Anda di halaman 1dari 52

KULIAH 12

THERMAL
TREATMENT
(INCINERATOR)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JAMBI
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Pengertian
Insinerator adalah sebuah proses
yang memungkinkan materi
combustible (bahan bakar) seperti
halnya limbah organik mengalami
pembakaran, kemudian dihasilkan
gas/partikulat, residu noncombustible
dan abu. Oleh karenanya peranan
temperatur serta waktu tinggal yang
sesuai akan memegang peranan
2
penting dalam insinerator limbah B-
3.
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Insinerasi adalah proses oksidasi


senyawa organik dengan kontrol
temperatur tinggi untuk diskonversi
menjadi CO2 dan air.

3
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Sebagian besar limbah organik terdiri dari


karbon, hidrogen, oksigen dengan campuran
halogen, sulfur, nitrogen.

Bila molekul sebuah limbah organik dapat


dihancurkan atau direduksi menjadi
karbondioksida, air dan substansi organik
yang lebih sederhana, maka limbah tersebut
bisa dikurangi tingkat bahayanya.

4
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

insinerator merupakan teknologi


proses termal yang paling sering
digunakan untuk mengolah limbah
organik berbahaya,

5
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Insinerasi - Keuntungan
Pengurangan Volume dan berat (approx. 90%
vol. and 75% wt reduction)
Pengurangan sampah sangat cepat, tidak
butuh waktu tinggal yang lama.
Destruksi dalam hitungan detik
Insinerasi dapat dilakukan di lokasi sumber.
Gas yang dihasilkan dapat dikontrol
Residu biasanya steril dan inert.
Kebutuhan lahan pembuangan lebih kecil.
Biaya operasional dapat ditekan dengan
menjual energi panas yang dihasilkan.
6
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

INSINERASI - KEKURANGAN
Kelemahan dari cara ini adalah modal
awal yang relatif tinggi dibanding cara
lain.
Disamping itu masalah pencemaran
udara yang dapat ditimbulkan,
membutuhkan sarana yang baik dan
cocok utk menanggulanginya.
8
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Formasi pencemaran udara yang


potensial seperti HCL, CO, SO2, NO,
Logam berat dan abu partikulat lainnya
dapat menimbulkan dampak serius, jika
sebuah insinerator tidak dioperasikan
dan difungsikan dengan baik.
Kontrol dan pengoperasian insinerator
membutuhkan operator yang terlatih
secara baik yang ditunjang dengan
attitude yang baik. 9
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Elemen lain dalam limbah B-3


organik yang umumnya dijumpai
dalam proporsi lebih kecil adalah
sulfur (S), nitrogen (N) dan khlor (Cl).
Elemen-elemen ini dikenal sebagai
sumber utama pencemaran udara.

13
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Reaksi pembakaran yang disederhanakan :


C + O2 => CO2 + Panas
H2 + O2 => 2H2O + Panas
Cth hasil reaksi insinerasi alkana :

2C2H6 + 7O2 => 4 CO2 + 4H2O + panas


Cth hasil reaksi hidrokarbon aromatis :

CH3-C6H5 + 9O2 => 7CO2 + 4H2O + panas

14
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Dengan terpecahnya ikatan kimiawi


elemen-elemen limbah, maka
terbentuklah radikal yang bebas untuk
kemudian menghasilkan produk
pembakaran sempurna seperti CO2 dan
air. Bila pembakaran tidak sempurna
maka dihasilkan gas CO.

15
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Komponen nitrogen dalam


insinerator akan menghasilkan
nitrogen oksida (NO) dan masuk ke
dlm sistem dlm 2 cara, yaitu melalui
udara yang dipasok dikenal sebagai
thermal NOx serta melalui bahan
bakar (limbah) yang dikenal sebagai
fuel NOx.
18
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Insinerasi nyata dilapangan


membutuhkan oksigen berlebih
untuk menjamin pembakaran
sempurna, dikenal sebagai products
of complete combustion (POC). Bila
tidak sempurna dihasilkan products
of incomplete combustion (PIC).

19
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Role of Air Supply


Stoichiometric

PICs/Particulates NOx
T
Optimum T
Range
(1500 1800 oF)

Insufficient O2 Excess Air

Amount of Air Added 20


TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Insinerasi limbah berlumpur dan padat


biasanya membutuhkan udara berlebih 2
sampai 3 kali diatas ekuivalensi
stoichiometrisnya.
Namun suplai udara yang berlebihan
perlu dihindari karena akan menaikkan
kebutuhan bahan bakar untuk sampai
pada panas tertentu, serta mengurangi
waktu tinggal limbah yang akan dibakar
dan menaikkan volume emisi udara yang
dikeluarkan.
21
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

JENIS-JENIS INSINERATOR
open burning
single chamber incinerator
open pit incinerator
multiple chamber incinerator
starved air unit
aqueous waste injector
multiple heart
rotary kiln
incinerator unggun pancar (fluidized bed
incinerator)
22
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

OpenBurning
Adalah teknik insinerasi sampah yang
paling tua
Terdiri dari tumpukan sampah di atas tanah
dan dibakar tanpa menggunakan bantuan
peralatan pembakaran khusus

23
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Single chamber incinerator


Limbah padat pada sistem ini diletakkan di atas
grid kemudian dibakar.
Sistem ini dapat dilengkapi peralatan penyalaan
atau tidak.
Pada sistem ini upaya mengendalikan emisi
dilakukan dengan menambahkan afterburner dan
damper, keduanya dimaksudkan untuk
mengendalikan proses pembakaran.
Sebagian besar emisi yang dihasilkan disebabkan
oleh proses pembakaran yang tidak sempurna.
24
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Open Pit Insinerator


Insinerator jenis ini dikembangkan untuk mengendalikan
insinerasi bahan-bahan eksplosif, limbah yang akan
menghasilkan bahaya ledakan atau pelepasan panas yang
tinggi pada insinerator tertutup biasa
Udara pembakar disemprotkan ke dalam ruang bakar dari
bagian atas insinerator dengan kecepatan tinggi sehingga
menciptakan turbulensi.
Temperatur pembakaran dapat mencapai 2000 F dan
menghasilkan gas dengan asap dan emisi partikulat yang
rendah
26
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Multiple chamber incinerator


Dalam upaya untuk mencapai pembakaran bahan secara
sempurna dan mengurangi partikulat yang terbawa gas
buang, insinerator dengan banyak ruang bakar telah
dikembangkan.
Ruang bakar utama digunakan untuk membakar
padatan. Ruang bakar kedua memperpanjang waktu
tinggal produk gas yang tidak terbakar dan merupakan
tempat masuk bahan bakar tambahan guna pembakaran
produk gas yang belum terbakar dan padatan-padatan
yang terbawa aliran gas buang yang keluar dari ruang
bakar utama. 28
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Pada insinerator jenis ini, baffle-baffle


didesain untuk mengarahkan aliran gas
hingga membuat belokan 90 dalam arah
horisontal maupun vertikal sehingga
memungkinkan terjadinya pengendapan
padatan yang terbawa aliran gas.
Pada jenis in-line insinerator arah belokan
gas hanya vertikal. Jenis in biasanya
dilengkapi dengan sistem pengeluaran abu
otomatis atau konveyor pembuang debu dan
beroperasi secara kontinu. 29
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Starved Air Unit (SAU)


Dalam upaya mengurangi emisi partikulat, laju udara
pembakar yang masuk melalui grid dapat dikurangi.
Sebagai akibatnya pembakaran sempurna gas-gas hasil
proses pirolisa dan gasifikasi padatan tidak terjadi di atas
unggun. Gas-gas tersebut dibakar di ruang yang terpisah
dari ruang insinerasi yaitu di ruang bakar kedua
(secondary).
Limbah padat ditempatkan dalam ruang bakar primary
dan dibakar dengan udara yang jumlahnya kurang dari
volume stoikiometrinya, biasanya sekitar 70-80% dari
volume stoikiometri. 31
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Gas hasil pembakaran ini akan berupa gas-gas


bakar yang selanjutnya dialirkan ke ruang bakar
kedua. Ke dalam ruang bakar kedua ini udara
dimasukkan secara terkendali untuk membakar gas
dari ruang bakar pertama.
Ruang bakar kedua didesain sedemikian rupa
sehingga gas mempunyai waktu tinggal yang cukup
untuk terjadinya pembakaran total zat-zat organik
dalam gas hasil proses di ruang bakar pertama.
Untuk mencapai pembakaran sempurna, jumlah
udara yang dimasukkan cukup berlebih yaitu
sekitar 140-200% dari volume stoikiometri.
32
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Aqueous waste injector


Aqueous Waste injection terdiri dari sebuah nozel
yang berguna untuk mengatomisasi limbah yang
akan dibakar, dan alat penunjang lainnya.
Jenis-jenis nozel: mechanical atomizing nozzles,
rotary cap burners, external low-pressure air
atomizing burner, external high-pressure two-flow
burner, internal mix nozzles, dan sonic nozzles.
Limbah yang dapat diolah dengan sistem ini adalah
limbah cair dan lumpur yang dapat dipompa.
Temperatur pembakaran yang digunakan antara
1300-3000 F (700-1650 C).
34
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Limbah yang akan dibakar diatomisasi dengan


ukuran partikel antara 40-100 m dan disemburkan
ke dalam ruang bakar.
Efisiensi destruksi ditentukan oleh banyaknya
pengembunan dan uap yang bereaksi.
Turbulensi sangat diinginkan untuk mendapatkan
destruksi limbah organik setinggi mungkin.
Penempatan dan peletakan alat pembakar (fuel
burner) serta nozel penginjeksi akan tergantung
pada aliran cairan yang akan diinsinerasi (aksial,
radial ataupun tangensial).

35
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Multiple heart
Multiple-hearth furnace terdiri dari sebuah rak baja,
tungku berbentuk lingkaran yang disusun seri, satu di atas
yang lainnya dan biasanya berjumlah 5-8 buah, shaft
rabble arms beserta rabble teeth-nya dengan kecepatan
berputar 2 rpm.
Temperatur pembakaran 1400-1800F (760-980 C).
Umpan dimasukkan dari atas tungku secara terus
menerus dan abu dari proses dikeluarkan melalui silo.
Limbah yang dapat diproses dalam multiple-hearth furnace
memiliki kandungan padatan minimum antara 15-50 %-
berat. 37
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Limbah yang kandungan padatannya di bawah 15


%-berat padatan mempunyai sifat seperti cairan
daripada padatan. Limbah semacam ini cenderung
untuk mengalir di dalam tungku dan manfaat
rabble tidak akan efektif.
Jika kandungan padatan di atas 50 % berat, maka
lumpur bersifat sangat viscous dan cenderung
untuk menutup rabble teeth.
Udara dipasok dari bagian bawah furnace dan naik
melalui tungku demi tungku dengan membawa
produk pembakaran dan partikel abu. Sebagian
udara pembakar yang tidak sempat memasuki
rabble arms didaur ulang.
38
42

MULTIPLE HEART
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Rotary Kiln
Sistem insinerator jenis rotary kiln merupakan
sistem pembuangan limbah yang paling universal
dari segi jenis dan kondisi limbah yang dikelola.
Insinerator jenis ini dapat digunakan untuk
mengolah berbagai jenis limbah padat dan sludge,
cair maupun limbah gas.
Perangkat insinerator jenis rotary kiln biasanya
terdiri dari sistem pengumpan, injeksi udara, kiln
atau silinder horisontal yang dapat berputar pada
sumbunya, afterburner, sistem pengumpul dan
pengambilan abu, dan sistem pengendali
pencemaran udara
43
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Limbah dimasukkan di salah satu ujung dan dibakar


pada ujung lainnya dengan waktu tinggal tertentu.
Putaran silinder bervariasi antara sampai 4 rpm.
Kiln biasanya dipasang dengan kemiringan tertentu
terhadap horisontal dengan ujung yang lebih tinggi
merupakan tempat masuk bahan dan ujung lainnya
tempat keluar abu.
Sumber panas biasanya diperlukan untuk
meningkatkan dan mempertahankan suhu kiln
hingga temperatur operasinya. Bahan bakar
tambahan biasanya diinjeksikan melalui burner
konvensional atau suatu burner jenis cincin jika
bahan bakar tersebut berupa gas.
44
47

Rotary Kiln
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

CONTROL POLUTAN
Flue Gas Pollutants :
Particulates
Acid Gases
NOx
CO
Organic Hazardous Air Pollutants
Metal Hazardous Air Pollutants
48
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Particulates
Solid
Condensable
Causes
Too low of a comb T (incomplete comb)
Insufficient oxygen or overabundant EA (too high T)
Insufficient mixing or residence time
Too much turbulence, entrainment of particulates
Control
Cyclones - not effective for removal of small
particulates
49
Electrostatic precipitator
Fabric Filters (baghouses)
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Metals
Removed with particulates
Mercury remains volatilized
Tough to remove from flue gas
Remove source or use activated
carbon (along with dioxins)

50
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Acid Gases
From Cl, S, N, F in refuse (in plastics,
textiles, rubber, yd waste, paper)
Uncontrolled incineration - 18-20% HCl
with pH 2
Acid gas scrubber (SO2, HCl, HF) usually
ahead of ESP or baghouse
Wet scrubber
Spray dryer
Dry scrubber injectors
51
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Nitrogen removal
Source removal to avoid fuel NOx
production
T < 1500 F to avoid thermal NOx
Denox sytems - selective catalytic
reaction via injection of ammonia

52
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Air Pollution Control


Remove certain waste components
Good Combustion Practices
Emission Control Devices

53
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Devices
Electrostatic Precipitator
Baghouses
Acid Gas Scrubbers
Wet scrubber
Dry scrubber
Chemicals added in slurry to neutralize
acids
Activated Carbon
Selective Non-catalytic Reduction 54
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

HCl yang terbentuk akan berkontribusi dalam


hujan asam. HCl ini akan dapat disisihkan
dengan scrubber air, soda atau kapur, atau
dapat pula disisihkan selama operasi
pembakaran dengan penggunaan sorben
kering seperti kapur.
Limbah berbahaya dapat pula mengandung
senyawa-senyawa sulfur, baik anorganik
maupun organik. Bila limbah ini
diinsinerisasi, akan dihasilkan SO2, misalnya
pada insinerasi ethyl mercaptan :
2C2H5SH + 9O2 => 4CO2 + 6H2O + 2SO2 55
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Biasanya scrubber alkalin yang mengandung


kapur atau soda digunakan untuk
menanggulangi SO2 ini yang relatif tidak begitu
larut dalam air.

56
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Ash Reuse Options


Construction fill
Road construction
Landfill daily cover
Cement block production
Treatment of acid mine drainage

57
TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS JAMBI

Waste to Energy (WTE)


Process
37 plants were built between 1990-
1995.
As of 1995 1,300 U.S. communities in
34 states operated
WTE
recovering 2.3 gigawatts of electricity
enough to power 1.2 million homes
58
Incineration- Bostons W-T-E Plant

Saugus Plant built in 1975


based on Swiss grate
system.

First modern waste-to-


energy plant

Used European system


that needed major
modification because of
the difference between
European and U.S. waste
streams.

1500 tons/day 59

40 Megawatts power
60
Refuse Boiler
Stack Fabric Filter
Spray Dryer
Tipping
Floor
Ash Conveyer

Metal Recovery

Mass Burn Facility Pinellas County 61


62
63
Turbine Generator

64

Anda mungkin juga menyukai