Anda di halaman 1dari 9

APLIKASI PESTISIDA SECARA 5 TEPAT

Prinsip penggunaan pestisida secara bijaksana adalah penggunaan Pestisida yang memperhatikan prinsip 5
(lima) tepat, yaitu :

1. Tepat Sasaran
Golongan Hama :
Untuk menentukan agar tepat sasaran sebelumnya perlu dilakukan pengamatan terhadap gangguan pada
tanaman misalnya tikus, kutu, dan ulat, Semuanya tersebut adalah hama, namun tak semua pestisida tepat
untuk menaggulanginya, misalnya hama tikus tidak tepat jika digunakan pada pestisida jenis akarisida
Golongan Gulma :
Demikian pula pada gulma, herbisida memiliki daya yang baik pada jenis gulma tertentu, sebagai contoh
gulma berdaun lebar akan lebih cocok bila diaplikasikan dengan herbisida sasaran berdaun lebar, demikian
pula pada gulma pakis
Golongan Penyakit :
Contoh penyakit padi kerdil rumput & hampa yang disebabkan oleh wereng hijau. Maka sasaran
pengendalian adalah Wereng Hijau pembawa virus tungo.
Pengamatan dengan ketelitian sangat perlu dilakukan untuk menentukan penyebabnya agar penggunaan
pestisida dapat tepat pada sasaranya.

2. Tepat Jenis
Jenis pestisida yang digunakan harus sesuai dengan hama atau penyakit yang akan dikendalikan, jenis-jenis
pestisida
Insektisida untuk pengendalian serangga
Fungisida untuk pengendalian jamur atau cendawan
Rodentisida untuk pengendalian tikus
Herbisida untuk pengendalian gulma
Akarisida untuk pengendalian tungau
Bakterisida untuk pengendalian bakteri
Nematisida untuk pengendalian cacing atau nematoda
Dan lain - lain
3. Tepat Waktu
Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi antara jam 06.00 - 10.00 WIB atau sore hari antara jam 15.00-
17.00 WIB. Waktu untuk penyemprotan pestisida ada beberapa macam :
a) Kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi Pestisida pada saat hujan, kecepatan angin tinggi,
cuaca panas terik
b) Kepadatan populasi yang paling tepat untuk dikendalikan, lakukan aplikasi Pestisida berdasarkan Ambang
Kendali atau Ambang Ekonomi
c) Preventif (pencegahan) Penyemprotan yang di- lakukan sebelum terjadi serangan hama atau penyakit
d) Kuratif adalah penyemprotan yang dilakukan setelah ada serangan hama atau penyakit.
e) Eradikatif adalah penyemprotan yang dilakukan untuk membersihkan apabila ada ledakan hama atau
penyakit
f) Sistem kalender adalah penyemprotan yang dilakukan secara berkala tanpa memperhatikan adanya serangan
hama atau penyakit.

4. Tepat Dosis/ Konsentrasi


Penggunaan dosis kurang dari anjuran akan menyebabkan hama/penyakit tidak mati bahkan menjadikan
hama kebal terhadap pestisida. Sedangkan dengan dosis berlebihan akan mengakibatkan boros biaya. Dosis
merupakan jumlah pestisida yang dibutuhkan per satuan luas lahan (Kg/Ha, Liter/ Ha), sedangkan
Konsentrasi adalah jumlah yang harus dicampurkan dalam setiap liter air (gram/liter, ml/ lt)

5. Tepat Cara
a. Berdasarkan bentuk pestisida
EC (Emulsible Concentrate) Berbentuk cairan pekat, penggunaannya dengan cara disemprotkan
WP (Wettable Powder) Berbentuk tepung, penggunaanya dilarutkan dengan air terlebih dahulu sebelum
disemprotkan
G (Granule) Berbentuk butiran. Penggunaanya dengan cara langsung ditaburkan di lahan
D (Dust) Berbentuk tepung, penggunaanya dengan cara dihembuskan

b. Berdasarkan cara kerja


Yang umum ditemui dilapangan adalah penyemprotan dari atas, namun beberapa jenis hama bersembunyi
pada bawah daun

Mencampur pestisida dengan bahan yang kain dapat menyebabkan daya kerja pestisida menjadi
berkurang misalnya pupuk daun. Yang perlu diingat adalah pestisida kimia adalah pestisida yang terbuat
dari bahan kimia, tidak semua jenis pestisida dapat dicampur, tetapi ada juga beberapa pestisida dapat
dicampu sesuai dengan kandungan bahan aktif pestisida masing
Teknologi
PENGGUNAAN
PESTISIDA
SECARA
TEPAT
DAN
BIJAKSANA
Administrator | Kamis, 14 September 2017 - 11:49:54 WIB | dibaca: 10338 pembaca

Menurut PP No. 7 tahun 1973, pestisida merupakan semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan
virus yang digunakan untuk mengendalikan atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman,
bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian; mengendalikan rerumputan dan mengatur atau merangsang
pertumbuhan yang tidak diinginkan.

Penggunaan pestisida menjadi pilihan utama petani dikarenakan dampaknya langsung menekan
serangan OPT. Chai (2008) menyatakan, tanpa menggunakan pestisida kehilangan hasil pada
tanaman pangan mencapai 34% dan akan menurun 35-42% ketika diaplikasikan pestisida (Liu &
Liu, 1999), sehingga sangat wajar jika perkembangan penggunaan pestisida di tingkat dunia terus
meningkat seiring peningkatan luas tanam. Penggunaan berbagai jenis pestisida di dunia
meningkat setiap tahunnya dan tercatat di tahun 2005 penggunaan pestisida mencapai 31.191
juta US$, dimana 49% di antaranya merupakan jenis insektisida, fungisida dan bakterisida (Xu
1997 dalam Zhang et al. 2012). Bahkan, di Indonesia perkembangan penggunaan pestisida
sangat pesat. Tercatat pada tahun 2013 ada 2.810 nama dagang pestisda yang terdaftar untuk
dipasarkan, namun pada tahun 2014 meningkat menjadi 3.005 nama dagang (Direktorat Pupuk
dan Pestisida, 2014).
Pestisida dianggap sebagai pilihan utama oleh petani, karena pestisida memiliki beberapa keunggulan
seperti:1) Pestisida secara umum sangat efektif untuk mengendalikan OPT, ketika tidak ada
permasalahan resistensi, 2) Perlakuan pestisida dapat dilaksanakan secara cepat ketika dibutuhkan,
dengan senjang waktu yang minimal, dan mempunyai aktivitas penyembuhan yang cepat dalam
mencegah kehilangan hasil lebih lanjut, 3) Perlakuan pestisida seringkali lebih murah dan memberikan
keuntungan, terutama jika perlakuan alternatif lain memerlukan banyak tenaga kerja, 4) Sifat-sifat,
penggunaan, dan cara aplikasinya mempunyai kisaran luas untuk menghadapi berbagai macam
keadaan hama, termasuk untuk mengendalikan ledakan populasi OPT pada areal yang sangat luas.

Penggunaan pestisida yang tidak benar dan bijaksana, justru dapat berdampak pada rusaknya ekosistem.
Azas penggunaan pestisida yakni benar dan bijaksana. Aplikasi yang benar menjadikan pestisida menjadi
efektif, sedangkan aplikasi yang bijaksana dapat meminimalkan dampak negatif pestisida terhadap
pengguna, konsumen dan lingkungan serta efisien dan ekonomis.

Pencampuran dua jenis pestisida atau lebih sebaiknya dihindarkan jika tidak mengetahui secara jelas
kesesuaiannya. Namun, dengan alasan menghemat tenaga, waktu serta untuk meningkatkan
efektifitasnya biasanya petani mencampur beberapa jenis pestisida dalam satu kali aplikasi. Cara mudah
untuk mengetahui kesesuaian satu pestisida dengan lainnya selain berdasarkan label yang ada, juga bisa
dilihat dari tercampur tidaknya kedua jenis pestisida tersebut jika dilarutkan. Jika tidak bercampur merata
atau membentuk beberapa lapisan berarti pestisida tersebut tidak sesuai atau tidak bisa dicampur.

Penggunaan pestisida harus memperhatikan prinsip 5 (lima) tepat, yaitu:

1. Tepat Sasaran. Tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan dikendalikan, misal ulat grayak
pada daun kedelai, hama wereng pada padi.

2. Tepat Jenis. Tentukan jenis pestisida apa yang harus digunakan, umumnya pestisida memiliki
kekhususan terhadap jenis OPT yang dapat dikendalikan misalnya: bakterisida (pengendali penyakit
yang disebabkan bakteri), fungisida (pengendali jamur), insektisida (pengendali serangga), akarisida
(pengendali tungau), moluskisida (pengendali moluska seperti keongmas), rodentisida (pengendali
tikus), dsb.

3. Tepat Waktu. Waktu pengendalian ditentukan berdasarkan: a) tahap rentan dari hama yang
menyerang, misalnya ulat yang masih kecil, b) banyaknya hama yang paling tepat untuk dikendalikan
sesuai ambang ekonominya, misal jumlah ulat grayak 8 ekor/tanaman, c) kondisi lingkungan,
misalnya jangan melakukan aplikasi pestisida pada saat hujan, kecepatan angin tinggi, cuaca panas
terik, d) lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Waktu aplikasi merupakan
salah satu faktor yang sangat menentukan efektifitas pestisida yang diaplikasikan. Jika dikaitkan
dengan tahap perkembangan hama, maka dikenal waktu aplikasi pestisida yakni 1) Aplikasi Preventif,
dilakukan sebelum ada serangan hama dengan tujuan untuk melindungi tanaman, 2) Aplikasi dengan
Sistem Kalender (aplikasi berjadwal, tetap banyak dilakukan oleh petani, misalnya seminggu sekali
atau bahkan seminggu dua kali), 3) Aplikasi Kuratif, aplikasi ini dilakukan sesudah ada serangan hama
dengan maksud untuk menghentikan serangan atau menurunkan populasi OPT, dan 4) aplikasi
berdasarkan ambang pengendalian atau ambang ekonomi hama.

4. Tepat Dosis/Konsentrasi

Supaya pestisida yang diaplikasikan efektif membasmi OPT sasaran, maka dosis/konsentrasi pestisida
harus ditetapkan secara tepat. Dosis merupakan banyaknya pestisida yang dibutuhkan untuk setiap
satuan luas, misalnya dosis pestisida A sebanyak 2 L/ha, pestisida B sebanyak 250
mL/pohon. Sedangkan konsentrasi adalah banyaknya pestisida yang dibutuhkan untuk setiap satuan
aplikasi, misalnya 2 mL/L, 0,5 ml/L. Kurangnya perhatian petani terhadap dosis/konsentrasi pestisida
ini sering menyebabkan aplikasi pestisida yang salah.

5. Tepat Cara, lakukan aplikasi pestisida dengan cara yang sesuai dengan formulasi pestisida dan anjuran
yang ditetapkan. Cara penggunaan pestisida di antaranya cara penaburan, cara penyemprotan, cara
penghembusan, cara pengumpanan, cara fumigasi, dan cara pengasapan.

Sebelum melakukan penyemprotan pestisida perlu adanya langkah-langkah persiapan, antara lain:

a. Menyiapkan bahan-bahan, seperti Pestisida yang akan digunakan (harus terdaftar), fisiknya memenuhi
syarat (layak pakai), sesuai jenis dan keperluannya, dan peralatan yang sesuai dengan cara yang akan
digunakan (volume tinggi atau volume rendah).

b. Menyiapkan perlengkapan keamanan atau pakaian pelindung, seperti sarung tangan, masker, topi, dan
sepatu kebun.

c. Memeriksa alat aplikasi dan bagian-bagiannya, untuk mengetahui apakah ada kebocoran atau keadaan
lain yang dapat mengganggu pelaksanaan aplikasi Pestisida. Jangan pernah menggunakan alat semprot
yang bocor.

d. Waktu mencampur dan menggunakan Pestisida sebaiknya jangan langsung memasukkan pestisida ke
dalam tangki. Siapkan ember dan isi air secukupnya terlebih dahulu, kemudian tuangkan Pestisida
sesuai dengan takaran-takaran sesuai anjuran dan aduk hingga merata. Kemudian larutan tersebut
dimasukkan ke dalam tangki dan tambahkan air secukupnya.

Selama penyemprotan di lapang, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

a. Pada waktu menyemprot, operator pelaksana atau petani harus memakai perlengkapan
keamanan seperti sarung tangan, baju lengan panjang, celana panjang, topi, sepatu kebun, dan
masker/ sapu tangan bersih untuk menutup hidung dan mulut selama aplikasi.
b. Jangan berjalan berlawanan dengan arah datangnya angin dan tidak melalui area yang telah
diaplikasi Pestisida.
c. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari.

d. Selama menyemprot, tidak diperbolehkan makan, minum, atau merokok.


e. Satu orang operator/petani hendaknya tidak melakukan aplikasi penyemprotan Pestisida terus-
menerus lebih dari 4 (empat) jam dalam sehari.

f. Operator/petani yang melakukan aplikasi pestisida hendaknya telah berusia dewasa, sehat, tidak ada
bagian yang luka, dan dalam keadaan tidak lapar.

g. Pada area yang telah disemprot dipasang tanda peringatan bahaya.

h. Bersihkan semua peralatan dan pakaian setelah menyemprot serta segera mandi.

i. Sisa campuran pestisida tidak dibiarkan/disimpan terus di dalam tangki, karena lama-kelamaan akan
menyebabkan tangki berkarat atau rusak. Sebaiknya sisa tersebut disemprotkan kembali pada
tanaman sampai habis dan jangan membuang sisa cairan semprot atau wadah kemasan pestisida di
sembarang tempat, karena akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

Prosedur Pertolongan Pertama saat Kejadian Pestisida

a. Segera bersihkan pestisida yang tertumpah.


b. Jika tertumpah sedikit, gunakan sarung tangan saat membersihkannya.
c. Jangan menyiram tumpahan pestisida karena bisa membahayakan organisme non target,
gunakan bahan yang bisa menyerap tumpahan seperti serbuk kayu atau bahan lainnya yang
bisa dengan mudah dibuang pada tempat yang aman.
d. Jika tumpahan pestisida mengenai tubuh, segera bersihkan dengan air dan sabun atau lihat
petunjuk yang ada pada label pestisida.
e. Jika terkena pakaian segera lepaskan dang anti pakaian yang terkontaminasi.
f. Jika terkena mata, siramlah mata perlahan-lahan selama sekitar 10-15 menit.

g. Jika terhirup, segera cari tempat terbuka untuk mendapatkan udara segar.

(Syahri, SP./Peneliti BPTP-Balitbangtan Sumsel)

Sumber Berita: http://sumsel.litbang.pertanian.go.id/BPTPSUMSEL/berita-penggunaan-pestisida-secara-


tepat-dan-bijaksana.html#ixzz5Y277Mv8x
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives
CARA PENGGUNAAN PESTISIDA
Februari 10, 2012 Tinggalkan komentar

Langkah Operasional Penggunaan Pestisida

Sesuai dengan prinsip-prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) sebagaimana dinyatakan


dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang telah
dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan
Tanaman maupun Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/Kpts/OT.210/9/97 Tentang
Pedoman Pengendalian OPT, penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT merupakan
alternatif terakhir.

Pengertian alternatif terakhir adalah apabila semua teknik/cara pengendalian yang lain (misalnya
cara bercocok tanam, secara biologis, fisik, mekanis, genetik, dan karantina) dinilai tidak
memadai. Penggunaan pestisida sedapat mungkin dihindari, namun demikian, apabila cara
pengendalian lain tidak memadai sehingga pestisida terpaksa digunakan, maka penggunaannya
harus secara baik dan benar. Dampak negatif yang mungkin timbul diusahakan sekecil mungkin,
sedangkan manfaatnya diupayakan sebesar mungkin.

Penggunaan pestisida harus menggunakan 5 prinsip:

1. Penggunaannya dapat dilakukan bila populasi hama telah mencapai tingkat kerusakan atau
ambang ekonomi.

2. Penggunaan pestisida yang berspektrum sempit mempunyai selektivitas tinggi dengan


konsentrasi dosis yang tepat.

3. Penggunaan pestisida yang residunya pendek dan mudah terdekomposisi oleh faktor
lingkungan.

4. Penggunaan pestisida pada saat hama berada pada titik terlemah.

5. Penggunaan pestisida bila cara pengendalian lain sudah tidak efektif dan efisien lagi.

Untuk memperkecil dampak negatif penggunaan pestisida, dalam hal ini memperkecil residu
pestisida pada hasil pertanian, dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemilihan Pestisida Memilih Pestisida yang tepat agar penggunaannya efektif yaitu
disesuaikan dengan OPT (hama, penyakit, dan gulma) sasaran yang menyerang tanaman serta
memilih pestisida yang mudah terurai (Tidak Persisten). Untuk mengukur mudah tidaknya suatu
pestisida rusak/terurai di alam, digunakan parameter waktu paruh (Decomposition Time-50
disingkat DT-50) atau senyawa tersebut terurai di alam (dalam hal ini, unsur alam yang sering
digunakan adalah tanah, air, udara). DT-50 pestisida sangat beragam, dari jangka waktu jam
sampai dengan jangka waktu tahun. Untuk mengurangi residu pestisida, selain yang tepat jenis
agar efektif, pestisida yang dipilih hendaknya yang mempunyai DT-50 kecil (mudah rusak di
alam). Namun, informasi tentang DT-50 tidak mudah diperoleh karena tidak tercantum dalam
label pestisida, sehingga perlu dicari ke sumber lainnya, misalnya petugas perlindungan tanaman
pangan dan hortikultura atau pemilik produk.

2. Pengaturan Cara Aplikasi Pestisida Pengaturan ini meliputi :

A. Waktu Aplikasi, aplikasi pestisida seharusnya hanya dilakukan pada waktu populasi atau
intensitas serangan OPT telah melampaui ambang ekonomi atau ambang pengendalian.

B. Dosis Aplikasi, Dosis (liter atau kilogram pestisida per hektar tanaman) dan konsentrasi
(mililiter atau gram pestisida per liter cairan semprot) yang digunakan adalah dosis dan
konsentrasi minimum yang efektif terhadap OPT sasaran.

C. Sasaran Aplikasi, Perlu diupayakan semaksimal mungkin agar aplikasi pestisida diarahkan
pada sasarannya yang tepat.

D. Jangka Waktu Sebelum Panen, Aplikasi pestisida yang terakhir diusahakan sejauh mungkin
sebelum panen. Makin jauh dari waktu panen makin baik. Hal ini dimaksudkan agar pada waktu
hasil tanaman dipanen, sebagian besar pestisida sudah terurai, sehingga residunya hanya sedikit
atau tidak ada.

E. Tidak Menggunakan Bahan Perekat (Sticker) Bahan perekat (sticker) adalah bahan tambahan
(ajuvan) yang dijual secara terpisah dari pestisida. Beberapa formulasi pestisida sudah
mengandung bahan perekat, sedangkan yang lainnya tanpa bahan perekat.

F. Alat dan Teknik Aplikasi yang Tepat Alat aplikasi antara lain penyemprot/sprayer (hand
sprayer, power sprayer, mist blower) penghembus/ duster, dan pengabut-panas/fogger
mempunyai kinerja dan spesifikasi tertentu sesuai dengan tujuan penggunaan yang dirancang
oleh pembuatnya. G.Penggunaan Fumigan, Fumigan adalah pestisida yang mudah menguap;
jenis fumigan tertentu dalam kondisi normal sudah berbentuk gas.

Penggunaan fumigan dapat dikatakan hampir tidak meninggalkan residu, kecuali pestisida
tertentu yang dapat terserap oleh bahan tertentu yang diaplikasi. Fumigan efektif untuk
pengendalian OPT yang tersembunyi.

Fumigan akan mudah menguap dan hilang di tempat terbuka. Oleh karena itu fumigan tidak
digunakan di lahan pertanian; tetapi diaplikasikan hanya di ruang tertutup dan umumnya untuk
produk pasca panen. Kekurangan dari fumigan adalah cara aplikasinya yang memerlukan
peralatan dan keahlian khusus; sehingga tidak setiap orang mampu melakukannya, tetapi hanya
aplikator profesional atau bersertifikat yang diizinkan untuk menggunakannya.

Anda mungkin juga menyukai