Ariosta Setyadi
1. Sampah infeksius
Sampah infeksius dimasukkan ke dalam plastik warna kuning,
kemudian dibakar di incinerator. Kapasitas incinerator 2 m3
dengan suhu pembakaran 800 – 1000 ˚C.
2. Sampah non infeksius
Sampah non infeksius dibedakan menjadi sampah organik dan
sampah anorganik. Sampah organik dari daun-daun pohon
dibuat kompos dan sampah anorganik dibuang ke dalam
container sampah bekerja sama dengan DK3. Untuk sampah
yang bisa didaur ulang seperti koran, kertas, kardus, botol
plastik bekas minuman, kaleng disimpan di Rumah Pilah.
3. Sampah Benda Tajam
Semua sampah benda tajam seperti jarum suntik, jarum jahit,
silet, pisau skalpel ) di masukan ke dalam Box Safety
kemudian dikirim ke incinerator untuk di bakar.
Prosedur pengolahan sampah meliputi pengemasan, cara
pemisahan, cara penampungan dan pengangkutan serta
prosedur pembuangan.
Pengelolaan Limbah Cair
Pengelolaan Limbah Cair menggunakan Instalasi Pengolahan
Air Limbah
1. Pengolahan Pendahuluan ( Pre Treatment )
Untuk mengurangi beban berat unit treatment
IPLC/IPAL perlu berbagai jenis / kombinasi pengolahan
pendahuluan limbah cair, yang tujuannya :
a. Menyaring bahan-bahan padat kasar
b. Memisahkan lemak/minyak yang terikut dalam
limbah cair
c. Menangkap pasir/benda terendap
d. Meratakan/menyeragamkan aliran / konsentrasi.
2. Pengolahan Tahap 1 ( Primary Treatment )
•Primary treatment merupakan pengolahan berikutnya setelah Pre Treatment.
Tujuannya adalah untuk memisahkan sebagian dari bahan padat terapung /
mereduksi zat padat tercampur. Unit pengolahan yang sering digunakan adalah bak
pra sedimentasi atau bak pengendap primer.
•Sumber limbah tersebut dari :
– Toilet ( dari ruangan / bagian ), Instalasi Laboratorium Sentral dan Instalasi
Bedah Sentral.
– Kitchen ( Instalasi Gizi ) Limbah yang dihasilkan dari dapur masak berupa
limbah cair yang mempunyai kadar lemak yang cukup tinggi + limbah padat
( sisa sayur ). Untuk menangkap limbah tersebut diberi bak grease trap dan
limbah tersebut diambil secara rutin setiap hari.
– Laundry ( Dapur Cuci ) Limbah yang dihasilkan banyak mengandung detergen
dibandingkan dengan bagian toilet dan dapur masak. Untuk menetralkan
detergen tersebut memakai kapur + karbon yang diencerkan dengan air.
Pengolahan Tahap II ( Secondary Treatment )
• Pengolahan tahap II pada umumnya mencakup proses biologis
memanfaatkan mikroorganisme untuk merombak senyawa organic yang
bersifat bodegradable (misal : karbohidrat, protein dll ). Secondary
treatment terdiri dari:
• a. Proses aerob ( kontak / butuh O2 )
• b. Proses anaerob ( tanpa kontak dengan O2 ).
4. CLARIFEIR TANK
•Tujuan dari Clarifeir Tank untuk bak pengendap. Dalam bak tersebut dilengkapi
dengan alat kantong lumpur, yang berfungsi menampung lumpur secara gravitasi dan
yang bersifat aerob (tanpa O2), untuk dikembalikan lagi ke Aeration Tank sebagai
makanan bakteri dalam lumpur aktif. Bila lumpur dalam tangki ini sudah mencapai
3000 ppm (dicek dengan menggunakan gelas ukur). Kemudian dipompa dengan
menggunakan alat hisap lumpur (Sludge Digester ), masuk ke bak dyring bed
(pengering lumpur) yang dilengkapi dengan kassa dan ijuk. Setelah mencapai 1 tahun
Drying Bed dibersihkan dengan cara membakar ijuk dan lumpur kering ke
Incenerator.
5. CHLORINASI TANK
•Air dari Clarifeir Tank masuk ke dalam tangki chlorinasi yang dilengkapi
dengan Chemical Pump. Bahan kimia yang digunakan dalam proses
Chlorinasi ini yaitu Sodium Mono Hypocloride (5 ppm). Dengan perincian
100 m3/hari atau 50 lt / hari (0,01 % /m3)
6. EFFLUENT TANK
•Setelah melalui proses chlorinasi, air masuk dalam tangki Effluent
( tangki buangan air ), yang dilengkapi dengan diffuser dan pump.
Fungsinya untuk penambahan O2, sedangkan tujuannya untuk menjaga
keadaan air agar
•tetap segar (fresh), Setelah proses ini, air sebenarnya sudah bisa dibuang
ke badan air (layak buang) dengan BOD 20 – 40 ppm.
4. Pengolahan Tahap III ( Tertiary Treatment )
A. KOAGULASI
•Air tangki effluent masuk ke dalam tangki koagulasi yang dilengkapi
dengan mixer dan chemical pump (2 buah), yaitu:
1. Pompa I : Poli Aluminium Chlorid ( PAC ) / Polimer
2. Pompa II : Carbon Powder ( bubuk karbon ) yang diberikan
atau dibubuhkan sesuai dengan kadar BOD dari tangki Effluent
B. FLOKULASI TANK
•Air dari tangki koagulasi masuk dalam tangki Flokulasi yang dilengkapi
dengan mixer dengan kecepatan 3 – 15 rpm yang berfungsi untuk
mempercepat pembentukan flok-flok atau gumpalan.
C. SEDIMENTATION TANK ( SETTLER TANK )
•Merupakan bak pengendapan yang dilengkapi dengan Plate Settler yang berfungsi untuk
menangkap flok-flok yang melayang. Apabila flok-flok dalam settler sudah kotor atau penuh
maka dialirkan ke Drying Bed. Perawatan atau pemeliharaan dilakukan 1 minggu sekali.
D. COLLECTING TANK
•Merupakan bak penampung air yang sudah setengah jadi.
E. SAND FILTER
•Air dari bak penampung dialirkan dengan pompa menuju Sand Filter ( saringan pasir ). Sand
Filter berfungsi menyaring partikel-partikel kecil berukuran sampai 0,001 mm
•Pasir yang digunakan adalah pasir hijau ( green sand ) ukuran 0.7 – 1 mm, yang banyak
mengandung udara yang berfungsi :
Memperingan kerja filter membantu menangkap kotoran
Membunuh sebagian bakteri
F. CARBON FILTER
• Berfungsi menyaring warna dan bau ( secara fisik )