Anda di halaman 1dari 3

STUDI KASUS PABRIK GULA PT.

KEBON AGUNG DI TRANGKIL PATI


Limbah padat yang dihasilkan volumenya cukup besar tiap harinya terutama limbah
blotong tebu dan abu ketel. Selama ini pabrik membuang limbahnya dengan cara penumpukan
(open dumping), dan membutuhkan lahan besar namun lahan akan penuh hingga 7-8 tahun,
sehingga diperlukan biaya banyak untuk membeli lahan baru. Masyarakat sekitar memanfaatkan
limbah blotong sebagai bahan bakar indutstri bata dan genteng, namun kandungan blotong masih
membahayakan masyarakat .
Blotong yang telah diambil oleh masyarakat tidak mampu menghabiskan blotong yang
ada, sehingga pabrik harus menyediakan lahan untuk limbahnya. Untuk mendapatkan lahan
pembuangan limbah memerlukan biaya yang mahal. Sehingga diperlukan alternatif pengolahan
limbah blotong dan abu ketel tersebut dengan cara pengomposan.

Limbah padat yang dihasilkan berupa ampas, blotong dan abu ketel:

1. Ampas
Ampas merupakan hasil akhir dari Stasiun Gilingan. Ampas yang dihasilkan sekitar 35-45% dari
berat tebu yang digiling. Ampas kaya serat selulosa sekitar 50%, zat lilin, zat lignin dan pectin.
Ampas yang dihasilkan setelah mengalami pengeringan dimasukan ke dalam ketel sebagai bahan
bakar. Sebagai dijual untuk industri kerta dan medium penumbuh jamur.
2. Blotong
Blotong dihasilkan dari Stasiun Pemurnian merupakan kotoran-kotoran nira yang mengendap
yang mengandung bahan organic dan anorganik. Blotong dipergunakan oleh petani dan warga
secara gratis dengan mengikuti prosedur pengambilan. Blotong digunakan sebagai bahan batu
bata dan dapat diolah menjadi kompos.
3. Abu Ketel
Hasil pembakaran dari ketel menghasilkan abu. Abu tersebut perlu ditangani agar tidak
menggangu kesehatan terutama saluran pernapasan melalui penyemprotan dengan air dan
pembuangan ke daerah Karangwage. Abu ketel dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pupuk
kompos, bahan campuran batu bata dan bahan bakaran batu bata.
Proses Pengolahan Limbah:
Karakteristik bahan:
1. Karakteritik blotong:
 dihasilkan oleh pabrik gula dari proses klarifikasi nira tebu.
 mengandung bahan koloid organik yang terdispersi dalam nira tebu dan bercampur dengan
anion-anion organik dan anorganik
 sebagian besar terdiri dari serat-serat tebu dan merupakan sumber unsur organik yang sangat
penting untuk pembentukan humus tanah.
 memiliki potensi untuk dijadikan pupuk organik, karena disamping sebagai sumber hara
yang cukup lengkap juga dapat membantu memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah.
 dapat meningkatkan jumlah ruang pori tanah, berat isi tanah dan memperbesar jumlah air
tersedia dalam tanah.
Teknologi dan Metode Pengolahan

Teknologi:

 Limbah Padat di Hancurkan dengan Insinerator


 Limbah Organik di Kompos dengan Bioteknologi (Mengunakan Stardec)
Metode:

 pengomposan Open Windrow Composting.


Cara pengomposan:
 Perlakuan awal dilakukan pencacahan atau mengurai bahan menjadi ukuran kecil-kecil
 wadah pengomposan dibuat memungkinkan untuk terjadi sirkulasi udara.
 Selama proses pengomposan dilakukan penyiraman setiap 3 hari untuk menjaga
kelembaban.
 Tinggi tumpukan bahan kurang lebih 1 meter untuk menjaga suhu tidak terlalu tinggi
sehingga akan mematikan mikroba.
 Penambahan starter stardec (biostarno) mempengaruhi kecepatan proses pengomposan
yaitu dengan tingginya suhu pada awal pengomposan mencapai 63°C.
 Pembalikan (aerasi) pada pengomposan PG. Trangkil dilakukan setiap hari untuk
mencegah terjadinya panas yang sangat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai