Anda di halaman 1dari 3

Sampah Organik Kering

Sampah Organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat
didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan
melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk
sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet
dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting.Sampah organik ini apabila dikelola secara
benar akan menghasilkan produk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Contoh pemanfaatan dari
sampah organik ini adalah pembuatan pupuk kompos yang dapat digunakan dalam sektor pertanian.

Sementara, Sampah organik berjenis kering adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup yang
notabene memiliki kadar air yang cukup kecil sehingga tidak basah apabila dipegang oleh tangan.
Contoh sampah ini adalah kertas, kayu, ranting pohon, serta dedaunan yang kering.

Sampah yang ada diarea green campus, mayoritas adalah sampah daun (sampah organik).
Kebermanfaatan sampah daun sangat tinggi. Sampah dari sayuran termasuk daun-daunan sangat
bagus hasilnya apabila dibuat menjadi kompos organik. Kompos daun ini akan sangat bagus
digunakan kembali untuk menyuburkan tanah pertanian. Ada 7 komponen sampah yang akan sangat
bermanfaat untuk dijadikan kompos apabila ada penambahan EM4, dan daun-daunan adalah salah
satunya.

Proses Pengolahan Sampah Dedaunan menjadi Kompos

Bahan untuk membuat pupuk kompos daun sederhana:

1. Kumpulkan sampah daun basah dan kering dengan perbandingan 1:3.


2. Usahakan sampah berbentuk potongan kecil-kecil agar mudah terurai.
3. Siapkan tempat kira-kira 1-2 meter persegi. Atau bisa menggunakan drum bekas.
4. Siapkan terpal penutup.
5. Siapkan EM4 (mikroorganisme alami) bisa dibeli ditoko pertanian.
6. Siapkan air.

Cara Membuat Pupuk Kompos:

1. Kumpulkan semua sampah berupa daun sesuai kriteria diatas.


2. Masukkan daun – daun yang sudah dikumpulkan kedalam wadah, yang di bawahnya sudah
telah ditutupi tanah dan diberi lubang sebagai jalan keluar air.
3. Tambah satu lapisan tanah pada bagian atasnya, dan biarkan mikroba aktif yang bekerja untuk
mengolah sampah menjadi pupuk kompos.
4. Ulangi proses kedua dan ketiga, sampai bahan baku tanah dan sampah daun habis.
5. Siram dengan larutan EM4 (bio-activator yang berupa larutan effective microorganism)
secara merata.
6. Tutup wadah dengan karung goni/terpal.
7. Satu minggu sekali, buka dan aduk pupuk kompos, supaya fermentasi merata.
8. Tutup kembali kompos dengan terpal/karung goni.
9. Setelah satu bulan kurang lebih, silahkan cek pupuk kompos daun. Apabila pupuk kompos
sudah berwarna kehitaman dan tidak berbau sampah. Itu artinya pengopmposan sudah bisa
digunakan untuk pupuk tanaman kita.

Manfaat pupuk kompos dari daun basah/kering:

1. Pupuk yang terbuat dari daun dapat mengurangi penumpukan atau sampah dari daun-daun
yang sudah tua, dan guguran daun.
2. Menjadi salah satu bentuk pelestarian lingkungan. Kita bisa menggunakan daun – daun yang
telah jatuh daro pohonnya menjadi sesuatu yang lebih berguna sehingga bisa mengurangi
polusi tanah yang dihasilkan dari sampah yang tidak terpakai. Jadi tidak ada yang terbuang.
3. Mengurangi biaya untuk pembelian pupuk non organic yang tiap hari harganya bisa semakin
mahal, dan dengan pupuk kompos kita bisa meminimalisir pengeluaran.
4. Pupuk kompos yang berasal dari daun bersifat tidak merusak unsur hara dan sangat
menyuburkan tanah. Pupuk kompos sifatnya bukan destruktif melainkan konstruktif dalam
jangka waktu yang panjang.

Pengolahan Sampah Organik Kering menjadi Energi Listrik dengan Metode Insinerasi

Tahapan :

1. Tahap Pengeringan Sampah Sebelum bahan baku sampah diolah atau dibakar pada
incinerator, sampah harus dipilah sesuai kriteria yang dibutuhkan PLTSa. Kemudian sampah
disimpan dahulu pada bunker dan dicacah selama 6 hari sampai kandungan air dalam sampah
berkisar 40 – 50% dan mempunyai nilai kalor 800 – 1400 kkal/kg.
2. Tahap Pembakaran Sampah Tahapan proses pembakaran sampah pada PLTSa meliputi :
a. Pada awal pengoperasian akan digunakan bahan bakar minyak. Hal tersebut bertujuan
untuk menaikkan suhu pada tungku PLTSa.
b. Setelah suhu mencapai 850oC – 900oC, sampah yang berada pada bunker
dimasukkan dalam tungku pembakaran (Furnace) menggunakan grabber yang
terpasang pada overhead traveling crane.
c. Hasil dari pembakaran limbah sampah akan menghasilkan gas buangan yang
mengandung CO, CO2, O2, NOX dan SOX. Hanya saja dalam proses tersebut juga
terjadi penurunan kadar O2. Penurunan kadar O2 pada tungku pembakaran
menyebabkan panas terbawa keluar dan menjadi berkurang. Hal tersebut sangat
berpengaruh pada efisiensi pembangkit listrik.
3. Tahap Pemanasan Boiler Panas yang dipakai dalam memanaskan boiler berasal dari
pembakaran sampah. Panas ini akan memanaskan boiler dan mengubah air didalam boiler
menjadi uap.
4. Tahap Penggerakan Turbin dan Generator Uap yang dihasilkan dari pemanasan boiler akan
disalurkan ke turbin. Hal tersebut bertujuan untuk memutar turbin. Karena turbin
dihubungkan dengan generator maka ketika turbin berputar generator juga akan ikut berputar.
Generator yang berputar akan menghasilkan tenaga listrik yang akan disalurkan ke jaringan
listrik milik PLN.
5. Tahap Pengolahan lindi dan bau Lindi akan ditampung untuk kemudian diolah sampai pada
tingkat tertentu yang memenuhi syarat untuk dibuang atau dilepaskan ke lingkungan.
Sedangkan bau (NH3-N dan H2S) dan gas methan yang dihasilkan dari proses pembusukan
selama sampah ditiriskan akan disalurkan ke dalam ruang bakar (Burner), sehingga gas akan
terbakar dan terurai. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir bau yang akan dilepaskan ke
udara.
6. Tahap Pengolahan abu, debu terbang dan gas buang Sisa pembakaran berupa abu dan debu
terbang sebesar 20% dari berat atau 5% dari volume akan diuji kandungan bahan berbahaya
dan beracunnya (B3) di laboratorium. Jika dari hasil uji diketahui aman dan bisa
dimanfaatkan, maka abu akan digunakan sebagai material untuk membuat jalan dan debu
terbang akan dimanfaatkan sebagai bahan campuran bagi material bangunan. Sedangkan
sebaliknya, jika hasil uji laboratorium diketahui tidak aman untuk dimanfaatkan, maka abu
dan debu terbang akan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk penempatan
sementara akan dibuat TPS untuk limbah B3.
7. Waktu tinggal Pada proses pembakaran membutuhkan waktu tinggal yang cukup yaitu waktu
yang dibutuhkan untuk menjamin terjadinya percampuran yang sempurna antara udara dan
bahan bakar agar dapat bereaksi secara sempurna dan menghasilkan energi.

Sumber :

 Azarini, Bionita. 2017. STUDI PENGOLAHAN SAMPAH MENJADI ENERGI LISTRIK


DENGAN METODE INSINERASI DI TPA PUTRI CEMPO. Universitas Sebelas Maret :
Surakarta.
 www.nuansa.web.id/perkebunan/cara-membuat-pupuk-dari-daun/

Anda mungkin juga menyukai