Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

ANALISIS KADAR AIR DAN KADAR ABU TOTAL


PADA BRIKET SECARA GRAVIMETRI

Disusun oleh:
Suyadi Budi Utomo (2231410114)
TasyaAdhelia Miranda (2231410005)

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................2

1.1 Latar Belakang....................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4

1.3 Tujuan Masalah...................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................4

2.1 Gravimetri...........................................................................................................4

2.2 Briket..................................................................................................................5

2.3 Kadar Abu...........................................................................................................7

2.4 Kadar Air............................................................................................................7

BAB III METODOLOGI..................................................................................................8

3.1 Alat dan Bahan....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan permintaan
energi semakin meningkat pula. Sektor energi memiliki peran penting dalam rangka
mendukung kelangsungan proses pembangunan nasional (Lubis, et al, 1996). Hal
ini menyebabkan timbulnya kehawatiran akan terjadinya kelangkaan bahan bakar di
masa yang akan datang. Dengan demikian perlu diupayakan sumber energi
alternatif lain yang berasal dari bahan baku yang bersifat kontinyu dan dapat
diperbaharui seperti energi biomassa (Hendra, 2007).
Salah satu sumber energi alternatif yang digunakan yaitu energi biomassa.
Energi biomassa merupakan sumber energi alternatif yang perlu mendapat prioritas
dalam pengembangannya dibandingkan dengan sumber energi yang lain. Di sisi
lain, Indonesia sebagai negara agraris banyak menghasilkan limbah pertanian yang
kurang termanfaatkan. Limbah pertanian tersebut dapat diolah menjadi suatu bahan
bakar padat buatan yang digunakan sebagai pengganti bahan bakar alternatif yang
disebut briket arang (Arni, et al, 2007).
Briket arang merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang dapat digunakan
sebagai pengganti bahan bakar minyak. Arang briket merupakan sumber energi
biomassa yang bersifat biodegradable dan ramah lingkungan. Bahan dasar
pembuatan arang briket adalah berbagai macam bahan limbah pertanian,
perkebunan, dan rumah tangga. Energi yang dimiliki oleh biomassa ini dapat
dikonversi menjadi sumber energi panas, tenaga listrik maupun mekanik
(penggerak).
Kualitas briket yang baik adalah memiliki kadar air, kadar abu, kadar zat terbang
yang rendah, tetapi memiliki kerapatan, nilai kalor dan suhu api atau bara yang
dihasilkan tinggi. Apabila briket dipergunakan di kalangan rumah tangga, maka hal
yang penting diperhatikan adalah kadar zat terbang dan kadar abu yang rendah. Hal
ini dikarenakan untuk mencegah polusi udara yang ditimbulkan dari asap
pembakaran yang dihasilkan serta untuk memudahkan dalam penanganan ketika
proses pembakaran selesai.
Kadar air dan kadar abu dapat dianalisa dengan menggunakan metode
gravimetri. Gravimetri merupakan jenis analisis secara kuantitatif dengan cara
mengisolasi dengan pereaksi kimia tertentu sehingga terbentuk endapan dan
penimbangan hasil.Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang
terdapat dalam sampel relatif besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang.
Apabila kadar analit dalam sampel hanya berupa unsur pelarut, maka metode
gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti.
Berdasarkan latar belakang tersebut, pada percobaan kali ini kami akan
melakukan analisa kadar air dan kadar abu pada sampel briket arang menggunakan
metode gravimetri. Dengan melakukan analisis tersebut, maka dapat diketahui
kadar air dan kadar abu, serta kualitas dari sampel briket arang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana prinsip metode yang digunakan dalam analisis uji kadar air dan kadar
abu pada sampel briket arang?
2. Berapa nilai kadar air dan kadar abu pada sampel briket arang yang dianalisa?
3. Bagaimana kualitas dan karakteristik briket arang yang baik?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui prinsip metode yang digunakan dalam analisis uji kadar air
dan kadar abu pada sampel briket arang.
2. Untuk mengetahui nilai kadar air dan kadar abu pada sample briket arang
yangdianalisa.
3. Untuk mengetahui kualitas dan karakteristik briket arang yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gravimetri
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa tersebut. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung
berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur atau senyawa yang
dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti: metode pengendapan, metode
penguapan dan metode elektroanalisis (Khopkar, 2002).
Analisis gravimetri merupakan cara analisis kuantitatif berdasarkan titik berat
(berat konstannya). Persoalan yang sangat penting dalam gravimetri adalah
pembentukan endapan yang murni dan dapat disaring. Dalam analisis kuantitatif
selalu memfokuskan pada jumlah atau kuantitas dari suatu sampel, pengukuran
sampel dapat dilakukan dengan menghitung berat zat.

2.2 Briket
2.2.1 Pengertian Briket
Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan
sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket
dibuat dengan menekan dan mengeringkan campuran bahan menjadi blok yang
keras. Metode ini umum digunakan untuk bahan briket yang memiliki nilai
kalori rendah. Bahan yang digunakan untuk pembuatan briket sebaiknya yang
memiliki kadar air rendah untuk mencapai nilai kalor yang tinggi.
2.2.2 Arang
Arang adalah residu yang berbentuk padatan yang merupakan sisa dari
proses pengkarbonan bahan berkarbon dengan kondisi terkendali didalam
ruangan tertutup (Masturin, 2002). Menurut Sudrajat dan Soleh (1994) dalam
Triono (2006) arang adalah hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon
yang terbentuk padat dan berpori. Sebagian besar porinya masih tertutup oleh
hidrogen dan senyawa organik lain yang komponennya terdiri dari abu, air,
nitrogen, dan sulfur.
Faktor yang mempengaruhi kualitas arang kayu antara lain Komposisi
bahan baku, jenis bahan baku dan cara pengolahannya. Kompisisi kimia dan
sifat fisika sangat berpengaruh terhadap randemen dan mutu arang yang
dihasilkan. Komposisi bahan baku yang beragam akan menghasilkan mutu
arang yang kurang baik sebagai akibat laju penguraian bahan yang tidak
seragam sehingga berpengaruh juga terhadap nilai kalor yang dihasilkan
(Masturin, 2002).
Faktor yang berpengaruhi terhadap proses karbonisasi adalah kecepatan
pemanasan dan tekanan. Pemanasan yang cepat sukar untuk mengamati
tahapan karbonisasi yang terjadi dan rendemen arang yang 5 dihasilkan lebih
rendah. Sedangkan pemakaian yang tinggi akan mampu meningkatkan
rendemen arang (Hendra, 1999 dalam Masturin, 2002).
Arang kayu yang baik adalah yang mempunyai penampakan warna hitam,
mengkilap pada pecahannya, tidak mengotori ruangan, terbakar tanpa asap,
tidak memercik dan tidak berbau, tidak terlalu cepat terbakar dan berdenting
seperti logam.
2.2.3 Briket Arang
Menurut Hartono dan Rohadi (1978) dalam Capah (2007), briket arang
adalah arang kayu yang diubah bentuk, ukuran, dan kerapatannya dengan cara
mengempa campurkan serbuk dengan bahan perekat. Bahan baku yang
digunakan untuk pembuatan briket adalah arang kayu atau kayu yang
berukuran kecil yang diperoleh dari limbah industry penggergajian atau
industry perkayuan. Tsoumis (1991), mengemukakan bahwa briket juga terbuat
dari residu berkarbon, dan digunakan untuk pembakaran dan kegunaan lain
yang berhubungan. Briket bioarang memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan, menurut Widiarto dan Suryanta (1995) dalam Rahman (2009)
kelebihan briket bioarang adalah sebagai berikut:
a) Bentuk dan ukuran seragam, karena briket bioarang dibuat dengan alat
pencetak khusus yang bentuk dan besar kecilnya bisa diatur.
b) Mempunyai panas pembakaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan
arang biasa
c) Tidak berasap (jumlah asap kecil sekali) dibanding arang biasa.
d) Tampak lebih menarik, karena bentuk dan ukurannya bisa disesuaikan
dengan kehendak kita.
Kekurangan dari briket arang yaitu untuk menyalakannya perlu ditetesi
minyak tanah atau spiritus karena sulit dibakar langsung dengan korek api.
Biaya pembuatan lebih mahal dibandingkan dengan pembuatan arang biasa,
tetapi biaya tersebut akan kembali apabila diproduksi secara besar.
Untuk kualitas briket arang dengan bahan utama kayu menurut (SNI 01-6235-
2000) yang memenuhi syarat adalah:
Kadar air : maksimal 8%
Bahan yang hilang pada pemanasan : maksimal 15 %
Kadar abu : maksimal 8%
Kalor (atas dasar berat kering) : minimal 5000 kal/gr

2.3 Kadar Abu


Abu merupakan suatu residu anorganik yang dihasilkan dari proses pembakaran
bahan organik pada suhu tinggi. Kadar abu atau abu total menunjukkan jumlah
mineral total yang ada dalam suatu biomassa. Pengukuran kadar abu merupakan
salah satu parameter penting yang perlu dilakukan untuk mengevaluasi nutrisi dan
komposisi dalam suatu sampel (Liu, 2019). Pengukuran kadar abu dilakukan secara
destruksi kering dengan metode gravimetri yang mengacu pada AOAC.
Prinsip pengujian kadar abu dengan destruksi kering adalah dengan pembakaran
menggunakan krusibel di dalam furnace dengan suhu tinggi sekitar 500-600℃
selama beberapa jam, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan
(AOAC, 2005). Tujuan dari pengukuran kadar abu sendiri yaitu untuk melihat
jumlah komponen mineral dalam sampel organik yang tertinggal pada saat proses
pengabuan (Hoenig, 2005).

2.4 Kadar Air


Hendra dan Darmawan (2000), menyatakan bahwa kadar air briket sangat
mempengaruhi nilai kalor atau nilai panas yang dihasilkan tingginya kadar air akan
menyebabkan penurunan nilai kalor. Hal ini disebabkan karena panas yang
tersimpan dalam briket dahulu digunakan untuk mengeluarkan air yang ada
sebelum digunakan. Faktor laju pembakaran ini yang digunakan oleh masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Kadar air mempengaruhi kualitas dari
briket arang. Besarnya persentase nilai kadar air berbanding terbalik dengan jumlah
nilai kalor yang dihasilkan dari setiap bahan. Semakin tinggi kadar nilai air makan
akan menurunkan kadar nilai kalor dan laju pembakaran. Kadar air yang tinggi
pada briket arang menyebabkan kesulitan proses penyalaan briket. Lisniyawati
(2008), menjelaskan bahwa kadar 23 air sangat mempengaruhi nilai kalor dan
efisisensi pembakaran suatu briket arang menjadi menurun. Keberadaan air dalam
karbon berkaitan dengan sifat higroskopis dari karbon itu sendiri, dimana karbon
mempunyai sifat afinitas yang besar terhadap air. Semakin besar dan banyaknya
pori-pori yang terbentuk maka luas permukaan karbon aktif akan semakin
bertambah. Semakin bertambahnya keadaan bahan akan semakin bertambahnya
sifat penyerapan, sehingga penyerapan air dari udara oleh karbon aktif itu sendiri
menjadi semakin meningkat, akibatnya kadar air pada karbon pada karbon aktif
tersebut juga meningkat (Subroto, 2006).
Pengukuran kadar air pada briket arang ditunjukkan untuk mengetahui sifat
hidroskopis dari bahan baku briket arang tersebut. Kadar bahan baku untuk
menyerap air dalam proses pertumbuhannya. Analisis terhadap kadar air suatu
produk briket digunakan untuk merencanakan alternatif proses yang akan dilakukan
terhadap produk tersebut kualitasnya menurun atau tidak. Hal ini dikarenakan kadar
air yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kualitas briket dan laju pembakaran
untuk pemenuhan energi terbarukan di dalam masyarakat (Lisniyawati, 2008)..
Prinsip pengujian kadar air dengan metode ini adalah penguapan terhadap air dalam
sampel dengan energi panas pada oven di suhu tertentu (100-105˚C) kemudian
ditimbang hingga mendapatkan berat yang konstan (AOAC, 2005).
BAB III
METODOLOGI
SNI 06-3730-1995

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat

a) Cawan porselen f) Oven

b) Kaca arloji g) Alat pembuat pelet contoh

c) Neraca analitik h) Alat penggiling contoh

d) Desikator i) Ayakan ukuran 60 mesh

e) Tanur j) Tangkrus

3.1.2 Bahan

a) Briket

b) Aquadest

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Preparasi sampel

a. Sampel dihaluskan terlebih dahulu sampai kehalusan ±325 mesh.

b. Sampel diayak dengan ukuran 60 mesh.

c. Selanjutnya sampel dianalisa.

3.2.2 Uji kadar air

a. Timbang 1 gram sampel atau contoh dalam kaca arloji yang telah diketahui
bobotnya.

b. Ratakan contoh kemudian, dimasukkan ke dalam oven yang telah diatur


suhunya 115°C ± 5°C selama 3 jam.

c. Dinginkan dalam desikator


d. Ditimbang sampai bobot tetap.

e. Dihitung kadar air dengan menggunakan persamaan :

W1
Kadar air (%) = × 100%
W2

W1 : berat sisa sampel setelah pemanasan (gr)

W2 : berat sampel (gr)

3.2.3 Uji kadar abu

a. Cawan porselen kosong dimasukkan ke dalam tanur selama 1 jam pada


suhu 600°C.

b. Cawan didinginkan di dalam desikator dan ditimbang hingga mendapatkan


berat konstant.

c. Timbang 2-3 gram contoh ke dalam cawan porselen yang telah diketahui
bobotnya.

d. Abukan sampel pelan-pelan, setelah semua arang hilang.

e. Nyala diperbesar atau dipindahkan ke dalam tanur (800°-900°C) selama 2


jam.

f. Bila seluruh contoh telah menjadi abu, cawan didinginkan dalam desikator
lalu ditimbang.

g. Bila perlu diabukan kembali, supaya diperoleh bobot yang tetap atau
konstan.

h. Kadar abu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

W1
Kadar abu % = × 100%
W2

W1 : sampel sisa yang dipijarkan (gr),

W2 : berat sampel (gr)


DAFTAR PUSTAKA

Arni, Labania H. MD., Nismayanti A. 2014. Studi Uji Karakteristik Fisis Briket
Bioarang Sebagai Sumber Energi Alternatif. Online Jurnal of Natural Science,
Vol.3(1).
Badan Standar Nasional (BSN). 1995. SNI 06-3730-1995: Arang Aktif Teknis: bagian
5. Badan Standarisasi Nasional.
Lubis, A., Sugiyono A. 1996. Overview of Energy Planning in Indonesia.
TechnicalCommittee Meeting to Asses and Compare the Potential Rule of
Nuclear Power and Other Option in Alleviating Health and Environental
Impacts Electricity Generation,14 – 16 October, Vienna, Austria.
Hendra, D. 2007. Pembuatan Briket Arang dari Campuran Kayu, Bambu, Sabut Kelapa
dan Tempurung KelapaSebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Penelitian
Hasil Hutan Vol. 25 No. 3.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta.
Masturin, A . 2002 . Sifat fisik dan Kimia Briket Arang dari CampuranArang Limbah
Gergaji Kayu. [Skripsi]. Fakultas kehutanan. InstitutPertanian Bogor. Bogor.
AOAC.2005. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical
Chemists. Published by the Association of Official Analytical Chemist.
Marlyand.
Liu, A., Daiketian, Xiang, Y. dan Mo, H. 2016. Biochar Improver Growth of an
Important Medicinal Plant (Salvia miltiorrhiza Bunge) and Inhibited its
Cadmium Uptake. Journal of Plant Biology and Soil Health Vol. 3.
Subroto. 2006. Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batubara, AmpasTebu
dan Jerami. Surakarta: Jurusan Teknik Mesin Fakultas TeknikUniversitas
Muhamadiyah.
Sulistyanto, A. 2006. Karakteristik Pembakaran Bobriket Campuran Batubara DanSabut
Kelapa. Media Mesin Vol 7:77-84.

Anda mungkin juga menyukai