Anda di halaman 1dari 26

Jawaban UAS

Nama : Arianto
NPM : 2022339021

Jawaban :
Jawaban :
Jawaban :
Jawaban :
Kecepatan Vs %R
100.00%
90.00%
80.00% f(x) = 1.37798768473329 x^-0.700553522880577
70.00% R² = 0.999336226675132
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00

A. Mencari T teoritis :
B. Mencari SL Teoritis

C. Mencari Diamter Calrifier


5. Jawablah soal – soal berikut:
1. Jelaskan langkah langkah perencanaan aerator di budidaya udang dan ikan nila
(untuk pengolahan konvensional)!
Jawaban :
Aerator adalah sebuah mesin penghasil gelembung udara yang gunanya adalah
menggerakkan air di dalam Akuarium agar airnya kaya akan oksigen terlarut
yang mana sangat dibutuhkan oleh semua ikan air tawar dan air laut, kecuali
beberapa jenis ikan, seperti cupang, gurami, dll tidak memerlukannya. Dalam
perencenaanya ada beberapa yang harus diperhatiakn dalam perencenaan aerator
pada budidaya ikan nila.
- Menghitung kebutuhan aerasi pada kolam budidaya yang aka dibuat, hal ini
dapat dihiting dengan cara mengukur volume air kolam dan tingkat
kepadatan bibit yang akan di budidaya.
- Setelah dilakukan perhitungan kemudian selanjutnya mencari mesin aerator
yang sesuai dengan spesifikasi , dalam hal ini sesuai dengan kebutuhan
aerasi kolam budidaya.
- Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah peletakkan aerator harus
ditempatkan secara baik, ini diharapkan agar nilai DO merata disetiap sudut
kolam.
- Tahapan terakhir adalah dengan rutin melakukan pengecekan apakah proses
aerasi masih baik.

2. Jelaskan langkah-langkah mendesain zona anoksik di budidaya ikan nila


konvensional!
3. Jelaskan fungsi bioflok dalam budidaya ikan nila yang memakai sistem bioflok!
Jawaban :
Prinsip dasar bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik
yang terdiri dari kabon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen menjadi massa sludge
berbentuk bioflok. Perubahan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan bakteri
pembentuk gumpalan sebagai bioflok.
Penerapan sistem bioflok melalui rekayasa lingkungan dengan
mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme mampu
menjadikan hasil panen melonjak tiga kali lipat dibanding sebelumnya.
Jika kita perbandingkan dengan budidaya sistem konvensional yang
menerapkan metode padat tebar 100 ekor/m3, dimana memerlukan waktu 80
hingga 110 hari untuk panen. Maka untuk sistem bioflok dengan padat tebar
500-1000 ekor/m3 hanya memerlukan waktu panen 75 hingga 90 hari saja.
Disamping itu, inovasi teknologi budidaya ikan ini juga membuat
penggunaan pakan lebih efisien. Misalnya pada metode budidaya konvensional
nilai Feed Convertion Ratio (FCR) rata-rata sekitar 1,5 maka dengan teknologi
bioflok Feed Convertion Ratio (FCR) dapat mencapai 0,8 hingga 1,0. Artinya,
untuk menghasilkan 1 kg daging ikan pada sistem konvensional memerlukan
sekitar 1,5 kg pakan. Sedangkan dengan metode bioflok, hanya memerlukan 9,8
hingga 1,0 kg pakan ikan.
Berikut manfaat dan keuntungan system bioflok :
1. Survival rate 90 %, ikan lebih tahan hidup.
2. FCR 1,03, artinya untuk menghasilkan 1kg ikan butuh 1,03 Kg pakan. ini
karena kotoran diubah lagi menjadi pakan. Teknik lain FCR mencapai 1,5.
3. Tebarannya 100 ekor / M3 artinya hanya butuh lahan sempit untuk memulai
budidaya ikan. Ini bisa 10 kali lipat dari kolam biasa.
4. Lebih cepat besar
5. waktu peliharaan singkat, hanya 4-6 bulan
6. Tidak perlu repot sering ganti air
7. Tidak bau karena kotoran ikan didaur ulang untuk jadi pakan oleh bakteri
baik
8. Hasil panen dan keuntungan lebih banyak.
9. Hemat pakan, karena penyerapan pakan lebih baik.
10. Hemat lahan, karena padat tebar lebih banyak dan membutuhkan cahaya
matahari yang minim
11. Limbah dan kotoran lebih sedikit, sehingga menjadi lebih ramah
lingkungan.
12. Kondisi air lebih sehat karena cukup oksigen, serta sisa pakan dan bahan
organik lain dimanfaatkan sebagai hara pembentuk flok bakteri.

4. Jika anda ingin merancang atau membeli aerator untuk budidaya udang, data apa
saja yang anda kumpulkan untuk menghitung kapasitas aerator?
Jawaban :
Berikut data-data yang mungkin diperlukan dalam menentukan kapasitas aerator:
 Dimensi kolam (Panjang, lebar dan kedalaman kolam)
 Kapasitas kolam (volume kolam)
 Kepadatan bibit
 Kualitas air yang digunakan
 Arus kolam
5. Jelaskan hubungan antara kekeruhan air dan suhu dengan kebutuhan aerasi!
Jawaban :
 Hubungan dengan suhu, dimana suhu akan semakin meningkat seiring
dengan berjalannya proses aerasi. Peningkatan suhu ini terjadi karena kadar
oksigen yang masuk semakin tinggi. Kenaikan suhu semakin meningkat
seiring dengan kenaikan kadar oksigen, karena suhu dalam air dipengaruhi
oleh tingkat difusi, tegangan permukaan dan kekentalan air. Kemampuan
difusi oksigen akan meningkat dengan kenaikan suhu pula. Sedangkan,
tegangan permukaan dan kekentalan menurun seiring dengan kenaikan
suhu.
 Hubungan dengan kekeruhan, dengan meningkatkan kekeruhan
menandakan menyebabkan sinar matahri terhalang masuk, sehingga
mengurangiu oksigen. Jika oksigen hanya sedikit dan maka bakteri aerobik
akan cepat mati karena suplai oksigen yang dihasilkan dari proses aerasi
semakin berkurangdan sedikit dan bakteri anaerobik mulai tumbuh. Bakteri
anaerobik akan mendekompisisi dan menggunakan oksigen yang disimpan
dalam molekul-molekul yang sedang dihancurkan.
Jawaban :
7. Membuat FlowChart:

a) Flow Chart unit pengolahan air berbasis membrane Sistem RO


Sumber Air Baku

Fresh Water

Pra-Treatmen System

Reverse Osmosis Procces

Desinfeksi (UV/Chlorine)

Fresh Water
Storage

 Sumber Air baku, memanfaatkan sumber air terdekat dari lokasi bencana
 Pra-Treatment System, pada tahap ini air yang masuk di screening dan clarified untuk menghilangkan padatan yang
ikut, serta penambahan pH bila diperlukan.
 Reverse Osmosis proses, tahapan pengolahan air dengan system RO
 Desinfeksi untuk membunug mikroorganisme pathogen (proses sterilisasi ), sebelum air dikonsumsi
 Fresh water yang dihasilkan ditampung, yang kemudian bisa diolah lagi untuk dikonsumsi.
b) FlowChart Pengolahan Air Berbasis penyaringan pasir dan karbon aktif

Sumber Air Baku

Air dipompa

Air yang telah dipompa menuju bak


Pra- pra-trastment, tahapan ini melalui
screening untuk menghilangkan
Treatment
padatan yang ikut.

Pasir Silika Proses penyaringan,dengan 2


media yaitu pasir dan karbon
aktif. Saringan pasir berfungsi
Karbon Aktif untuk menyaring [artikel-partikel
kasar. Karbon aktif berfungsi
sebagai penyerap bau,rasa, warna,
Pasir Silika sisa khlor dan bahan organic.
Selanjutnya saringan micro
catridge sebagai saringan halus
Micro Catridge

Air dipompa

Desinfeksi (UV)

Air hasil pengolahan kemudian


ditamoung.
Penampung air

c) Flow Chart SPAM Mini air baku dari air sumur bor

Unit Pelayanan
8. Water Safety Plan untuk pengolahan air secara reverse osmosis dan penyaringan dengan
pasir dan karbon aktif .
Jawaban :
 Identifikasi kejadian berbahaya bahaya dan penilaian risiko
Potensi kejadian berbahaya dan semua potensi bahaya fisik, biologis, kimia atau
radiologis terkait yang terkait dengan setiap langkah dalam DWSS telah diidentifikasi.

Langkah Peristiwa Jenis Bahaya Tingkatan Tindakan


Proses Berbahaya Bahaya Pengendalian
Daerah  Kegagalan  Air tidak cukup medium  Pengawasan
tangkapan air pompa  Kerusakan daerah sumber
(sumber air  Katup pecah pompa air.
baku)  Sambungan  Air Tidak  Menyediakan
pipa pecah Cukup pompa
cadangan.
 Fisik
 Dilakukan
perawatan
pompa intensif.
Pra-Treatment Iritasi oleh kimiawi medium Menggunakan
asam/basa APD lengkap.
Penyaringan Pencemaran oleh Kimiawi medium Melakukan
membrane saringan Fisik pengecekan
yang sudah tidak berkali serta
kondisi baik. penggantian
membaren
saringan seperti
pasir/karbon aktif
bila sudah jenuh
dan washing.
Desinfeksi Overdosis kimia medium Dilakukan control
edinfektan penambahan
desinfektan
Tangka Bukaan yang tidak Kimia/fisik/ Tinggi Disiapkan
penampung terlindungi biologi penutup, dan atau
pemsangan
jendela untuk
menghindari
masuknya
serangga

Penentuan dan validasi Tindakan pengendalian penilaian ulang risiko dan priorotas.
Tindakan pengendalian saat ini diidentifikasi dan divalidasi, dan risiko dinilai ulang untuk
setiap kejadian berbahaya dan bahaya yang dipertimbangkan setelah batas waktu pertama (Tabel
6). Langkah-langkah kontrol divalidasi melalui inspeksi lokasi dan memverifikasi kinerja
teknologi dan data pemantauan. Metode validasi ini mencakup pemeriksaan dan tindakan
kualitatif, seperti pemeriksaan rutin daerah tangkapan air serta pemantauan on-line yang
berkelanjutan (Hamilton et al., 2006). Validasi dianggap tidak efektif jika tindakan pengendalian
tidak berfungsi dengan baik, atau jika ketidaksesuaian parameter kualitas air dengan peraturan
Italia diverifikasi atau jika teknologi dilakukan secara efektif.
Misalnya, di daerah tangkapan operasi pompa dikendalikan dengan remote control dan
secara berkaladi tempatinspeksi; Selain itu, ada dua pompa yang beroperasi dalam cadangan
aktif, sehingga jika satu pompa tidak berfungsi, pengambilan air dijamin oleh pompa lainnya.
Ketiga tindakan pengendalian ini telah divalidasi dan hasilnya menunjukkan bahwa mereka
efektif. Oleh karena itu, kemungkinan kejadian berbahaya dan bahaya ini dapat dikurangi dari
tidak mungkin menjadi jarang, dan peringkat risiko menjadi rendah.
9. Water Safety Plan dan Countinou Plan SPAM mini dengan air baku dari sumur bor.
Water Safety Plan untuk SPAM Mini dengan Air baku.
Identifikasi Resiko pada Titik Kerentanan Bahaya
1. Resiko pada unit sumber air baku
 Air tanah dalam termasuk dalam zona saturasi dimana pada zona ini air tanah dalam
relatif tidak berhubungan/ kontak dengan udara terbuka.
 Kondisi kualitas air tanah umumnya baik, airnya jernih seperti mata air, tidak
berasa dan tidak berbau.
 Tidak terdapat penggunaan lahan yang berpotensi mengancam kualitas sumber air.

2. Resiko Pada unit sumur bor


 Sumur bor dengan kedalaman 120 meter, telah sampai pada lapisan tanah yang
tidak terpengaruh oleh resapan septictank atau intrusi air laut.
 Kuantitas air tanah secara umum memang terbatas dan dipengaruhi oleh musim.
Namun air tanah dalam relatif tidak terpengaruh oleh musim.
 Resiko keamanan dari akses orang yang tidak berkepentingan dalam penjagaan
sumur bor.
3. Resiko pada unit distribusi
 Kecilnya kemungkinan pengembangan menara air, karena letaknya yang sudah
diatas. Sehingga jika akan dilakukan pengembangan dan membutuhkan kapasitas
lebih, maka harus membuat menara baru.
 Resiko konstruksi jaringan perpipaan adalah disaat penanaman pipa yang
seharusnya ditanam didalam tanah justru banyak yang dipasang di saluran drainase,
sehingga banyak terjadi kerusakan.
 Masih banyak saluran air limbah rumah tangga yang belum dibangun dengan baik.
Masih berupa tanah saja.
4. Resiko Pada unit Pelayanan
 Dampak dari resiko pada unit-unit sebelumnya
 Kontinuitas air yang tidak diketahui waktunya
 Jaringan perpipaan sambungan rumah yang melalui drainase

Manajemen Pengamanan Air.

Komponen Analisis Dampak yang


NO WSP-Komunitas Kinerja
Tahapan WSP Perbandingan ditimbukna
1 Pembentukan tim Pembentukan tim Tim yang Dalam Fokus tim
dan penentuan untuk dibentuk adalah penyediaan air pelaksana dan
sasaran target mempersiapkan organisasi yang dilakukan pengelola oleh
Berbasis kesehatan sistem rencana pelaksana, oleh masyarakat masyarakat hanya
keamanan air, pengelola dan yang dibimbing kepada akses
dimana tim yang pemelihara sistem tim fasilitator. pelayanan air
dibentuk harus penyediaan air. Tidak ada tim minum, tidak
didukung tenaga khusus pengelola memperhatikan
ahli sistem sistem keamanan pengamanan
penyediaan air air. sistemnya.
Target untuk Target kesehatan Target kesehatan Jika tidak
kualitas air tidak dijelaskan lebih kepada memiliki target
berdasarkan dari awal perubahan kesehatan terkait
parameter perencanaan. perilaku pencemar an dan
mikrobiologi dan masyarakat dan kontaminasi
kimia; perubahan kualitas air, factor
kesehatan yang ini akan diabaikan
terjadi, hingga program
dibandingkan selesai dan
konsep WSP mengancam
yang kesehatan
mengutamakan masyarakat
target kesehatan nantinya.
terkait pencemar
an dan
kontaminasi air.
2 Penilaian Sistem Tahapan ini Penilaian sistem Penilaian sistem Penilaian sistem
dilakukan untuk dilakukan pada dalam kegiatan merupakan bagian
menentukan apakah tahapan telah dilakukan terpenting dalam
rantai penyediaan identifikasi identifikasi sistem konsep WSP.
air dari sumber air masalah dan penyediaan air, Pada tahapan ini
baku hingga ke analisa situasi identifikasi seharusnya
konsumen dapat (IMAS). Tahapan kondisi awal, diidentifikasi
terlaksana dengan ini dilakukan identifikasi potensi bahaya
aman. Pendekatan dengan meng- masalah dan pada masing-
penilaian sistem identifikasi situasi melalui masing titik
dilakukan dengan kondisi saat ini cara diskusi kerentanan sistem
menentukan apakah terkait akses air kelompok, survey penyediaan air
siklus penyediaan minum, sanitasi, sanitasi, transek minum. Sehingga
air minum secara perilaku kesehatan desa, pemetaan dengan adanya
kese-luruhan dan sanitasi, dan dokumentasi penilaian sistem
mampu memasok permasalahan dan namun tidak masyarakat
air mencukupi potensi sumber mengidentifikasi bersama fasilitator
standar kesehatan daya. potensi bahaya dapat mencegah
yang ada. Kegiatan yang akan terjadi dan
ini dapat dilakukan dan cara meminimalisir
dengan cara diskusi mencegahnya. potensi-potensi
kelompok, transek Sehingga bahaya yang
desa, pemetaan dan program yang mungkin terjadi
dokumentasi. dilakukan pada sistem.
menyesuaikan
dengan kondisi
yang ada,
menghindari
resiko yang
mungkin muncul
dan menggunakan
sumber yang
potensial untuk
dibangun.
Penilaian sistem Dalam prsesnya Setiap kegiat an Rendahnya
dilakukan bersama dilakukan pelatihan dan keterlibatan dan
tenaga ahli dan pelatihan dan pemicuan pemahaman
masyarakat yang pemicuan terhadap masyarakat akan
lebih paham daerah perubahan masyarakat telah berdampak pada
mereka, serta perilaku hidup dilakukan secara pemeliharaan,
dilakukan bersih dan sehat, maksimal pemantauan dan
sosialisasi dan pelatihan teknis, melibatkan pengawasan
pelatihan terhadap administras i, dan seluruh kelompok sistem pada tahap
masyarakat. sebagainya masyarakat selanjutnya.
(kayamiskin,
lakiperempuan)
walaupun dengan
persentase peserta
yang masih
rendah.
3 Pemantauan Pemantauan Pemantauan dan Pemant auan Pemantauan yang
operasional operasional operasional operasional yang dilakukan oleh
tindakan tindakan dilakukan oleh dilakukan pada Pamsimas belum
pengendalian pengendalian akan BPSPAMS selaku program sesuai dengan
rantai penyediaan pengelola sar ana Pamsimas sebatas konsep WSP.
air minum yang air minum dan oleh BPSPAMS Pemantauan
terjamin sanitasi. saja. Tidak semua dalam Pamsimas
kualitasnya Pemantauan masyarakat dinilai sangat
bertujuan untuk dilakukan 3 tahap: paham cara terlambat karena
memantau apakah tahap IMAS memantau lebih banyak
penyediaan air (kondisi awal), kondisi sarana air dilakukan setelah
sudah sesuai dengn tahap setelah dan sanitasi. program selesai,
target dan program Sehingga banyak disaat masyarakat
mengontrol risiko Pamsimas selesai kemungkinan sudah merasakan
yang muncul. dilakukan dan resiko yang dampaknya,
tahap minimal muncul pada kemudian
satu tahun setelah sistem. Dalam dilakukan
program selesai Rencana Kerja perbaikan dan
untuk mengetahui Masyarakat penanganan.
dampak terhadap dalam Pamsimas
masyarakat. tidak terdapat
penjelasan resiko
dan penanganan-
nya secara lebih
detail agar lebih
dipahami dan
mudah diterapkan
oleh masyarakat
pengelola dan
pengguna.
4 Rencana Pendokumentasian Penyediaan air Kelemahan Belum adanya
manajemen dan rencana manajemen oleh Pamsimas Pamsimas adalah pendokumentasian
komunikasi terhadap penilaian setelah dilakukan kurangnya rencana
sistem dan pembangunan monitoring dan manajemen
pemantauan yang sistem sarana air, pemeliharaan pengamanan
mendeskrip-ikan masyarakat akan yang dilakukan, sistem akan
identifikasi secara mandiri karena setelah berdampak pada
penilaian yang mengelola dan sistem dibangun, lemahnya penga-
menjelaskan memelihara pemeliharaan manan sistem,
tindakan yang sarana air minum diserahkan lambatnya
diambil selama dan sanitasi, dan kepada penanganan
kegiatan juga menerapkan masyarakat atau dampak yang
operasional, pola perilaku BPSPAMS timbul dan
monitoring dan hidup bersih dan sebagai badan masyarakat
komunikasi sehat secara pengelola. sebagai pengelola
berkelanjutan. Walaupun mereka belum siap untuk
Tidak ada telah mendapat- menindaklanjuti
pendokumentasia kan pelatihan, segala bahaya
n rencana namun secara yang mungkin
manajemen dalam teknis mereka muncul. Karena
RKM belum memahami potensi bahaya,
pentingnya pencegahan dan
keamanan dan penanganannya
potensi resiko tidak
yang akan diidentifikasikan
muncul serta dan ditentukan
tindakan yang dari awal
harus dilakukan. perencanaan
Dalam Rencana
Kerja Masyarakat
dalam Pamsimas
tidak terdapat
penjelasan resiko
dan
penanganannya
secara lebih detail
agar lebih
dipahami dan
mudah diterapkan
oleh masyarakat
pengelola dan
pengguna.
5 Pengawasan Manajemen dan Kegiatan Pengawasan Lemahnya
kesehatan publik komunikasi terdiri pengawasan publik dilakukan pengawasan
dan sistem dari pengadaan publik hanya oleh badan publik pada sistem
verifikasi tindakan kolektif, dilakukan melalui pengelola tidak penyediaan air
pengadaan pantauan badan dilakukan secara minum oleh
perekaman data, pengelola sistematis, hanya Pamsimas
validasi Verifikasi kualitas menunggu berdampak pada
pengontrolan air seharusnya keluhan atau seluruh kinerja
bahaya dan dilakukan 2 kali laporan dan sistem penyediaan
verifikasi kualitas dalam setahun masyarakat Tes air minum, mulai
air. kualitas air tidak dari identifikasi
dilakukan rutin pada awal
sebagaimana perencanaan.
seharusnya.

b. Bussines Coninuity Plan


 Plan (perencanaan)
Penyusunan BCP ini melibatkan fungsional bisnis dan proses bisnis yang
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap teknologi dan sistem informasi dalam
memaksimalkan pelayanan terhadap pelanggan. BCP yang dibuat akan melibatkan pihak
yang memiliki kewenangan untuk bertanggung jawab terhadap setiap proses serta akan
memberikan keputusan saat proses mitigasi atau penanganan kondisi darurat. Dalam
tahap ini dilakukan perencaan apabila terjadi bencana yang mungkin terjadi, serta apa -
apa saja yang harus dilakukan.
 Do (pengerjaan)
Pada bagian ini lebih menenkankan pada nilaian risiko, metode Octave dan FMEA.
Metode Octave ini memunculkan kemungkinan risiko berdasarkan tahapan analisis yang
dimulai dari identifikasi ancaman. Berikut contoh ancaman dan cara mnanganinya :
Jenis Ancaman Praktik Kemanan
Kebakaran/ bemcana alam lainnya  Terpasangnya fire estinguiser pada
ruangan asset yang dapat
meminimalisir terjadinya
kebakaran, serta dilengkapi dengan
APAR.
 Adanya disaster recovery plan
untuk melakukan perencanaan
penanganan bencana.
Pencurian  Adanya CCTV yang terpasang
pada beberapa ruangan
 Telah diberlakukan prosedur
pembuatan ID hak akses sehingga
tidak semua orang dapat melakukan
akses pada system
 Adanya gembok yang terkunci
pada ruangan fisik asset sehingga
dapat meminimalisir terjadinya
pencurian dan hal-hal
penyalahgunaan

c. Check (pemerikasaan)
Evaluasi Pelaksanaan Strategi Keberlanjutan Bisnis Sub fase evaluasi pelaksanaan
strategi ini merupakan bentuk tahapan yang dapat melihat strategi yang dibuat berfungsi
terhadap gangguan atau tidak serta akan melihat kesesuaian strategi yang dibuat dengan
pelaksanaan strategi yang dijalankan. Evaluasi yang dibuat menggunakan media
kuisioner untuk melakukan pengambilan data pada pihak komite BCP. Kuisioner yang
diajukan menggunakan pembobotan untuk mengkuantifikasikan hasil jawaban dari
responden. Kriteria skala yang digunakan dalam pembobotan dan pernyataan yang ada
pada kuisioner menggunakan referensi dari skala evaluasi yang digunakan oleh CobIT 5
dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Hal tersebut dikarenakan CobIT
merupakan standar yang telah diakui dan digunakan secara internasional yang telah
disesuaikan oleh kondisi dan kebutuhan perusahaan. Tahapan evaluasi ini telah dilakukan
verifikasi dan validasi yang ada pada lampiran J. Bentuk kuisioner terdapat pada bagian
lampiran F dan pada dokumen produk.
 Audit Internal Tahapan audit internal merupakan tahabapan yang melihat ketidaksesuaian
proses yang terjadi dengan bentuk kontrol obyektif yang digunakan.

d. Act (Tindakan)
Sub fase perbaikan manajemen secara terus menerus digunakan untuk menghasilkan BCP
yang selalu mengalami peningkatan dan pembaharuan secara terus menerus. Perbaikan
manajemen secara terus menerus ini memperhatikan hal-hal yang berada di luar kerangka BCP
yang dibuat yaitu sebagai berikut :
 Perubahan pada suatu subfase akan menghasilkan pembaharuan pada subfase yang lain.

Anda mungkin juga menyukai