Anda di halaman 1dari 14

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Saluran drainase


Drainase merupakan infrastruktur atau prasarana yang berfungsi untuk mengalirkan
kelebihan air dipermukaan kedalam suatu sistem badan air baik yang alamiah maupun yang
buatan untuk kemudiann diteruskan ke sungai, danau ataupun sarana resapan air lainya.
Dainase memiliki peran yang sangat penting. Sistem drainase yang baik, menghindarkan sutu
daerah tergenang air atau banjir, erosi tanah atau kerusakan jalan.
Sistem drainase yang tidak baik, secara langsung dapat merugikan suatu daerah
dikarenakan efek dari buruknya sistem drainase dapat pula menimbulkan efek “domino”,
contoh kecilnya, jika suatu daerah memiliki kondisi drainase yang buruk seperti tersumbat oleh
sampah, penyempitan saluran drainase yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau faktor alam
dapat menyebabkan banjir di daerah tersebut. Jika suatu daerah tergenang air atau banjir, dapat
merusak bangunan ataupun jalan di daerah tersebut, terutma jalan – jalan yang dilapisi oleh
aspal.
Aspal dapat rusak oleh air dikarenakan air mampu memecah molekul aspal dan
mengubah bentuknya menjadi lebih kecil, sehingga daya rekat aspal menjadi berkurang. Aspal
ada dasarnya berfungsi sebagai perekat beberapa material seperti kerikil, pasir dan bahan-bahan
agregat. Dengan berkurangnya daya rekat aspal ke tanah atau badan jalan maka jalan tersebut
akkan mudah rusak atau berlubang, biasanya ditandai dengan mulai terlepasnya kerikil di jalan
tersebut.
Sistem drainase yang baik dapat menghindari kerusakan yang ditimbulkan oleh
genangan air, untuk dapat memastikan kondisi sistem drainase baik atau tidak maka perlu
dilakukan survey langsung dilapangan terkit kondisi sistem drainase yang sudah ada di suatu
daerah, atau jika belum terdapat sistem drainase, maka dapat dilakukan konstruksi atau
pembangunan sistem saluran drainase yang sesuai dengan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia No 12 Tahun 2014 Tetang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan.
3.2 Evaluasi Penampang Saluran
3.2.1 Analisis Hidrologi
Data curah hujan diambil dari Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Ciputat
yaitu Stasiun Meteorologi Kelas I Maritim Tanjung Priok selama 10 tahun terakhir.

Tabel 3.1 Data Curah Hujan


Curah Hujan Harian Maksimum
Tahun Sta. Met. Kelas I Maritim Tanjung
Priok
20 210
10
20 197
11
20 173
12
20 161
13
20 147
14
20 115
15
20 98
16
20 102
17
20 90
18
20 118
19
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Ciputat
Perhitungan curah hujan maksimum ini menggunakan metode rata – rata aljabar dengan
rumus sebagai berikut :

1
R= (R1 + R2 + … + Rn)
n
1
R = (161)
n
R = 80,5 mm
Tabel 3.2 Analisa Curah Hujan
Curah Hujan Harian Maksimum
Tahun Hujan
Sta. Met. Kelas I Maritim Maksimu
Tanjung m
Priok
20 210 10
10 5
20 197 98
11 ,5
20 173 86
12 ,5
20 161 80
13 ,5
20 147 73
14 ,5
20 115 57
15 ,5
20 98 49
16
20 102 51
17
20 90 45
18
20 118 59
19
Sumber : perhitungan

3.2.2 Analisa Frekuensi Curah Hujan


Analisa frekuensi curah hujan menggunakan Metode Gumbel, distribusi gumbel
digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya untuk analisis frekuensi banjir.

Tabel 3.3 Analisa Metode Gumbel

Tahun Sta. Met. Kelas I Xi Xr (Xi- (Xi-


Maritim Tj. Priok Xr) Xr)2
2010 105 10 70, 34,4 1186,8
5 55 5 03
2011 98, 98 70, 27,9 781,20
5 ,5 55 5 25
2012 86, 86 70, 15,9 254,40
5 ,5 55 5 25
2013 80, 80 70, 9,95 99,002
5 ,5 55 5
2014 73, 73 70, 2,95 8,7025
5 ,5 55
2015 57, 57 70, - 170,30
5 ,5 55 13,0 25
5
2016 49 49 70, - 464,40
55 21,5 25
5
2017 51 51 70, - 382,20
55 19,5 25
5
2018 45 45 70, - 652,80
55 25,5 25
5
2019 59 59 70, - 133,40
55 11,5 25
5
Jumla 705 4133,2
h ,5 25
Sumber : perhitungan
a. Perhitungan Harga Rata – Rata

Xr = 𝑋𝑖 =705,5 = 70,55 𝑚𝑚
𝑛 10
b. Perhitungan Deviasi Standar

√∑
n
¿1( xi−xr 0) 2
Sx = i
n−1
Sx =
√ 4133,225
10−1
Sx = √ 459,25
Sx = 21,43 mm

c. Perhitungan Nilai Faktor Frekuensi


Untuk nilai n = 10, maka didapat nilai Yn, Sn dan Yt, yaitu :
Yn = 0,495
Sn =0,949
Yt 2 tahun = 0,497
Yt 5 tahun =1,500
Nilai K (standar variable) untuk harga – harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan dalam
persamaan:
Yt−Y n
K=
Sn
0,497−0,495
K 2 tahun = = 0,002
0,949
1,500−0,495
K 5 tahun = = 1,058
0,949
d. Hitung hujan dalam periode ulang T tahun
Xt = Xr + (K.Sx)
Xt 2 tahun = 70,55 + (0,002 × 21,43) = 70,59 mm
Xt 5 tahun = 70,55 + (1,058 × 21,43) = 93,22 mm

Tabel 3.4 Nilai Curah Hujan Rencana


N Periode Ulang Distribusi
o (Th) Gumbel
1 2 70,59
2 5 93,22
Sumber : perhitungan

3.2.3 Daerah Pengaliran dan Koefisiesn Aliran


Daerah tangkapan hujan sangat tergantung terhadap kondisi lahan/tanah yang ada.
Dibawah merupakan gambaran Luas Daerah Pengaliran dan Koefisien Aliran disekitar.
Luas daerah sekitar ditetukan berdasarkan tata guna lahan wilayah studi dan disekitarnya.

Gambar 3.1 Luas Daerah Pengaliran dan Koefisien


Aliran di sekitar Studi

3.2.4 Waktu Konsentrasi


Waktu konsentrasi dihitung berdasarkan persamaan berikut ini :
¿+td
Tc =
60
nd
To = (2/3 x 3,28 x Lo. ) 0,167
√s
L
Td =
60 . v
Sebagai contoh untuk bangunan
0,200
To bangunan = ( 2/3 x 3,28 x 17,0 x ) 0,167
√ 0,01
= 2,05 menit
80
Td =
60 x 1,50
2,05+0,89
Tc =
60
= 0,049 jam

3.2.5 Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan dihitung menggunakan metode mononobe, dengan rumus
sebagai berikut :
R 24 24 n
I= ( )
24 t
Nilai R24 didapat dari hasil Frekuensi Curah Hujan, yaitu :
R24 2 tahun = 70,59 mm
R24 5 tahun = 93,22 mm

Selanjutnya, nilai-nilai tersebut dimasukan dalam perhitungan berikut untuk


mendapatkan nilai I periode ulang T tahun.
70,59 24 2/3
I 2tahun = ( ) = 187,76 mm
24 0,049
93,22 24 2/3
I 5 tahun = ( ) = 241,35 mm
24 0,0 49
3.2.6 Debit Rencana
Metode rasional adalah salah satu metode untuk menentukan debit aliran permukaan yang
diakibatkan oleh curah hujan, yang umumnya merupakan suatu dasar untuk merencanakan
debit saluran drainase. Secara sistematis dapat ditulis menggunakan persamaan:
QT = 0,278.C.I.A
Salah satu contoh perhitungan debit aliran tersier (t1) Nilai C dan A diambil dari hasil
perhitungan Cacthment area dan koefisien pengaliran, yaitu:
C = 0.4
ΣA = 1360 m2 = 0,00136 km2
Nilai I diambil dari hasil pembacaan grafik intensitas curah
hujan, yaitu : I 2 tahun = 113 mm/jam
I 5 tahun = 130 mm/jam
Selanjutnya, nilai-nilai tersebut dimasukan dalam perhitungan berikut untuk mendapatkan
nilai I periode ulang T tahun.
Q 2 tahun = 0,278 x 113 x 0,50 x 0,00136 = 0,021 m3/detik
Q 5 tahun = 0,278 x 130 x 0,50 x 0,00136 = 0,025 m3/detik

3.2.7 Analisa Hidrolika


Perhitungan saluran eksisting tersier

H= 0,40m h=0,40m h=0,40m

b= 0,60m
Sumber : Data Lapangan

a. Luas Penampang (A) A = b × h


A = 0,60 × 0,40
A =0,24 m2
b. Keliling basah (P) P = b + 2h
P = 0,60 + (2 × 0,40)
P = 1,4 m2
c. Jari – jari hidrolis (R)
A
R=
P
0,24
R=
1,4
R = 0,17 m

d. Kecepatan aliran (V)


1 2 1
V= x R x S
n 3 2
1 2 1
V= x 0,17 x 0,02
0,015 3 2
V = 2,894 m/detik
e. Debit
saluran
(Q)
Q=A×V
Q = 0,24 × 2,894
Q = 0,695 m3/detik

Perhitungan Saluran eksisting sekunder

h = 4m h = 4m

b = 2,6m b = 2,6 m
a. Luas Penampang (A)
A=b× h
A = 2,6 × 4
A =10,4 m2
b. Keliling basah (P)
P = b + 2h
P = 2,6 + (2 × 4)
P = 10,6 m2
c. Jari – jari hidrolis (R)
A
R=
P
10,4
R=
10,6
R = 0,98 m
d. Kecepatan aliran (V)
1 2 1
V= xR xS
n 3 2
1 2 1
V= x 0,098 x 0,02
0,015 3 2
V = 9,302 m/detik

Berdasarkan data diatas didapatkan hasil aman dan tidak aman, dimana untuk saluran tersier 1
sampai dengan tersier 7 aman, sedangkan untuk tersier 8 dan 9 dinyatakan tidak aman, maka dapat
dilihat tabel dibawah ini :

Tabel 3.5 Perbandingan Kapasitas Eksisting dan Debit Rencana Tersier dan Sekunder
QS QT m3/detik
Salura 3 QS> QT
m / 2 5
n
detik tahun tahun
T 0,695 0,732 0,973 Tidak aman
S 96,75 97,72 98,39 Tidak aman
Sumber : perhitungan

3.2.8 Rencana Perbaikan Penampang Saluran


Rencana perbaikan penampang saluran dilakukan untuk mencegah terjadinya
genangan akibat saluran yang tidak mampu menampung debit yang mengalir. Dalam
perencanaan dimensi, penulis memberikan beberapa pilihan yang dapat diambil setelah
dilakukan perhitungan berdasarkan faktor yang dapat dilihat dilapangan, dimensi saluran
diperbesar namun tipe saluran direncanakan ulang.

Saluran Rencana Sekunder


1. Saluran rencana sekunder untuk periode ulang 2 tahun Data – data :
Qt = 97,72 m3/detik Kemiringan
saluran eksisting
h1 = 3,74 m, h2 =
1,58 m
∆h = h1 – h2 = 2,16 m
∆L = 184 m′
S = ∆h / ∆L = 0,0117
Koefisien kekerasan manning (n) beton = 0,015

Penampang Persegi Ekonomi


Q=AxV
1 h 2 1
Q=Bxhx x( ) xS
n 2 3 2
1 h 2 1
97,72 = 2h x h x x ( ) x 0,014
0,015 2 3 2
h
97,72 = 2h x h x 66,667 x ( ) x 0,118
2
h 2
97,72 = 2h2 x ( ) x 7,87
2 3
8
12,42 = 0,028 x h
3
1242
= h3
0,028
8
h h = 8 /3 √ 443,57
3
h = 4,59 m
Cari lebar dasar saluran B
B = 2h
B = 2 x 4,59 = 9,18 m

h=4m w = 0,6 m
h = 5,19 m
h = 4,59 m

b = 2,6 m b = 9,18 m
Penampang eksisting Penampang rencana

2. Saluran rencana sekunder untuk periode ulang 5 tahun


Data – data :
Qt =98,39 m3/detik
Kemiringan saluran
eksisting h1 = 3,74m
h2=1,58 m
∆h = h1 – h2 = 2,16 m
∆L = 184 m′
S = ∆h / ∆L = 0,0117
Koefisien kekasaran manning (n) = 0,015
Penampang persegi ekonomis
Q=AxV
1 h 2 1
Q=Bxhx x( ) xS
n 2 3 2
1 h 2 1
98,39 = 2h x h x x ( ) x 0,014
0,015 2 3 2
h 2
98,39 = 2h2 x 66,667 x ( ) x 0,118
2 3
h 2
98,39 = 2h2 x ( ) x 7,87
2 3
98,39 h 2
= 2h2 x
7.87 0,014 3
12,51 8
=h
0,028 3
8 8
h h = √ 446,79
3 3
h = 4,6 m

Cari lebar dasar Saluran B


B = 2h
B = 2 x 4,6 = 9,2 m

w = 0,6 m

H=4m h=4m
h = 5,2 m

h = 4,6 m

b = 2,6 m b = 9,2 m

Penampang eksisting Penampang rencana

Tabel 3.6 Rencana Saluran Sekunder


Perio Saluran Persegi Tinggi
Konstruks
de (QS) Jagaan
i
ulan S8 B h (m)
g (m) (m)
2 Bet 97,72 9,18 4,5 0
Tahun on 9 ,
6
5 Bet 98,39 9 4,6 0
Tahun on , ,
2 6
Sumber : perhitungan

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh beberapa kesimpulan yang diharapkan dapat
memenuhi maksud dan tujuan dari makalah ini. Adapun kesimpulan yang diperoleh antara lain :
1. Berdasarkan analisa frekuensi curah hujan menggunakan metode gumbel dengan periode
ulang 2 dan 5 tahun diperoleh nilai curah hujan yaitu R 2tahun = 70,59 mm dan R6tahun =
93,22 mm.
2. Intensitas curah hujan yang digunakan adalah intensitas curah hujan hasil pembacaan grafik
lengkung IDF (Insentity Duration Frequency) untuk waktu konsentrasi rencana.
3. Dari beberapa hasil analisis perhitungan kapasitas penumpang saluran sebagian saluran tidak
dapat menampung dimana QS < QT, seperti S QS = 96,75 m3/detik untuk QT 2Tahun = 97,72
m3/detik QT5Tahun = 98,39 m3/detik.
4. Hasil evaluasi Debit Rencana dan Debit Eksisting saluran drainase mikro periode ulang 2
tahun dan 5 tahun di peroleh hasil QS < QT maka dapat disimpulkan bahwa drainase tersebut
tidak layak digunakan, sehingga dari beberapa perhitungan ulang didapatkan dimensi saluran
yang cukup menampung debit banjir dengan menggunakan dimensi ekonomis yaitu
penampang persegi dengan ukuran B = 9,18 m; h = 4,59 m; tinggi jagaan = 0,6 m dengan
kapasitas debit 97,72 m3/detik untuk saluran kala ulang 2 tahun dan penampang persegi B =
9,2 m; h = 4,6 m; tinggi jagaan = 0,6 m dengan kapasitas debit 98,39 m3/detik untuk kala
ulang 5 tahun, kondisi ini untuk mengatasi saluran sekunder. Dengan kondisi lahan yang
sempit maka jenis konstruksi yang digunakan adalah beton.
5. Penyebab meluapnya banjir ini karena beberapa faktor seperti terdapat beberap sampah, curah
hujan, serta debit air yang masuk kurang mengalir, terjadinya penyempitan penampang di
ujung saluran.

4.2 Saran
Saran dari penulis yang bermanfaat, yaitu :
1. Perlu adanya operasi pemeliharaan untuk setiap perumahan agar terpelihara dengan baik.
2. Sistem drainase harus disesuaikan dengan kondisi lapangan. Perhatikan sistem drainase
wilayah administrasi sekitar.
3. Perlu adanya sumur resapan di setiap rumah untuk mengurangi Direct Run Off.

Anda mungkin juga menyukai