Anda di halaman 1dari 10

Nama : Arianto

NPM : 2022339021
Mata Kuliah : Perencanaan dan Pengolahan Limbah Padat

Saya Arianto Menyatakan Demi Allah SWT, Tuhan YME bahwa saya mengerjakan soal UTS
Perencanaan dan Pengolahan Limbah Padat sendiri sesuai ketentuan ujian dan tidak memberikan
jawaban yang telah saya kerjakan kepada peserta lain dengan berbagai alasan. Bila terbukti saya
melanggar pernyataan ini, maka saya bersedia mendapat nila 0.

1. a). Sebutkan dan Jelaskan jenis-jenis incinerator yang anda ketahui !


Jawaban :

Insenerator secara umum :


• Open Incinerator
Jenis insenerator dengan bangunan terbuka, dimana dapur pembakar merangkap
juga sebagai cerobong.digunakan secara kontemporer.
• Semi-Closed Incinerator
Memiliki bangunan semi terbuka, tungku dan cerobong rendah sertat tahan suhu
tinggi.
• Closed Incinerator
Dilengkapi ruang-ruang pengeringan, ruang pembakaran, cerobong asap yang
cukup tinggi. Terdapat peralatan untuk mengurangi pencemaran, terbagi atas 2
type berdasarkan suhu yaitu 14000 F dan 18000 F.

Insinerator berdasarkan segi tungku dan tempat berkangsungnya proses :


• Incinerator lantai bertingkat
Berlubang di tengah & pinggir dan Lumpur dan udara pembakar dialirkan
berlawanan .
• Incenerator Fluidik
Berisi pasir yang difluidisasi oleh aliran udara dari sebelah bawah. Suhu relatif
seragam (700° - 800° C) , keuntungannya Penggunaan energi lebih efisien.
• Incenerator Modular
Memilki tungku yang kecil dan statis
• Incenerator Rotary Clean
Digunakan untuk limbah cair dan padat.

b). Bagaimana proses kerja incinerator ? jelaskan!


Jawaban :
Insinerator adalah tungku pembakaran untuk mengolah limbah padat, yang mengkonversi
materi padat (sampah) menjadi materi gas, dan abu, (bottom ash dan fly ash).
Berikut ini ada penjelasan mengenai cara kerja dari incinerator adalah:
1. Tahapan pertama dari cara kerja incinerator adalah membuat air dalam sampah menjadi uap
air, sehingga hasilnya limbah menjadi kering dan siap terbakar.
2. Tahapan kedua dari cara kerja incinerator adalah terjadinya proses pirolisis, yakni
pembakaran tidak sempurna, dimana temperatur belum terlalu tinggi.
3. Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Pembaharan sempurna ini menggunakan
suhu antara 600°C – 1100°C (temperature pirolisa).

2. Jelaskan tahapan dan proses pengolahan limbah medis!


Jawaban :
Point penting dalam pengelolaan limbah medis adalah sterilisasi, kemudian
pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi, daur
ulang (recycle), dan pengolahan (treatment). Berikut adalah tahapan proses pengolahan
limbah rumah sakit :
a) Pemisahan & Penyimpanan
Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan menggunakan kantong
plastik berwarna yang berlabel. Berikut adalah contoh warna kantong menurut
DepKes RI :
• Kantong hitam : limbah umum
• Kantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi
• Kantong kuning strip hitam : limbah yang sebaiknya diinsinerasi,
tetapi dapat dibuang ke landfill
• Kantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi
Limbah infectious dan patologis dipisahkan tersendiri. Kedua jenis limbah
ini harus disterilisasi terlebih dahulu. Limbah yang dapat didaur ulang termasuk
dalam kategori limbah umum.

b) Pengangkutan Limbah medis


Limbah medis diangkut dengan kontainer tertutup. Untuk keamanan,
pengangkutan limbah radioaktif sebaiknya dipisahkan dengan limbah kimia yang
bersifat reaktif, mudah terbakar, korosif. Alat pengangkutan harus dirawat dan
dibersihkan secara rutin untuk mencegah adanya limbah yang tercecer akibat
pengangkutan dan mengurangi resiko kecelakaan saat pengiriman limbah.

c) Penanganan Limbah Medis


• Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat langsung dibawa ke tempat
pengumpul limbah daur ulang.
• Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan terlebih dahulu sampai masa
aktifnya terlampaui.
• Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat dibuang ke dalam saluran
pembuangan air, contoh : limbah asam amino, gula, ion-ion anorganik
(Ca,K, Mg, I, Cl, F dll)
• Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang dengan distilasi, ekstraksi,
elektrolisis
• Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan dibakar (insinerasi)
• Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam landfill, maupun didaur ulang.
• Penanganan limbah suntik, dengan menggunakan disposable syringe. Saat
ini ada beberapa alat untuk mengatasi limbah berupa jarum suntik, yaitu
alat pemisah jarum, alat penghancur jarum, tempat pembuangan jarum
khusus (needle pit), syringe safety box, dan insinerator SICIM.
d) Tahap terakhir adalah pembuangan.
3. a). Jelaskan Bagaimana Tahapan dalam pembuatan kompos!
Jawaban:
1) Wind Row System
• Windrow sistim adalah proses pembuatan kompos yang paling sederhana dan
paling murah. Bahan baku kompos ditumpuk memanjang , tinggi tumpukan 0.6
sampai 1 meter, lebar 2-5 meter. Sementara itu panjangnya dapat mencapai 40 –
50 meter.
• Untuk mengatur temperatur, kelembaban dan oksigen, pada windrow sistim ini,
maka dilakukan proses pembalikan secara periodik
• Kelemahan dari sistim Windrow ini adalah memerlukan areal lahan yang cukup
luas.
2) Aerated Static Pile
• Secara prinsip proses komposting ini hampir sama, dengan windrow sistim, hanya
sistim ini dipasang pipa yang dilubangi untuk mengalirkan udara / oksogen atau
menggunakan blower. Apabila temperatur terlalu tinggi, aliran oksigen dihentikan,
sementara apabila temperatur turun aliran oksigen ditambah
• Karena tidak ada proses pembalikan, maka bahan baku kompos harus dibuat
sedemikian rupa homogen sejak awal. Dalam pencampuran harus terdapat rongga
udara yang cukup. Bahan-bahan baku yang terlalu besar dan panjang harus
dipotong-potong mencapai ukuran 4 – 10 cm
3) Sistim in Vessel
• Dalam sistim ini dapat mempergunakan kontainer berupa apa saja, atau parit
memanjang. Karena sistim ini dibatasi oleh struktur kontainer, sistim ini baik
digunakan untuk mengurangi pengaruh bau yang tidak sedap seperti bau sampah
kota.
• Sistim in vessel juga mempergunakan pengaturan udara sama seperti sistim Aerated
Static Pile. Sistim ini memiliki pintu pemasukan bahan kompos dan pintu
pengeluaran kompos jadi yang berbeda

b) Faktor yang mempengaruhi pengomposan !


Jawaban:
• Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:1 hingga 40:1.
Mikroba memecah senyawa C sebagai energi dan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N
di antara 30/40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein.
Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein
sehingga dekomposisi berjalan lambat.
• Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi
secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara
hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Apabila
aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan mengahsilkan bau yang tidak
sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di
dalam tumpukan kompos.
• Kelembapan
Mikroorganisme dapat memanfaakan bahan organik apabila bahan organik larut di dalam
air. Kelembaban 40-60% adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila
kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih
rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60% hara akan
tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan
terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
• Temperatur/ suhu panas yang dihasilkan dari aktivitas mikroba
Ada hubungan langsung antara peningakatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin
tinggi temperature akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula
dekomposisi. Temperatur yang berkisar antara 30-60 oC menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60 oC akan membunuh sebagian
mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang
tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
• pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk
proses pengomposan berkisar antara 6,5 sampai 7,5. pH kotoran ternak umumnya berkisar
antara 6,8-7,4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan
organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh proses pelepasan asam secara temporer
atau local akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia
dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase
awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.

4. Sebutkan dan Jelaskan metode TPA apa saya yang anda ketahui !
Jawaban :
2) Landfill
Adalah teknik pembuangan sampah / limbah padat dalam tanah di urug.
• Sanitary Landfill, Teknik pembuangan sampah/ limbah padat dalam tanah yang di
urug, direncanakan dan dioperasikan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan
dan gangguan kesehatan masyarakat. Tujuan dari sanitary landfill adalah no odour, no
leachate, no files, dan no water pollution.
• Cell and lift, Cell ( sampah yang dipadatkan oleh tanah penutup harian di sanitary
landfill. Lift ( lapisan cell pada area kerja sanitary landfill > 1.5 – 2.25). Tanah penutup
harian : ditimbunkan untuk setiap kali operasi (harian). Fungsi lift adalah
mempertahankan stabilitas slope, untuk penempatan saluran drainase, untuk
penempatan pipa gas methan.
3) Open Dumping,
Open dumping (pembuangan terbuka) adalah cara pembuangan sampah secara sederhana.
Sampah hanya dibuang begitu saja di suatu tempat dan dibiarkan terbuka tanpa
pengamanan. Setelah lokasi tersebut penuh, maka langsung ditinggalkan. Masih terdapat
beberapa pemerintah daerah yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber
daya manusia dan dana. Cara ini tidak lagi direkomendasikan karena banyaknya potensi
pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya, di antaranya:
• Perkembangan binatang perantara penyakit, seperti lalat dan tikus
• Polusi udara oleh bau busuk dan gas yang dihasilkan
• Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul
• Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor akibat sampah
4) Controll Landfill
Metode control landfill lebih maju dibandingkan metode open dumping. Secara periodik
sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi
gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam pelaksanaannya juga dilakukan perataan
dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan
permukaan TPA. Metode control landfill baik untuk diterapkan di kota sedang dan kota
kecil. Agar dapat melaksanakan metode ini dengan maksimal, diperlukan penyediaan
beberapa fasilitas sebagai berikut:
• Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan
• Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan
• Pos pengendalian operasional
• Fasilitas pengendalian gas metan
• Alat berat

5. a). Mengapa licit/lindi harus diolah !


Jaawaban :
ž Mengapa lindi harus diolah karena lindi sendiri merupakan limbah cair yang timbul akibat
masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, yang melarutkan dan membilas materi-
materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Dengan
kata lain lindi tidak jauh berbeda dengan air limbah karena memiliki karakteristik yang
sama. lindi dari landfill yang muda bersifat asam, berkandungan organik yang tinggi,
mempunyai ion-ion terlarut yang juga tinggi serta rasio BOD/COD relatif tinggi. Menurut
Ichrar (1998) melaporkan, bahwa pada lindi terkadung bahan berbahaya dan beracun
berupa Cd, Pb, Hg, Cu, Mn, Zn, Ni, klorin, sianida, fluorida, sulfida, sulfat, fosfat, CO2,
NH3, NO3, NO2, asam organik, mikroba patogen. Sehingga perlu dilakukan pengolahan
sebelum dibiarkan dibuang ke badan air.
b). Jelaskan Cara pengolahan Lindi !
Jawaban :
Proses Pengolahan Lindi :
1. Pengolahan on-site : pengolahan lindi langsung di lokasi yang sama untuk kemudian
dibuang ke badan air. Biasanya sistem ini yang digunakan di TPA selama ini.
2. Pengolahan off-site : pengolahan lindi dibawa ke tempat lain untuk diproses
sebelum dibuang ke badan air.
3. Resirkulasi ke TPA : air lindi disirkulasikan kembali ke TPA untuk digunakan
kembali.

Diagram Pengolahan lindi

6. a). Jelaskan tahapan penguraian bahan organic/sampah menjadi gas methan!


Jawaban :
◦ Tahap pelarutan bahan-bahan organik, bahan padat yang mudah larut atau yang
sukar larut akan berubah menjadi senyawa organik yang larut seperti karbohidrat,
asam amino, dan asam lemak à hidrolisis
◦ Tahap asidifikasi atau pengasaman, merupakan tahap terbentuknya asam-asam
seperti hidrogen sulfida, asetat dan pertumbuhan sel bakteri.
◦ Tahap metanogenik, menghasilkan gas methana (CH4), karbon dioksida, dan
sejumlah kecil senyawa gas lainnya
Biogas mulai terbentuk kurang lebih setelah 1 minggu.

b). Faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan gas methan !


Jawaban :
1) Bahan Baku
• Bahan organik (mengandung unsur karbon dan hidrogen serta nitrogen):
sampah, limbah pertanian, kotoran
a. Unsur nitrogen diperlukan bakteri untuk pembentukan sel.
b. Agar fermentasi lebih cepat, bahan yg kasar harus digiling atau
dirajang dulu
c. Bahan baku berbentuk bubur à kandungan air hrs cukup tinggi
(optimum : 7 - 9%).
d. Kadar air dlm kotoran sapi kira-kira 18 % (rata-rata hewan 11-25%),
maka perlu diencerkan dengan perbandingan 1 : 1
• Air yang tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat
pengembangbiakan bakteri
• Perbandingan unsur karbon dan nitrogen (C/N) paling baik untuk
pembentukan biogas adalah 30.
§ Rasio C/N untuk sampah mendekati nilai 12.
§ Rasio C/N kotoran kuda dan babi adalah 25
§ Rasio C/N sapi dan kerbau adalah 18.
5) Kondisi Operasi
• Temperatur
§ Perkembangbiakan bakteri sangat dipengaruhi temperatur. Fermentasi
anaerobik berlangsung pada 5oC - 55oC.
§ Temperatur kerja yang optimum 35oC.
• Derajat Keasaman (pH)
§ Pada awal proses, pH bahan dalam digester bisa turun sampai 6 atau
lebih rendah àakibat degradasi bahan organik oleh bakteri aerobik.
§ Kemudian pH mulai naik disertai perkembangbiakan bakteri
pembentuk metana dan hasil pencernaan yang optimum adalah pada
pH 6,8 sampai 8.
6) Pengadukan
Bahan baku yang sukar dicerna (misal jerami) dan sisa bahan akan membentuk
lapisan kerak pada permukaan cairan perlu diaduk sehingga hambatan terhadap
laju biogas yang dihasilkan dapat dikurangi.
7) Bahan Penghambat
Yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme: misalnya logam berat
(tembaga, cadmium, dan kromium), desinfektan, deterjen dan antibiotik. Karena
itu air yang digunakan sebagai pencampur tidak mengandung bahan-bahan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai