tidak perlu menggunakan lapisan permukaan
penyerap bunyi tambahan sehingga merupakan saran pengendali bising dan
dengungan dengan ekonomis. Resonator ini berupa panel berlubang dan diberi jarak
dari lapisan penunjang padat. Resonator rongga ini dapat digunakan sebagai unit
individual, resonator panel berlubang, dan sebagai resonator celah.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Penataan Ruang Bioskop Dalam Menunjang Fungsi Akustik


Interior gedung adalah ruangan didalam gedung bioskop dimana terdapat tempat

duduk para penonton untuk melihat film (tempat pertunjukkan). Hal yang perlu
mendapatkan perhatian didalam interior gedungbioskop, antara lain adalah (Munif
Arifin, 2009):
3.1.1 Dinding
Dinding gedung pertunjukkan dibuat anti gema suara dengan menerapkan sistem
acoustic dengan maksud mencegah gema suara yang memantul dan menggaduhkan
bunyi asli, mencegah penyerapan suara (absorpsi) sehingga suara hilang dan menjadi
kurang jelas serta membantu resonansi (menguatkan suara).
3.1.2 Lantai
Lantai dibuat dari bahan yang kedap air, keras, tidak licin dan mudah
dibersihkan. Kemiringan dibuat sedemikian rupa sehingga pemandangan penonton yang
dibelakang tidak terganggu oleh penonton yang didepan. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Departemen Penerangan bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) dapat diketahui bahwa jarak antara sandaran kursi adalah lebih
kurang 90 cm, dengan sudut penurunan ideal ke arah layar 6,28 terhadap garis
horizontal, berarti perbedaan tinggi kepala kursi yang berurutan 10 cm.
3.1.3 Ventilasi
Ventilasi untuk gedung bioskop adalah penting oleh karena untuk mengatur
sirkulasi udara, agar udara kotor dalam ruangan keluar dan udara bersih masuk
sehingga penonton merasa nyaman. Untuk suhu kamar normal 27C dan kelembaban
yang baik adalah 40% (Soebagio Reksosoebroto, 2009). Sedangkan suhu ruang yang
baik antara 20C-25C, dengan kelembaban diantara 40%-50% (Rudi Gunawan,
2008). Sistem ventilasi pada umumnya terbagi atas dua yaitu:
a. Ventilasi Alami (Natural Ventilation System)

Ventilasi alam ini dapat dibuat dengan jalan memasang jendela dan lubanglubang angin atau dengan menggunakan bahan bangunan yang berpori-pori.
b. Ventilasi Buatan (Artificial Ventilation System)
Untuk ventilasi buatan ini dapat berupa:
-

Fan (kipas angin), fungsinya hanya memutar udara didalam ruangan, sehingga
masih diperlukan ventilasi alamiah.

Exhauster (pengisap udara), prinsip kerjanya adalah mengisap udara kotor dalam

ruangan sehingga masih diperlukan ventilasi alamiah.


Air Conditioning (AC)
AC yang baik untuk gedung bioskop adalah menggunakan AC central. Air
Conditioning (AC), prinsip kerjanya adalah penyaringan, pendinginan,
pengaturan kelembaban serta pengaturan suhu dalam ruangan. Yang perlu
diperhatikan bila menggunakan AC adalah ruangan harus tertutup rapat dan
orang tidak boleh merokok didalam ruangan.\

3.1.4

Tempat Duduk atau Kursi


Persyaratan dari tempat duduk atau kursi adalah konstruksi cukup kuat dan

tidak mudah untuk bersarangnya binatang pengganggu antara lain kutu busuk atau
serangga lainnya. Ukuran kursi yaitu; lebih kurang 40-50 cm dan tinggi kursi dari lantai
sebaiknya 48 cm. Tinggi sandaran 38-40 cm dengan lebar sandaran disesuaikan dengan
kenyamanan, sandaran tangan berfungsi juga sebagai pembatas dan sandaran pengguna
tidak boleh terlalu tegak.
Letak kursi agar diatur sedemikian rupa sehingga semua penonton dapat
melihat gambar secara penuh dengan tidak terganggu. Jarak antara kursi dengan kursi
didepannya minimal 40 cm yang berfungsi untuk jalan ke tempat kursi yang dituju.
Tiap penonton harus dapat melihat dengan sudut pandang maksimal 30. Penonton
yang duduk di baris terdepan harus masih dapat melihat seluruh gambar sepenuhnya.
Artinya bagian tepi layar atas, bawah dan samping kiri dan kanan berturut-turut
maksimum membentuk sudut 60-80 dengan titik mata.

3.1.5

Pintu darurat
Persyaratan pintu darurat adalah:

Lebar minimal pintu darurat adalah 2 kali lebar pintu biasa (160 cm)
Jarak pintu darurat yang satu dengan lain sedikit-dikitnya 5 m dengan tinggi 1,8

dan membuka kearah ke luar.


Letak pintu darurat sebelah kiri dan sebelah
- kanan ruang pertunjukkan harus simetris dan selama pertunjukan
-

berlangsung pintu darurat tidak boleh di kunci.


Di atas pintu harus dipasang lampu merah dengan tulisan yang jelas Pintu
Darurat.

3.1.6

Pencahayaan
Pada dasarnya pencahayaan diperlukan sebelum dan setelah pertunjukkan. Hal-

hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pencahayaan adalah:


-

System pencahayaan tidak boleh menyilaukan mata maksimal 150 lux dan tidak
boleh bergetar.

3.1.7

Tersedia cukup cahaya untuk kegiatan pembersihan gedung pertunjukkan.


Kekuatan penerangan pada tangga adalah 3 fc.
Sound System
Sound system adalah suatu alat elektronik yang digunakan untuk mengeraskan

suara sehingga bias terdengar jelas oleh seluruh penonton. Sound system yang baik
digunakan di gedung bioskop adalah sound system stereo dengan peletakan pengeras
suara pada dinding dalam jarak yang sama antara yang satu dengan yang lain, sehingga
suara akan diterima merata oleh penonton.suara diukur dengan satuan decibel (dB)
antara 80 85 dB ( Prisanti Putri, 2009 )
Prinsip dasar peletakan speaker yang digunakan untuk menghasilkan aliran
suara yang konsisten di semua tempat dalam bioskop kurang lebih seperti di bawah
ini. Speaker yang ada di belakang layar diletakkan mengarah ke bagian ruangan yang
terletak 2/3 kedalaman ruangan. Sedangkan tinggi speaker berada di 1/3 dari tinggi
ruangan. Speaker surround terdekat dari layar, minimal berjarak 1/3 dari kedalaman
ruangan.
Gedung konser pada umumnya tidak memiliki surround sound, karena suara
dari arah yang berbeda dengan panggung akan menimbulkan gangguan dalam

menikmati bunyi. Oleh karena itu, penonton konser lebih suka tempat duduk yang
dekat dengan panggung. Berbeda dengan gedung bioskop, surround sound justru
merupakan elemen penting untuk membuat susasana spasial dalam ruangan yang
tentunya tidak bertabrakan dengan suara dari speaker yang ada di depan. Dikatakan
bahwa total energi yang berasal dari surround speaker haruslah mengimbangi speaker
yang ada di depan. Posisi speaker harus diarahkan ke arah yang berlawanan dari tempat
speaker berasal sehingga speaker dapat menghasilkan minimum perbedaan kekuatan
antara dinding dan kursi penonton sebesar -3 dB.
Suara yang dihasilkan dari surround speaker tidak boleh terdengar sama dengan
suara yang berasal dari speaker depan. Maka dari itu, waktu delay dari speaker surround
terhadap speaker yang ada di depan biasanya adalah 1 ms untuk jarak 340 mm. Berarti,
suatu ruangan bioskop dengan panjang 34 m akan mempunyai waktu delay sebesar 100
ms atau 1/10 s.
Selain teknologi suara, baik tidaknya akustik ruangan bioskop sangat
mempengaruhi terdengarnya suara dari film. George Augspurger seorang ahli akustik
mengatakan bahwa dalam akustik ada 3R yang harus diperhatikan, antara lain: ( Prisanti
Putri, 2009 )
1.Room resonance (resonansi ruang)
2.Early reflections (refleksi)
3.Reverberation time (waktu dengung)
Absorpsi merupakan hal terpenting dalam objektif perancangan sebuah bioskop.
Berbeda dengan gedung konser di mana suara harus dipantulkan sebanyak mungkin,
maka pada gedung bioskop suara justru harus diserap sebanyak mungkin. Pada gedung
bioskop, pantulan suara harus diminimalisasi. Penyerapan suara biasanya disiasati
dengan pemasangan kain tirai pada dinding samping kiri dan kanan, serta dinding pada
bagian belakang. Selain itu bahan jok dan sandaran kursi harus dipilih yang tidak
menyerap suara, tetapi tetap membuat penonton nyaman. Prinsipnya, dalam keadaan
kosong atau diduduki, diusahakan agar tingkat penyerapan suara sama. Waktu dengung
adalah rentang waktu antara saat bunyi terdengar hingga melenyap. Gedung bioskop
dianggap baik ketika memiliki waktu dengung sekitar 1,1 detik.

Kebanyakan pemasangan tirai pada dinding berhasil mengabsorpsi suara dengan


frekuensi tinggi, tetapi kurang memperhatikan frekuensi rendah. Oleh Karena itu,
diberlakukan prinsip 1/4 . Bahan penyerap suara yang digunakan harus diletakkan
sejauh 1/4 dari frekuensi terendah yang diserap. Pada contoh di bawah ini, jika
frekuensi terendahnya adalah 42 Hz, maka bahan penyerap suara sebaiknya diletakkan
pada jarak 2 meter dari dinding. Untuk materialnya, dapat digunakan rock wool
(fibreglass) yang dikatakan merupakan material dengan kemampuan absorpsi yang
cukup tinggi. Material ini dikatakan dapat membuat sebuah ruangan hampir mendekati
ruangan anechoic, dengan harga yang cukup murah.
Hal yang harus diperhatikan lainnya adalah penghitungan Critical Distance atau
Jarak kritis. Jarak kritis merupakan batas jarak di mana suara langsung yang berasal dari
speaker dan suara pantul memiliki energi yang sama. Jarak kritis ini berbeda-beda di
segala frekuensi. Semakin tinggi tingkat absorpsi suara di ruangan tersebut, maka
semakin jauh pulalah jarak kritisnya. Desain ruangan akustik yang baik diusahakan
memiliki Critical Distance sejauh mungkin dari sumber suara.
S e l a i n i t u a d a s t a n d a r kenyamanan sistem audio yang disebut THX.
Speakernya sistem satelit, artinya speakernya tersebar di seluruh ruang bioskop itu.
Untuk mendapatkan efek suara optimal sistem akustiknya juga harus mendukung. Jadi
aliran suara bagi penonton yang duduk di depan maupun di belakang bisa merata. Selain
itu Di Indonesia sendiri, bioskop yang sudah mendapat akreditasi THX adalah Blitz
Megaplex dan The Premiere. THX pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Holman
dari LucasFIlm. Eksperimen ini dibuat dikarenakan George Lucas yang menginginkan
Star Wars (1983) ditayangkan di bioskop-bioskop dengan standar kenyaman menonton
yang cukup baik. THX menyatakan standar kualitas bangku penonton, jumlah airconditioning, sistem teknologi (surround) dan tata letak (akustik) speaker. Sekarang ini,
Holman yang juga merupakan pengajar di University of Southern California sedang
mengembangkan teknologi 10.2 channel surround sound. Sistem 10.2 ini menggunakan
12 speaker di 10 lokasi pemasangan dan 2 subwoofers untuk menciptakan kualitas suara
yang dikatakan ada di luar batas imajinasi kita.
3.1.8 Layar Film

Layar film merupakan alat yang pokok dan penting dalam bioskop. Adapun syaratsyarat layar yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: - Layar sebaiknya berwarna
putih dan diberi warna gelap di tepi.
-

Ukuran harus disesuaikan dengan proyeksi dari proyektor film yang digunakan.
Permukaan harus licin dan bersih.
Jarak antara layar dengan proyektor harus sesuai sehingga gambar yang di
proyeksikan pada layar benar-benar baik (focus harus tepat) sehingga tidak
menghasilkan gambar yang kabur.

3.1.9 Proyektor Film dan Ruangan


Persyaratan proyector dan ruangan adalah:
-

Proyektor tidak boleh bergetar, sehingga gambarpun akan ikut bergetar.


Proyektor harus dapat memproyeksikan gambar dengan jelas.
Ruang proyektor harus mempunyai ventilasi yang cukup untuk pertukaran udara
didalam ruangan tersebut (10% 20%) dari luas lantai sehingga petugas /
operator tidak merasa pengap atau panas.

3.2

Material Elemen Ruang Yang Menunjang Fungsi Akustik

3.2.1

Bahan Penyerap Bunyi


Bahan penyerap bunyi pada umumnya dibagi kedalam tiga jenis yaitu bahan

berpori, panel absorber, dan resonator rongga. Pengelompokan ini didasarkan pada
proses perubahan energi bunyi yang menumbuk permukaan bahan menjadi energi panas.
Karakteristik suatu bahan penyerap bunyi dinyatakan dengan besarnya nilai koefisien
serapan bunyi untuk tiap frekuensi eksitasi. Pada umumnya bahan penyerap bunyi
memiliki tingkat penyerapan pada rentang frekuensi tertentu saja (Sabri, 2005).

Gambar 3.2.1 Penyerapan bunyi

Reaksi serap terjadi akibat turut bergetarnya material terhadap gelombang bunyi yang
sampai pada permukaan material tersebut. Getaran bunyi yang sampai dipermukaan
turut menggetarkan partikel dan pori-pori udara pada material tersebut. Sebagian dari
getaran tersebut terpantul kembali ke ruangan, sebagian berubah menjadi panas dan
sebagian lagi diteruskan ke bidang lain dari material tersebut (Gunawan, 2008).
Karakteristik akustik permukaan ruang pada umumnya dibedakan atas; Bahan
penyerap suara (Absorber) yaitu permukaan yang terbuat dari material yang
menyerap sebagian atau sebagian besar energi bunyi yang datang padanya.
Misalnya glasswool, mineral wool, foam. Bisa berwujud sebagai material yang
berdiri sendiri atau digabungkan menjadi sistem absorber (fabric covered absorber,
panel absorber, grid absorber, resonator absorber, perforated panel absorber, acoustic
tiles, dsb).

Gambar 3.2.2 Absorber (foam)

3.2.2

Bahan Pemantul Suara (reflektor)


Yaitu permukaan yang terbuat dari material yang bersifat memantulkan sebagian

besar energi bunyi yang datang kepadanya. Pantulan yang dihasilkan bersifat spekular
(mengikuti kaidah Snelius: sudut datang = sudut pantul). Contoh bahan ini misalnya
keramik, marmer, logam, aluminium, gypsum board, beton, dsb. Pada gambar dibawah
ini adalah contoh pemasangan gysumboard pada plafond.

Gambar 3.2.3 Gypsum board

3.2.3 Bahan pendifusi/penyebar suara (diffusor)


Yaitu permukaan yang dibuat tidak merata secara akustik yang menyebarkan
energy bunyi yang datang kepadanya. Misalnya QRD diffuser, BAD panel, diffsorber
dsb.

Gambar 3.2.4 sound diffuser

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:


1. Penataan ruang bioskop dalam menunjang fungsi akustik terdiri dari;
dinding,lantai, ventilasi, tempat duduk atau kursi, pintu darurat, pencahayaan,
sound system, layar film dan proyektor film serta ruangan.
2. Material elemen ruang yang menunjang fungsi akustik dalam bioskop adalah;
bahan peyerap bunyi, bahan pemantul suara dan bahan pendifusi atau penyebar
suara.

4.2

Saran
Adapun demi penyempurnaan makalah ini, penulis berharap untuk selanjutnya

spesifikasi bioskop dan alat yang digunakan dapat dicantumkan demi penyempurnaan
makalah.

Anda mungkin juga menyukai