Anda di halaman 1dari 38

BAHAN BERBAHAYA

DAN BERACUN (B3)

Ariosta Setyadi

CLINICAL PATHOLOGY DEPARTMENTS


MEDICAL FACULTY
DIPONEGORO UNIVERSITY
MATERI
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
• PP74/2001 (Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun)
Bahan yang memiliki sifat atau bila berlebihan, dapat
merusak lingkungan hidup, kesehatan atau kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya
• Permenkes No. 472/1996 (Pengamanan Bahan Berbahaya
Bagi Kesehatan)
Zat, bahan kimia dan biologi, yang dapat membahayakan
kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak
langsung.
Mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik,
mutagenic, korosif dan iritasi
Pengelolaan B3 (PP 74/2001)
• Kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3 ( PP
74/2001 )
• Meliputi:
– Inventarisasi bahan-bahan berbahaya yang ada di Rumah Sakit:
Instalasi Laboratorium Sentral ( ILS ), Instalasi Bedah Sentral
( IBS ), dan Instalasi Farmasi
– Memastikan bahwa di area tersebut sudah terpasang rambu-rambu
K3
– Membuat denah tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya
– Identifikasi Limbah B3 yang ada Menentukan Sistem Pengelolaan
Limbah B3
– Pengelolaan Limbah Padat, Limbah Cair dan Limbah Gas
Inventarisasi bahan-bahan berbahaya
No Nama Bahan Fungsi Dampak Sifat
1 Acetat Anhidrat Reagen Iritasi pada mata Bahan korosif
dan saluran
nafas
2 Benzidine Pereaksi Sakit perut, mual,
iritasi kulit;
Karsinogenik
3 Methanol Fixasi darah Iritasi mukosa Bahan mudah
Pelarut Kerusakan retina terbakar
dan saraf optik
4 Xylol Membersihkan Sakit kepala, Bahan mudah
lensa dari minyak Mual, Gangguan terbakar
saraf
5 .......
Memastikan bahwa tempat penyimpanan sudah sesuai standart keamanan
Limbah B3

• Menurut PP No. 12/1995, limbah yang termasuk limbah B3 adalah


limbah yang memenuhi satu atau lebih karakteristik berikut :
Menentukan Sistem Pengelolaan Limbah B3

1. Sampah infeksius
Sampah infeksius dimasukkan ke dalam plastik warna kuning,
kemudian dibakar di incinerator. Kapasitas incinerator 2 m3
dengan suhu pembakaran 800 – 1000 ˚C.
2. Sampah non infeksius
Sampah non infeksius dibedakan menjadi sampah organik dan
sampah anorganik. Sampah organik dari daun-daun pohon
dibuat kompos dan sampah anorganik dibuang ke dalam
container sampah bekerja sama dengan DK3. Untuk sampah
yang bisa didaur ulang seperti koran, kertas, kardus, botol
plastik bekas minuman, kaleng disimpan di Rumah Pilah.
3. Sampah Benda Tajam
Semua sampah benda tajam seperti jarum suntik, jarum jahit,
silet, pisau skalpel ) di masukan ke dalam Box Safety
kemudian dikirim ke incinerator untuk di bakar.
Prosedur pengolahan sampah meliputi pengemasan, cara
pemisahan, cara penampungan dan pengangkutan serta
prosedur pembuangan.
Pengelolaan Limbah Cair
Pengelolaan Limbah Cair menggunakan Instalasi Pengolahan
Air Limbah
1. Pengolahan Pendahuluan ( Pre Treatment )
Untuk mengurangi beban berat unit treatment
IPLC/IPAL perlu berbagai jenis / kombinasi pengolahan
pendahuluan limbah cair, yang tujuannya :
a. Menyaring bahan-bahan padat kasar
b. Memisahkan lemak/minyak yang terikut dalam
limbah cair
c. Menangkap pasir/benda terendap
d. Meratakan/menyeragamkan aliran / konsentrasi.
2. Pengolahan Tahap 1 ( Primary Treatment )
•Primary treatment merupakan pengolahan berikutnya setelah Pre Treatment.
Tujuannya adalah untuk memisahkan sebagian dari bahan padat terapung /
mereduksi zat padat tercampur. Unit pengolahan yang sering digunakan adalah bak
pra sedimentasi atau bak pengendap primer.
•Sumber limbah tersebut dari :
– Toilet ( dari ruangan / bagian ), Instalasi Laboratorium Sentral dan Instalasi
Bedah Sentral.
– Kitchen ( Instalasi Gizi ) Limbah yang dihasilkan dari dapur masak berupa
limbah cair yang mempunyai kadar lemak yang cukup tinggi + limbah padat
( sisa sayur ). Untuk menangkap limbah tersebut diberi bak grease trap dan
limbah tersebut diambil secara rutin setiap hari.
– Laundry ( Dapur Cuci ) Limbah yang dihasilkan banyak mengandung detergen
dibandingkan dengan bagian toilet dan dapur masak. Untuk menetralkan
detergen tersebut memakai kapur + karbon yang diencerkan dengan air.
Pengolahan Tahap II ( Secondary Treatment )
• Pengolahan tahap II pada umumnya mencakup proses biologis
memanfaatkan mikroorganisme untuk merombak senyawa organic yang
bersifat bodegradable (misal : karbohidrat, protein dll ). Secondary
treatment terdiri dari:
• a. Proses aerob ( kontak / butuh O2 )
• b. Proses anaerob ( tanpa kontak dengan O2 ).

Dari ketiga sumber limbah tersebut sebelum masuk ke pengolahan pusat,


sebagian sudah dilakukan perlakuan, seperti penetralan detergen dan
pengurangan lemak  setelah mendapat perlakuan tersebut baru diproses
ke limbah pusat, dialirkan melalui saluran air limbah yang dibuat dari bis
beton dan ditanam dalam tanah dilengkapi dengan bak-bak kontrol.
1. INFLUENT CHAMBER
•Air limbah yang dialirkan melalui air kotor tersebut masuk dalam bak influent
chamber sebagai bak penampung I, dengan kapasitas 250 m3/hari. Dalam bak tersebut
dilengkapi dengan alat SCREEN, berfungsi untuk menyaring air limbah dari partikel
yang besar. Untuk perawatan atau pemeliharaan screen tersebut dilakukan setiap hari.
2. EQUALIZING TANK
•Setelah melalui bak penampung I atau influent chamber, air limbah masuk atau
dialirkan ke bak Equalizing. Yang dimaksud dengan bak equalizing adalah bak tandon
atau gudang air limbah. Dalam bak ini dilengkapi dengan :
– Pompa pengatur air yang disebut Flow Regulator, jumlah pompa tersebut ada 2
buah. Fungsinya untuk mengatur masuknya air limbah dari bak equalizing ke
bak sebesar 3 m3/jam
– AERATOR  fungsinya untuk menambah oksigen dalam air limbah tersebut,
jumlah aerator yang dipakai 19 buah
3. AERATION TANK
Bak aeration tank ini disebut dengan pabrik pengolahan 24 jam, kapasitas air limbah
dalam bak tersebut 120 m3/hari. Dalam bak tersebut dilengkapi dengan 12 aerator.
Setiap 4 m3/jam, air dari bak equalizing di pompa dengan flow regulator masuk ke
dalam bak aeration.

4. CLARIFEIR TANK
•Tujuan dari Clarifeir Tank untuk bak pengendap. Dalam bak tersebut dilengkapi
dengan alat kantong lumpur, yang berfungsi menampung lumpur secara gravitasi dan
yang bersifat aerob (tanpa O2), untuk dikembalikan lagi ke Aeration Tank sebagai
makanan bakteri dalam lumpur aktif. Bila lumpur dalam tangki ini sudah mencapai
3000 ppm (dicek dengan menggunakan gelas ukur). Kemudian dipompa dengan
menggunakan alat hisap lumpur (Sludge Digester ), masuk ke bak dyring bed
(pengering lumpur) yang dilengkapi dengan kassa dan ijuk. Setelah mencapai 1 tahun
Drying Bed dibersihkan dengan cara membakar ijuk dan lumpur kering ke
Incenerator.
5. CHLORINASI TANK
•Air dari Clarifeir Tank masuk ke dalam tangki chlorinasi yang dilengkapi
dengan Chemical Pump. Bahan kimia yang digunakan dalam proses
Chlorinasi ini yaitu Sodium Mono Hypocloride (5 ppm). Dengan perincian
100 m3/hari atau 50 lt / hari (0,01 % /m3)

6. EFFLUENT TANK
•Setelah melalui proses chlorinasi, air masuk dalam tangki Effluent
( tangki buangan air ), yang dilengkapi dengan diffuser dan pump.
Fungsinya untuk penambahan O2, sedangkan tujuannya untuk menjaga
keadaan air agar
•tetap segar (fresh), Setelah proses ini, air sebenarnya sudah bisa dibuang
ke badan air (layak buang) dengan BOD 20 – 40 ppm.
4. Pengolahan Tahap III ( Tertiary Treatment )
A. KOAGULASI
•Air tangki effluent masuk ke dalam tangki koagulasi yang dilengkapi
dengan mixer dan chemical pump (2 buah), yaitu:
1. Pompa I : Poli Aluminium Chlorid ( PAC ) / Polimer
2. Pompa II : Carbon Powder ( bubuk karbon ) yang diberikan
atau dibubuhkan sesuai dengan kadar BOD dari tangki Effluent

B. FLOKULASI TANK
•Air dari tangki koagulasi masuk dalam tangki Flokulasi yang dilengkapi
dengan mixer dengan kecepatan 3 – 15 rpm yang berfungsi untuk
mempercepat pembentukan flok-flok atau gumpalan.
C. SEDIMENTATION TANK ( SETTLER TANK )
•Merupakan bak pengendapan yang dilengkapi dengan Plate Settler yang berfungsi untuk
menangkap flok-flok yang melayang. Apabila flok-flok dalam settler sudah kotor atau penuh
maka dialirkan ke Drying Bed. Perawatan atau pemeliharaan dilakukan 1 minggu sekali.

D. COLLECTING TANK
•Merupakan bak penampung air yang sudah setengah jadi.

E. SAND FILTER
•Air dari bak penampung dialirkan dengan pompa menuju Sand Filter ( saringan pasir ). Sand
Filter berfungsi menyaring partikel-partikel kecil berukuran sampai 0,001 mm
•Pasir yang digunakan adalah pasir hijau ( green sand ) ukuran 0.7 – 1 mm, yang banyak
mengandung udara yang berfungsi :
Memperingan kerja filter  membantu menangkap kotoran
Membunuh sebagian bakteri
F. CARBON FILTER
• Berfungsi menyaring warna dan bau ( secara fisik )

G. CLEAN WATER TANK


• Dalam tangki air bersih ini, air yang dihasilkan sudah standart air PAM
dan siap didistribusikan dengan kapasitas 500 liter. Untuk kapasitas
bak penampung air bersih 30 m3
Pemberian Kode/Tanda/Warna untuk sampah
infeksius dan non infeksius
Setiap sampah medis dimasukkan ke dalam plastik yang sudah diberi
kode / tanda / warna sebagai berikut :
1.Sampah Infeksius = Kantong berwarna kuning (Simbol Biohazard)
2.Sampah Citotoksite = Kantong berwarna ungu (Simbol limbah
Citotoksite)
3.Sampah Radioaktif = Kantong berwarna merah (Simbol Radioaktif)
4.Sampah Non Infeksius
1. Sampah Organik = Kantong berwarna hitam Ada tulisan “
Sampah Organik
2. Sampah Anorganik = Kantong berwarna hitam Ada tulisan
“Sampah Anorganik
Penanggulangan Kontaminasi bahan berbahaya dan beracun
Cara penanggulangan kontaminasi bahan berbahaya dan beracun antara lain :
1. Bila terkena bahan korosif cair : Menyemprot atau mencuci dengan air yang cukup
banyak pada bagian yang terkena, sebelum dibawa ke dokter.
2. Bila terkena bahan korosif padat : Dengan pencucian memakai air sebanyak mungkin
atau bila perlu dengan air sabun.
3. Bila luka bakar karena bahan kimia : Melepaskan kontak dengan bahan tersebut
secepatnya dan sesempurna mungkin. Pakaian segera dilepas dan bagian jaringan
tubuh yang terluka segera dicuci dengan air sebanyak mungkin. Hindari penggunaan
antidote penetral atau yang lain, sebab mungkin akan menimbulkan reaksi lain dengan
jaringan yang terluka. Bawa ke dokter untuk memperoleh pengobatan yang tepat.
4. Luka bakar karena panas : Pertolongan pertama dapat dilakukan dengan
mencelupkan bagian yang terbakar ke dalam air es secepat mungkin. Pendinginan
diteruskan sampai rasa sakit hilang dan tidak timbul kembali bila diangkat dari es.
(Kompres)
Pemberian Kode/Tanda/Simbol untuk Bahan
Berbahaya dan Beracun
PENGELOLAAN LIMBAH GAS

Limbah gas hasil pembakaran di Incinerator


• Pengelolaan :
• a. Tersedia alat pengendali pencemaran udara :
• 1. Dilengkapi dengan penyaring bau yang terdiri dari filter gas 2
lapis
• 2. Dilengkapi dengan penyaring lengas dan tirai air
• b. Pengujian udara emisi dan udara ambien dilakukan setiap 6
bulan sekali
• c. Dilakukan perawatan setiap hari
Limbah gas hasil operasional genzet
Pengelolaan :
• a. Genzet ditempatkan diruang tersendiri
• b. Dilakukan uji beban dan uji fungsi
• c. Pengujian udara emisi dan udara ambien dilakukan setiap 6
bulan sekali
• d. Sistem pembuangan gas genzet  gas yang keluar dari
operasional genzet dialirkan menuju cerobong tersendiri dengan
menggunakan terpal dan tembok dilapisi Glasswool sehingga udara
panas keluar melalui cerobong.
• e. Ada sistem ventilasi di ruang genzet
• 1. Menggunakan exhause fan sebanyak 4 buah
• 2. Pada tembok dipasang lubang ventilasi sehingga sirkulasi udara
cukup memadai
• Limbah gas medis dari kegiatan di IBS
• Pengelolaan :
• 1. Pastikan saluran dan outlet gas medis di kamar bedah tidak
terjadi kebocoran
• 2. Cek evaporizer pada mesin anestesi berfungsi dengan baik dan
tidak terjadi kebocoran
• 3. Pastikan exhouse van di kamar bedah berfungsi dengan baik
• 4. Nyalakan exhouse van saat melakukan anestesi kepada pasien
sehingga bila ada gas yang terbuang maka langsung terhisap dan
terbuang melalui saluran exhouse van
• 5. Matikan exhouse van setelah tindakan operasi selesai dan
ruangan sudah dibersihkan

Anda mungkin juga menyukai