Anda di halaman 1dari 30

Diah Ajeng Setiawati

PENGENDALIAN PENCEMAR
UDARA
Penanganan Limbah Industri Pangan (8)
Pencemaran Udara
Bentuk pencemar udara: Gas & Partikulat

Pencemar Gas: Hidrokarbon, karbon monoksida, Oksida


Belerang, Oksida Nitrogen, Photochemical Oxidant
Pencemar partikel:

1. Settleable particles (>10μm)

2. Suspended particulates (1-20μm)

Jenis partikulat berdasarkan ukuran partikel:

Spray (10-1000μm), dust (1-10000 μm), fly ash (1-1000μm), smoke


(0.5-1μm), fumes (0.03-0.3 μm), mist~fog (<10 μm).
Pengendali Pencemar Udara
berupa Gas
Adsorpsi
Absorpsi
Kondensasi
Pembakaran
Adsorpsi
Dalam metode adsorpsi dipergunakan bahan padat yang
dapat menyerap polutan (pada permukaan).
Tipe adsorben yang di pergunakan antara lain karbon
aktif dan silikat.
Adsorben mempunyai daya kejenuhan sehingga selalu di
perlukan untuk pergantian, yang bersifat disposal
(sekali pakai buang).
gas buang:karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen
oksida, dan amonia.
Absorpsi
Gas buang mengalami reaksi dengan cairan sehingga
hidrokarbon akan larut.
Kondensasi
gas hidrokarbn mengalami kondensasi menjadi cairan.

Pembakaran (Insinerasi)
mempergunakan proses oksida panas untuk
menghancurkan gas hidrokarbon yang terdapat didalam
polutan. Hasil pembakaran berupa (CO2) dan (H2O).
Pengolahan Limbah Gas
Pengolahan limbah gas secara biologis dapat diaplikasikan
untuk merombak polutan yang bersifat toksik, korosif, dan
odor intensif
Contoh: amonia, amina, fenol, formaldehid, hidrogensulfida,
ketone, danasam-asamlemak.
Limbah gas dapat berasal dari berbagai jenis industri
misalnya industri penyamakan kulit, industri tapioka, industri
karet, peternakan, dll.
Proses pengolahan limbah gas secara biologis dapat
dilakukan di dalam instalasi biofilter, biowasher,
atau trickling filter.
Di dalam biofilter, gas yang akan dibersihkan
dialirkan melalui media basah (lembab) yang
ditumbuhi mikroorganisme. Dengan demikian, bahan
polutan dapat diabsorpsi dan dirombak secara
biologis.
Pengendap Gravitasi
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk
membersihkan udara kotor yang ukuran partikelnya
relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih.
Cara kerja alat, yaitu dengan mengalirkan udara kotor
ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga
pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-
tiba (speed drop), partikulat akan jatuh terkumpul di
bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi).
Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi
alatnya.
Pengendap Siklon
Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya
sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja
dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon
sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke
bawah.
Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh
siklon adalah antara 5 u – 40 u. Makin besar ukuran debu
makin cepat partikel tersebut diendapkan.
Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet
Collectors.
Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara
yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian
atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah
alat.
Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka
debu akan terikut pada semprotan air dan turun ke
bawah.
Electrostatic Precipitator
 Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang
mempunyai tegangan antara 25 – 100 kv.
 Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi
muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang
merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan
negatif.
 Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan
corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini
menyebabkan udara kotor seolah – olah mengalami ionisasi.
 Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi
ion positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai.
 Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung
sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan
kemudian terhembus keluar.
Filter udara
Cerobong dipasangkan filter dengan ukuran pori
tertentu agar partikulat tidak ikut keluar bersama udara
bersih
Pengendali pencemar udara
berbentuk partikulat
a. Gravitational Settler, Settling Chamber

b. Centrifugal Collector, Cyclone Separator


c. Wet Collector / Scrubber

d. Electrostatic Presipitator

e. Fabric Filter
Limbah Padat
Penimbunan Terbuka

Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum


dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka
(open dumping) dan metode sanitary landfill.
Pada metode penimbunan terbuka, berbagai hama dan
kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak.
Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah
organik dapat menyebar ke udara sekitar dan
menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar.
Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes
ke tanah dan mencemari tanah serta air.
Sanitary Landfill

Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam


lubang yang dialasi iapisan lempung dan lembaran plastik
untuk mencegah perembesan limbah ke tanah.
Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat
sistem Iapisan ganda (plastik – lempung – plastik –
lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan
cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses
pembusukan sampah.
Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik.
Insinerasi

Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat


menggunakan suatu alat yang disebut insinerator.
Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah
berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %).
Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang
dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau
untuk pemanas ruangan.
Pengomposan (COMPOSTING)
 Metode ini adalah dengan mengolah sampah organic seperti
sayuran, daun-daun kering, kotoran hewan melalui proses
penguraian oleh mikroorganisme tertentu.
 Pembuatan kompos adalah salah satu cara terbaik dalam
penanganan sampah organik.
 Berdasarkan bentuknya kompos ada yang berbentuk padat
dan cair.
 Pembuatannya dapat dilakukan dengan menggunakan kultur
mikroorganisme, yakni menggunakan kompos yang sudah
jadi dan bisa didapatkan di pasaran seperti EMA efectif
microorganism.
Compostable
Pengomposan dapat digunakan untuk manajemen limbah
padat industri pangan, seperti kulit buah-buahan, bunga
biji lapuk, bungkil kacang, tongkol jagung, jerami,
kotoran ternak, serbuk gergaji dan limbah prabik lain
yang mengandung banyak bahan organik yang berserat.

Non Compostable
 Daging, ikan, tulang, produk susu dan sisa makanan berlemak
tidak dapat dikomposkan.
 Bahan-bahan yang mengandung air juga perlu dihindari karena
dapat mempertinggi kadar air pada kompos.
Kecepatan proses pengomposan
 Karakteristik bahan baku

Semakin mendekati C/N tanah, semakin cepat proses


pengomposan.
 Ukuran bahan

Semakin kecil ukuran bahan semakin cepat proses pengomposan.


Ukuran bahan yang baik untuk pengomposan adalah 4-5 cm.
 Kelembaban

Kelembaban optimum: 40-60%

Timbunan terlalu kering  aktifitas mikroorganisme bisa terhenti

Terlalu basah kesulitan dalam aerasi, terjadi kondisi anaerobik


dan menyebabkan bau busuk.
Aerasi

Tujuan: mensuplai O2 agar proses dekomposisi berlangsung


cepat dan sempurna.

Aerasi dapat dilakukan secara pasif (memanfaatkan arah


angin) atau aktif (pembalikan).
Suhu

Dipertahankan antara 40-50*C, dengan cara penimbunan


pada ketinggian tertentu (1,25-2,00 m).

Tumpukan terlalu rendah  suhu pengomposan rendah,


proses pengomposan lambat.

Suhu terlalu tinggi  aktifitas mikroba pengurai terganggu,


bahkan bakteri mati.
Tahapan proses pengomposan
I) Pengecilan ukuran (4-5 cm)

II) Penyusunan tumpukan diatas bilah-bilah untuk membantu


aerasi

III) Pemantauan dan pengaturan suhu serta kelembaban

IV) Pembalikan dan penyiraman

V) Pematangan

VI) Pengayakan
Konsep 3R
Reduce, Reuse, Recycle
Referensi
1. Penanganan Limbah Industri Pangan (Betty SLJ,
Winiati PR)
2. Chemistry for Environmental Engineering and Science
(Sawyer, McCarty, Parkin)

Anda mungkin juga menyukai