Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTIKUM SIMULASI PROSES TEKNIK KIMIA

ANALISIS SIMULASI PEMBAKARAN BIOMASSA PULM


DENGAN GHV 19090 KJ/KG DENGAN MENGGUNAKAN ASPEN
PLUS V10

YOLANDA RISLIYANTI 3335190087


KELOMPOK D
TGL 04/12/2021 00/00/0000 00/00/0000

PARAF

CDC DIKUMPULKAN REVISI PENGUMPULAN REVISI


A. PENDAHULUAN
Biomassa merupakan bahan biologis yang berasal dari
organisme atau makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan.
Dalam berbagai situasi, biomassa juga didefinisikan sebagai
bahan-bahan organik berumur relatif muda yang berasal dari
tumbuhan atau hewan, baik yang terbentuk dari hasil
produksinya, sisa metabolismenya, ataupun limbah yang di
hasilkannya. Biomassa yang digunakan pada percobaan simulasi
kali ini adalah biomassa pulm yang berasal dari cangkang sawit.
Cangkang sawit merupakan sumber biomassa yang mengandung
residu dari bagian minyak kelapa sawit yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar dengan kualitas baik dan proses
pembakaran yang cepat karena tingkat kelembapan yang rendah.
Cangkang sawit adalah sumber biomassa yang dapat menjadi
energi alternatif menggantikan batubara (Supriyatno dan
Crishna, 2010).
Pembakaran merupakan suatu proses terjadinya oksidasi
dari bahan bakar secara cepat yang disertai dengan produksi
panas dan cahaya. Pembakaran sempurna terjadi apabila
terdapat pasokan oksigen yang cukup, dimana setiap bahan
bakar yang digunakan mengandung unsur yang mudah terbakar
seperti karbon, hidrogen dan sulfur. Tujuan dilakukannya
pembakaran secara sempurna yaitu untuk melepaskan seluruh
panas yangterdapat dalam bahan bakar. Pada pembakaran terjadi
rekasi yang akan menghasilkan panas dan akan menaikkan
suhu, besar suhu yang dihaislkan pambakaran nonkarbonasi
dari berbagai limbah pertaniang dengan suhu mencapai 430°C.
Dalam pembakaran sempurna terdapat tiga pengontrolan yang
disebut “Tiga T” yakni Temperature, Turbulensi dan Time (Muarif,
2013).
Pembakaran sempurna akan menghasilkan jumlah panas
yang maksimum. Pembakaran dinyatakan secara kualitatif atau
kuantitatif dengan reaksi kimia. Jumlah panas yang dihasilkan
bahan bakar dinyatakan sebagai nilai kalori pembakaran
(Calorific Value). Reaksi kimia terjadi melalui suatu proses
oksidasi senyawa-senyawa karbon, hidrogen dan sulfur yang ada
dalam bahan bakar. Reaksi ini umumnya menghasilkan nyala
api. Terdapat dua istilah pembakaran yang berhubungan dengan
udara excess,yaitu Nuutral combustion dan Oxidixing
combustion.
Aspen Plus (AP) adalah salah satu s°Ftware simulasi proses
kimia yang banyak dipakai dalam industri maupun perkuliahan
teknik kimia. Pemakaiannya dapat mempermudah membangun
model proses serta melakukan simulasi dengan perhitungan
kompleks. Keuntungan dari penggunaan AP ialah dapat
memodifikasi desain pemodelan atau membuat model baru.
Dengan demikian, proses pemodelan termodinamika yang
kompleks menjadi sederhana dengan bantuan simulasi model
(Guangquan, W. 2015).
Pada percobaan menganalisa dengan menggunakan simulasi
proses pembakaran Biomassa Palm dan melalukan analisis
pengaruh keadaan udara terhadap pembakran biomassa Palm
dengan menggunakan aplikasi Aspen Plus V10. Aspen Plus
merupakan salah satu tools atau aplikasi yang digunakan dalam
memodelkan proses aliran material dan energi secara kontinu
dalam satu unit operasi ke unit operasi lainnya. Aspen Plus
merupakan program simulasi proses kimia yang menggunakan
hubungan antara besaran fisika seperti neraca massa,neraca
panas, kesetimbangan termodinamika, persamaan kecepatan
yang digunakan untuk memprediksi kinerja atau performance
suatu proses seperti sifat properties aliran dan kondisi operasi
ukuran pada alat proses, salah satunya seperti alat proses
reaktor.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam praktikum percobaan modul ini,
yaitu untuk mengetahui bagaimana cara mengoperasikan Aspen
Plus dalam simulasi proses pembakaran Biomassa Palm dengan
besar GHV 19090 kJ/kg dan menganalisa pengaruh variasi flow
rate udara, konsetrasi oksigen dan temperature masuk udara
terhadap adiabtik temperature produk.

C. METODOLOGI/ STRATEGI PENYELESAIAN

C.1 Diagram Alir


Berikut ini merupakan diagram alir praktikum modul ini.

C.1.1 Memulai Aplikasi Aspen Plus V10

Membuka aplikasi Aspen Plus

Membuka project baru: New + blank simulation + create

Memilih ENG sebagai global unit set dan pada Setup valid
phases Vapor-Liquid
Menambahkan komponen senyawa Biomassa, Ash, C, CO, CO2,
H2, H2O, S, SO2, SO3, O2, N2, NO, NO2, dan Cl2 pada folder
Component

Memilih base methods IDEAL

Mendefinisikan NC Props pada Tab Methods

Mendefinisikan Pure Component pada Methods

Gambar 1. Diagram Alir Memulai Aspen Plus V10

C.1.2 Simulasi Proses Pembakaran Biomassa Pulm

Membuat simulasi alat proses pada tab main flowsheet untuk


memasukan alat proses yaitu DRY-REAC, DRY-FLSH,
DECOMP, BURNER dan SEPARATE

Memasukan alat proses pada flowsheet dan mengganti nama


setiap alat proses material stream
Menggantikan pada Setup Tab Global lalu Stream Class
dan pilih MCINPSD

Mendefinisikan stream BIOMASSA pada Tab NC Solid


pilih NCPSD dengan Temperature 77 F, Pressure 14.7
psia, Total Flow Mass 10000 lb/hr dan Compostion pilih
Mass-Frac dengan komposisi BIOMASSA 1 dan ASH 0

Mendefinisikan Stream NITROGEN dengan Temperature


sebesar 270 F, Pressure sebesar 14.7 psia, Total Flow
mass 50000 lb/hr dan Mass-Frac dengan nilai O2 0.001
dan N2 0.999

Mendefinisikan Stream BIOMASSA dengan Temperature


sebesar 77 F, Pressure sebesar 14.7 psia, Total Flow
mass 10000 lb/hr dan Mass-Frac BIOMASSA 1 dan ASH
0

Mendefinisikan Component Attribute Biomassa Pulm

Menggantikan bagian PSD dengan interval yang telah


ditentukan
Mendefinisikan Block DRY-REAC

Mendefinisikan Block DRY-FLSH

Mendefinisikan dan menvariasikan Flowrate pada


Stream UDARA

Mendefinisikan Block DECOMP

Mendefinisikan Component Attribute DECOMP


dengan substream ID NCPSD dan component ID
ASH

Mendefinisikan Block BURNER

Mendefinisikan Block SEPARATE


Menambahkan Calculator baru C-2 dengan dua
variable ULT, WATER, H2O, SH, CARB, H2, N2,
SULF, dan O2

Mendefinisikan variable H2O sampai O2 pada


Calculator C-2 dengan Statement FORTRAN

Run simulation

Melihat hasil Stream Result Summary

Gambar 2. Diagram Alir Simulasi Proses Pembakaran Biomassa


Pulm

C.2 Penjelasan Tahapan


C.2.1 Memulai Simulasi Proses

Praktikum modul 9 ini dilakukan dengan menjalankan program


yaitu membuka aplikasi ASPEN Plus V10. Namun terlebih dahulu
melakukan running wlmadmin agar tidak terkena lisence saat
pengerjaannya. Start menu – All program – pilih Aspen Plus V10.
Pada modul ini akan membuat lembar pengerjaan baru. Klik New –
Installed Simulation Chemical Processes – Blank Simulation -
Create. Pertama pada Navigation Pane pilih bagian Properties klik
Folder Setup → Specifications lalu pada Global Unit Set pilih ENG.
Untuk dapat merancang dan menganalisa reaktor, maka
tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah memasukan komponen
yang akan digunakan. Untuk menambahkan senyawa pada
Navigation Pane pilih Folder Components → Specifications pada
kolom Component ID untuk memasukan komponen yang akan
digunakan. Komponen pertama yang dimasukkan adalah Biomassa
dan ASH dengan mengketik langsung pada Component ID karena
tidak terdeteksi oleh Aspendan mendefinisikan komponen dengan
Type → Non-Conventional. Komponen selanjutnya yang
dimasukkan antara lain C, CO, CO2, H2, H2O, S, SO2, SO3, O2,
N2, NO, NO2 dan Cl2 dengan type conventional kecuali C yang di
definisikan sebagai Solid.

Setelah komponen ditambahkan selanjutnya yaitu memilih


Property Methods dengan mengubah Property Method pada Tab
Properties. Property Method merupakan persamaan termodinamika
yang digunakan dalam persamaan model aktivitas pada simuasi ini
yaitu metode IDEAL. Pada Navigation Pane pilih folder Methods →
Specifications → IDEAL. Selanjutnya menambahkan data NC Props
dikarenakan komponen yang digunakan bersifat NonConventional,
pada folder Methods → NC Props lalu pada Tab Property Methods
pilih Biomassa pada bagian Component pilih model name untuk
Enthalpy → HCOALGEN dengan option codes 6 1 1 1 dan untuk
Density → DCOALIGHT. Option Codes merupakansuatu metode
yang akan digunakan oleh Aspen Plus dalam menghitung panas
pembakaran (GHV).

Tahap selanjutnya adalah mendefinisikan pure component pada


Parameter Methods dengan mengklik New → Pilih NonConventional
lalu pada Tab Input di bagian Parameter pilih HCOMB dengan
satuan kJ/kg dan pilih component parameter Biomassa dengan
mengisikan nilai kalor pembakaran atau GCV sebesar 19090 kJ/kg.
Langkah selanjutnya klik Parameters pada Navigation Pane →
Binary Interactions, setelah folder biru semua lakukan Run
Simulation sehingga akan muncul parameter interaksi biner.

C.2.2 Simulasi Proses Pengeringan Biomassa

Pada tahap ini diawali dengan terlebih dahulu membuat main


flowsheet. Pada simulasi ini menambahkan 2 material stream input
dengan nama BIOMASSA dan NITROGEN direconnect atau
menghubungkan stream input pada block RSTOIC yang diganti
nama DRY-REAC. Kemudian menambahkan stream outlet pada
DRY-REAC dengan nama IN-DRYER. Selanjutnya dipisahkan
dengan menggunakan FLASH2 yang diganti nama menjadi DRY-
FLSH dengan keluaran EXHAUST dan DRY-BIOM. Pada simulasi ini
menggunakan solid atau padatan jadi PAda Stream Class perlu
diganti dengan tujuan agar dapat memisahkan antara padatan dan
fluida, dimana padatan terdiri dari senyawa Non-Conventional dan
Solid. Pada Navigation Pane → pilih folder Setup → Tab Global pada
Stream Class pilih MCINPSD. Kemudian pada bagian solids memilih
moisture component H2O karena yang akan dihilangkan adalah
kadar airnya.

Tahap selanjutnya adalah mendefinisikan stream BIOMASSA


pada Navigation Pane → pilih folder Stream → BIOMASSA → Input
pada Tab NC Solid pilih NCPSD lalu isikan Temperature 77 F,
Pressure 14.7 psia, Total Flow Mass 10000 lb/hr dan Compostion
pilih Mass-Frac dengan komposisi BIOMASSA sebesar 1 serta ASH
0. Setelah itu mendefinisikan component attribute → attribute ID
PROXANAL dengan Moisture Content sebesar 7.1, FC sebesar
21.05, VM sebesar 69.75, dan ASH sebesar 2.1. Kemudian
mendefinisikan ULTANAL dengan ASH sebesar 2.1, CARBON
sebesar 48.15, HYDROGEN sebesar 6.5, NITROGEN sebesar 0.84,
CHLORINE 0, SULFUR sebesar 0.17, dan OXYGEN sebesar 42.24.
Terakhir mendefinisikan SULFANAL dengan nilai PYRITIC sebesar
0, SULFATE sebesar 0.17, dan ORGANIC 0. Lalu mendefinisikan
PSD dengan meninput data pada rentang 7 dengan 0.1, interval 8
dengan 0.2, interval 9 dengan 0,3 dan pada interval 10 akan
otomatis akumulasi sebesar 1.

Setelah mendefinisikan stream BIOMASSA dilanjutkan dengan


mendefinisikan juga stream NITROGEN pada Navigation Pane →
pilih folder Stream → NITROGEN→ Input pada Tab Mixed pilih Flash
Type Temperature sebesar 270 F, Pressure sebesar 14.7 psia, Total
Flow mass sebesar 50000 lb/hr dan Compostion pilih Mass-Frac
dengan nilai O2 sebesar 0.001 dan N2 sebesar 0.999. Kemudian
mendefinisikan block DRY-REAC dengan mengisikan spesifikasi
alat Flash Type Pressure sebesat 14.7 psia dan Duty sebesar 0
Btu/hr. Setelah itu pada Tab Reactions klik New untuk
mendefinisikan reaksi pengeringan dan akan muncul jendela untuk
menginput komponen reaktan BIOMASSA dengan koefisien sebesar
-1 dan komponen produk H2O dengan koefisien sebesar 0.0555084
serta nilai Fractional Conversion BIOMASSA sebesar 0.2.
Definisikan juga component attribute dengan substream NCPSD,
Component ID BIOMASSA, dan Attribute ID PROXANAL dengan
moisture sebesar 1.

Selanjutkan mendefinisikan Block DRY-FLSH dengan


mengisikan spesifikasi alat Flash Type Pressure sebesar 14.7 psia
dan Duty sebesar 0 Btu/hr. Lalu membuat Calculator baru pada
Flowsheeting Options → Calculator → New → C-1 dan membuat
variable H2OIN, H2ODRY, dan CONV. Pada variable H2OIN
definisikan dengan Type Compatt-Varr, Stream jenis BIOMASSA,
Substream NCPSD, Component BIOMASSA, Attribute PROXANAL,
dan units 1. Kemudian mendefinisikan variable H2ODRY dengan
Type Block-Var, block DRY-REAC, Variable COMPATT, ID 1 NCPSD,
ID 2 BIOMASSA, ID 3 PROXANAL dan Element sebesar 1.
Selanjutnya mendefiniskan variable CONV dengan Type Block-Var,
Block DRY-REAC, Variable CONV dan ID 1 sebesar 1. Lalu
memasukan statement Fortran Calculator → Calculate dengan
menginput rumus ke dalam FORTRAN pada kolom 7 dengan rumus
H2ODRY = 2.5, baris selanjutnya dengan rumus CONV = (H2OIN –
H2ODRY) / (100 – H2ODRY). Dilanjutkan dengan mendefinisikan
Sequence dengan Execute → Before, Block Type Unit Operation dan
Block Name → DRY-REAC.

Kemudian menambahkan block DECOMP menggunakan Ryield,


block BURNER menggunakan Rgibbs dan SEPARATE menggunakan
SSPILT. Kemudian menambahkan stream BURN yang
mengubungkan DECOMP dengan BURNER, lalu menambahkan
stream input BURNER yaitu Udara. Setelah itu menambahkan
stream Product yang menguhubungkan BURNER dengan
SEPARATE lalu menambahkan output dari SEPARATE, yaitu GAS
dan SOLID.

Setelah menambahkan block, dilanjutkan mendefinisikan aliran


UDARA dengan substream mixed, temperature 77 F, pressure 14.7
psia, Mass Flow 90000 lb/hr serta fraksimol N2 0.79 dan fraksi mol
O2 0.21. Untuk spesifikasi udara mulai dari temperature, pressure
dan konsentrasi divariasikan sebanyak 5 variasi. Kemudian
mendefinisikan block DECOMP pada Navigation Pane pilih folder
Block → DECOMP → Input lalu mengisikan data tekanan sebesar
14.7 psia dan Duty sebesar 0 btu/hr serta memasukkan reaksi yang
terjadi untuk pembakaran biomassa. Setelah itu pada Tab Yield
memasukkan data pada tiap komponen diantaranya yaitu H2O dan
ASH 0.2 serta C, H2, N2, CL2, S dan O2 sebesar 0.1. Selanjutnya
menginput data PSD pada DECOMP → Setup → PSD. Kemudian
pada calculation option pilih user specified PSD → Substream ID →
NCPSD dan CIPSD. Lalu pada user specified PSD pilih Global PSD
mesh → PSD. Dilanjutkan dengan menginput weight fraction
dengan nilai ukuran berturutturut sebesar 0.1 ; 0.2; 0.3; dan 0.4
yang dimulai dari kolom 7. Kemudian mendefinisikan Component
Attribute dengan attribute ID PROXANAL dengan moisture content
0, FC 0, VM 0, ASH 100. Selanjutanya mendefinsikan ULTANAL
dengan ASH 100, CARBON 0, HYDROGEN 0, NITROGEN 0,
CHLORINE 0, SULFUR 0, OXYGEN 0 Selanjutnya mendefinisikan
SULFANAL dengan PYRITIC 0, SULFATE, ORGANIC 0. Selanjutnya
mendefinisikan block BURNER (RGIBBS) dengan spesifikasi
pressure 14.7 psia, duty 0 btu. Kemudian mengidentifikasikan
possible product dengan valid phase mixed untuk semua senyawa
dan untuk C valid phasa purSetelah itu mendefinisikan separator
pada Navigation Pane pilih folder Block → SEPARATE → Input lalu
mengisikan data dengan stream name GASSES pada komposisi
mixed sebesar 1 serta specification split fraction untuk komposisi
CIPSD dan NCPSD bernilai 0. Kemudian menambahkan Calculator
pada Flowsheeting Option → Calculator → New → C2 dan
mendefinisikan 2 variabel pertama, yaitu ULT dan Water
dilanjutkan dengan mendefinisikan 8 variable yield, yaitu H2O,
ASH, CARB, H2, N2, CL2, SULF dan O2 dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Kemudian pada calculate memasukkan formula
FORTAN, selanjutnya mendefinisikan sequence dengan excute
before, block type unit operation dan block name DECOMP. Setelah
semua data disikan dan didefinisikan tahap selanjutnya adalah
melakukan Run Simulation. Sehingga akan diperoleh hasil yang
dapat dianalisis pada Stream Result Summary. Lalu hasil
pengerjaan simulasi proses dapat disimpan.

C.3 Pendekatan Simulasi

Adapaun alat proses yang digunakan pada percobaan modul 9


ini yaitu sebagai berikut :

Tabel 1. Alat Simulasi Proses Pengeringan Biomassa

NAMA ALAT FUNGSI

Alat yang digunakan dalam proses


pengeringan biomassa yang berfungsi untuk
DRY-REAC
menghilangkan atau menyingkirkan air dari
biomassanya yang berupa ampas pulm.

Alat yang digunakan dalam proses


DRY-FLASH pengeringan yang memiliki fungsi untuk
memisahkan uap air dari biomassanya.

Alat yang digunakan untuk mengubah


DECOMP
senyawa Non-Conventional menjadi
(RYIELD)
Convention

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaaan yang telah dilakukan untuk mengetahui


bagaimana cara mengoperasikan Aspen Plus dalam perancangan
proses pembakaran Biomassa Pulm dengan GHV sebesar 19090
kJ/kg dan menganalisa pengaruh variasi flow rate udara,
konsetrasi oksigen dan temperature masuk udara terhadap adiabtik
flame temperature atau temperature produk dengan menggunakan
metode IDEAL. Simulasi pembakaran ini dilakukan menggunakan
aplikasi Aspen Plus V10 dengan biomassa yang digunakan adalah
Palm atau cangkang kelapa sawit. Adiabatic Flame Temperature
atau Temperature Produk merupakan temperature maksimum dari
nyala bahan bakar yang terjadi apabila tidak ada kebocoran panas
di sekitar lingkungan, temperature produk ini dibutuhkan untuk
mengetahui besarnya panas yang dihasilkan dari bahan bakar yang
digunakan. Pada percobaan ini menggunakan variasi kondisi
operasi pada proses pembakaran biomassa palm yaitu 5 variasi
konsentrasi udara bakar, 5 variasi laju alir udara dan 5 variasi
temperature produk. Dari simulasi yang telah dilakukan diperoleh
hasil pada Stream Result Summary untuk proses pembakaran
biomassa palm cangkang sawit. Berikut ini merupakan hasil stream
result yang didapatkan:

Tabel 2. Hasil Simulasi Variasi Konsentrasi Udara Bakar

Pengaruh Fraksi mol oksigen pada udara


terhadap Temperatur Produk Pembakaran
3.270
Temperatur Pembakaran (F)

3.260
3.250
3.240
3.230
3.220
3.210
0,2 1,2 2,2 3,2 4,2 5,2 6,2
Fraksi mol Oksigen pada Udara

Gambar 3. Pengaruh Fraksi Mol Oksigen pada Komposisi Udara


Terhadap Temperature Produk Pembakaran
Grafik dan tabel hasil diatas merupakan grafik pengaruh fraksi mol
O2 pada komposisi udara pada komposisi udara terhadap
temperature produk pembakaran yang menunjukan bahwa
terdapat pengaruh kandungan mol oksigen pada udara yang
digunakan dengan laju alir massa sebesar 90000 lb/jam pada
pembakaran biomassa Palm (cangkang sawit terhadap temperatur
reaksi pembakaran yang dihasilkan. Variasi konsentrasi udara
bakar yang digunakan antara lain 0.21; 0.3; 0.38; 0.44; 0.5 yang
menghasilkan nilai temperature produk atau adiabatic flame
temperature berturut-turut sebesar 3217.205°F; 3230.591°F;
3243.394°F; 3253.61°F; dan 3264.332°F.

Dari grafik yang dihasilkan terlihat bahwa terdapat pengaruh


kenaikan fraksi mol oksigen terhadap temperatur reaksi
pembakaran memperlihatkan pengaruh yang berbanding lurus
terhadap nilai adiabatic flame temperature atau temperature
produk. Kenaikan fraksi mol oksigen pada udara mengakibatkan
temperatur reaksi pembakaran semakin meningkat. Adapun
kandungan nitrogen pada reaktan akan semakin kecil yang
mengakibatkan panas yang dihasilkan dari pembakaran tidak
banyak terserap oleh nitrogen. Hal ini disebabkan karena pada
proses pembakaran komponen udara yang bereaksi hanyalah
oksigen(O2) sehingga komponen lain pada udara tersebut yaitu
nitrogen disebut sebagai inert tidak mempengaruhi temperatur
reaksi pembakran yang dihasilkan.

Adanya peningkatan temperature produk pembakaran akan


membuat kecepatan pembakaran akan semakin tinggi pula.
Sehingga dengan semakin bertambahnya konsentrasi fraksi mol
oksigen akan berpengaruh besar terhadap operasi pembakaran
dengan menggunakan bahan bakar dengan nilai kalor rendah.

Tabel 3. Hasil Simulasi Variasi Flow Rate Udara


Pengaruh Flow rate pada udara terhadap
Temperatur pembakaran
4.000
Temperatur Pembakaran (F)

3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
500
0
60000 70000 80000 90000 100000 110000
Flow Rate (lb/hr)

Gambar 4. Grafik Pengaruh Flow Rate Udara Terhadap


Temperature Produk Pembakaran

Berdasarkan data hasil tabel diatas dan juga grafik yang


diperoleh dengan 5 variasi flow rate menunjukkan adanya pengaruh
flow rate udara yang digunakan pada proses pembakaran terhadap
adiabatic flame temperature atau temperature produk. Data hasil
melihatkan adanya penurunan nilai pada temperature produk atau
adiabatic flame temperature. Variasi laju alir yang digunakan yaitu
68000 lb/hr; 72000 lb/hr; 88000 lb/hr; 96000 lb/hr; 104000 lb/hr.
Hasil temperature produk terbesar terlihat pada variasi flow rate
68000 lb/hr dengan nilai adiabatic flame temperature sebesar
3796.946°F dan hasil temperature terkecil yaitu pada 104000 lb/hr
dengan hasil adiabatic flame temperature sebesar 2899.286°F.
penurunan yang terjadi disebabkan udara yang dipasok berlebihan
sehingga akan banyak panas yang diserap oleh gas buang terutama
oleh nitrogen, dimana N2 mempunyai kapasitas panas yang
diperoleh pada proses pembakaran yang mengakibatkan energi
yang dibawa tidak digunakan secara efisien. Hal ini menyebabkan
pembakaran tidak sempurna sehingga gas buang yang dihasilkan
berbahaya. Karena itu flow rate udara harus disesuaikan dengan
kebutuhan proses pembakaran.
Tabel 4. Hasil Simulasi Variasi Temperature Masuk Udara

Pengaruh Temperature Udara Masuk Terhadap


Temperatur pembakaran
3.230
Temperatur Pembakaran (F)

3.225

3.220

3.215

3.210

3.205
60 65 70 75 80 85 90 95 100
Temperature Udara Masuk (F)

Gambar 5. Grafik Pengaruh Temperature Udara Masuk Terhadap


Temperature Produk Pembakaran

Data hasil tabel diatas yang diplotkan kedalam grafik


menunjukan bahwa terdapat pengaruh temperature udara masuk
yang digunakan pada proses pembakaran terhadap temperature
produk yang terbentuk. Grafik diatas menyatakan temperature
masuk yang berbanding lurus dengan hasil temperature produk
atau adiabatic flame temperature. Dimana variasi temperature yang
digunakan yaitu 65°F, 72°F, 80°F, 85°F, dan 95°F. Gradik diatas
menyatakan bahwa semakin besar temperature masuk maka
temperature produk yang dihasilkan akan semakin besar pula.
Hasil temperature produk pembakaran yang dihasilkan
berturutturut sebesar 3209.826 °F, 3214.132 °F, 3219.049 °F, dan
3228.257°F. Peningkatan temperature produk menggambarkan
bahwa energi yang diperoleh dari proses pembakaran belum hilang
ke lingkungan, dimana pada reaksi pembakaran yang terjadi
menghasilkan panas atau kalor sehingga temperature produk
pembakaran dipengaruhi oleh temperature masuknya.

E. SIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan


bahwa Aspen Plus merupakan program simulasi proses kimia yang
menggunakan hubungan antara besaran fisika seperti neraca
massa, neraca panas, kesetimbangan termodinamika, persamaan
kecepatan yang digunakan untuk memgoperasikan simulasi proses
dalam menganalisa bagaimana cara mengoperasikan Aspen Plus
dalam simulasi proses pembakaran Biomassa Palm dengan besar
GHV 19090 kJ/kg dan menganalisa pengaruh variasi flow rate
udara, konsetrasi oksigen dan temperature masuk udara terhadap
adiabtik flame temperature atau temperature produk. Adapun
kesimpulan dari simulasi proses pembakaran biomassa palm yaitu
sebagai berikut :

• Adanya pengaruh konsentrasi udara bakar O2 terhadap


temperature produk yang berbanding lurus atau sebanding.
Peningkatan fraksi mol O2 yang semakin besar akan menghasilkan
temperature produk (adiabatic flame temperature) semakin
meningkat pula. Pada 5 variasi konsentrasi udara yaitu 0.21; 0.3;
0.38; 0.44; 0.5 menghasilkan nilai temperature produk atau
adiabatic flame temperature berturut-turut sebesar 3217.205°F;
3230.591°F; 3243.394°F; 3253.61°F; dan 3264.332°F.

• Semakin besar flow rate udara pada proses pembakaran akan


menghasilkan temperature produk yang semakin kecil atau
menuru. Dimana pada variasi flow rate 68000 lb/hr diperoleh nilai
adiabatic flame temperature sebesar 3796.946°F

• Semakin besar temperature udara masuk akan menyebabkan nilai


adiabatic flame temperature semakin besar pula. Pada temperature
masuk 95°F diperoleh temperature produk atau adiabatic flame
temperature terbesar, yaitu 3228.257°F.
F. DAFTAR PUSTAKA

Guangquan, W., Xiaohua, L., & Zhiliang, Z. (2015). The application °F


aspen plus in the course design for principles °F chemical
engineering.

Muarif. 2013. Rancang Bangun Alat Pengering. Palembang:


Politeknik Negeri Sriwijaya

Supriyatno dan Crishna M, 2010. Studi Kasus Energi Alternatif


Briket Sampah Lingkungan Kampus Polban Bandung,
Kelompok Energi Pusat Penelitian Fisika LIPI Jl. Cisitu No.
21/154D Komp. LIPI Bandung

Anda mungkin juga menyukai