Insinerasi adalah
metode pengolahan sampah dengan cara membakar sampah
pada suatu tungku pembakaran.
Teknologi insinerasi merupakan teknologi yang mengkonversi
materi padat menjadi materi gas (gas buang), serta materi
padatan yang sulit terbakar, yaitu abu (bottom ash) dan debu
(fly ash). Panas yang dihasilkan dari proses insinerasi juga
dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi suatu materi
menjadi materi lain dan energi, misalnya untuk
pembangkitan listrik dan air panas.
Di beberapa negara maju, teknologi insinerasi sudah
diterapkan dengan kapasitas besar (skala kota). Teknologi
insinerator skala besar terus berkembang, khususnya dengan
banyaknya penolakan akan teknologi ini yang dianggap
bermasalah dalam sudut pencemaran udara.
INSENERATOR
Incinerator : alat atau sarana yang dapat
digunakan untuk membakar refuse dengan bahan
bakar yang minim atau dengan bahan pembakar
adalah refuse itu sendiri
Tentang Incinerator
- Limbah sludge:
Sludge dari proses pengolahan limbah cair
(Wastewater Treatment Sludge) dari berbagai
jenis industri.
- Limbah cair - Limbah chemical dari
laboratorium (terbatas) - Limbah chemical
produksi (terbatas)
- Obat-obatan cair
- Shampo cair reject yang belum dikemas
- Sabun cair reject
Next
Unit pemisah: memisahkan abu dari bahan padat yang lain.
APC (Air Pollution Control): terdapat beragam pencemaran
yang akan muncul, khususnya: Debu atau partikulat, Air
asam, Gas yang belum sempurna terbakar: CO, Gas-gas hasil
pembakaran seperti CO2, NOx , SOx, Dioxin, Panas. Setiap
jenis pencemar, membutuhkan APC yang sesuai pula,
sehingga bila seluruh jenis pencemar ini ingin dihilangkan,
maka akan dibutuhkan serangkaian unit-unit APC yang
sesuai. Pada insinerator modular yang sering digunakan di
kota-kota di Indonesia, dapat dikatakan sarana ini belum
dilengkapi unit APC, paling tidak untuk mengurangi partikelpartikel debu yang keluar.
Cerobong (stack): semakin tinggi akan semakin baik,
terutama untuk daerah sekitarnya, tetapi tidak berarti tidak
mengotori udara. Dengan cerobong yang tinggi maka terjadi
pendinginan-pengenceran.
Dinding insinerator harus tahan panas, dan tidak
menyalurkan panas keluar.
Insinerator Modular
Di Indonesia, penggunaan insinerator skala kota
baru dilaksanakan di Surabaya. Namun karena
permasalahan teknis yang sejak awal telah
terjadi, insinerator ini cendererung kurang
berfungsi. Insinerator skala modular (skala
kecil), banyak dicoba di beberapa kota di
Indonesia, walaupun ternyata mengalami
beberapa permasalahan, seperti mahalnya biaya
operasi, timbulnya permasalahan lingkungan
yang terlihat nyata secara visual seperti asap dan
bau.
Next . . .
c. Insinerator yang paling sederhana adalah 1 kamar.
Selanjutnya dikenal insinerator kamar-jamak dengan
sasaran:
Menghemat bahan bakar
Menghemat energi untuk suplai udara
Mempertahan temperatur
Kontrol pencemaran udara
d. Kapasitas nominal tungku pembakaran: dinyatakan sebagai
Kg/jam, Ton/hari atau m3/jam untuk 8 jam kerja per shift.
Kapasitas pembakaran biasanya digunakan tidak lebih dari
75%.
e. Pasokan oksigen dilakukan dengan memasukkan udara
secara:
Manual: untuk insinerator sederhana
Blower: memasok udara dengan debit tetap atau debit
yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Next. . .
f. Limbah yang baru dimasukkan (dingin) membutuhkan
pasokan api melalui burner (pembakar bahan bakar). Bila
limbahnya combustible maka limbah selanjutnya
berfungsi sebagai bahan bakar. Jumlah burner, konsumsi
dan jenis bahan bakar, perlu diperhatikan dalam memilih
incinerator. Tambah besar kapasitas insinerator, tambah
sedikit bahan bakar yang dibutuhkan per satuan limbah
yang akan dibakar.
g. Dinding Isolasi panas berfungsi untuk menghemat bahan
bakar dan mempertahankan temperatur. Dinding
insinerator yang baik biasanya berlapis-lapis, yang terdiri
dari:
Lapis luar: baja tahan karat dengan ketebalan tertentu
(mis 6 mm), dicat dengan cat tahan temperatur tinggi
Lapis tengah: isolator panas dengan ketebalan tertentu,
dengan baha seperti asbes, atau kalsium silikat dsb
Lapis dalam: langsung kontak dengan temperatur tinggi,
misalnya dari bahan bata tahan api
Next. . .
h. Tinggi dan bahan cerobong: tambah tinggi cerobong,
udara panas yang keluar akan tambah terencerkan
dan tersebar secara baik di lingkungan.
i. Panel pengontrol dan petunjuk: digunakan untuk
mengetahui debit udara, temperatur, alat untuk
mengontrol waktu operasi (timer), dsb.
j. Bangunan pelindung: untuk melindungi dari hujan
dsb
k. Perlengkapan pengendali pencemaran udara:
biasanya dijual terpisah dari insinerator. Dikenal
beberapa pengontrol, seperti: pengontrol partikulat
(bag house, scruber, dsb), pengontrol uap asam
(scruber basa, dsb), pengontrol gas-gas spesifik,
dsb.
2. Secondary Chamber
Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih
lanjut agar tidak mencemari lingkungan. Pembakaran
gas-gas tersebut dapat berlangsung dengan baik jika
terjadi pencampuran yang tepat antara oksigen (udara)
dengan gas hasil pirolisa, serta ditunjang oleh waktu
tinggal (retention time) yang cukup. Udara untuk
pembakaran di secondary chamber disuplai oleh blower
dalam jumlah yang terkontrol.
Selanjutnya gas pirolisa yang tercampur dengan udara
dibakar secara sempurna oleh burner didalam secondary
chamber dalam temperatur tinggi yaitu sekitar 8000C10000C. Sehingga gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan
Hidrokarbon lainnya) terurai menjadi gas CO2 dan H2O.
Next . . .
Pemanfaatan panas dari cerobong incinerator
selain untuk dryer dapat pula digunakan untuk
memanaskan air untuk keperluan operasional
pabrik. Tipe ini khusus digunakan untuk limbah
domestik.Incinerator ini mudah untuk di
mobilisasi serta cepat dalam pemasangan dan
pelepasannya. Dengan demikian incinerator ini
dapat dioperasikan di lokasi yang berbeda-beda.
KELEBIHAN INCINERATOR
Minim lahan
Efisien, tidak terpengaruh iklim
Menghilangkan bahan-bahan organik dan bebas
dari gangguan kesehatan lingkungan
Panas (kalor) dapat dijadikan sumber arus listrik
uap dapat mengeringkan lumpur pada
penggolongan limbah (sludge)
KEKURANGAN INCINERATOR
Modal awal sangat besar
Biaya operasional tinggi
Masih memerlukan langkah-langkah lanjutan
pada akhir proses (abu dan sisa pembakaran) di
buang ke lahan lain
Belum dapat membakar berbagai jenis bahan
material.