Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lutfi Hakim

Kelas : MTB B/semester I


NIM : 21109060
Pengelolaan limbah uncinerator dan waste water garden serta menjelaskan detail tentang
Teknik pengolahan, kelebihan dan kekurangannya dari dua hal tersebut!

a. Incinerator merupakan alat yang digunakan untuk membakar limbah dalam bentuk padat
dan dioperasikan dengan memanfaatkan teknologi pembakaran pada suhu tertentu.
eknologi ini merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi timbunan limbah. Karena
melibatkan pembakaran dengan suhu tinggi, energi panas yang dihasilkan bisa
dimanfaatkan menjadi sumber listrik. Insinerator memiliki dua ruang bakar yakni Primary
Chamber dan Secondary Chamber. Bagian pertama atau Primary Chamber menjalankan
fungsi sebagai lokasi pembakaran limbah. Jumlah udara ketika proses pembakaran diatur
kurang dari yang seharusnya sehingga material organik seperti metana dan karbon
monoksida bisa terdegradasi. Temperatur dalam primary chamber berkisar antara 600-
800oC. Untuk mencapai suhu tersebut, pemanasan dalam chamber dibantu oleh burner dan
energi pembakaran limbah tersebut. Setelah proses pembakaran selesai, padatan sisa yang
ditemukan berupa padatan tak terbakar seperti logam, arang, kaca serta abu. Sementara itu,
gas hasil pembakaran yang tidak dapat dikelola di primary chamber akan dilanjutkan
prosesnya di secondary chamber. Proses ini dilakukan agar nantinya gas yang dikeluarkan
tidak mencemari lingkungan. Pembakaran di chamber kedua ini memiliki temperatur lebih
tinggi yakni 800-1000oC. Ini memungkinkan gas-gas berbahaya terurai menjadi karbon
dioksida dan hidrogen. Teknikyang digunakan adalah membakar limbah yang berbentuk
padat dan susah dalam peleburannya sehingga memerlukan suhu yang sanga tinggi.

Kelebihan yang dimiliki Incinerator:

1. Hemat Lahan Lahan memang dibutuhkan sebagai tempat berdirinya infrastruktur


insinerasi. Namun, luas lahan yang dibutuhkan tidak terlalu banyak dibandingkan saat
Anda mengelola limbah dengan metode sanitary landfill.

2. Mengurangi Sampah dengan Signifikan Ketika mengelola limbah dengan


menggunakan metode pembakaran di insinerator, maka pengurangan volume dan berat
yang menjadi hasilnya. Dalam pengolahan limbah padat, pengurangan volume sampah
mampu mencapai 95%. Adapun beratnya mampu berkurang hingga 80%.

3. Sumber Energi Listrik Ketika proses pembakaran terjadi, panas dari dalam insinerator
dapat digunakan sebagai sumber energi listrik. Bila melihat negara-negara maju, bukanlah
hal yang asing untuk memperoleh pasokan listrik dari tenaga sampah. Namun demikian,
ketika menjalankan kedua fungsi ini secara bersamaan, prosesnya lebih rumit sehingga
membutuhkan tenaga berpengalaman.

4. Limbah Cepat Teratasi


Penggunaan insinerator sangat cocok untuk mengatasi jumlah limbah yang besar dalam
waktu singkat. Misalnya terdapat perusahaan yang volume produksi limbah padat
hariannya cukup tinggi. Di sisi lain, mereka tidak memiliki cukup lahan untuk
menimbunnya. Pengadaan insinerator adalah solusi tepat untuk jangka panjang daripada
harus mencari lahan baru untuk menimbun limbah.

Kekurangan yang dimiliki Incinerator:

1. Harga Mahal

Harga yang harus dibayarkan ketika membeli sebuah incinerator cukup mahal. Kisaran
harganya mulai dari belasan juta hingga ratusan juta rupiah, tergantung pada kapasitas,
spesifikasi serta kelengkapan fiturnya. Karena mahalnya harga alat ini, tidak semua industri
mampu memilikinya.

2. Biaya Operasional Mahal

Tak hanya harus mengeluarkan dana besar ketika membeli, biaya operasional insinerator
pun terbilang mahal. Bila dihitung, biaya operasional pengelolaan satu ton sampah bisa
mencapai hingga Rp400 ribu per ton sampah. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan
untuk proses pemeliharaan secara berkala.

3. Tidak dapat Memproses Semua Jenis Limbah Padat

Tidak semua jenis limbah padat dapat langsung dibakar dalam insinerator. Biasanya
sebelum proses pembakaran, limbah harus disortir terlebih dulu. Limbah yang berpotensi
memunculkan ledakan harus dihilangkan. Tak hanya itu, bahan-bahan yang memiliki
peluang mengeluarkan asap bersifat racun juga harus dieliminasi.

4. Menghasilkan Polutan

Masih dikhawatirkan bahwa hasil pembakaran dari insinerator menghasilkan polutan


seperti karbon monoksida, asam hidroklorat serta partikel halus berupa abu. Bila terhirup
oleh manusia dan hewan, polutan ini akan memberikan dampak negatif.

b. WWG (Waste Water Garden) adalah sebuah penemuan ekoteknik yang menggunakan
prinsip-prinsip rancangan yang berwawasan lingkungan yang sangat efektif. Pengolahan
primer, untuk memisahkan benda-benda padat, terjadi di dalam tangki kotoran (septic tank)
yang kedap yang bersifat konvensional atau kolam pengendapan. Tetapi kemudian, sebagai
pengganti dari penyaluran secara langsung ke tempat peluruhan (leachfield) (yang sering
menimbulkan masalah polusi lingkungan karena jarangnya pengolahan lebih lanjut, bau,
mampet dan ukuran yang besar), air limbah yang kaya akan zat hara masuk ke dalam bagian
ruangan yang kedap air baik yang terdiri dari sel tunggal atau multi sel tergantung ukuran
system, dimana air limbah ditahan di bawah permukaan dan ditanami dengan berbagai jenis
tanaman khusus lahan basah. Tumbuhan-tumbuhan dipilih yang akarnya masuk ke seluruh
kerikil dasar yang di isi oleh air limbah dan dipilih yang bisa tumbuh dengan subur sesuai
dengan lingkungan dan iklim di daerah setempat. Karena air limbah tersebut meluap dari
sel tahap pertama, air limbah tersebut kemudian masuk ke sel tahap kedua, dan kemudian
ke saluran sub permukaan yang lebih kecil. Air yang diolah dapat dipakai kembali untuk
mengairi halaman yang berumput, semak-semak, bunga atau pepohonan. Air limbah pada
umumnya ditahan di dalam system lahan basah selama 5-7 hari.
c. KELEBIHAN:

Pembangunan sistem WWG lebih murah jika dibandingkan dengan pengolahan limbah
konvensional dan biaya pengelolaan jauh lebih rendah (sekitar 5-10% dari pemeliharaan
biasa dan biaya operasional), karena sebagian kecil bahkan tidak menggunakan mesin sama
sekali. Banyak system yang dapat dirancang tergantung pada aliran gravitasi, sehingga
mengurangi kebutuhan pompa dan listrik. WWG menjadi lebih efektif untuk mengolah
limbah karena bisa ditanami tumbuh-tumbuhan, jika dibandingkan dengan system mekanis
yang pada umumnya menjadi kurang efektif khususnya apabila mesin sudah mulai tua.
Sistem lahan basah sub permukaan merupakan solusi jangka panjang. Sistem ini terus
berfungsi selama berpuluh-puluh tahun sejak pembangunannya di Amerika Serika dan
Eropa tahun 1970an.

d. KEKURANGAN:

Jika keadaan alam ini sedang kemarau, sistem ini atau cara ini tidak bsa di lakukan karena
sistem ini membutuhkan air yang terus tergenang di atas alat yang sudah di taman di atas
tanah. Jika kemarau tumbuhan yang ada di sekitar alat tersebut akan mulai mengering alias
Mati.

Anda mungkin juga menyukai