Disusun oleh:
Suyadi Budi Utomo (2231410114)
TasyaAdhelia Miranda (2231410005)
DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................2
2.1 Gravimetri...........................................................................................................4
2.2 Briket..................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Gravimetri
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa tersebut. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung
berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur atau senyawa yang
dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti: metode pengendapan, metode
penguapan dan metode elektroanalisis (Khopkar, 2002).
Analisis gravimetri merupakan cara analisis kuantitatif berdasarkan titik berat
(berat konstannya). Persoalan yang sangat penting dalam gravimetri adalah
pembentukan endapan yang murni dan dapat disaring. Dalam analisis kuantitatif
selalu memfokuskan pada jumlah atau kuantitas dari suatu sampel, pengukuran
sampel dapat dilakukan dengan menghitung berat zat.
2.2 Briket
2.2.1 Pengertian Briket
Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan
sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket
dibuat dengan menekan dan mengeringkan campuran bahan menjadi blok yang
keras. Metode ini umum digunakan untuk bahan briket yang memiliki nilai
kalori rendah. Bahan yang digunakan untuk pembuatan briket sebaiknya yang
memiliki kadar air rendah untuk mencapai nilai kalor yang tinggi.
2.2.2 Arang
Arang adalah residu yang berbentuk padatan yang merupakan sisa dari
proses pengkarbonan bahan berkarbon dengan kondisi terkendali didalam
ruangan tertutup (Masturin, 2002). Menurut Sudrajat dan Soleh (1994) dalam
Triono (2006) arang adalah hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon
yang terbentuk padat dan berpori. Sebagian besar porinya masih tertutup oleh
hidrogen dan senyawa organik lain yang komponennya terdiri dari abu, air,
nitrogen, dan sulfur.
Faktor yang mempengaruhi kualitas arang kayu antara lain Komposisi
bahan baku, jenis bahan baku dan cara pengolahannya. Kompisisi kimia dan
sifat fisika sangat berpengaruh terhadap randemen dan mutu arang yang
dihasilkan. Komposisi bahan baku yang beragam akan menghasilkan mutu
arang yang kurang baik sebagai akibat laju penguraian bahan yang tidak
seragam sehingga berpengaruh juga terhadap nilai kalor yang dihasilkan
(Masturin, 2002).
Faktor yang berpengaruhi terhadap proses karbonisasi adalah kecepatan
pemanasan dan tekanan. Pemanasan yang cepat sukar untuk mengamati
tahapan karbonisasi yang terjadi dan rendemen arang yang 5 dihasilkan lebih
rendah. Sedangkan pemakaian yang tinggi akan mampu meningkatkan
rendemen arang (Hendra, 1999 dalam Masturin, 2002).
Arang kayu yang baik adalah yang mempunyai penampakan warna hitam,
mengkilap pada pecahannya, tidak mengotori ruangan, terbakar tanpa asap,
tidak memercik dan tidak berbau, tidak terlalu cepat terbakar dan berdenting
seperti logam.
2.2.3 Briket Arang
Menurut Hartono dan Rohadi (1978) dalam Capah (2007), briket arang
adalah arang kayu yang diubah bentuk, ukuran, dan kerapatannya dengan cara
mengempa campurkan serbuk dengan bahan perekat. Bahan baku yang
digunakan untuk pembuatan briket adalah arang kayu atau kayu yang
berukuran kecil yang diperoleh dari limbah industry penggergajian atau
industry perkayuan. Tsoumis (1991), mengemukakan bahwa briket juga terbuat
dari residu berkarbon, dan digunakan untuk pembakaran dan kegunaan lain
yang berhubungan. Briket bioarang memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan, menurut Widiarto dan Suryanta (1995) dalam Rahman (2009)
kelebihan briket bioarang adalah sebagai berikut:
a) Bentuk dan ukuran seragam, karena briket bioarang dibuat dengan alat
pencetak khusus yang bentuk dan besar kecilnya bisa diatur.
b) Mempunyai panas pembakaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan
arang biasa
c) Tidak berasap (jumlah asap kecil sekali) dibanding arang biasa.
d) Tampak lebih menarik, karena bentuk dan ukurannya bisa disesuaikan
dengan kehendak kita.
Kekurangan dari briket arang yaitu untuk menyalakannya perlu ditetesi
minyak tanah atau spiritus karena sulit dibakar langsung dengan korek api.
Biaya pembuatan lebih mahal dibandingkan dengan pembuatan arang biasa,
tetapi biaya tersebut akan kembali apabila diproduksi secara besar.
Untuk kualitas briket arang dengan bahan utama kayu menurut (SNI 01-6235-
2000) yang memenuhi syarat adalah:
Kadar air : maksimal 8%
Bahan yang hilang pada pemanasan : maksimal 15 %
Kadar abu : maksimal 8%
Kalor (atas dasar berat kering) : minimal 5000 kal/gr
e) Tanur j) Tangkrus
3.1.2 Bahan
a) Briket
b) Aquadest
a. Timbang 1 gram sampel atau contoh dalam kaca arloji yang telah diketahui
bobotnya.
W1
Kadar air (%) = × 100%
W2
c. Timbang 2-3 gram contoh ke dalam cawan porselen yang telah diketahui
bobotnya.
f. Bila seluruh contoh telah menjadi abu, cawan didinginkan dalam desikator
lalu ditimbang.
g. Bila perlu diabukan kembali, supaya diperoleh bobot yang tetap atau
konstan.
W1
Kadar abu % = × 100%
W2
Arni, Labania H. MD., Nismayanti A. 2014. Studi Uji Karakteristik Fisis Briket
Bioarang Sebagai Sumber Energi Alternatif. Online Jurnal of Natural Science,
Vol.3(1).
Badan Standar Nasional (BSN). 1995. SNI 06-3730-1995: Arang Aktif Teknis: bagian
5. Badan Standarisasi Nasional.
Lubis, A., Sugiyono A. 1996. Overview of Energy Planning in Indonesia.
TechnicalCommittee Meeting to Asses and Compare the Potential Rule of
Nuclear Power and Other Option in Alleviating Health and Environental
Impacts Electricity Generation,14 – 16 October, Vienna, Austria.
Hendra, D. 2007. Pembuatan Briket Arang dari Campuran Kayu, Bambu, Sabut Kelapa
dan Tempurung KelapaSebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Penelitian
Hasil Hutan Vol. 25 No. 3.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta.
Masturin, A . 2002 . Sifat fisik dan Kimia Briket Arang dari CampuranArang Limbah
Gergaji Kayu. [Skripsi]. Fakultas kehutanan. InstitutPertanian Bogor. Bogor.
AOAC.2005. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical
Chemists. Published by the Association of Official Analytical Chemist.
Marlyand.
Liu, A., Daiketian, Xiang, Y. dan Mo, H. 2016. Biochar Improver Growth of an
Important Medicinal Plant (Salvia miltiorrhiza Bunge) and Inhibited its
Cadmium Uptake. Journal of Plant Biology and Soil Health Vol. 3.
Subroto. 2006. Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batubara, AmpasTebu
dan Jerami. Surakarta: Jurusan Teknik Mesin Fakultas TeknikUniversitas
Muhamadiyah.
Sulistyanto, A. 2006. Karakteristik Pembakaran Bobriket Campuran Batubara DanSabut
Kelapa. Media Mesin Vol 7:77-84.