Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara keseluruhan, air yang terdapat di permukaan bumi membentuk sebuah

lingkaran (siklus) air. Air di lautan, sungai, sumur, danau, dan waduk akan

menguap menjadi uap air. Titik uap akan membentuk awan. Kandungan uap di

awan akan terkondensasi menjadi butiran-butiran air hujan. Selanjutnya hujan

membasahi permukaan bumi dan meresap menjadi air tanah sehingga membentuk

mata air, sumur, danau ataupun mengalir melewati sungai menuju lautan. Siklus

air tersebut akan berputar terus menerus. Air sumur adalah air yang terdapat di

dalam tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Air tanah memiliki

kandungan mineral yang cukup tinggi. Sifat dan kandungan mineral air tanah

dipengaruhi oleh lapisan tanah yang dilaluinya. Kandungan mineral air tanah

antara lain Fe, Mn, Cu, SiO2, Sulfat, Zn, Ca, dan Mg. Air yang banyak

mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai air sadah. Dalam

proses pengolahan dan produksi air minum, nilai kekeruhan dapat dijadikan

sebagai indikator keberadaan bakteri patogen, atau partikel yang dapat melindungi

organisme berbahaya dari proses desinfeksi. Oleh sebab itu, pengukuran tingkat

kekeruhan sangat berguna untuk instalasi pengolahan air untuk memastikan

kebersihannya.
2

Pada proses industri, kekeruhan dapat menjadi bagian dari Quality Control untuk

memastikan efisiensi dalam pengolahan atau proses industri terkait. Pada sistem

Water Treatment, Air yang dianggap bermutu tinggi adalah air yang mempunyai

kesadahan dan kekeruhan yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan analisis

hardness dan turbidity pada air untuk mengetahui kadar kesadahan dan kekeruhan

dalam air agar air tersebut layak untuk dipakai sebagai air umpan boiler.

1.2 Ruang Lingkup Masalah

Pada PT. Great Giant Foods, analisis yang saya lakukan adalah:

1. Analisis hardness dengan metode volumetri

2. Analisis turbidity dengan metode turbidimetri

Air yang saya analisis berasal dari sistem water treatment. Sistem water treatment

terdiri dari alat Waterpool, Sand Filter, Carbon Filter, Precision Filter, Ultra

Filtrasi, Reverse Osmosis, dan Mixbed.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1. Melatih siswa-siswi untuk bekerja mandiri di lapangan sesuai dengan

kondisi lapangan pekerjaan yang akan dihadapi.

2. Memperoleh pengalaman praktik keprofesian yang berguna untuk

pengembangan pribadi siswa dalam memasuki dunia kerja


3

3. Melatih siswa-siswi untuk bekerja mandiri di lapangan sesuai dengan

kondisi lapangan pekerjaan yang akan dihadapi.

4. Memperoleh pengalaman praktik keprofesian yang berguna untuk

pengembangan pribadi siswa dalam memasuki dunia kerja.

5. Melatih/mempersiapkan siswa sebagai calon tenaga analis dan tenaga

teknologi di bidang industri yang memiliki pengetahuan, keterampilan,

inisiatif, kreatif, beretos kerja tinggi, professional, dan bertanggung jawab

serta produktif.

6. Memperluas pengetahuan siswa terhadap dunia industri.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui kadar kesadahan dalam air di sistem Water Treatment

2. Mengetahui kadar kekeruhan dalam air di sistem Water Treatment.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Water Treatment

Water Treatment adalah sebuah sistem yang difungsikan untuk mengolah air

dari kualitas air baku (influent) yang kurang bagus agar mendapatkan

kualitas air pengolahan (effluent) standar yang diinginkan/ditentukan atau air

siap untuk dikonsumsi. Suatu sistem desain water treatment ditentukan oleh

sumber air dan kualitas air. Dalam sistem boiler kualitas air yang rendah

akan menghasilkan uap yang kurang baik. Uap tersebut dapat membawa

padatan dalam air ketel uap (carry over).

Prinsip kerja water treatment dibagi menjadi dua yaitu Inservice dan

Regenerasi.

1. Proses inservice

adalah proses pemurnian/demineralisasi air suling desalt (Raw

Water). Prinsip kerjanya dimulai dari Raw Water yang berada pada

Raw Water Tank dipompa masuk kedalam Mixbed yang berisi

resin-resin. Di dalam mixbed unsur anion seperti SO42- , Cl-, NO3-

diikat oleh resin anion, begitu juga dengan unsur kation


5

seperti Ca2+, Mg2+, Na+ diikat oleh resin kation. Air setelah keluar

dari Mixbed menghasilkan Demin Water dengan Conductivity <1

µs/cm dan mengalir masuk ke Demin Tank.

Proses inservice ini berlangsung terus menerus dan akan berhenti

jika Conductivity air yang keluar dari mixbed menyentuh limit yang

ditentukan yaitu 1 µs/cm. Dengan kata lain hal ini menjelaskan

bahwa resin resin yang berada pada mixbed sudah jenuh dan

memerlukan proses regenerasi.

2. Proses Regenerasi

adalah proses mengembalikan/mengaktifkan kondisi resin anion

dan resin kation yang telah jenuh akibat digunakan untuk proses

pemurnian air. Adapun untuk regenerasi resin anion menggunakan

bahan kimia NaOH, sedangkan untuk regenerasi resin kation

digunakan bahan kimia HCL.

2.1.2 Proses Water Treatment

Proses water treatment pada PT. Great Giant Foods meliputi 7 tahap,

yaitu:

1. Water Pool

Water pool adalah bak penampung yang berfungsi untuk

menampung air yang berasal dari air sumur yang akan diolah

menjadi air demineralized. Terdapat 2 water pool pada PT. Great

Giant Foods.
6

2. Sand Filter

Sand Filter adalah penyaring air dengan media pasir silica yang

berfungsi untuk menahan suspended solid. Biasanya media Sand

Filter mempunyai daya saring 20-30 µ (micron).

Gambar 2.1 Sand Filter

3. Carbon Filter

Carbon Filter adalah penyaring dengan media carbon/arang yang

berfungsi untuk menghilangkan bau dan menjernihkan air. Pada

saringan arang aktif ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses

penyerapan zat - zat yang akan dihilangkan oleh permukaan arang

aktif, termasuk CaCO3 yang menyebabkan kesadahan. Apabila

seluruh permukaan arang aktif sudah jenuh atau sudah tidak

mampu lagi menyerap maka kualitas air yang disaring sudah tidak

baik lagi, sehingga arang aktif harus diganti dengan arang aktif

yang baru.
7

Karbon aktif adalah sejenis adsorben (penyerap), berwarna hitam,

berbentuk granule, bulat, pellet, ataupun bubuk. Untuk mengurangi

kesadahan (hardness) pada air dapat digunakan filtrasi (penyaringan)

dengan media karbon aktif yang memiliki sifat kimia dan fisika di

antaranya adalah mampu menyerap zat organik maupun anorganik,

dapat berlaku sebagai penukar kation, dan sebagai katalis untuk

berbagai reaksi.

Gambar 2.2 Carbon Filter

4. Precission Filter

Precission Filter adalah penyaring dengan ukuran 100 mikron

yang berfungsi untuk menyaring dissolved solid.

Gambar 2.3 Precision Filter


8

5. Ultra Filtrasi

Ultra filtrasi adalah penyaring dengan ukuran 0,1 mikron yang

berfungsi untuk menahan suspended solid yang masih lolos pada

Sand Filter.

Gambar 2.4 Ultra Filtrasi

6. Reverse Osmosis

Reverse osmosis adalah suatu metode penyaringan yang dapat

menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan

dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada

di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring). Proses

tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri

tekanan sehingga zat pelarut murni bisa mengalir ke lapisan

berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat selektif atau bisa

memilah yang artinya bisa dilewati zat pelarutnya (atau bagian

lebih kecil dari larutan) tetapi tidak bisa dilewati zat terlarut seperti

molekul berukuran besar dan ion-ion.


9

Gambar 2.5 Reverse Osmosis

7. Mixbed

Mixbed merupakan alat untuk menghilangkan ion-ion terlarut

dalam air menggunakan resin kation dan anion, dimana kedua resin

berada dalam satu wadah (tangki). Pada resin mixbed, terjadi

pertukaran ion antara kation dengan H+ dan antara anion dengan

OH-, sehingga regenerasi resin kation biasanya digunakan HCl 5%

sebagai pengganti kation menjadi H+ kembali, dan regenerasi resin

anion biasanya digunakan NaOH 5% sebagai pengganti anion

menjadi OH-. Jenis resin yang digunakan mempengaruhi efektifitas

dalam menghilangkan kation dan anion dalam air baku.

Gambar 2.6 Mixbed


10

S2 S3 S4

WATERPOOL 1

Sample A

Inject Sodium Hipoclorid


SAND FILTER

Sample B

Inject Sodium Bisulfit


CARBON AKTIF FILTER

Sample C
WATERPOOL 2

PRECISION FILTER

Cleaning Injection Sample F

Sample D TANGKI
ULTRA INTERMEDIATE
FILTRATION
Inject antiscalat Sample E Reject

MIX BED
TANGKI UF RESERVE
OSMOSIS
Sample G

Cleaning Injection TANGKI


DEMINERALISASI

Gambar 2.7 Flowchart Water Treatment


11

Awal mula Raw Water (air mentah) yang berasal dari sumur 2 (S2), sumur 3 (S3),

dan (S4), ditampung dalam sebuah bak penampung (water pool 1). Sebelum

memasuki Sand Filter, air mentah diinject dengan Sodium Hipoclorid yang

bertujuan untuk membunuh bakteri dan mengoksidasi molekul kecil menjadi

molekul besar. Sample A diambil dari katup water pool yang telah diinject

Sodium Hipoclorid. Selanjutnya, air dari water pool mengalir menuju alat Sand

Filter. Pada Sand Filter, molekul-molekul besar hasil oksidasi akan tertahan dan

menghasilkan sample B. Kemudian, air akan mengalir menuju alat Carbon Filter.

Carbon Filter bertujuan untuk menghilangkan bau dan menjernihkan air. Sebelum

air ditampung di water pool 2, air dari Carbon Filter diinject dengan Sodium

Bisulfit yang berfungsi untuk mengikat chlorine bebas. Air hasil inject

menghasilkan sample C. Setelah itu, air ditampung dalam bak penampung (Water

Pool 2). Kemudian air mengalir menuju Precision Filter. Pada Precision Filter,

mineral-mineral yang terlarut dalam air akan tertahan. Selanjutnya, air diinject

dengan Cleaning Injection dan menghasilkan sample D. Kemudian air masuk ke

Ultra Filtrasi untuk menyaring suspensed solid yang berukuran 0,4 mikron.

Setelah itu, air diinject dengan Antiscalat yang berfungsi untuk mengoksidasi

mineral terlarut dan menghasilkan sample E. Kemudian hasil dari Ultra Filtrasi

ditampung dalam tangki UF. Sebelum memasuki Reverse Osmosis, air diinject

kembali dengan Cleaning Injection. Pada Reverse Osmosis, suspended solid

dengan ukuran kurang dari 0,001 mikron akan tertahan. Hasil dari penyaringan

Reverse Osmosis akan menjadi sample F, sementara buangan dari Reverse

Osmosis akan ditampung dalam tangki. Sebelum masuk ke Mixbed, air ditampung
12

dalam Tangki Intermediate yang berfungsi untuk membebaskan air dari CO2.

Setelah itu, air mengalir menuju Mixbed untuk menghilangkan dissolved solid

berbentuk ion dan menghasilkan sample G. Air dari Mixbed ditampung dalam

Tangki Demineralisasi.

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Analisis Hardness (Kesadahan)

Kesadahan adalah salah satu sifat kimia fisika yang dimiliki oleh air.

Penyebab air menjadi sadah karena adanya ion Ca2+ dan Mg2+. Air yang banyak

mengandung mineral Ca dan Mg dikenal sebagai air sadah.

EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic) merupakan suatu senyawa

komplek yang larut ketika ditambahkan ke dalam suatu larutan yang mengandung

logam tertentu. Contoh: ketika larutan yang mengandung Ca2+ ditambahkan

larutan indikator Eriochrom Black T, maka akan mengalami perubahan warna

pada pH tertentu, sehingga dengan prinsip ini nilai kesadahan dapat dianalisis.

Pada analisis hardness, metode yang dipakai adalah analisis volumetri

dengan prinsip mengikat garam-garam mineral penyebab kesadahan seperti Ca

dan Mg menjadi ikatan komplek berwarna biru bila dititrasi dengan EDTA pada

pH 10. Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan

suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang telah

diketahui konsentrasinya. Standar hardness sesuai PERMENKES 736 tahun 2010

adalah kurang dari 500 ppm.


13

2.2.2 Analisis Turbidity (Kekeruhan)

Kekeruhan adalah keadaan mendung atau kekaburan dari cairan yang

disebabkan oleh individu partikel yang umumnya tidak terlihat oleh mata

telanjang, mirip dengan asap di udara. Pengukuran kekeruhan adalah tes kunci

dari kualitas air. Partikel penyebab air menjadi keruh antara lain adalah:

1) Suspended Solid

Suspended solid adalah padatan yang tidak terlarut dalam air.

Ukuran partikel suspended solid maksimum 2 mikron.

Contoh: pasir dan minyak.

2) Dissolved Solid

Dissolved solid adalah padatan yang terlarut dalam air sehingga

menjadi larutan homogen dan tidak bisa dilihat dengan mata.

Ukuran partikel dissolved solid adalah kurang dari 0,45 mikron.

Contoh: mineral halus seperti sodium, pottasium, calcium,

magnesium, chloride, sulfat, silica, fosfat, dan nitrat.

3) Dissolved Gas

Dissolved gas adalah gas yang terlarut dalam air. Contoh dari

dissolved gas adalah O2, CO2, dan H2S.

Standar turbidity pada air adalah kurang dari 5 NTU. Pada analisis

turbidity, alat yang dipakai adalah turbidimeter. Turbidimeter adalah salah satu

alat pengujian kekeruhan dengan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat

dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang

tiba. Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar datang mengenai suatu
14

partikel, selanjutnya alat akan memancarkan cahaya pada media atau sampel, dan

cahaya tersebut akan diserap, dipantulkan atau menembus media tersebut. Cahaya

yang menembus media akan diukur dan ditransferkan ke dalam bentuk angka.

Satuan yang dipakai untuk turbidity adalah Nephelometric Turbidity Units (NTU).

Komponen-komponen yang terdapat pada turbidimeter adalah :

1. Sumber cahaya

Umumnya sumber cahaya yang dipakai pada turbidimeter adalah Lampu

Tungsten. Lampu tungsten adalah lampu yang cahayanya dihasilkan oleh

berpijarnya logam tungsten (wolfram) yang menjadi panas karena dialiri listrik.

2. Filter

Filter terdiri dari 2 jenis, yaitu:

 Jika pelarut dan partikel terdispersi tidak berwarna maka digunakan filter

light.

 Jika pelarut dan partikel terdispersi berwarna coklat maka digunakan

filter dark.

3. Kuvet

Kuvet merupakan alat gelas berbentuk silinder dengan ukuran 25 mm. Kuvet

terbuat dari bahan kuarsa. Kuvet digunakan untuk menempatkan larutan tembus

pandang yang akan diukur nilai absorbansinya pada peralatan instrumen

spektrofotometer. Kuvet yang dipakai dalam turbidimeter adalah kuvet silinder.


15

4. Detektor

Detektor adalah suatu sensor elektronik yang dapat berfungsi mengubah sinyal

gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik.

Pada turbidimeter digunakan detector phototube.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Praktik Kerja Industri ini dilaksanakan di Laboratorium Sentral, PT. Great Giant

Foods. Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Industri ini adalah 10 minggu, yaitu

pada tanggal 4 Juli 2018 sampai dengan 8 september 2018.

3.2 Bahan dan Peralatan

3.2.1 Analisis Hardness (Kesadahan)

Tabel 3.1 Alat dan Bahan Analisis Hardness

Alat Bahan

Erlenmeyer 250 ml Larutan buffer pH 10

Buret 50 ml Indikator eriochrom black T

Pipet volume 50 – 100 ml Sample Water Treatment

Dispensette Larutan EDTA 0,01 M


17

3.2.2 Analisis Turbidity (Kekeruhan)

Tabel 3.2 Alat dan Bahan Analisis Turbidity

Alat Bahan

Kuvet Sample Water Treatment

Turbidimeter

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Analisis Hardness (Kesadahan)

Prosedur kerja preparasi larutan standard natrium EDTA 0,01 N:

1. Timbang 3,723 g Na2E.D.T.A 2H2O dan larutkan dengan air distilasi hingga

volume 1 liter dalam labu ukur

2. Simpan larutan tersebut dalam botol polyetilen.

Prosedur kerja analisis kadar kesadahan sample pada water treatment dengan

menggunakan Natrium EDTA Standard:

1. Pipetkan sebanyak 50-100 ml sample dan masukkan dalam Erlenmeyer

(S).

2. Tambahkan 2 ml larutan buffer.

3. Tambahkan lagi 250 mg indikator eriochrom black T Bila timbul warna

ungu pudar segera titrasi dengan larutan standard EDTA sampai terbentuk

warna biru.

4. Mencatat volume larutan EDTA yang dibutuhkan untuk titrasi (V).

5. Menghitung kadar hardness (kesadahan) pada sample dengan rumus:


18

V × M EDTA × BM CaCO3 × 1000


Kesadahan =
S

Keterangan: V = volume titrasi

BM = berat molekul CaCO3

M = Molaritas larutan EDTA yang dipakai

S = volume sample awal

3.3.2 Analisis Turbidity (Kekeruhan)

Prosedur kerja untuk analisis turbidity adalah:

1. Pastikan turbidimeter dalam keadaan menyala dan siap digunakan

2. Aktifkan perubahan range pembacaan secara otomatis dengan menekan

tombol range, hingga kata auto di monitor menyala

3. Tuangkan sample ke dalam kuvet yang bersih sampai tanda garis

4. Bersihkan kuvet dari percikan air dan bekas jari

5. Masukkan kuvet ke dalam instrument cell, pastikan tanda “V” lingkaran

kuvet menghadap ke depan sejajar dengan tanda “__” pada instrument cell,

kemudian tutup dengan cover penutup

6. Tunggu hingga beberapa menit hingga angka di monitor stabil

7. Catat hasil turbidity (kekeruhan) sample dan ulangi hingga selesai


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Hardness

Tabel 4.1 Data Hasil Analisis Hardness

Tanggal

Alat 16 17 18 19 20 21 22
Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus

Water Pool 20,00 20,00 20,00 19,00 16,00 17,00 17,00

Sand Filter 19,00 19,00 19,00 19,00 16,00 16,00 15,00

Carbon Filter 18,00 18,00 18,00 18,00 16,00 16,00 16,00

Precision Filter 17,00 18,00 18,00 18,00 15,00 15,00 15,00

Ultra Filtrasi 15,00 17,00 17,00 17,00 15,00 15,00 15,00

Reverse
0 0 0 0 0 0 0
Osmosis

Mixbed 0 0 0 0 0 0 0
20

4.2 Hasil Analisis Turbidity

Tabel 4.2 Data Hasil Analisis Turbidity


Tanggal

16 17 18 19 20 21 22
Alat
Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus

Water Pool 1,96 2,64 2,72 2,64 2,31 1,86 2,10

Sand Filter 1,49 2,14 0,98 1,56 1,55 1,67 1,65

Carbon Filter 1,40 1,94 1,67 1,53 1,41 1,62 1,33

Precision Filter 0,97 1,36 1,41 1,30 1,52 1,50 1,44

Ultra Filtrasi 0,57 0,41 0,38 0,49 0,47 0,41 0,40

Reverse
0,25 0,24 0,27 0,29 0,23 0,20 0,21
Osmosis

Mixbed 0,34 0,39 0,31 0,25 0,22 0,22 0,22

4.3 Pembahasan

Pada sistem water treatment, hardness dan turbidity merupakan salah satu

parameter yang penting dalam analisis karena air olahan pada sistem water

treatment digunakan sebagai air umpan boiler. Pada umumnya, tingkat kesadahan

dan kekeruhan air paling tinggi terdapat pada alat Water Pool karena pada alat

tersebut belum mendapat perlakuan apapun sehingga kadar hardness yang

dihasilkan juga lebih tinggi. Begitu juga dengan Sand Filter, Carbon Filter,

Precision Filter, Ultra Filtrasi, semakin banyak perlakuan yang didapatkan maka

kadar hardness yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini terbukti dari hasil

pengamatan analisis yang saya lakukan pada tanggal 16 Agustus hingga 22

Agustus yaitu pada Water Pool tingkat kesadahan yang diperoleh adalah 20 ppm,
21

pada Sand Filter 19 ppm, pada Carbon Filter 18 ppm, pada Presicion Filter 18

ppm, pada Ultra Filtrasi 15 ppm. Sebaliknya, jika pada Reverse Osmosis dan

Mixbed tingkat hardness yang dihasilkan adalah 0 karena produk dari alat tersebut

adalah air demineralized. Air demineralized adalah air olahan yang mengandung 0

mineral. Air demineralized pada PT. Great Giant Foods dipakai sebagai air

minum, air cucian, dan air untuk umpan boiler. Boiler adalah alat untuk

menghasilkan uap air, yang akan digunakan untuk pemanasan atau sebagai

pembangkit listrik. Boiler membutuhkan air dengan kadar kesadahan yang rendah

karena jika air yang diumpankan memiliki kesadahan yang tinggi akan

menyebabkan penyumbatan dan kerusakan pada pipa/ketel sehingga mesin

tersebut tidak dapat berjalan dengan baik. Pada tanggal 22 Agustus nilai hardness

Sand Filter lebih kecil daripada Carbon Filter. Hal ini terjadi karena terburu-buru

dalam melakukan titrasi pada sample Carbon Filter sehingga tidak teliti dan

mencapai hasil overdosis. Oleh karena itu, volume titrasi Sand Filter yang

dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan Carbon Filter.

Pada analisis hardness, larutan yang dipakai sebagai titran adalah larutan

EDTA 0,01 M. Larutan EDTA merupakan garam sodium yang dapat larut ketika

ditambahkan ke suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu seperti

Ca2+ dan Mg2+. Jika sample yang mengandung kalsium dan magnesium

ditambahkan indikator Eriochrome Black T maka larutan akan menjadi berwarna

ungu. Indikator bersifat katalis (mempercepat reaksi tapi tidak ikut bereaksi).

Sebelum sample ditambahkan indkator Eriochrome Black T, sample ditambahkan

buffer pH 10 yang berfungsi untuk menaikkan pH menjadi 10. Buffer pH 10


22

berupa ammonia. Jika EDTA ditambahkan pada sample, kalsium dan magnesium

akan menjadi suatu ikatan kompleks dan kemudian larutan akan berubah dari

berwarna ungu menjadi biru yang menandakan titik akhir titrasi.

Pada analisis turbidity, hasil yang didapatkan sudah memenuhi standar

pabrik tersebut. Standar turbidity pada air Water Treatment adalah < 5. Jika hasil

turbidity tidak sesuai standar, maka adanya kesalahan pada filter alat tersebut.

Kemungkinan yang dapat terjadi adalah filter sudah jenuh sehingga hal yang

harus dilakukan adalah mengganti/mencuci filter. Tingkat kekeruhan air paling

tinggi terdapat pada alat Water Pool. Water Pool memiliki turbidity yang besar

karena tidak terdapat penyaringan terlebih dahulu, sehingga masih banyak

padatan-padatan terendap pada air tersebut. Semakin banyak tahapan penyaringan,

maka nilai turbidity (kekeruhan) semakin kecil. Hasil analisis yang saya lakukan

memiliki angka yang bervariasi. Pada tanggal 16, 17, dan 18 Agustus nilai

kekeruhan pada alat Mixbed lebih besar dibandingkan dengan alat Reverse

Osmosis. Hal yang mungkin terjadi karena kurang bersihnya kuvet saat

dimasukkan ke turbidimeter sehingga angka yang dihasilkan menjadi besar. Selain

itu, resin pada Mixbed juga sangat berpengaruh. Resin adalah partikel berbentuk

pasir yang dapat mengikat dissolved solid berbentuk ion. Resin pada Mixbed

sangat berpengaruh pada kekeruhan air karena jika resin sudah jenuh, dissolved

solid yang lolos dari Reverse Osmosis ( berbentuk ion+ dan ion-) akan susah

tertahan sehingga dissolved solid berbentuk ion akan lolos. Apabila resin sudah

jenuh, maka hal yang diperlukan adalah meregenerasi resin. Pada tanggal 19 dan

20 Agustus nilai kekeruhan air pada Mixbed sudah lebih kecil daripada Reverse
23

Osmosis, hal ini terjadi karena resin pada Mixbed sudah di regenerasi. Tetapi pada

tanggal 21 dan 22 Agustus, nilai kekeruhan pada Mixbed lebih besar lagi

dibandingkan dengan Reverse Osmosis. Hal yang mungkin terjadi adalah

terkontaminasinya sample seperti botol yang digunakan untuk mengambil sample

sudah kotor atau kurang bersihnya kuvet pada saat dimasukkan ke turbidimeter

sehingga angka yang dihasilkan menjadi besar, karena angka yang ditunjukkan

tidak jauh dari hasil analisis hari sebelumnya. Pada tanggal 20 dan 22 Agustus,

nilai kekeruhan pada alat Precision Filter lebih tinggi dibandingkan dengan alat

Carbon Filter. Hal ini mungkin terjadi karena kurang bersihnya kuvet saat

dimasukkan ke turbidimeter. Selain itu pada Carbon Filter, terdapat pembersihan

filter setiap pagi, sedangkan Precision Filter tidak ada proses pembersihan filter.

Oleh karena itu, filter pada Precision Filter dapat jenuh. Untuk melihat kejenuhan

filter pada Precision Filter, dapat dilihat dari pressure (tekanan). Jika tekanan

sudah melebihi 0,32 mPa, maka filter harus diganti.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisis yang telah dilaksanakan selama seminggu pada PT. Great Giant

Foods, dapat disimpulkan bahwa:

1. Penyebab air menjadi sadah karena adanya unsur Ca dan Mg dalam

sample air. Semakin banyak unsur Ca dan Mg yang terdapat dalam air

maka nilai hardness pun semakin besar.

2. Suspended solid, dissolved solid, dan dissolved gas mempengaruhi nilai

turbidity. Semakin banyak suspended solid, dissolved solid, dan dissolved

gas yang terdapat pada air maka nilai turbidity yang dihasilkan juga

semakin besar.

5.2 Saran

Setelah melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di PT. Great Giant

Foods, saran yang dapat diberikan untuk kemajuan dan meningkatkan kinerja PT.

Great Giant Foods antara lain :

1. Lebih meningkatkan kedisiplinan dan kerjasama dalam bekerja.


25

2. Penggunaan APD (alat pelindung diri) saat berada dalam laboratorium

sebaiknya lebih diperhatikan karena bahan-bahan kimia yang digunakan

sangat berbahaya.

3. Pada saat analisis turbidity, lebih berhati-hati pada sample seperti

kebersihan dari kuvet dan buih pada sample.

4. Pertahankan budaya 5R (Ringkas, Rapih, Resik, Rawat, Rajin).


26

DAFTAR PUSTAKA

_______. 2014. Kesadahan Air dan Akibat Buruknya. Diambil dari


https://rumushitung.com/2014/09/03/kesadahan-air-dan-akibat-
buruknya/. Diakses pada Rabu, 29 Agustus 2018.
Afrian, Chandra. 2017. Laporan Pengukuran Turbidity. Diambil dari
https://mrchand46.blogspot.com/2017/07/laporan-pengukuran-
turbidity.html?m=1. Diakses pada Kamis, 30 Agustus 2018.
Astuti, Prili windi. 2015. Laporan Prakerin “Analisa Kadar Hardness dan
Silica dalam Water Treatment”. Lampung: Sekolah Menengah
Teknologi Industri Bandar Lampung.
Ginoest. 2010. Penentuan Kadar Kesadahan Air dengan Metode Titrasi
EDTA. Diambil dari https://ginoest.wordpress.com/2010/03/23/17/.
Diakses pada Kamis, 30 Agustus 2018.
Tim Great Giant Foods. 2008. Work Instruction “Analisa Kesadahan”.
Lampung: PT. Great Giant Foods.
Tim Great Giant Foods. 2008. Work Instruction “Analisa Turbidity”.
Lampung: PT. Great Giant Foods.
27

LAMPIRAN

I
28

 Perhitungan Hardness

1. Water Pool

Diketahui : Volume titrasi (V) = 2,0 ml

Volume sample (S) = 100 ml

M EDTA = 0,01 M

BM CaCO3 = 100

Jawab:
V × M EDTA × BM CaCO3 × 1000
Kesadahan =
S
2 ml × 0,01 M × 100 × 1000
=
100 ml
= 20 ppm

2. Sand Filter

Diketahui : Volume titrasi (V) = 1,9 ml

Volume sample (S) = 100 ml

M EDTA = 0,01 M

BM CaCO3 = 100

Jawab:
V × M EDTA × BM CaCO3 × 1000
Kesadahan =
𝑆
1,9 ml × 0,01 M × 100 × 1000
=
100 ml
= 19 ppm

3. Carbon Filter

Diketahui : Volume titrasi (V) = 1,8 ml

Volume sample (S) = 100 ml


29

M EDTA = 0,01 M

BM CaCO3 = 100

Jawab:
V × M EDTA × BM CaCO3 × 1000
Kesadahan =
S
1,8 ml × 0,01 M × 100 × 1000
=
100 ml
= 18 ppm

4. Precision Filter

Diketahui : Volume titrasi (V) = 1,7 ml

Volume sample (S) = 100 ml

M EDTA = 0,01 M

BM CaCO3 = 100

Jawab:
V × M EDTA × BM CaCO3 × 1000
Kesadahan =
S
1,7 ml × 0,01 M × 100 × 1000
=
100 ml
= 17 ppm

5. Ultra Filtrasi

Diketahui : Volume titrasi (V) = 1,5 ml

Volume sample (S) = 100 ml

M EDTA = 0,01 M

BM CaCO3 = 100
30

Jawab:
V × M EDTA × BM CaCO3 × 1000
Kesadahan =
S
1,5 ml × 0,01 M × 100 × 1000
=
100 ml
= 15 ppm

6. Reverse Osmosis

Diketahui : Volume titrasi (V) = 0 ml

Volume sample (S) = 100 ml

M EDTA = 0,01 M

BM CaCO3 = 100

Jawab:
V × M EDTA × BM CaCO3 × 1000
Kesadahan =
S
0 ml × 0,01 M × 100 × 1000
=
100 ml
= 0 ppm

7. Mixbed

Diketahui : Volume titrasi (V) = 0 ml

Volume sample (S) = 100 ml

M EDTA = 0,01 M

BM CaCO3 = 100

Jawab:
V × M EDTA × BM CaCO3 × 1000
Kesadahan =
S
0 ml × 0,01 M × 100 × 1000
=
100 ml
= 0 ppm
31

LAMPIRAN
II
32

Gambar 1. Sample Water Treatment

Gambar 2. Indikator EBT


33

Gambar 3. Buffer pH 10

Gambar 4. Larutan EDTA 0,01 M


34

Gambar 5. Turbidimeter

Gambar 6. Kuvet
35

Gambar 7. Dispensette

Gambar 8. Buret, Statif, dan Klem


36

Gambar 9. Sample sebelum diberi indikator Eriochrom Black T

Gambar 10. Sample sesudah diberi indikator Eriochrom Black T


37

Gambar 11. Sample sesudah dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M

Anda mungkin juga menyukai