(darmawansyah421@gmail.com)/089629613185
ABSTRAK
Sampah merupakan permasalahan yang pelik bagi masyarakat maupun pemerintah daerah.
Profil sampah di Indonesia masih didominasi sampah organik (60%), dan sampah plastik (15%).
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi volume sampah organik sebagai
kompos. Kompos merupakan pupuk yang di buat dari sampah organik yang sebagian besar
berasal dari rumah tangga. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Pembuatan kompos dari
sampah organik sisa-sisa sayuran rumah tangga dengan aktivator air nenas. Hasil penelitian
menunjukkan kompos dengan bantuan Aktivator air nenas memerlukan waktu selama 9 hari
untuk menjadi kompos. Sedangkan kompos tanpa aktivator memerlukan waktu yang lebih dari
14 hari untuk menjadi kompos. Pengukuran Suhu pada hari pertama 31 ˚C, kelembapan 35%
dan pH 6.2 dan fisik kompos belumberubah. Sampai pada hari ke 9 di dapatkan Suhu 51 ˚C
kelembapan 55% dan pH 6.2 dan kondisi fisik nya tidak berbau dan berwarna coklat kehitaman.
Bagi peneliti selanjutnya, agar mencoba jenis sampah lainnya. Bagi masyarakat/petani dapat
menggunakan aktifator embio pengurai dalam pembuatan kompos, karena lebih mudah,
sederhana dan ramah lingkungan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu alternatif
pengendalian sampah organik sebagai bahan utama dalam pembuatan kompos.
ABSTRACT
Garbage is a difficult problem for the community and local government. The profile of waste in
Indonesia is still dominated by organic waste (60%) and plastic waste (15%). One of the steps
that can be taken is to reduce the volume of organic waste as compost. Compost is a fertilizer
made from organic waste, most of which comes from households. Research Objectives To
determine the making of compost from organic waste leftovers of household vegetables using
pineapple water activator. The results showed that compost with the help of pineapple water
activator took 9 days to become compost. Meanwhile, compost without activator takes more
than 14 days to become compost. Measurement Temperature on the first day 31 ˚C, 35%
humidity and pH 6.2 and the physical compost has not changed. Until the 9th day, it got a
temperature of 51 ˚C, 55% humidity and a pH of 6.2 and its physical condition was odorless and
blackish brown. For future researchers, try other types of waste. For the community / farmers,
they can use a decomposing embio activator in making compost, because it is easier, simpler
and environmentally friendly. Results of this study are expected to be an alternative to control
organic waste as the main ingredient in compost making.
HASIL
Dari penelitian yang telah dilakukan
dengan melakukan pengukuran parameter
suhu, pH, dan kelembaban bahan
komposan setiap hari dengan mengamati
kecepatan waktu proses composting. Suhu
sangat berpengaruh dalam proses
pematangan kompos, pada penelitian ini
didapatkan suhu 35˚C dan suhu akhir
didapatakan 51˚C. Pada pengukuran
kelembaban di dapatkan 31% dan
kelembaban akhir di dapatkan 55%, pada
pengukuran pH di dapatkan 6.2 dan pH
akhir didapatkan 5.5. Waktu yang di
butuhkan untuk proses pematangan
kompos yaitu 9 hari hingga mendapat
kompos dengan ciri-ciri fisik sebagai berikut:
1. Berwarna cokelat gelap hingga
hitam
2. Tidak berbau
3. Berbintik serbuk putih berstruktur remah,
berkonsentrasi gembur.
Keterangan :
- Wadah A : Diberi aktifator embio pengurai
6 liter dengan lama/waktu pengomposan
selama 9 hari.
- Wadah B : Tanpa perlakuan (kontrol)
lama/waktu pengomposan tidak diketahui
karena penelitian diakhiri, wadah B kontrol
ini masih belum berubah menjadi kompos.
PEMBAHASA
Pada proses pengomposan ini masih juga mengalami proses
dilakukan pengukuran meliputi fermentasi. Kandungan air Kompos
suhu, kelembaban dan yang baik adalah kompos yang tidak
pH.Pengamatan pengomposan terlalu basah karena apabila terlalu
dilakukan selama 9 hari . Adapun basah akan susah melarutkan unsur
ciri-ciri kompos yang sudah matang hara yang ada dikompos agar bias
dapat diketahui dengan mengamati tersalur ke tanaman. Kompos yang
bentuk fisiknya sebagai berikut: baik memiliki kandungan air kurang
Warna kompos yang sudah memiliki dari 50˚.
kematangan sempurna yang Keberhasilan proses
memiliki warna coklat kehitam- pengomposan dipengaruh oleh
hitaman. Warna kompos yang beberapa hal salah satunya suhu.
seperti ini menyerupai tanah sudah Suhu merupakan hal yang sangat
bisa langsung digunakan untuk penting dalam keberhasilan suatu
media tanam. Apabila kompos proses pengomposan. Selama
masih berwarna hijau maka proses pengomposan menurut
menandakan kompos belum Zhu(2005) suhu dapat di
matang. Selanjutnya Bau Kompos kelompokan dalam 3 fase yaitu, fase
yang sudah matang memiliki bau pemanasan, fase termofilik, dan fase
yang khas yaitu bau seperti tanah, pendingin.
harum dan tidak beraroma tajam. Diaz et al (2002) menyatakan faktor
Apabila kompos masih suhu sangat berpengaruh terhadap
mengeluarkan bau yang tidak sedap proses pengomposan karena
maka biasa dikatakan kompos berhubungan dengan jenis
masih mengalami proses fermentasi. mikrorganisme yang terlibat selama
Kompos yang sudah matang akan pengomposan. Tinggi rendahnya
berubah aroma dari bahan mentah suhu dipengaruhi oleh faktor
awalnya. Selanjutnya kompos akan kecepatan dari beberapa proses
mengalami penyusutan, Kompos biologi yang berganti dan sektif
akan mengalami penyusutan apabila (melalui seleksi atau penyaringan)
sudah matang sempurna, tingkat terhadap komunitas mikroba. Pada
penyusutan kompos dari bahan hasil penelitian 6 liter aktifator air
mentahnya sekitar 20-40%. nanas efektif selama 9 hari,
Penyusutan tersebut terjadi karena pengukuran suhu pada hari pertama
akan ada partikel-partikel yang 35 ˚C, selanjutnya pada hari ke 9
dilepas oleh bakteri pada saat didapatkan suhu 51˚C.
proses fermentasi. Apabila kompos Pada hari selanjutnya pengukuran
belum mengalami penyusutan maka suhu, kelembaban, mengalami
menandakan kompos belum peningkatan,
matang. (J.H. Carawford, 2003). Peningkatan suhu selama
Dilihat dari suhu kompos, suhu dari pengomposan merupakan akibat
kompos yang sudah matang ketika dari pengadukan pada kompos. Hal
mendekati suhu normal. Apabila ini sejalan dengan pendapat Dalzell
suhu masih tinggi atau di atas 50˚ dkk (1987) bahwa sejumlah energi
maka menandakan kompos tersebut akan dilepaskan dalam bentuk
panas langsung pada pengadukan mengonversi asam organik menjadi
bahan organik, ini mengakibatkan senyawa lain seperti karbon diosida.
naiknya suhu dalam Diaz et al (2002). Berdasarkan hasil
tumpukan kompos. penelitian yang tampa perlakuan
Pada pengukuran kelembaban di (tidak menggunakan aktifator)
hari pertama peng didapatkan sampai hari ke 14 hari tidak
kelembaban 31% ,selanjutnya pada mengalami perubahan fisik.
hari ke 9 didapatkan dapatkan Pengukuran Suhu pada hari
kelembaban 55%. pertama 31 ˚C , kelembapan 34%
Pada penelitian pelembaban jika dan pH 6.6. Pada hari selanjutnya
suhunya rendah kelembabanya pengukuran suhu,kelembaban, pH
akan tinggi dan sebaliknya semakin mengalami penurunan dan
rendah suhu semakin tinggi dan peningkatan. Sampai pada hari ke
kelembabanya, kelembaban sangat 14 di dapatkan Suhu 48˚C
berpengaruh dalam proses kelembapan 48% dan pH 5.5 dan
pembuatan kompos, karena adanya kondisi fisik nya berbau busuk
udara disekitar lingkungan yang berwarna coklat kehitaman dan
lembab, sehingga dapat membantu banyak serbuk putih.
mempercepat proses pengomposan. Penenlitian di hentikan pada hari ke
Pada pengukuran pH mengalami 14 karena sayuran belum berubah
penurunan. Penurunan ini di menjadi kompos.Ini disebabkan
sebabkan karena pembentukan karena kompos mengempal
asam asan asetat, hidrogen dan danberbau busuk,penyebabnya
karbon diosida pada proses karena kurangya udara, terlalu
pengomposan, sedangan lembab, atau terlalu basah.
peningkatan pH terjadi karena sehingga mikro organisme tidak
bakteri pada kompos yang dapat mempercepat penguraian.
dan tidak berbau.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pemanfaatan air nenas yang diracik
Suhu sangat berpengaruh dalam proses (embio pengurai) sebagai aktivator pada
pematangan kompos, pada penelitian ini pengolahan sampah organic sisa-sisa
didapatkan suhu 35˚C dan suhu akhir sayuran rumah tangga dalam pembuatan
didapatakan 51˚C, pada proses kompos perlu di promosikan ke masyarakat,
pengomposan dengan pengukuran mengingat keberadaan embio pengurai
kelembaban di dapatkan 31% dan mudah diperoleh dan dilakukan. Bagi
kelembaban akhir di dapatkan 55% dan peneliti selanjutnya, agar mencoba jenis
pada pengukuran pH di dapatkan 6.2 dan sampah lainnya. Bagi masyarakat/petani
pH akhir didapatkan 5.5. Waktu yang di dapat menggunakan aktifator embio
butuhkan untuk proses pematangan pengurai dalam pembuatan kompos, karena
kompos yaitu 9 hari sehingga di dapatkan lebih mudah, sederhana dan ramah
ciri-ciri fisik kompos yaitu berwarna cokelat lingkungan.
berstruktur remah, berkonsentrasi gembur