Disusun Oleh:
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMANFAATAN DAN KONSERVASI ENERGI
2
Indonesia sendiri memiliki sumber energi tidak terbarukan berupa, minyak
bumi, gas alam, batubara.
Minyak bumi adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang
mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi.
Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon,
sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan
kemurniannya. Minyak bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-
pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah
melalui proses studi geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur sumber,
dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak bumi akan diproses di
tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik
didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai
dari bensin dan minyak tanah sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang
dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-obatan. Minyak bumi digunakan
untuk memproduksi berbagai macam barang dan material yang dibutuhkan
manusia [1].
Gas alam sering juga disebut dengan gas bumi atau gas rawa. Gas alam
merupakan bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana
(CH4). Gas alam dapat juga ditemukan di ladang minyak dan ladang batubara,
dikarenakan minyak dan batubara yang terkena gangguan panas atau tekanan
dapat menguap dan terkonversi menjadi gas CH4 (gas alam). Selain itu
terdapat pula biogas, biogas merupakan gas yang banyak mengandung CH 4
yang diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan
organik. Biogas banyak ditemukan di daerah rawa-rawa, tempat pembuangan
akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan [2]. Komponen
utama dalam gas alam adalah metana (CH4) yang merupakan molekul rantai
terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul
hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8), dan butana
(C4H10). Selain itu banyak mengandung pengotor sesuai dengan asal dari gas
bumi itu berada, seperti belerang (S) maupun merkuri (Hg).
Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian
umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan
organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri
3
dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam
berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti
C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit [3].
Cadangan
Energi Fosil Sumber daya Cadangan Produksi
(Tahun)
Minyak Bumi 56,6 miliar barel 8,2 miliar barel 357 juta barel 23
Gas Bumi 334,5 TSCF 170 TSCF 2,7 TSCF 63
Batubara 104,8 miliar ton 18,8 miliar ton 229, 2 miliar ton 82
4
ketergantungan terhadap energi tidak terbarukan dan bergerak cepat untuk mencari
landasan energi baru yang dapat terus menerus diperbaharui.
5
turbin angin hanya cocok digunakan di tempat yang memiliki angin yang
kencang.
Bahan bakar bio atau biasa disebut biofuel, merupakan bahan bakar yang
terbuat dari biomassa. Contoh biomassa yang sedang populer adalah
mikroalga. Mikroalga merupakan makhluk bersel satu yang dapat
berfotosintesis. Alga memiliki banyak kandungan lipid dan protein yang
tinggi. Protein ini biasa digunakan untuk bahan farmasi seperti obat-obatan
maupun suplemen, sedangkan lipid dari mikroalga dapat dijadikan biofuel.
Biofuel yang dihasilkan dapat menjadi biodiesel, bioetanol, biobutanol dan
yang lainnya tergantung dari jenis mikroalga yang digunakan. Contohnya
adalah chorella vulgaris yang dapat dikonversi menjadi biodiesel. Bahan bakar
bio berbeda dengan bahan bakar fosil, dimana bahan bakar bio memiliki
efektivitas energi yang rendah tetapi memiliki gas hasil pembakaran yang
lebih bersih daripada bahan bakar fosil.
(a) (b)
6
(c)
Gambar 2. Pemanfaatan Energi Terbarukan di Sekitar Pantai Baru Bantul, (a)
kincir angin, (b) panel surya, (c) pengolahan biogas [5]
Dengan adanya 36 buah kincir angin, serta 200 panel surya [6], energi
terbarukan ini dapat menerangi 50 warung kuliner, pompa air, serta mesin pembuat es
[5]. Meskipun jumlah energi yang dihasilkan dari energi terbarukan ini sangat kecil,
tetapi energi ini tidak memberikan pencemaran terhadap lingkungan. Sehingga
pemakaian energi terbarukan ini banyak didukung oleh pemerintah.
7
Sejumlah besar gas buang panas dihasilkan dari di industri. Jika panas
terbuang dapat dimanfaatkan kembali maka akan mengurangi dampak buruk bagi
lingkungan dan sejumlah bahan bakar primer dapat dihemat. Energi yang hilang
dalam limbah gas tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan kembali. Tetapi banyak panas
yang dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam alat industri sehingga dapat
menghemat energi yang harus digunakan.
Limbah panas yang dihasilkan saat ini mulai diolah dan dimanfaatkan dalam
proses industri. Umumnya industri kimia banyak menggunakan Heat Exchanger
dalam memanfaatkan kembali limbah panas, berikut informasi tentang Heat
Exchanger jenis shell and tube.
Pada industri kimia terdapat banyak limbah panas dari cairan atau uap dimana
limbah ini dapat digunakan untuk memanaskan cairan lainnya, untuk kasus tersebut
harus digunakan penukar panas jenis shell and tube karena kedua jalur harus ditutup
rapat untuk mendapatkan tekanan fluida masing-masing. Umumnya fluida yang lebih
panas masuk ke dalam shell dan fluida yang lebih dingin masuk lewat tube, tetapi
pada kasus pemanasan air sungai atau laut yang memiliki nilai padatan terlarut
(dissolved solid) yang tinggi maka fluida dingin dialirkan melewati shell karena
apabila terjadi pengendapan shell lebih mudah untuk dibersihkan.
8
Gambar 4. Pemanfaatan Panas Knalpot Kendaran untuk Pirolisis Plastik [7]
9
Gambar 5. Alat Perpindahan Panas pada Delivery Box di dalam Kendaraan
Bermotor [8]
Tabel 2. Suhu Hasil Waste Heat Recovery pada Berbagai Jarak Tempuh
Kendaraan Bermotor [8]
Kasus yang unik selanjutnya merupakan paper dari Universitas Sriwijaya yang
berjudul “Studi Eksperimental Pemanfaatan Temperatur Gas Buang dari Kendaraan
Bermotor Roda Dua untuk Pemanas Kotak Makanan (Delivery Box) pada Layanan
Pesan Antar” [8], hal yang unik adalah gas buang kendaraan roda dua memiliki suhu
sekitar 80-250oC dimana suhu ini digunakan untuk pemanfaatan panas pada kotak
makanan di kendaraan bermotor. Berikut merupakan hasil analisis suhu pada alat
kendaraan ini beserta gambar alatnya.
10
BAB III
MANAJEMEN ENERGI
Energy Management System (EMS) atau yang biasa disebut konsep sistem
manajemen energi adalah tata cara yang memungkinkan organisasi untuk membangun
sistem dan proses secara manajerial dan teknis untuk mengelola penggunaan energi
secara rasional dan meningkatkan kinerjanya termasuk dalam usaha efisiensi
penggunaan energi dengan tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi atau
layanan [9]. EMS bertujuan untuk mengurangi penggunaan energi (penghematan
energi), penurunan biaya energi, hingga dapat menjadi peluang untuk meningkatkan
daya saing sebuah organisasi.
Pada Gambar diatas konsep penghematan energi dapat dilakukan dengan cara
3 tahap yaitu, tahap penerapan merupakan menerapkan EMS yang dapat menghindari
kenaikan penggunaan energi; tahap pengembangan yang mengembangkan EMS
hingga biaya energi semakin berkurang; dan tahap ekspansi yang terus melakukan
konsep EMS dengan baik sehingga penghematan energi dapat berlanjut secara
efesien.
11
REMS merupakan konsep manajemen energi khusus untuk operasi kilang
minyak yang dibuat oleh British Petroleum. REMS didesain untuk dapat secara efektif
mengendalikan pemakaian energi di kilang minyak. Pada REMS penghematan energi
diperoleh dari [10]:
Pengendalian pemakaian energi pada pemanas di kilang akan menurunkan
biaya sebesar 1% dari total biaya energi.
Peran serta dari seluruh pekerja yang bersama-sama berupaya dalam
penghematan energi akan menurunkan biaya energi sebesar 1 - 4%.
Secara keseluruhan 1 – 5% dari total kebutuhan energi dapat dihemat dengan
melakukan pengendalian energi menggunakan sistem REMS.
TFOE (Ton Fuel Oil Equivalents) merupakan jumlah energi panas yang
didasarkan pada Net Heating Value (NHV) dari 1 ton Heavy Fuel Oil pada
10o API gravity dengan perbandingan H : C = 0,124.
Energy Performance Indicator (EPI)
EPI digunakan untuk mengukur pemakaian energi kilang yang dilakukan
dengan membandingkan antara konsumsi energi aktual (Actual Energy
12
Consumption, AEC) dengan GEC pada mode operasi yang sama dalam bentuk
persentase.
13
Gambar 7. Audit Energi yang Ditampilkan di Arizona State University [11]
14
Sistem kontrol CEMS terkait dengan pengaturan pencahayaan buatan yang
dikombinasikan dengan okupansi ruangan atau pencahayaan alami. Saat ruangan tidak
ada penghuninya, maka otomatis lampu dalam ruangan tidak aktif, jenis sensor yang
bisa digunakan adalah sensor PIR (Passive InfraRed). Sensor PIR akan mendeteksi
keberadaan manusia dalam ruangan dengan menerima pancaran infrared. Pada ruang
di mana cahaya alami dapat masuk ke dalam ruangan, sensor phototransistor dapat
digunakan untuk mengatur penggunaan pencahayaan buatan sehingga tidak ada energi
yang terbuang sia-sia [11].
15
BAB IV
ANALISIS ENERGI
Tabel 3. Data Pemakaian Energi Tahunan dan Biaya untuk Masing Tipe
Energi [12]
4. Buat diagram (pie chart) yang menunjukkan konsumsi energi dan biaya untuk
masing tipe energi. (misal Gambar 8)
16
5. Bila tersedia data yang terkait dengan sejarah energi, perbandingan harus
dibuat untuk melihat trend datanya. (misal Tabel 4)
17
Nilai energi yardsticks yang digunakan di berbagai negara akan berbeda antara
negara yang satu dengan negara yang lain. Hal itu disebabkan oleh perbedaan kondisi
alam dan juga perbedaan iklim/musim. Meskipun demikian, prinsip-prinsip yang
mendasari terciptanya nilai NPI bersifat umum dan dapat digunakan secara universal.
Berikut langkah-langkah dari analisis NPI [12]:
1. Hitung jumlah total pemakaian energi dalam satuan standar seperti pada
analisis annual energy consumption.
2. Tentukan jumlah pemakaian energi tahunanyang digunakan untuk pemanasan
ruang (space heating). Nilai ini dapat diestimasi berdasarkan data yang
terdapat pada Tabel 5.
18
Tabel 6. Data Standard Annual Heating Degree Days di Berbagai Wilayah
UK [12]
Kemudian misalkan suhu udara luar 30 °C, suhu dalam ruangan (suhu basis)
23 °C, maka akan terjadi 7 cooling degree days. Dan jika hal ini berlanjut
selama 1 tahun (365 hari), maka akan terjadi 2.555 cooling degree days.
19
4. Tambahkan jumlah pemakaian energi space heating tekoreksi dengan jumlah
pemakaian energi non-heatingsehingga menghasilkan jumlah pemakaian
energi ‘non-time corrected’.
5. Kalikan jumlah pemakaian energi ‘non-time corrected’ dengan suatu koefisien
untuk mengkoreksi ‘jam pemakaian’ di bangunan/fasilitas tersebut sehingga
menghasilkan jumlah pemakaian energi tahunan ternormalisasi. Koefisien
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Data Nilai Standard Annual Hours of Use Pada Berbagai Tipe
Bangunan [12]
20
6. Bagi jumlah pemakaian energi tahunan ternormalisasi dengan luas area
bangunan sehingga menghasilkan nilai NPI.
7. Bandingkan nilai NPI yang diperoleh dengan yardsticks yang tersedia,
kemudian golongkan performa energi dari bangunan tersebut berdasarkan
klasifikasi berikut:
Good: Secara umum, kontrol dan manajemen energi sudah baik,
walaupun masih dimungkinkan untuk dilakukan penghematan lebih
lanjut.
Fair: kontrol dan manajemen energi cukup baik, tetapi penghematan
yang signifikan masih harus dicapai.
Poor: Pemakaian energi terlalu tinggi dan diperlukan adanya tindakan
yang segera untuk menurunkan pemakaian energi atau meningkatkan
efisiensi energi.
Diketahui:
Jawab:
21
Konsumsi energi untuk pemanasan = 70% x 940.000 kWh = 658.000 kWh
2462
Konsumsi aktual energi untuk pemanasan = 658.000 x x1
2115
= 765.955,6 kWh
2540
Normalisasi konsumsi energi tahunan = 1.075 .955,6 kW h x
2400
= 1.138.719,7 kWh
Nilai NPI didapatkan jika normalisasi konsumsi energi tahunan dibagi dengan
luasan lantai keseluruhan gedung.
1.138 .719,7 kW h
NPI= 2
=237,2 kW h /m2
4800 m
Dari nilai NPI yang kita dapatkan yang kemudian dibandingkan dengan data
NPI yang ada, kita ketahui bahwa Range NPI untuk gedung perpustakaan
sebesar 200 – 280 kWh/m2. Sehingga dari penilaian energi yang ada (dari yang
paling tinggi ke yang paling rendah : good – fair – bad), penggunaan energi
pada bangunan perpustakaan pada kasus tersebut masuk dalam kategori fair,
yaitu kontrol dan manajemen energi sudah cukup baik walaupun masih bisa
untuk ditingkatkan kontrol dan manajemen energi-nya.
22
4.3. Time-Dependent Energy Analysis
Jika terdapat kumpulan data energi yang memadai, dapat dihasilkan sebuah
grafik sederhana yang menggambarkan hubungan jumlah konsumsi energi dengan
waktu. Analisis time-dependent sederhana ini memungkinkan kita untuk mengetahui
kecenderungan dan pola konsumsi/pemakaian energi di suatu tempat. Analisis ini
sangat bermanfaat karena dapat digunakan untuk mengidentifikasi konsumsi energi
secara cepat. Meskipun demikian, perlu dipahami bahwa teknik analisis ini juga
memiliki keterbatasan dimana analisis ini hanya akan lebih cocok untuk digunakan
sebagai alat pembanding, bukan sebagai suatu nilai absolut.
Contoh grafik time-dependent adalah sebagai berikut:
Gambar 9. Grafik Time Dependent Konsumsi Gas Pada Tahun 1994 dan 1995 [12]
23
Konsumsi energi di bulan yang sama pada tahun yang berbeda bisa saja
memiliki perbedaan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam alasan, antara
lain yaitu perbedaan kondisi operasi, perbedaan kondisi cuaca, dan perbedaan waktu
operasi. Alasan-alasan tersebut tidak dapat teridentifikasi secara spesifik melalui
grafik seperti pada Gambar 9. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik analisis yang
lebih canggih, yaitu dengan membuat grafik dengan lebih dari satu variabel terhadap
waktu seperti pada gambar berikut:
Melalui grafik pada Figure 4.3 di atas, dapat lebih diketahui alasan atau latar
belakang terjadinya suatu kecenderungan penggunaan energi di suatu tempat pada
suatu periode tertentu. Sebagai contoh, dari grafik di atas dapat diketahui bahwa
semakin besar total monthly degree days maka akan semakin besar pula energi yang
dikonsumsi untuk keperluan pemanasan ruangan. Dengan kata lain, melalui grafik
tersebut dapat diketahui bagaimana pola atau kecenderungan penggunaan energi
secara musiman.
24
variabel waktu, tetapi digunakan variabel-variabel lain yang mempengaruhi konsumsi
energi. Beberapa variabel yang biasanya dibandingkan adalah sebagai berikut:
Konsumsi gas vs nilai heating degree days.
Konsumsi gas vs jumlah unit produksi.
Konsumsi listrik vs jumlah unit produksi.
Konsumsi air vs jumlah unit produksi.
Konsumsi listrik untuk pencahayaan vs waktu penghunian.
25
Bentuk umum persamaan linier ditunjukkan sebagai berikut:
y = c + mx
dimana y adalah variabel terikat (contohnya: konsumsi energi), x adalah variabel
bebas (contohnya: nilai degree days), c adalah intersep (titik dimana kurva linier
memotong sumbu y), dan m adalah gradien dari kurva linier.
Nilai c dan m dapat dicari dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut:
cn + m∑x = ∑y
c∑x + m∑x2 = ∑xy
Contoh hasil regresi linier adalah sebagai berikut:
Gambar 11. Grafik Hasil Regresi Linier untuk Rumah Sakit [12]
2. Correlation coefficients
Pada beberapa keadaan/kasus tertentu titik-titik data yang ada bisa jadi sangat
acak (tidak teratur).Hal ini akan menyebabkan persamaan linier yang dibuat menjadi
kurang mewakili data/keadaaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu
nilai indikator yang dapat mengukur seberapa sesuai kurva linier yang dibuat dengan
data yang ada. Salah satu nilai yang dapat dijadikan sebagai indikator tersebut adalah
Pearson correlation coefficient. Pearson correlation coefficient bernilai antara 1 dan
0, dimana nilai 1 menunjukkan 100% kesesuaian.
26
3. Multi-variable analysis
Seringkali konsumsi energi dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel. Pada
kasus ini korelasi variabel-variabel tersebut ditunjukkan oleh persamaan berikut:
y = c + m1x1 + m2x2 + . . . + mnxn
Untuk menyelesaikan persamaan multivariabel di atas diperlukan bantuan program
komputer karena cukup sulit jika diselesaikan secara manual/analitis.
4.5. CUSUM
Suatu teknik analisis lain yang dapat digunakan untuk memperkirakan
konsumsi energi di masa mendatang adalah CUSUM, yang merupakan singkatan dari
cumulative sum deviation method. Metode ini mengukur deviasi kumulatif dari pola
konsumsi standar. Nilai standar dihitung dari persamaanstandar yang dihasilkan dari
analisis regresi linier untuk data yang terkumpul pada periode monitoring sebelum
adanya berbagai intervensi (pada periode standar/dasar).
Tahap-tahap yang harus dilakukan untuk membuat sebuah grafik/plot CUSUM
adalah sebagai berikut:
1. Plot grafik, seperti pada Gambar 11, untuk periode standar (periode dasar),
lalu turunkan persamaan standar berdasarkan data tersebut dengan metode
regresi linier.
2. Gunakan persamaan standar untuk menghitung nilai prediksi konsumsi energi
di setiap bulannya.
3. Untuk setiap titik data, kurangkan nilai konsumsi energi aktual dengan nilai
konsumsi energi prediksi (berdasarkan persamaan).
4. Untuk setiap titik data, hitung nilai kumulatif dari deviasi nilai konsumsi
energi aktual terhadap nilai konsumsi prediksi. Nilai ini merupakan nilai
CUSUM untuk setiap titik data.
5. Plot nilai CUSUM terhadap waktu.
27
BAB V
AUDIT ENERGI
28
Berikut langkah-langkah dari audit energi [13]:
29
Diagram satu garis listrik, lengkap dengan penjelasan penggunaan daya
listriknya dan besarnya penyambungan daya listrik PLN serta besarnya daya
listrik cadangan dari Diesel Generating Set.
b. Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung selama satu tahun terakhir
dan rekening pembelian bahan bakar minyak (bbm), bahan bakar gas (bbg), dan
air.
c. Menghitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) gedung.
Dari hasil studi, statistik dan pengukuran pada sejumlah gedung bertingkat
diperoleh fakta bahwa beban listrik untuk AC rata-rata mencapai sekitar 60% dari
seluruh pemakaian listrik.
30
Menurut Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi dan Pengawasannya di
Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional nilai IKE dari suatu bangunan gedung
digolongkan dalam dua kriteria, yaitu untuk bangunan ber-AC dan bangunan tidak
ber-AC [13].
Tabel 10. Intensitas Konsumsi Energi Pada Bangunan Gedung Tidak ber-
AC [13]
Kriteria Keterangan
Efisien a) Pengeloaan gedung dan peralatan energi dilakukan
(0,84 – 1,67) dengan prinsip konversi energi listrik
31
Kriteria Keterangan
Sangat Efisien a) Desain gedung sesuai standar tatacara perencanaan
(4,17 – 7,92) teknis konservasi energi
kWh/m2/bulan memungkinkan
b) Pengoperasian dan pemeliharaan gedung belum
mempertimbangkan prinsip konservasi energi
Agak Boros a) Audit energi perlu dipertimbangkan untuk
(14,58 – 19,17) menentukan perbaikan efisiensi yang mungkin
kWh/m2/bulan dilakukan
b) Desain bangunan maupun pemeliharaan dan
pengoperasian gedung belum mempertimbangkan
konservasi energi
32
penting menjamin bahwa alat ukur (sensor) yang digunakan telah dikalibrasi oleh
instansi yang berwenang.
3. Menganalisis data
Hasil pengumpulan data, selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis energi
ini dapat digunakan untuk memahami dan memperbaiki bagaimana, di mana dan
bilamana energi digunakan secara efektif dan efisien. Dari hasil analisis energi (lihat
Bab IV), dapat diketahui golongan performa pemakaian energi tersebut (Good, Fair,
Poor).
33
penghematan energi memang penting, tetapi jangan sampai mengurangi kenyamanan
sehingga mempengaruhi kinerja suatu perusahaan atau industri. Harus sesuai standar
yang telah ditetapkan dan jangan sampai mengurangi tingkat keselamatan
34
Daftar Pustaka
35
[12] Beggs C., (2002), “Energy: Management, Supply and Conservation,” Butterworth-
Heinemann, Oxford, England.
[13] Falah F. A., (2014), “Langkah-Langkah Audit Energi,” Jurusan Teknik Mesin,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
36