Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330102478

PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM (Pogostemon cablin Benth)


SEBAGAI KOMPOS

Conference Paper · May 2016

CITATIONS READS

0 2,107

1 author:

Dodi Frianto
Ministry of Forestry, Indonesia
20 PUBLICATIONS   18 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Dodi Frianto on 03 January 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN
NILAM (Pogostemon cablin Benth) SEBAGAI KOMPOS

Dodi Frianto
Teknisi Litkayasa Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Serat Tanaman Hutan
Jl. Raya Bangkinang – Kuok km. 9 Po. Box 4/ BKN Bangkinang 28401
Frianto_dodi@yahoo.co.uk

ABSTRAK
Limbah penyulingan nilam dapat dimanfaatkan sebagai kompos. Proses pengomposan
dengan arang kompos dapat meningkatkan pH tanah, memperbaiki tekstur dan
struktur tanah, membangun kondisi mikroorganisme tanah melalui efek kelembaban
yang selalu terjaga serta meningkatak nilai tukar kation (KTK) tanah. Tujuan dari
pengamatan ini adalah untuk mengetahui lama proses pengomposan dan kandungan
hara arang kompos limbah penyulingan nilam. Pembuatan arang kompos melalui
proses fermentasi. Proses pengomposan arang kompos limbah penyulingan nilam
dengan bantuan Orgadec berlangsung selama 35 hari. Kandungan hara arang kompos
sesuai dengan SNI 19-7030-2004. Untuk meningkatkan kandungan hara maka perlu
dilakukan penambahan pupuk kandang pada saat pembuatan arang kompos limbah
penyulingan nilam.

Kata kunci: kompos, limbah nilam, arang

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Industri penyulingan minyak nilam di Indonesia cukup banyak, sampai saat ini
terdata sebanyak 925 unit usaha minyak atsiri yang tersebar di 12 propinsi dengan
luasan areal sekitar 470.941. hasil penyulingan tersebut akan menghasilkan limbah
yang dapat berakibat buruk bagi lingkungan (Djazuli, 2002).Limbah organik yang
menumpuk dan belum termanfaatkan akan menimbulkan masalah bagi lingkungan,
masalah yang terjadi saat ini kita kenal dengan istilah efek rumah kaca. Efek rumah
kaca terjadi karena limbah organic mampu menghasilkan gas methane. Jika volume
gas dalam rumah kaca tidak terkendali akan mengakibatkan es dikutub akan mencair
dan sehingga akan terjadi pengurangan daratan.
Salah satu alternatif pengolahan limbah organik adalah dengan memprosesnya
menjadi kompos atau pupuk hijau. Kompos berguna bagi tanaman sebagai pupuk
organik, dan mengurangi efek rumah kaca bagi lingkungan. Kompos bermanfaat bagi
dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Cara terbaik memanfaatkan
kompos adalah mengembalikan kompos tersebut kepada tanaman yang dikomposkan.
Pemanfaatan kompos merupakan salah satu program bebas bahan kimia, walaupun
kompos tergolong miskin akan unsur hara jika dibandingkan dengan pupuk kimia.

PROSIDING LOKAKARYA NASIONAL TEKNISI LITKAYASA | 385


Menuju Karya Nyata Teknisi Litkayasa Dalam Inovasi Teknologi
Arang biasanya digunakan dalam industri rumah tangga berupa bahan bakar,
selain itu juga digunakan sebagai campuran media tanam bagi tanaman Anggrek.
Selain banyak restoran yang menghidangkan masakan yang dimasak dengan arang,
muncul pula kecenderungan memanfaatkan arang sebagai pembersih, dan penghilang
bau di gudang, lemari es, mobil dan kloset. Produk-produk lain seperti: bantal anti
lembab yang isinya campuran arang abu dan polyethylene resin, keset anyaman alas
lantai, terbuat dari campuran arang dan obsidian untuk mencegah jamur buluk dan
rayap, sabun khusus untuk mencegah bau badan, juga shampo dan pembersih muka.
Semua produk tersebut memanfaatkan sifat arang yang berpori dan absorptif
sehingga dapat menyerap kotoran (Gusmailina, 2006).
Arang dalam proses pengomposan bermanfaat sebagai soil conditioning,
rumah mikroba, dan penyimpan air serta mampu meningkatkan pH tanah. pH tanah
merupakan masalah global yang terjadi di Indonesia karena hampir sebagian dari
wilayah Indonesia merupakan areal dengan pH rendah.
Limbah organik yang baru dikumpulkan dalam keadaan segar mempunyai
kisaran nisbah C/N sedang (± 35) untuk legum dan sangat tinggi (>60) untuk kayu
dan non legum, sebelum digunakan sebagai pupuk, bahan tersebut harus dikomposkan
sehingga mencapai nisbah C/N menjadi 15 (Rosmarkam, 2002).
Proses dekomposisi bahan organik secara liar berjalan pada suhu lebih dari
o
37 C dengan disertai perubahan pH. Pada saat pertama bahan kompos tertumpuk,
suhu dan pH ± 6 dan suhu rata-rata 18o-25oC, tergantung pada lokasi pembuatannya.
(Dipoyuwono, 2005). Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari
lingkungan, baik berupa sampah rumah tangga, serasah, ranting, limbah kehutanan.
Bahan dasar kompos mengandung selulose 15% - 60%, hemiselulose 10%-30%,
lignin 5%-30%, protein 5%-40%, bahan mineral 3%-5%. (Sutanto, 2002).
Berdasarkan temperatur pengomposan mikro organisme yang berperan terdiri
dari 2 (dua) golongan yakni mesofilik dan thermofilik. Mesofilik merupakan
mikroorganisme yang mampu hidup pada temperatur rendah (10o – 45oC), sedangkan
thermofilik merupakan mikroorganisme yang mampu hidup pada suhu tinggi (45o –
65oC). Funsi mikroorganisme mesofilik untuk memperkecil ukuran partikel bahan
organik, sehingga akan mempercepat proses pengomposan, sedangkan thermofilik
berfungsi mengkonsumsi karbohidrat dan protein sehingga bahan kompos dapat
terdegradasi dengan cepat. (Nan Djuarnani, 2005). Faktor yang mempengaruhi
pengomposan yakni, ukuran bahan, rasio C/N, kelembaban, aerasi, temparatur, derajat
kemasaman, serta mikroorganisme yang terlibat (Nan Djuarnani, 2005).
Manfaat kompos bagi tanaman : 1. memberikan nutrisi bagi tanaman; 2.
memperbaiki struktur tanah; 3. meningkatkan kapasitas tukar kation; 4. menambah
kemampuan tanah untuk menahan air; 5. meningkatkan aktivitas biologi tanah; 7.
meningkatkan pH pada tanah masam; 8. meningkatkan ketersediaan unsur mikro.
(Dipoyuwono, 2005).
Menurut Nan Djuarnani, et. al (2005) Secara umum kompos yang sudah
matang dapat dicirikan dengan sifat sebagai berikut: 1.Berwarna cokelat tua hingga
386 PROSIDING LOKAKARYA NASIONAL TEKNISI LITKAYASA |
Menuju Karya Nyata Teknisi Litkayasa Dalam Inovasi Teknologi
hitam dan remah, 2.Tidak larut dalam air, meskipun sebagian dari kompos bisa
membentuk suspensi, 3. Rasio C/N sebesar 20-40, 4.Tidak berbau, 5. Tidak
mengandung asam lemak yang menguap, 6. Memiliki temperatur yang hampir sama
dengan temperatur udara.
Aktivator pengomposan menggunakan Orga Dec. Orga Dec mempuyai
kemampuan untuk menghancurkan bahan organik dalam waktu singkat dan bersifat
antagonis terhadap serangan penyakit akar. Mikroba yang berkerja dalam
pengomposan ini yakni Trichoderma pseudokoingii dan Cytophaga sp. Kedua
mikroba ini berkerja pada keadaan thermofilik (Indriani, 2005), sesuai dengan kondisi
tropis, menurunkan C/N secara cepat, tidak membutuhkan bahan lain, antagonis
terhadap penyakir jamur (Sofian, 2005).
Arang yang berasal dari kayu ternyata mempunyai peranan yang penting bagi
tanah seperti meningkatkan pH tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah,
membangun kondisi mikroorganisme tanah melalui efek kelembaban yang selalu
terjaga serta meningkatak nilai tukar kation (KTK) tanah. (Gusmalina, 2003).

C. Tujuan
Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui lama proses
pengomposan dan kandungan hara arang kompos limbah penyulingan nilam.

II. METODE

A. Waktu dan tempat pelaksanaan


Pelaksanaan pengomposan dilakukan di Persemaian Balai Penelitian Hutan
Penghasil Serat selama 30 (tiga puluh) hari pengamatan pada bulan Januari 2007.

B. Bahan dan Alat


Bahan dan peralatan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah Orgadec
(aktivator), ampas suling nilam, arang, sekop, air, thermometer, alat tulis dan alat
lainnya.

C. Pembuatan Kompos
Pembuatan arang kompos prinsipnya sama dengan pengomposan biasa yaitu
melalui proses fermentasi, langkah-langkah pembuatan arang kompos adalah sebagai
berikut:
- Pada bahan baku yang sudah dicacah ditambah arang serbuk sebanyak 10% dari
berat volume bahan yang akan dikomposkan, kemudian tambahkan aktivator
sebanyak 5 % berat volume bahan organik yang akan dikomposkan
- Aduk campuran hingga rata; tambahkan air hingga kondisi kadar air campuran
bahan berkisar antara 20%-30 %;
- Masukkan ke dalam wadah pengomposan, ukur suhu guna mengetahui apakah

PROSIDING LOKAKARYA NASIONAL TEKNISI LITKAYASA | 387


Menuju Karya Nyata Teknisi Litkayasa Dalam Inovasi Teknologi
proses berjalan dengan sempurna. Proses berjalan dengan sempurna apabila pada
minggu pertama dan ke dua suhu meningkat hingga mencapai 55 oC - 60 oC, lalu
menurun pada minggu-minggu berikutnya. Apabila kondisi suhu sudah stabil
berarti proses pengomposan sudah selesai;
- Selama pengomposan tersebut dilakukan pembalikan setiap 3 hari sekali dengan
tujuan kompos terjadi matang yang merata
- Proses pengomposan berlangsung selama 4 minggu .Secara visual kompos yang
sudah matang akan mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap
- Setelah kompos matang maka kompos tersebut dianginkan agar kompos tersebut
berkurang kadar airnya sehingga dapat dimanfaatkan.

D. Pengamatan kompos
Faktor yang mempengaruhi pengomposan yakni kelembaban, pH,
mikroorganisme dan suhu. Pengukuran perubahan suhu lebih relatif mudah
dilaksanakan selama proses pengomposan. Pengukuran suhu dilaksanakan 3 kali
dalam sehari yakni pagi (08.00), siang (13.00) dan sore (16.00). setiap 2 (dua) hari
sekali. Pengamatan perubahan suhu di amati mulai dari hari ke-1 pengomposan s.d
hari ke 35. Pengamatan dihentikan setelah suhu proses pengomposan mulai stabil atau
tidak ada perubahan suhu yang terjadi selama pengomposan. Pengamatan suhu harian
merupakan rerata dari suhu pengamatan pagi, siang dan sore.
Pengujian kandungan hara kompos dilakukan di Balai Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Pertanian Pekanbaru. Adapun kandungan yang di analisa adalah
pH, C, N, P-tersedia, K-tersedia, Ca dan C/N.

III. HASIL

A. Kandungan Hara Kompos Nilam


Hasil analisa unsur hara yang terkandung dalam arang kompos nilam dan
kompos nilam alami dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisa Unsur hara kompos nilam


Harkat
No Parameter Satuan SNI
A B
1 pH (H20) - 7,05 5.15 6,8-7,49
2 C % 27,30 35,10 > 9,80
3 N % 1,44 2,06 > 0,40
4 P-tersedia (me/100gr) 1,53 0,94 > 0,10
5 K-tersedia (me/100gr) 0,11 0,15 > 0,20
6 Ca (me/100gr) 13,25 10,82 < 25,50
7 C/N - 18,96 17,04 10-20
Sumber: A : Arkoba (Laboratorium BPTP Pekanbaru 2007)
B : Kompos Nilam alami (Laboratorium BPTP Pekanbaru 2007)

388 PROSIDING LOKAKARYA NASIONAL TEKNISI LITKAYASA |


Menuju Karya Nyata Teknisi Litkayasa Dalam Inovasi Teknologi
Secara umum hasil analisa kompos nilam yang dilakukan di BPPT Pekanbaru
tidak terlalu berbeda antara pengomposan nilam secara alami dengan arang kompos
nilam. Perbedaan yang mencolok terlihat pada pH pada arang kompos limbah nilam
dengan pH 7,05, sedangkan kompos nilam secara alami dengan pH 5,15.
Arang kompos limbah penyulingan nilam ini sudah sesuai dengan SNI kompos
yang berlaku yakni SNI 19-7030-2004.
Kadar C pada kompos yang terbentuk secara alami lebih tinggi dibandingkan
dengan kompos yang dihasilkan dari proses komposting menggunakan aktivator
ORGADEC. Indriani (2005) menyatakan bakwa mikroba yang terkandung di dalam
ORGADEC mampu menghancurkan lignin dan selulosa. Hal ini akan mengakibatkan
turunnya kadar C dan kadar N meningkat, sehingga ratio C/N menjadi kecil.
Tanaman membutuhkan nutrisi berupa unsur hara makro (N,P,K, Ca dan Mg)
dan unsur hara mikro yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit (Yuwono, 2005).
Dari Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa komposisi yang terbentuk secara alami maupun
buatan dengan penambahan aktivator mempunyai kandungan unsur hara yang relatif
sama. Kompos yang dihasilkan secara alami membutuhkan waktu yang jauh lebih
lama dibandingkan dengan kompos buatan dengan penambahan aktivator. Kompos
buatan hanya membutuhkan waktu 3-5 minggu, ampas suling nilam telah menjadi
kompos dan siap untuk diaplikasikan ke lapangan.

B. Suhu pengomposan
Suhu selama pengamatan pengomposan dilakukan selama 35 hari. Peningkatan
suhu terjadi sejak hari pertama sampai dengan hari ke-12, Sejak hari ke-1 s.d ke-12
terjadi rerata peningkatan suhu sebesar 1.130c / hari. Sejak dari hari ke-12 sampai
dengan hari ke-35 terjadi penurunan suhu sebesar 0.340c/hari.

Gambar 1. Grafik suhu harian pengomposan arang kompos limbah penyulingan nilam

PROSIDING LOKAKARYA NASIONAL TEKNISI LITKAYASA | 389


Menuju Karya Nyata Teknisi Litkayasa Dalam Inovasi Teknologi
Suhu puncak proses pengomposan arang kompos limbah nilam ini adalah
40.750c yang terjadi pada hari ke-12 selama proses pengomposan. Setelah hari ke-12
terjadi penurunan suhu sampai dengan suhu 330c pada hari ke-35. Tren suhu
pengomposan harian arang kompos limbah penyulingan nilam dapat dilihat pada
gambar 1.

IV. KESIMPULAN

Kandungan hara arang kompos limbah penyulingan nilam sudah sesuai dengan
SNI 19-7030-2004. Proses pengomposan arang kompos limbah penyulingan nilam
dengan bantuan Orgadec berlangsung selama 35 hari. Untuk meningkatkan
kandungan hara maka perlu dilakukan penambahan pupuk kandang pada saat
pembuatan arang kompos limbah penyulingan nilam.

DAFTAR PUSTAKA
Djuarnani N, Kristian, dan Setiawan BS. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Gusmalina, Pari G., dan Kamaryati S. 2003. Pengembangan Penggunaan Arang
untuk Rehabilitasi Lahan. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Vol 4 (1).
Gusmalina. 2006. Arang Lebih Populer di Jepang Kenapa Kita tidak?. Ranting Warta
Hasil Hutan. Vol. 1 No. 2, Juni 2006: 6.
Heriyanto N.M. 2004. Pengaruh Pemberian Serbuk Arang Terhadap Pertumbuhan
Bibit Acacia mangium Willd di Persemaian. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam Vol. 1 (1).
Indriani Y H. 2005. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mustaghfirin. 2005. Kualitas Arang Kompos Limbah Insdutri Kertas dengan Variasi
Penambahan Arang Serbuk Gergaji. Skripsi Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor (Tidak dipublikasikan).
Rosmarkam A, dan Yuwono N W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yokyakarta.
Sofian. 2006. Sukses Membuat Kompos dari Sampah. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik : Pemasyarakatan dan
Pengembangannya. Kanisius. Yokyakarta.
Yuwono D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

390 PROSIDING LOKAKARYA NASIONAL TEKNISI LITKAYASA |


Menuju Karya Nyata Teknisi Litkayasa Dalam Inovasi Teknologi

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai