Anda di halaman 1dari 5

Proses Penanganan Limbah Padat

By Profile | Jumat, 07 November 2014

Proses Penanganan Limbah Padat yang kedua adalah dengan


cara INSINERASI/PEMBAKARAN

Pembakaran sampah dengan menggunakan incenerator adalah salah satu cara pengolahan sampah
padat.

Didalam incenerator, sampah dibakar secara terkendali dan berubah menjadi gas (asap) dan abu.
Dalam proses pembuangan sampah, cara ini bukan merupakan proses akhir. Abu dan gas yang
dihasilkan masih memerlukan penanganan lebih lanjut untuk dibersihkan dari zat-zat pencemar
yang terbawa, sehingga cara ini masih merupakan intermediate treatment (Sidik et al.,1985).

Salah satu kelebihan incenerator menurut Salvato (1982) adalah dapat mencegah pencemaran
udara dengan syarat incenerator harus beroperasi secara berkesinambungan selama enam atau
tujuh hari dalam seminggu dengan kondisi temperatur yang dikontrol dengan baik dan adanya alat
pengendali polusi udara hingga mencapai tingkat efisiensi, serta mencegah terjadinya pencemaran
udara dan bau.
Kelebihan incenerator sebagai alat pengolah sampah juga dikemukakan oleh Sidik et al.(1985),
yaitu meskipun incenerator masih belum sempurna sebagai sarana pembuangan sampah, akan
tetapi terdapat beberapa keuntungan sebagai berikut :

1. Terjadi pengurangan volume sampah yang cukup besar, sekitar 75% hingga 80% dari sampah awal
yang datang tanpa proses pemisahan.
2. Sisa pembakaran yang berupa abu cukup kering dan bebas dari pembusukan
3. Pada instalasi yang cukup besar kapasitasnya (lebih besar dari 300 ton/hari) dapat dilengkapi
dengan peralatan pembangkit listrik
Menurut Sidik et al. (1985), sistem incenerator pada dasarnya terdiri atas dua macam, yaitu :
· Sistem pembakaran berkesinambungan. Sistem ini menggunakan gerakan mekanisasi dan
otomatisasi dalam kesinambungan pengumpanan sampah ke dalam ruang bakar (tungku) dan
pembuangan sisa pembakaran. Sistem ini umumnya dilengkapi fasilitas pengendali pembersih sisa
pembakaran untuk membersihkan abu dan gas. Sistem ini dapat digunakan untuk instalasi dengan
kapasitas besar (lebih besar dari 100 ton/hari) dan beroperasi selama 24 jam atau 16 jam per hari.

· Sistem pembakaran terputus. Sistem ini umumnya sederhana dan mudah dioperasikan. Digunakan
untuk kapasitas kecil (kurang dari 100 ton/hari). Biasanya beroperasi kurang dari 8 jam per hari.
Cara kerjanya terputus-putus dalam arti bila sampah yang sudah dibakar menjadi abu, maka untuk
pembakaran berikutnya abu tersebut harus dikeluarkan lebih dahulu. Setelah bersih, baru dapat
dilakukan pembakaran sampah selanjutnya. Proses yang terdapat pada incenerator pada dasarnya
terdiri atas enam tahap, yaitu : 1) proses pembakaran; 2) proses pengolahan abu; 3) proses
pendinginan gas; 4) proses pengolahan gas; 5) proses pengolahan air kotor; dan 6) proses
pemanfaatan panas (Sidik,et al., 1985). Proses tersebut menunjukkan bahwa pengolahan sampah
dengan incenerator dilakukan dengan memperhatikan aspek keamanan terhadap lingkungan.
Sampah memang menjadi masalah di kota – besar di seluruh dunia. Khususnya di indonesia seperti
menumpuknya sampah dijalan – jalan protokol kota bandung. Belum lagi konflik antara
pemerintah dengan warga masyarakat yang lokasinya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA).
Di negara negara maju seperti Denmark, Swis, Amerika dan Prancis. Mereka telah
memaksimalkan proses pengolahan sampah. Tidak hanya mengatasi bau busuk saja tapi sudah
merobah sampah – sampah ini menjadi energi listrik. Khusus di Denmark 54 % sampah di robah
menjadi energi listrik.
Teknologi pengolahan sampah ini untuk menjadi energi listrik pada prinsinya sangat sederhana
sekali yaitu:

 Sampah di bakar sehingga menghasilkan panas (proses konversi thermal)


 Panas dari hasil pembakaran dimanfaatkan untuk merubah air menjadi uap dengan bantuan boiler
 Uap bertekanan tinggi digunakan untuk memutar bilah turbin
 Turbin dihubungkan ke generator dengan bantuan poros
 Generator menghasilkan listrik dan listrik dialirkan kerumah – rumah atau ke pabrik.

Rangkuman

Pembakaran sampah dengan menggunakan incenerator adalah salah satu cara pengolahan sampah
padat yang dapat digunakan.Didalam incenerator, sampah dibakar secara terkendali dan berubah
menjadi gas (asap) dan abu.
Kelebihan incenerator sebagai alat pengolah sampah juga dikemukakan oleh Sidik et al.(1985),
yaitu meskipun incenerator masih belum sempurna sebagai sarana pembuangan sampah, akan
tetapi terdapat beberapa keuntungan sebagai berikut :
1. Terjadi pengurangan volume sampah yang cukup besar, sekitar 75% hingga 80% dari sampah
awal yang datang tanpa proses pemisahan.
2. Sisa pembakaran yang berupa abu cukup kering dan bebas dari pembusukan
3. Pada instalasi yang cukup besar kapasitasnya (lebih besar dari 300 ton/hari) dapat dilengkapi
dengan peralatan pembangkit listrik
Insinerasi atau pembakaran sampah (bahasa Inggris: incineration) adalah teknologi
pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan organik. Insinerasi dan pengolahan
sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan sebagai pengolahan termal. Insinerasi material
sampah mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas. Gas
yang dihasilkan harus dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang
dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik.

Insinerasi dengan energy recovery adalah salah satu teknologi sampah-ke-energi (waste-to-
energy, WtE). Teknologi WtE lainnya adalah gasifikasi, pirolisis, dan fermentasi anaerobik.
Insinerasi juga bisa dilakukan tanpa energy recovery. Insinerator yang dibangun beberapa puluh
tahun lalu tidak memiliki fasilitas pemisahan material berbahaya dan fasilitas daur ulang.
Insinerator ini dapat menyebabkan bahaya kesehatan terhadap pekerja insinerator dan lingkungan
sekitar karena tingginya gas berbahaya dari proses pembakaran. Kebanyakan insinerator jenis ini
juga tidak menghasilkan energi listrik.

Insinerator mengurangi volume sampah hingga 95-96%, tergantung komposisi dan derajat
recovery sampah. Ini berarti insinerasi tidak sepenuhnya mengganti penggunaan lahan sebagai
area pembuangan akhir, tetapi insinerasi mengurangi volume sampah yang dibuang dalam
jumlah yang signifikan.

Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis sampah seperti sampah
medis dan beberapa jenis sampah berbahaya di mana patogen dan racun kimia bisa hancur
dengan temperatur tinggi.

Insinerasi sangat populer di beberapa negara seperti Jepang di mana lahan merupakan sumber
daya yang sangat langka. Denmark dan Swedia telah menjadi pionir dalam menggunakan panas
dari insinerasi untuk menghasilkan energi. DI tahun 2005, insinerasi sampah menghasilkan 4,8%
energi listrik dan 13,7% panas yang dikonsumsi negara itu. Beberapa negara lain di Eropa yang
mengandalkan insinerasi sebagai pengolahan sampah adalah Luksemburg, Belanda, Jerman, dan
Perancis.

Tipe insinerator
Insinerator adalah tempat untuk pembakaran sampah. Insinerator modern memiliki fasilitas
mitigasi polusi seperti pembersihan gas. Terdapat beberapa tipe insinerator: piringan bergerak,
piringan tidak bergerak, rotary kiln, dan fluidised bed

Piringan bergerak
Sampah padat sedang dibakar di atas piringan bergerak.

Salah satu jenis insinerator adalah piringan bergerak (moving grate). Insinerator jenis ini
memungkinkan pemindahan sampah ke ruang pembakaran dan memindahkan sisa hasil
pembakaran tanpa mematikan api. Satu wadah piringan bergerak dapat membakar 35 metrik ton
sampah perjam. Jenis insinerator ini dapat bergerak ribuan jam pertahun dengan hanya satu kali
berhenti, yaitu pada saat inspeksi dan perawatan.

Sampah diintroduksi ke "mulut" insinerator, dan pada lubang di ujung lainnya sisa hasil
pembakaran dikeluarkan. Udara yang dipakai dalam proses pembakaran disuplai melalui celah
piringan. Aliran udara ini juga bertujuan untuk mendinginkan piringan tersebut. Beberapa jenis
insinerator piringan bergerak juga memiliki sistem air pendingin di dalamnya.

Suplai udara pembakaran sekunder dilakukan dengan memompa udara menuju bagian atas
piringan. Jika dilakukan dengan kecepatan tinggi, hal ini dapat memicu turbulensi yang
memastikan terjadinya pembakaran yang lebih baik dan surplus oksigen. Turbulensi ini juga
penting untuk pengolahan gas sisa hasil pembakaran sampah.

Fasilitas insinerasi harus didesain untuk memastikan bahwa gas sisa hasil pembakaran mencapai
temperatur 850 oC selama dua detik untuk memecah racun kimia organik. Untuk lebih
memastikan hal tersebut, biasanya diperlengkapi dengan pembakar yang pada umumnya
memakai bahan bakar minyak, yang lalu dibakar ke insinerasi untuk mendapatkan panas yang
memadai.

Gas sisa hasil pembakaran lalu didinginkan. Panas yang ada ditransfer menjadi uap dengan
memaparkannya pada sistem pompa air. Uap ini lalu digunakan untuk menggerakkan turbin. Gas
yang telah melalui pendinginan dipompakan ke fasilitas sistem pembersihan.

Piringan tetap
Ini adalah tipe yang lebih tua dan sederhana. Piringan tetap yang tidak bergerak berada di bagian bawah
insinerator dengan bukaan pada bagian atas atau samping untuk memasukan sampah dan bukaan
lainnya untuk memindahkan bahan yang tidak terbakar (abu, logam, dan sebagainya).

Anda mungkin juga menyukai