Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

“KESADAHAN TOTAL PADA AIR SUNGAI BRANTAS


(TENGAH) KOTA MALANG”

Disusun oleh:
Pandu Wicessa Danandika (2231410041)
Radhytia Alvaro (2231410084)
Shera Angelista Salshabella (2231410035)

D3 TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2022/2023
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................................3
Latar Belakang.............................................................................................................................3
Rumusan Masalah........................................................................................................................5
Tujuan Percobaan.........................................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................6
Pengertian Air Sungai..................................................................................................................6
Kesadahan....................................................................................................................................6
Titrasi Kompleksometri................................................................................................................7
EDTA...........................................................................................................................................8
BAB III............................................................................................................................................9
METODOLOGI...............................................................................................................................9
Alat dan Bahan.............................................................................................................................9
Prosedur.....................................................................................................................................11
BAB IV..........................................................................................................................................12
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................................12
Hasil Percobaan..........................................................................................................................12
Pembahasan................................................................................................................................13
BAB V...........................................................................................................................................16
KESIMPULAN..............................................................................................................................16
Kesimpulan................................................................................................................................16
Saran..........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air murni merupakan zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau, dan warna
yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H₂O. Ciri-ciri fisik
yang utama dari air adalah bahan padat keseluruhan yang terapung dan yang
terlarut, kekeruhan, warna, bau, dan suhu. Sebagian besar air baku untuk
penyediaan air bersih adalah air sungai. Air sungai biasanya tidak dapat langsung
digunakan karena umumnya kotor. Oleh karena itu, perlu untuk mengetahui
tingkat kesadahan air untuk memenuhi syarat air minum. Selain air, sungai juga
mengalirkan sedimen dan polutan. Manfaat terbesar sungai adalah untuk irigasi
pertanian, bahan baku air minum, dan sebagai saluran pembuangan air hujan dan
air limbah.

Seperti yang terjadi pada sungai Brantas yang mengalir di kota Malang
saat ini, kuslitas air Sungai Brantas telah melebihi standar baku mutu yang telah
ditetapkan pemerintah. Hal ini disebabkan oleh buangan limbah domestik di
sepanjang sungai sehingga kurang layak untuk dikonsumsi.

Sungai Brantas merupakan salah satu sungai yang berperan penting bagi
masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Timur. Keberadaan Sungai Brantas
sangat penting bagi masyarakat dan diakui sangat vital karena merupakan
pemasok bahan baku air terbesar untuk PDAM Kota Surabaya dan Malang.
Sungai Brantas merupakan salah satu sungai di Indonesia yang mengalami
pencemaran cukup parah, baik Sungai Brantas yang melewati Kota Surabaya
maupun yang melewati Kota Malang. Kawasan Sungai Brantas di Kota Malang
menunjukkan kemunduran kualitas air akibat limbah domestik, mengingat
sebagian besar penduduk di pinggiran Sungai Brantas mengandalkan air sungai
tersebut untuk sumber kebutuhan airnya disamping adanya penurunan kualitas
lingkungan sungai itu sendiri (Pyerwianto 1998).

3
Sungai Brantas yang melewati Kota Malang dan Kabupaten Malang
pada kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Hulu saat ini juga
mengalami pencemaran yang ditandai dengan pencemaran Waduk Karangkates
(Waduk Sutami) dan Waduk Sengguruh. Pusat Penelitian Sumberdaya Air LIPI
bekerjasama dengan Perum Jasa Tirta I Malang (2002), melaporkan bahwa
Waduk Karangkates telah tercemar akibat pengaruh dari sumber air yang
mengalir ke dalam waduk tersebut. Pencemaran Waduk ini sudah cukup parah
sehingga menyebabkan banyak ikan mati dan pingsan. Waduk Karangkates
merupakan waduk andalan terbesar di DAS Brantas Hulu yang membendung
sungai-sungai dalam kawasan tersebut seperti Sungai Brantas, Kali Lesti, dan
Kali Metro. Pada dasarnya karakteristik kualitas air Waduk Karangkates
dipengaruhi oleh sumber- sumber air yang mengalir ke dalam waduk tersebut,
yaitu Kali Metro, Kali Brantas, dan Kali Lesti. Di bagian hulu waduk ini juga
terdapat Waduk Sengguruh yang membendung dua sungai, Kali Brantas, dan
Kali Lesti. Waduk Sengguruh berfungsi sebagai waduk harian dan airnya
dikeluarkan setiap 12 jam.

Perkembangan kawasan DAS Brantas Hulu Malang yang cukup pesat


sejak tahun 2000 dari segi jumlah penduduk dan industri yang tumbuh di
sekitarnya mengakibatkan peningkatan dalam penggunaan air sungai sekaligus
peningkatan pencemaran terutama pencemaran organik. Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
melihat kondisi kualitas air dan mengetahui kesadahan total dari Sungai Brantas
di Kota Malang dibandingkan dengan peraturan pemerintah yang berkaitan
dengan baku mutu kualitas air. Uji kesadahan total air sungai pada Sungai
Brantas di Kota Malang menggunakan metode kompleksometri. Di Indonesia,
titrasi kompleksometri berdasarkan pada SNI 06-6989.13-2004. SNI tersebut
merupakan prosedur analisis kadar kalsium dan magnesium untuk air dan air
limbah.

Kesadahan air adalah adanya kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+ dalam
air. untuk menganilisis adanya unsur Ca2+ dan Mg2+ penulis memilih
menganalisis air sungai kali brantas (tengah) kota malang dengan metode
4
kompleksometri. karena pada metode titrasi kompleksometri sample yang
mengandung ion (Ca2+) akan membentuk kompleks sengan EDTA sehingga
kadar pada air yang di analisis dapat diketahui.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana metode analisis kesadahan air Sungai Brantas Kota Malang?


2. Berapa nilai kesadahan air pada sampel air Sungai Brantas Kota Malang?

1.3 Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui metode analisis kesadahan air Sungai Brantas Kota


Malang.
2. Untuk mengetahui nilai kesadahan air pada sampel air Sungai Brantas Kota
Malang.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Sungai

Sungai merupakan saluran terbuka yang terbentuk secara alami di atas


permukaan bumi, tidak hanya menampung air tetapi juga mengalirkannya dari
bagian hulu menuju ke bagian hilir dan ke muara (Junaidi, 2014). Menurut Putra
(2014), sungai dapat diartikan sebagai aliran terbuka dengan ukuran geometrik
(tampak lintang, profil memanjang, dan kemiringan lembah) berubah seiring
waktu, tergantung pada debit, material dasar dan tebing, serta jumlah dan jenis
sedimen yang terangkut oleh air. Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa sungai merupakan wadah atau alur alami maupun buatan yang
didalamnya tidak hanya menampung air akan tetapi juga mengalirkan mulai dari
hulu menuju muara.

Menurut Junaidi (2014), proses terbentuknya sungai berasal dari mata air
yang mengalir di atas permukaan bumi. Proses selanjutnya aliran air akan
bertambah seiring dengan terjadinya hujan, karena limpasan air hujan yang tidak
dapat diserap bumi akan ikut mengalir ke dalam sungai. Perjalanan dari hulu
menuju hilir, aliran sungai secara berangsur – angsur menyatu dengan banyak
sungai lainnya, penggabungan ini membuat tubuh sungai menjadi semakin
besar. Peraturan Pemerintah RI No.38 tahun 2011, suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak – anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktivitas daratan disebut dengan daerah aliran sungai (DAS).

2.2Kesadahan

Pelunakan adalah penghapusan ion-ion tertentu yang ada dalam air dan
dapat bereaksi dengan zat-zat lain hingga distribusi air dan penggunaannya
6
terganggu. Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca 2+ dan Mg2+,
juga oleh Mn2+ , Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Air yang
kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah didaerah yang bersifat
kapur, dari mana Ca2+ dan Mg2+ berasal.

Air sadah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya


hubungan kimiawi antara ion kesadahan dengan molekul sabun menyebabkan
sifat detergen sabun hilang. (Sumber : Alaert dan Santika, 1984).

2.3 Titrasi Kompleksometri

Pembentukan kompleks atau senyawa koordinasi terbentuk ketika


sebagian besar logam bereaksi dengan donor pasangan elektron, atau ligan.
Titrasi yang didasarkan pada pembentukan kompleks disebut titrasi
kompleksometri.

Aplikasi titrasi kompleksasi yang berguna adalah penentuan jumlah


kalsium dan magnesium dalam air, yaitu kesadahan air. Kesadahan total
mengacu pada kesadahan gabungan yang disebabkan oleh bikarbonat, sulfat dan
klorida dari kalsium dan magnesium (Hamilton, 1971). Penentuan kesadahan air
adalah prosedur analitis yang berguna yang memberikan ukuran kualitas air
untuk keperluan industri dan rumah tangga. Kesadahan air diukur dalam bagian
per juta atau miligram per liter.

Zat pengompleks yang digunakan untuk titrasi adalah garam dari asam
tetraprotik, asam etilendiamintetraasetat (EDTA) biasanya dalam bentuk garam
dinatrium yang larut dalam air dengan rumus Na¬2H2Y·2H2O, di mana Y
adalah anion tetravalen EDTA. Penggunaan EDTA sebagai titran
kompleksometri untuk ion logam telah diselidiki dalam beberapa tahun terakhir
(Hamilton, et al, 1971).

Di Indonesia, titrasi kompleksometri berdasarkan pada SNI 06-6989.13-2004.


7
SNI tersebut merupakan prosedur analisis kadar kalsium dan magnesium untuk
air dan air limbah.

2.4 EDTA
Secara praktis, metode titrasi adalah metode yang menjamin akurasi dan
kemudahan mengukur kalsium dalam larutan. Ethylenediaminetetraacetic acid
(EDTA) membentuk kompleks khelasi yang sangat stabil dan larut dalam air
dengan Ca2+ dengan perbandingan 1:1. Dalam urutan untuk membuat metode
titrasi EDTA untuk mengukur kalsium lebih praktis dan serbaguna, efek dari
beberapa variabel seperti pH. sulfat, garam, dan ukuran sampel harus ditentukan
dan terukur.

Dalam metode ini, larutan standar EDTA berlebih digunakan untuk


mengkomplekskan logam dan kemudian kelebihan EDTA adalah ditentukan
dengan titrasi dengan larutan lain dengan adanya dari sebuah indikator. Titrasi
langsung dengan EDTA hanya digunakan untuk air untuk menentukan
konsentrasi kalsium dan magnesium Pengulangan metode ini bervariasi dan
0,5% hingga 1,42%. (Jeewoong, et al. 2003)

8
BAB III
METODOLOGI
SNI 06-6989 12-2004
3.1 Alat dan Bahan
a) Alat
 Buret 50mL
 Klem dan statif
 Erlenmeyer 250 mL dan 500 mL
 Labu ukur 250 mL dan 1000 mL
 Gelas ukur 100 mL
 Pipet volume 25 mL
 Pipet ukur 5 mL
 Gelas beaker 100 mL dan 500 mL
 Spatula
 Batang pengaduk
 Pemanas listrik
 Timbangan analitik
 Kaca arloji
b) Bahan
 Indikator Eriochrome Black T (EBT = C₂₀H₁₂N₃NaO₇S)
1) Timbang 200 mg EBT dan 100 mg kristal NaCl, kemudian
dicampur.
2) Gerus campuran tersebut, hingga mempunyai ukuran 40 mesh
sampai dengan 50 mesh.
3) Simpan dalam botol yang tertutup rapat.
 Larutan penyangga pH 10 ± 0,1
1) Larutkan 16,9 g amonium klorida (NH₄Cl) dalam 143 mL
amonium hidroksida (NH₄OH) pekat.
2) Tambahkan 1,25 g magnesium etilendiamin tetra asetat (Mg-
EDTA).
3) Encerkan dengan air suling hingga volumenya menjadi 250 mL.

9
Catatan 1: simpan larutan penyangga pH 10 ± 0,1 pada wadah plastik
atau gelas borosilikat bertutup plastik.
Catatan 2: botol penyimpan larutan ditutup rapat untuk mencegah
kehilangan amonia (NH₃) atau penyerapan karbon dioksida (CO₂)
dari udara.
Catatan 3: waktu penyimpanan tidak boleh lebih dari 1 bulan.
Catatan 4: buang larutan penyangga jika i mL sampai dengan 2 mL
larutan tersebut ditambahkan ke dalam larutan contoh uji tidak
menghasilkan pH 10 ± 0,1 pada titik akhir titrasi.
 Larutan standar kalsium karbonat (CaCO₃ 0,01 M)
1) Timbang 0,1 g CaCO₃, masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
2) Larutkan dengan sedikit asam klorida (HCl) 1:1.
3) Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL,
kemudian tepatkan sampai tanda tera.
 Larutan baku dinatrium etilendiamin tetra asetat dihidrat (NaEDTA
2H₂O = C₁₀H₁₄N₂Na₂O₈.2H₂O) 0,01 M.
Larutkan 3,723 g Na₂EDTA dihidrat dengan air suling di dalam labu
ukur 1000 mL, tepatkan sampai tanda tera.
 Pembakuan larutan Na₂EDTA ± 0,01 M
1) Pipet 10 mL larutan standar CaCO₃ 0,01 M, masukkan ke dalam
erlenmeyer250 mL.
2) Tambahkan 40 mL air suling dan 1 mL larutan penyangga pH 10
± 0,1.
3) Tambahkan seujung spatula 30 mg sampai dengan 50 mg
indikator EBT.
4) Titrasi dengan larutan Na₂EDTA 0,01 M sampai terjadi
perubahan warna dari merah keunguan menjadi biru.
5) Catat volume larutan Na₂EDTA yang digunakan.
6) Ulangi titrasi tersebut sampai 3 kali, kemudian volume
Na₂EDTA yang digunakan dirata-rata.
7) Hitung molaritas larutan baku Na₂EDTA yang digunakan yang
telah dirata-rata.

10
 Air suling atau air bebas mineral yang mempunyai daya hantar listrik
(DHL) 0,5 µS/cm sampai dengan 2 µS/cm.
3.2 Prosedur
1) Pembakuan larutan Na₂EDTA dilakukan dengan mentitrasi 220 mg
ZnSO₄.7H₂O yang telah ditambahkan 25 mL aquades dan 5 mL buffer
amonium klorida pH 10.
2) Penambahan indikator EBT 1% (b/b) sebanyak 50 mg dilakukan saat titrasi
dimulai. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari merah
keunguan menjadi biru.
3) Pembakuan larutan Na₂EDTA dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan.
4) Dipipet seksama 50 ml air sungai
5) Masukan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
6) Ditambahkan 5 ml larutan buffer pH 10
7) Ditambahkan 30 mg (seujung sendok tanduk) indikator EBT.
8) Dititrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,05 M secara perlahan sampai
terjadi perubahan warna merah anggur menjadi biru.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil Percobaan
a. Pembuatan larutan CaCO₃ 0,01 M
Massa CaCO₃ = 0,1 gram
Percobaan Volume CaCO₃ (mL) Volume Na₂EDTA (mL)
1 10 14,2
2 10 14
3 10 14

b. Penentuan kesadahan total pada air Sungai Brantas (Tengah) (tidak


dipanaskan)
Percobaan Volume sampel (mL) Volume Na₂EDTA (mL)
1 25 4,2
2 25 4,6
3 25 4,7

c. Penentuan kesadahan total pada air Sungai Brantas (Tengah)


(dipanaskan)
Percobaan Volume sampel (mL) Volume Na₂EDTA (mL)
1 25 6
2 25 6,1
3 25 6,3

Perhitungan
 Standarisasi larutan Na₂EDTA
M Na ₂ EDTA . V Na₂ EDTA =M CaCO ₃ . V CaCO ₃

M Na ₂ EDTA . 14,06 = 0,01 . 10


M Na ₂ EDTA =0,00711 M

12
 Kesadahan total pada air Sungai Brantas (Tengah) (tidak
dipanaskan)
1000
= ×V Na₂ EDTA × M Na ₂ EDTA × 100
V sampel
1000
= × 4,5× 0,007112× 100
25
= 128,016 mg/L
= 128,016 ppm
 Kesadahan total pada air Sungai Brantas (Tengah) (dipanaskan)
1000
= ×V Na₂ EDTA × M Na ₂ EDTA × 100
V sampel
1000
= ×6,13 × 0,007112×100
25
= 174,386 mg/L
= 174,386 ppm

4.2Pembahasan
EDTA merupakan suatu zat yang penggunaannya sangat luas dalam
titrasi pembentukan kompleks. EDTA merupakan ligan sixidentat yang dapat
membentuk ikatan koordinasi dengan ion logam melalui dua atom nitrogen dan
empat gugus karboksilat. Kestabilan kompleks senyawa EDTA bergantung pada
macamnya ion logam. EBT adalah indikator yang berwarna merah muda bila
berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan
pH 10,0. Senyawa ini memiliki dua gugus fenol yang dapat terionisasi, suatu
kelemahan EBT adalah larutannya tidak stabil dan hanya bisa digunakan dalam
suasana basa. Mureksid merupakan suatu indikator warna pada larutan sebagai
petunjuk adanya OH- pada larutan (Ibnu, 2005).

Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan yaitu air sungai brantas
yang ada di Kota Malang. Seperti yang telah dipaparkan, kesadahan air dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu kesadahan tetap dan kesadahan sementara.
Kesadahan sementara dapat dipisahkan dengan cara pemanasan. Oleh karena itu,
perlakuan terhadap sampel sebelum analisis dilakukan dengan du acara. Sampel

13
pertama melalui tahap pemanasan. Sedangkan sampel kedua tanpa melalui tahap
pemanasan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi kesadahan
sementara sampel, yaitu melalui selisih konsentrasi sampel antara dua perlakuan
yang berbeda.

Pada percobaan pertama yaitu pembuatan larutan CaCO3 0,01M. Massa


yang diketahui yaitu 0,1 gram CaCO3 anhidrat dan di larutkan menggunakan
aquades. Setelah itu tambahkan dikit demi sedikit larutan HCL 1:1 sehingga
larutan terlihat bening. Masukkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 250 ml
dan tambahkan aquades hingga mendekati tanda garis pada labu ukur, setelah itu
dihomogenkan.

Pada percobaan kedua yaitu standarisasi larutan Na2EDTA dilakukan


dengan cara dipipet 10,0 mL larutan standar CaCO3 0,01 M, dimasukkan ke
dalam labu Erlenmeyer 250 mL. Kemudian ditambahkan 40 mL air suling untuk
mengencerkan CaCO3 dan larutan penyangga pH 10 untuk membuat suasana
larutan dalam keadaan basa ketika melarutkan titran dan untuk mempertahankan
pH. Setelah itu, ditambahkan empat tetes indikator EBT sebagai indikator
perubahan warna larutan dan penentu titik akhir atau ekivalen titrasi, dititasi
dengan larutan Na2EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari merah
keunguan menjadi biru. Titrasi dilakukan secara triplo untuk mendapatkan data
yang valid. Percobaan pertama didapatkan volume Na2EDTA sebanyak 14,2
mL, percobaan kedua didapatkan volume Na2EDTA sebanyak 14 mL dan
Percobaan ketiga didapatkan volume Na2EDTA sebanyak 14 mL. Sehingga dari
percobaan tersebut didapatkan nilai volume rata-ratanya adalah 14,06 mL.

Percobaan selanjutnya yaitu penentuan kesadahan total pada sampel air


sungai yang sudah melalui tahap pemanasan, dengan cara diambil 25 mL contoh
uji secara triplo untuk mendapatkan nilai sebenarnya, dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer 250 mL. Kemudian diencerkan dengan aquades sampai volume pada
erlenmeyer 50 mL, ditambahkan 1 mL larutan buffer pH 10 untuk membuat
suasana basa ketika melarutkan titran dan untuk mempertahankan pH. Setelah

14
itu ditambahkan empat tetes indikator EBT sebagai indikator perubahan warna
larutan dan penentu titik akhir atau ekivalen titrasi, dilakukan titrasi dengan
larutan baku Na2EDTA 0,01 M secara perlahan sampai terjadi perubahan warna
merah keunguan menjadi biru. Percobaan pertama volume Na 2EDTA yang
digunakan yaitu 6 mL, percobaan kedua volume Na2EDTA yang digunakan
yaitu 6,1 mL, dan percobaan terakhir volume Na2EDTA yaitu 6,3 mL. Sehingga
didapatkan volume rata-rata Na2EDTA yang digunakan untuk sampel air sungai
yang sudah melalui tahap pemanasan yaitu 6,13 mL.

Percobaan yang selanjutnya yaitu penentuan kesadahan total pada sampel


air sungai yang tidak melalui tahap pemanasan. Penentuan kesadahan total pada
sample ini cara yang dilakukan juga sama. Titrasi dilakukan secara triplo untuk
mendapatkan nilai yang sebenarnya. Setelah dilakukan uji secara triplo volume
Na2EDTA yang digunakan pada percobaan pertama yaitu 4,2 mL, percobaan
yang kedua yaitu 4,6 mL dan percobaan yang ketiga yaitu 4,7 mL. Sehingga
setelah diuji secara triplo, volume Na2EDTA rata rata yang digunakan pada
sample yang tidak melalui tahap pemanasan adalah 4,5 mL.

Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan molaritas Na2EDTA adalah


0,007112 M. Sedangkan kesadahan total pada air Sungai Brantas (Tengah) yang
tidak mengalami tahap pemanasan adalah 128,016 ppm dan Sedangkan
kesadahan total pada air Sungai Brantas (Tengah) yang mengalami tahap
pemanasan adalah 174,386 ppm. Menurut SNI, standar TDS air minum yang
baik adalah di bawah 500 mg/L dan menurut WHO, standar TDS air minum
yang baik adalah di bawah 300 mg/L. Sehingga air Sungai Brantas (Tengah)
aman dikonsumsi oleh masyarakat sekitar.

Hasil praktikum belum sesuai dengan yang diharapkan karena jika air
dipanaskan maka volumenya akan berkurang dan calcium dan magnesium akan
menguap sehingga volume Na2EDTA lebih kecil dari volume Na2EDTA yang
tidak mengalami pemanasan. Hal disebabkan oleh beberapa faktor pada saat
praktikum diantaranya pada saat titrasi, buret tidak dibilas dengan cairan titran

15
dan hanya dibilas dengan aquades saja, sehingga kemungkinan masih ada zat
pengotor yang belum terlarut oleh aquades dan mempengaruhi hasil titrasi.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesadahan air adalah adanya kandungan unsur Ca2+ dan Mg2+ dalam
air. untuk menganilisis adanya unsur Ca2+ dan Mg2+ penulis memilih
menganalisis air sungai kali brantas (tengah) kota malang dengan metode
kompleksometri. karena pada metode titrasi kompleksometri sample yang
mengandung ion (Ca2+) akan membentuk kompleks sengan EDTA sehingga
kadar pada air yang di analisis dapat diketahui.

Nilai kesadahan total pada air Sungai Brantas (Tengah) yang tidak
mengalami tahap pemanasan adalah 128,016 ppm dan Sedangkan kesadahan
total pada air Sungai Brantas (Tengah) yang mengalami tahap pemanasan
adalah 174,386 ppm.

5.2 Saran

Saran yang perlu diperhatikan dalam percobaan yaitu dalam melakukan


titras sebaiknya dilakukan dengan teliti, sehingga saat perubahan warna tidak
terlalu pekat atau terlalu pudar. Juga dilakukan pembilasan buret sebelum titrasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alan, I., & Junaidi, J, 2014. Studi Karakteristik Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS)
Sengarit pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas Kabupaten Sanggau. Jurnal
Sains Mahasiswa Pertanian, 4, 1.
Alaerts, G dan Sri Santika, 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional, Surabaya.
BSN. 2004. SNI 06-6989 13-2004. Air dan Air Limbah. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Hamilton, L.F.; Simpson, S.G, 1971. Quantitative Chemical Analysis, 12th ed.; The
MacMillan Company: New York.
Ibnu, M. S. (2005). Kimia Analatik I. Malang: Universitas Negeri Malang.
Jeewoong, Kim C. Vipulandan, 2003. Effect of pH, sulfate and sodium on the EDTA
titration of calcium. Soil Science Society of America Journal. 33, 622..
https://doi.org/10.1016/S000S-8846(02)01043-8
Pemerintah Republik Indonesia, 2011, Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011
Tentang Sungai, Lembaran Negara RI Tahun 2011, Sekretariat Negara, Jakarta
Pusat Penelitian Sumberdaya Air. 2002. Pengkajian Awal Kasus Pencemaran Waduk
Kawangkates Malang Jawa Timur. Malang: Puslit Sumberdaya Air LIPI
Bekerjasama dengan Perum Jasa Tirta 1.
Putra, A. S., 2014. Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Sungai:
Pulau Kemaro sampai dengan Muara Sungai Komering). Journal of Civil and
Environmental Engineering, 2, 3.
Pyerwianto A. 1998, Kualitas Ekologik Kali Brantas di Daerah Malang Ditinjau dari
Struktur Sungai dan Kualitas Air untuk Penentuan Pola Umum Konservasi.
[Tesis]. Surabaya: Program Pascasarjana ITS

17

Anda mungkin juga menyukai