Anda di halaman 1dari 38

MANAJEMEN DAN KONSERVASI ENERGI:

PEMANFAATAN DAN KONSERVASI ENERGI, MANAJEMEN ENERGI,


ANALISIS ENERGI, DAN AUDIT ENERGI
Karya Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah MKE 2017
“Manajemen dan Konservasi Energi”
Dosen Pengampu: Prof. Ir. I Made Bendiyasa, M.Sc., Ph.D.

Disusun Oleh:

Herman Amrullah (14/369649/TK/42651)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i


BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1........................................................................................ Latar Belakang
............................................................................................................. 1
BAB II PEMANFAATAN DAN KONSERVASI ENERGI ............................... 2
2.1. Konservasi Energi ............................................................................. 2
2.2. Energi Tidak Terbarukan ................................................................... 2
2.3. Energi Terbarukan ............................................................................. 5
2.4. Pemanfaatan Limbah Panas................................................................ 7
BAB III MANAJEMEN ENERGI ..................................................................... 11
3.1.Pengertian Energy Management System .......................................... 11
3.2. Refinery Energy Management System (REMS) .............................. 12
3.3. Campus Energy Management System (CEMS)................................ 13
BAB IV ANALISIS ENERGI ........................................................................... 16
4.1. Annual Energy Consumption ........................................................... 16
4.2. Normalized Performance Indicators ................................................. 17
4.3. Time-Dependent Energy Analysis ..................................................... 23
4.4. Linear Regression Analysis ............................................................... 24
4.5. CUSUM ............................................................................................. 27
BAB V AUDIT ENERGI ..................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Populasi dunia semakin hari semakin meningkat. Peningkatan ini pun tak
dapat dipungkiri berdampak pada kehidupan sehari-hari terkait dengan jumlah
kebutuhan energi. Energi merupakan salah satu prasyarat bagi kelangsungan
kehidupan manusia saat ini. Energi dapat diartikan sebagai “the ability to do work”
yaitu kemampuan untuk melakukan kerja, setiap kerja yang kita lakukan pasti
membutuhkan energi.
Semakin banyak populasi menyebabkan semakin banyak pula kebutuhan
energi setiap harinya. Konsumsi energi yang besar ini tidak sebanding dengan
munculnya sumber energi baru sehingga persediaan energi akan semakin menipis, hal
ini yang mengakibatkan terjadinya krisis energi di beberapa Negara. Solusi dari
permasalahan ini berupa penggunaan energi terbarukan dan penghematan energi.
Alhasil energi terbarukan masih memiliki kekurangan yaitu energi ini menghasilkan
jumlah energi yang kecil, sehingga untuk perindustrian, kampus, dan laboratorium-
laboratorium yang membutuhkan jumlah energi yang besar tidak bisa diaplikasikan.
Untuk itu harus dilakukan penghematan energi, dimana penghematan energi dapat
berhasil diaplikasikan jika mendapatkan dukungan dari semua pihak (orang) yang
terlibat.
Penghematan energi dapat dilakukan secara maksimal apabila dapat mengerti
konsep dari manajemen energi. Pemanfaatan energi, manajemen energi, analisis
energi, dan audit energi merupakan konsep yang penting untuk memaksimalkan
penghematan energi. Pemanfaatan energi dilakukan secara tepat dan efisien untuk
mengurangi pemakaiaan energi yang berlebihan, analisis energi dilakukan untuk
mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap proses, dan audit energi
dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi sehingga peluang untuk
penghematan energi semakin mudah dilakukan.

1
BAB II
PEMANFAATAN DAN KONSERVASI ENERGI

2.1. Konservasi Energi


Penghematan energi atau konservasi energi merupakan upaya mengurangi
jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dilakukan dengan cara
menggunakan energi lebih sedikit, ataupun mengurangi konsumsi dan kegiatan yang
menggunakan energi. Penghematan energi berdampak positif terhadap faktor
lingkungan maupun ekonomi, baik berupa berkurangnya polusi di lingkungan yang
disebabkan oleh pemakaiaan energi dan juga pengurangan biaya yang digunakan
ketika mengonsumsi energi.
Penghematan energi dan penggunaan energi secukupnya wajib dilakukan oleh
semua kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan kondisi bumi yang semakin tua dan
menipisnya persediaan energi yang diperlukan. Di masa mendatang, kemajuan
teknologi membutuhkan energi yang besar, sehingga penghematan energi merupakan
hal yang harus dilakukan dari sekarang.
Energi konvensional merupakan energi yang tidak dapat diperbarui, sehingga
agar keberadaanya akan tetap eksis harus dilakukan penghematan energi. Hal-hal
kecil yang dapat kita lakukan untuk menghemat energi, seperti:
 Mematikan segala alat elektronik yang tidak dipakai
 Memilih alat elektronik yang memiliki konsumsi energi yang kecil
 Tidak menggunakan kendaraan apabila jarak yang ditempuh dekat
 Menggunakan energi terbarukan yang tersedia

2.2. Energi Tidak Terbarukan


Sumber energi tidak terbarukan merupakan sumber energi yang belum
tersentuh oleh teknologi yang ada atau belum diubah menjadi energi yang praktis,
energi ini merupakan energi dalam bumi yang jumlahnya terbatas dan tidak dapat
diperbaruhi lagi. Sumber energi ini cepat atau lambat akan habis dan berbahaya
bagi lingkungan. Disebutkan bahwa energi ini tidak dapat diperbaruhi maksudnya
adalah energi ini tidak dapat diregenerasi dalam waktu yang singkat. Lalu berbahaya
bagi lingkungan karena menimbulkan polusi udara, air dan tanah yang berdampak
pada kelangsungan makluk hidup.

2
Indonesia sendiri memiliki sumber energi tidak terbarukan berupa, minyak
bumi, gas alam, batubara.
 Minyak bumi adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang
mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi.
Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon,
sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan
kemurniannya. Minyak bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-
pertambangan minyak. Lokasi sumur-sumur minyak ini didapatkan setelah
melalui proses studi geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur sumber,
dan berbagai macam studi lainnya. Setelah itu, minyak bumi akan diproses di
tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik
didihnya sehingga menghasilkan berbagai macam bahan bakar, mulai
dari bensin dan minyak tanah sampai aspal dan berbagai reagen kimia yang
dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-obatan. Minyak bumi digunakan
untuk memproduksi berbagai macam barang dan material yang dibutuhkan
manusia [1].
 Gas alam sering juga disebut dengan gas bumi atau gas rawa. Gas alam
merupakan bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana
(CH4). Gas alam dapat juga ditemukan di ladang minyak dan ladang batubara,
dikarenakan minyak dan batubara yang terkena gangguan panas atau tekanan
dapat menguap dan terkonversi menjadi gas CH4 (gas alam). Selain itu
terdapat pula biogas, biogas merupakan gas yang banyak mengandung CH 4
yang diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan
organik. Biogas banyak ditemukan di daerah rawa-rawa, tempat pembuangan
akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan [2]. Komponen
utama dalam gas alam adalah metana (CH4) yang merupakan molekul rantai
terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul
hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8), dan butana
(C4H10). Selain itu banyak mengandung pengotor sesuai dengan asal dari gas
bumi itu berada, seperti belerang (S) maupun merkuri (Hg).
 Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian
umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan
organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri
3
dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam
berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti
C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit [3].

Gambar 1. Diagram Komposisi Energi Dalam Pemanfaatan Energi


Nasional [4]

Dalam pemanfaatan energi nasional, energi tidak terbarukan masih


mendominasi. Dari diagam di atas, saat ini bahan bakar minyak mendominasi
pemanfaatan energi nasional dengan presentase 47,1 %. Disusul gas alam (21,0%),
listrik (14,2%), batubara (12,7%), LPG (2,5%), dan bahan bakar nabati (2,4%).

Tabel 1. Persediaan Cadangan Energi Tidak Terbarukan Indonesia [4]

Cadangan
Energi Fosil Sumber daya Cadangan Produksi
(Tahun)
Minyak Bumi 56,6 miliar barel 8,2 miliar barel 357 juta barel 23
Gas Bumi 334,5 TSCF 170 TSCF 2,7 TSCF 63
Batubara 104,8 miliar ton 18,8 miliar ton 229, 2 miliar ton 82

Sementara itu, cadangan energi tidak terbarukan Indonesia semakin menipis.


Untuk cadangan batubara hanya akan bertahan tidak lebih dari 82 tahun ke depan dan
hanya 23 tahun saja untuk jenis minyak bumi. Hal ini memberikan peringatan yang
cukup jelas bahwa Indonesia harus menghemat pemakaiaan energinya, mengurangi

4
ketergantungan terhadap energi tidak terbarukan dan bergerak cepat untuk mencari
landasan energi baru yang dapat terus menerus diperbaharui.

2.3. Energi Terbarukan


Energi terbarukan merupakan energi yang dipilih untuk menggantikan energi
tidak terbarukan (fosil). Energi terbarukan adalah energi yang bersumber dari alam
dan secara berkesinambungan dapat terus diproduksi tanpa harus menunggu waktu
jutaan tahun layaknya energi berbasis fosil. Sumber alam yang dimaksud dapat
berasal dari matahari, panas bumi (geothermal), angin, air (hydropower) dan berbagai
bentuk dari biomassa. Sumber energi tersebut tidak dapat habis dan dapat terus
diperbarukan.
Jumlah energi dari energi terbarukan tidak sebanyak degan energi fosil,
sehingga diharapkan pemakaian energi fosil hanya untuk perindustrian yang besar
yang membutuhkan energi dalam jumlah banyak. Sedangkan untuk pemakaian energi
dengan jumlah kecil bisa digunakan energi terbarukan. Berikut contoh energi-energi
terbarukan yang dapat dimanfaatkan:
 Energi cahaya matahari (energi surya) banyak digunakan untuk pemanasan air,
menjalankan alat elektronik berdaya kecil, maupun sebagai penghasil listrik.
Untuk memanfaatkan energi matahari biasanya digunakan panel surya.
Contohnya untuk memanaskan air digunakan panel surya, panel surya berupa
lempengan logam hitam yang dihubungkan dengan pipa air, lempengan ini
akan memindahkan panas matahari ke air yang mengalir di sepanjang pipa.
Panel surya juga dapat dipasangkan dengan baterai, sehingga energi panas
yang telah dikonversikan menjadi energi listrik dapat langsung disimpan
dalam baterai. Energi cahaya matahari juga dapat menghasilkan listrik dengan
cara energi panas digunakan untuk mendidihkan air, lalu uap air yang
terbentuk digunakan untuk menggerakkan turbin dan generator dapat
menyimpan listrik yang ada.
 Energi angin dapat dikonversi menjadi listrik dengan cara penggunaan turbin
angin. Angin digunakan untuk memutarkan turbin yang memiliki bilah-bilah.
Bilah-bilah ini dihubungkan dengan sebuah generator. Saat bilah bergerak
maka generator dapat menghasilkan listrik. Jumlah energi listrik yang
dihasilkan dari turbin angin ditentukan oleh kecepatan anginnya, sehingga

5
turbin angin hanya cocok digunakan di tempat yang memiliki angin yang
kencang.
 Bahan bakar bio atau biasa disebut biofuel, merupakan bahan bakar yang
terbuat dari biomassa. Contoh biomassa yang sedang populer adalah
mikroalga. Mikroalga merupakan makhluk bersel satu yang dapat
berfotosintesis. Alga memiliki banyak kandungan lipid dan protein yang
tinggi. Protein ini biasa digunakan untuk bahan farmasi seperti obat-obatan
maupun suplemen, sedangkan lipid dari mikroalga dapat dijadikan biofuel.
Biofuel yang dihasilkan dapat menjadi biodiesel, bioetanol, biobutanol dan
yang lainnya tergantung dari jenis mikroalga yang digunakan. Contohnya
adalah chorella vulgaris yang dapat dikonversi menjadi biodiesel. Bahan bakar
bio berbeda dengan bahan bakar fosil, dimana bahan bakar bio memiliki
efektivitas energi yang rendah tetapi memiliki gas hasil pembakaran yang
lebih bersih daripada bahan bakar fosil.

Pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia sedang diperbanyak, misalnya


saja di daerah Pantai Baru Bantul, DIY terdapat kincir angin, panel surya, serta
pengolahan kotoran ternak sebagai pembuatan biogas.

(a) (b)

6
(c)
Gambar 2. Pemanfaatan Energi Terbarukan di Sekitar Pantai Baru Bantul, (a)
kincir angin, (b) panel surya, (c) pengolahan biogas [5]

Dengan adanya 36 buah kincir angin, serta 200 panel surya [6], energi
terbarukan ini dapat menerangi 50 warung kuliner, pompa air, serta mesin pembuat es
[5]. Meskipun jumlah energi yang dihasilkan dari energi terbarukan ini sangat kecil,
tetapi energi ini tidak memberikan pencemaran terhadap lingkungan. Sehingga
pemakaian energi terbarukan ini banyak didukung oleh pemerintah.

2.4. Pemanfaatan Limbah Panas


Energi tidak dapat terkonversi 100% menjadi kerja atau energi lain, energi
akan menghasilkan limbah panas (waste heat). Limbah panas adalah panas yang
dihasilkan oleh proses pembakaran bahan bakar atau reaksi kimia, yang kemudian
dibuang ke lingkungan dan tidak digunakan ulang untuk tujuan ekonomis dan
bermanfaat. Dengan memanfaatkan kembali limbah panas, penghematan energi dapat
dilakukan di beberapa proses.
Selama ini masih banyak limbah panas yang belum dimanfaatkan kembali.
Diantaranya adalah Pemanfaatan air pendingin dari air laut dan buangan limbah panas
ke perairan laut dari mesin-mesin industri dan mesin pembangkit tenaga listrik. Hal
ini lambat laun akan memberikan perubahan kecil pada temperatur air lingkungan dan
air laut, bukan saja dapat menghalau ikan atau spesies lainnya, namun juga akan
mempercepat proses biologis pada tumbuhan dan hewan bahkan akan menurunkan
tingkat oksigen dalam air. Akibatnya akan terjadi kematian pada ikan atau akan
terjadi kerusakan ekosistem.

7
Sejumlah besar gas buang panas dihasilkan dari di industri. Jika panas
terbuang dapat dimanfaatkan kembali maka akan mengurangi dampak buruk bagi
lingkungan dan sejumlah bahan bakar primer dapat dihemat. Energi yang hilang
dalam limbah gas tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan kembali. Tetapi banyak panas
yang dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam alat industri sehingga dapat
menghemat energi yang harus digunakan.
Limbah panas yang dihasilkan saat ini mulai diolah dan dimanfaatkan dalam
proses industri. Umumnya industri kimia banyak menggunakan Heat Exchanger
dalam memanfaatkan kembali limbah panas, berikut informasi tentang Heat
Exchanger jenis shell and tube.

Gambar 3. Heat Exchanger Jenis Shell and Tube

Pada industri kimia terdapat banyak limbah panas dari cairan atau uap dimana
limbah ini dapat digunakan untuk memanaskan cairan lainnya, untuk kasus tersebut
harus digunakan penukar panas jenis shell and tube karena kedua jalur harus ditutup
rapat untuk mendapatkan tekanan fluida masing-masing. Umumnya fluida yang lebih
panas masuk ke dalam shell dan fluida yang lebih dingin masuk lewat tube, tetapi
pada kasus pemanasan air sungai atau laut yang memiliki nilai padatan terlarut
(dissolved solid) yang tinggi maka fluida dingin dialirkan melewati shell karena
apabila terjadi pengendapan shell lebih mudah untuk dibersihkan.

8
Gambar 4. Pemanfaatan Panas Knalpot Kendaran untuk Pirolisis Plastik [7]

Pemanfaatan waste heat recovery telah banyak diaplikasikan, terdapat banyak


kasus yang unik dan inovatif. Berikut merupakan contoh kasus tentang waste heat
recovery dari mahasiswa UGM yaitu berupa pemanfaatan panas gas buang knalpot
kendaraan mobil untuk proses pirolisis plastik dalam rangka membuat mobil berbasis
hybrid. Ide ini telah dituangkan di dalam paper yang berjudul “Hybrid Eco-friendly
Vehicle: Biofuel Production in Car by Plastic Pyrolysis and CO2 Capture for
Microalgae Cultivation” [7], hal yang unik dari paper ini adalah gas buang knalpot
dimanfaatkan untuk sumber panas pirolisis plastik yang dimaksudkan agar dapat
menghasilkan minyak bahan bakar sebagai tambahan bahan bakar dalam kendaraan.
Suhu gas buang knalpot untuk kendaraan yang menggunakan bahan bakar gasoline
adalah sekitar 500-800oC, panas gas buang ini dijadikan untuk sumber panas pirolisis
plastik dengan suhu sekitar 310-540oC. Berikut merupakan gambaran pemanfaatan
gas buang knalpot kendaran untuk sumber panas pirolisis plastik.

9
Gambar 5. Alat Perpindahan Panas pada Delivery Box di dalam Kendaraan
Bermotor [8]

Tabel 2. Suhu Hasil Waste Heat Recovery pada Berbagai Jarak Tempuh
Kendaraan Bermotor [8]

Kasus yang unik selanjutnya merupakan paper dari Universitas Sriwijaya yang
berjudul “Studi Eksperimental Pemanfaatan Temperatur Gas Buang dari Kendaraan
Bermotor Roda Dua untuk Pemanas Kotak Makanan (Delivery Box) pada Layanan
Pesan Antar” [8], hal yang unik adalah gas buang kendaraan roda dua memiliki suhu
sekitar 80-250oC dimana suhu ini digunakan untuk pemanfaatan panas pada kotak
makanan di kendaraan bermotor. Berikut merupakan hasil analisis suhu pada alat
kendaraan ini beserta gambar alatnya.

10
BAB III
MANAJEMEN ENERGI

3.1. Pengertian Energy Management System

Energy Management System (EMS) atau yang biasa disebut konsep sistem
manajemen energi adalah tata cara yang memungkinkan organisasi untuk membangun
sistem dan proses secara manajerial dan teknis untuk mengelola penggunaan energi
secara rasional dan meningkatkan kinerjanya termasuk dalam usaha efisiensi
penggunaan energi dengan tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi atau
layanan [9]. EMS bertujuan untuk mengurangi penggunaan energi (penghematan
energi), penurunan biaya energi, hingga dapat menjadi peluang untuk meningkatkan
daya saing sebuah organisasi.

Gambar 6. Konsep Penghematan Energi dengan EMS [9]

Pada Gambar diatas konsep penghematan energi dapat dilakukan dengan cara
3 tahap yaitu, tahap penerapan merupakan menerapkan EMS yang dapat menghindari
kenaikan penggunaan energi; tahap pengembangan yang mengembangkan EMS
hingga biaya energi semakin berkurang; dan tahap ekspansi yang terus melakukan
konsep EMS dengan baik sehingga penghematan energi dapat berlanjut secara
efesien.

3.2. Refinery Energy Management System (REMS)

11
REMS merupakan konsep manajemen energi khusus untuk operasi kilang
minyak yang dibuat oleh British Petroleum. REMS didesain untuk dapat secara efektif
mengendalikan pemakaian energi di kilang minyak. Pada REMS penghematan energi
diperoleh dari [10]:
 Pengendalian pemakaian energi pada pemanas di kilang akan menurunkan
biaya sebesar 1% dari total biaya energi.
 Peran serta dari seluruh pekerja yang bersama-sama berupaya dalam
penghematan energi akan menurunkan biaya energi sebesar 1 - 4%.
 Secara keseluruhan 1 – 5% dari total kebutuhan energi dapat dihemat dengan
melakukan pengendalian energi menggunakan sistem REMS.

Istilah dalam REMS [10]:


 Energy Guideline Factor (EGF)
EGF merupakan faktor-faktor perhitungan untuk penentuan guideline
pemakaian energi yang dikembangkan untuk masing-masing jenis unit
operasi.
 Energy Targets (ET)
ET merupakan target penggunaan energi yaitu berupa standar unjuk kerja
penggunaan energi. ET dapat ditentukan berdasarkan data penggunaan energi
waktu yang lalu.
 Guideline Energy Consumption (GEC)
GEC merupakan nilai konsumsi energi dari masing-masing unit operasi yang
diasumsikan menggunakan teknologi terkini. GEC dapat dirumuskan sebagai
berikut.

GEC (TFOE/day) = EGF (TFOE/ton feed) x Total Input (Ton/day)

TFOE (Ton Fuel Oil Equivalents) merupakan jumlah energi panas yang
didasarkan pada Net Heating Value (NHV) dari 1 ton Heavy Fuel Oil pada
10o API gravity dengan perbandingan H : C = 0,124.
 Energy Performance Indicator (EPI)
EPI digunakan untuk mengukur pemakaian energi kilang yang dilakukan
dengan membandingkan antara konsumsi energi aktual (Actual Energy

12
Consumption, AEC) dengan GEC pada mode operasi yang sama dalam bentuk
persentase.

EPI = (AEC/GEC) x 100%

Pelaksanaan REMS di British Petroleum [10]:


1. Penanggung jawab pemakaian energi diangkat sebagai Koordinator Energi
(Manajer Energi) dan pembuatan aturan dalam manajemen energi.
2. Identifikasi pemakaian bahan bakar (minyak bumi, gas), uap jenuh, energi
listrik dan air pendingin dari masing-masing unit proses. Identifikasi panas
yang diterima atau yang diberi dari atau kepada unit lain.
3. Pasang indikator suhu dan tekanan. Pemasangan sistem metering yang
penting untuk perhitungan REMS.
4. Tentukan prosedur perhitungan EPI untuk masing-masing unit proses.
Kemudian hitung EPI pada masing-masing unit operasi dan dicatat meliputi
data laju umpan, suhu, serta variabel lainnya yang dibutuhkan untuk
perhitungan.
5. Hitung EPI keseluruhan setiap bulannya dengan menggunakan konsumsi
energi actual (AEC) dari kondisi operasi rata-rata. Kemudian lengkapi Energy
Loss Analysis pada masing-masing unit operasi untuk data perbaikan alat.
6. Perbaikan dilakukan untuk unit proses maupun keseluruhan sistem operasi
kilang

3.3. Campus Energy Management System (CEMS)


Sistem manajemen energi dan penggunaan energi alternatif menjadi perhatian
yang penting pada pengembangan ketahanan kampus, selain itu hal tersebut dapat
mengatasi perubahan iklim dengan penurunan emisi karbondioksida. CEMS
merupakan tahap awal yang baik untuk mencapai kampus yang ramah lingkungan,
sistem ini meliputi pemantauan penggunaan energi (konsumsi daya), informasi
statistik sumber daya, dan audit energi yang dapat ditampilkan di sebuah server web
yang bisa diakses semua orang, bahkan dapat ditampilkan di sebuah situs resmi
seperti pada Gambar 7.

13
Gambar 7. Audit Energi yang Ditampilkan di Arizona State University [11]

Analisis data informasi dari pemantauan yang dilakukan ini akan sangat


bermanfaat untuk dijadikan pertimbangan dalam menetukan kebijakan selanjutnya,
yaitu kebijakan yang bisa menentukan tercapainya target-target yang ingin dicapai
pada awal pengembangan. Beberapa kebijakan yang mungkin diambil yaitu
terkait penggunaan sumber daya, pendidikan lingkungan (perilaku hemat energi),
pemanfaatan teknologi yang efisien energi dan sistem kontrol.
Selain sebuah sistem kontrol, pada CEMS juga terdapat pemakaian energi
alternatif, pendidikan lingkungan kampus, serta pemanfaatan teknologi yang efisien
energi. Pemakaian energi alternatif dalam kampus sangat berkembang hal ini
dikarenakan banyaknya dukungan dari penelitian-penelitian mahasiswa maupun
dosen dalam hal energi alternatif. Pendidikan lingkungan kampus dapat berupa
sosialisasi dari kampus yang bertema tentang penghematan energi serta poster-poster
yang bernilai pada lingkungan. Teknologi pencahayaan, pemanasan, pendinginan dan
alat elektronik lainnya tentu memiliki nilai efisiensi yang bervariasi. Semakin tinggi
efisiensinya, maka alat elektronik akan dapat menghemat penggunaan energi. Sebagai
contoh adalah penggunaan lampu LED, yang jika dibandingkan dengan jenis lampu
lainnya lebih efisen energi, menghasilkan sedikit emisi dan masa hidup yang lebih
lama.

14
Sistem kontrol CEMS terkait dengan pengaturan pencahayaan buatan yang
dikombinasikan dengan okupansi ruangan atau pencahayaan alami. Saat ruangan tidak
ada penghuninya, maka otomatis lampu dalam ruangan tidak aktif, jenis sensor yang
bisa digunakan adalah sensor PIR (Passive InfraRed). Sensor PIR akan mendeteksi
keberadaan manusia dalam ruangan dengan menerima pancaran infrared. Pada ruang
di mana cahaya alami dapat masuk ke dalam ruangan, sensor phototransistor dapat
digunakan untuk mengatur penggunaan pencahayaan buatan sehingga tidak ada energi
yang terbuang sia-sia [11].

15
BAB IV
ANALISIS ENERGI

4.1. Annual Energy Consumption


Pemakaian energi tahunan (Annual Energy Consumption) merupakan analisis
yang paling sederhana untuk menghasilkan detail persentase pemakaian energi dan
harganya. Berikut langkah-langkah dari analisis pemakaian energi tahunan [12]:
1. Konversi semua pemakaian energi tahunan ke dalam satuan standar yaitu
kilowatt/jam (kWh).
2. Hitung persentase masing-masing pemakaian energi dan harganya dan
tentukan harga rata-rata per kWh.
3. Buat suatu tabel yang menunjukkan jumah pemakaian energi tahunan total,
harga, dan persentase masing-masing energi. (misal Tabel 3)

Tabel 3. Data Pemakaian Energi Tahunan dan Biaya untuk Masing Tipe
Energi [12]

4. Buat diagram (pie chart) yang menunjukkan konsumsi energi dan biaya untuk
masing tipe energi. (misal Gambar 8)

Gambar 8. (a) Persentase Pemakaian Energi dan (b) Persentase Biaya


untuk Tiap Masing Energi [12]

16
5. Bila tersedia data yang terkait dengan sejarah energi, perbandingan harus
dibuat untuk melihat trend datanya. (misal Tabel 4)

Tabel 4. Data Pemakaian Energi Pada Tahun Sebelumnya [12]

Analisis pemakaian energi tahunan mudah untuk dilakukan dan dapat


memberikan gambaran tentang biaya pemakaian dan persentasenya. Akan tetapi
analisis ini sangat kasar, sehingga tidak bisa dipakai sebagai data pembanding.
Misalnya sebuah bangunan A dianalisis menggunakan analisis pemakaian energi
tahunan; berikutnya bangunan B ingin dianalisis menggunakan pembanding dengan
data bangunan A karena bangunan B mempunyai jam operasi, perbedaan cuaca, serta
luas bangunan yang berbeda maka analisis ini tidak dapat dijadikan sebagai
pembanding. Untuk itu diperlukan metode analisis yang lebih canggih.

4.2. Normalized Performance Indicators


Normalized Performance Indicators (NPI) merupakan analisis yang dapat
membandingkan pemakaian energi dua gedung yang berbeda, karena tipe dan
fungsinya. Selain itu, konsep NPI juga memungkinkan untuk membandingkan
keseluruhan performa energidi suatu bangunan dengan energi ‘yardsticks’ standar
untuk berbagai macam tipe bangunan/fasilitas.
Beberapa negara di dunia mempunyai energi yardsticks nasionalnya masing-
masing untuk berbagai macam tipe bangunan. Energi yardsticks ditentukan
berdasarkan analisis statistik dari hasil survey mengenai jumlah konsumsi energi yang
terukur. Energi yardsticks biasanya dinyatakan dalam kWh/m2 luas area per tahun
atau kWh/m3 volume bangunan per tahun.Yardsticks ini dapat dijadikan sebagai acuan
untuk mengukur berbagai macam tipe bangunan dari sisi penggunaan atau performa
energinya.

17
Nilai energi yardsticks yang digunakan di berbagai negara akan berbeda antara
negara yang satu dengan negara yang lain. Hal itu disebabkan oleh perbedaan kondisi
alam dan juga perbedaan iklim/musim. Meskipun demikian, prinsip-prinsip yang
mendasari terciptanya nilai NPI bersifat umum dan dapat digunakan secara universal.
Berikut langkah-langkah dari analisis NPI [12]:

1. Hitung jumlah total pemakaian energi dalam satuan standar seperti pada
analisis annual energy consumption.
2. Tentukan jumlah pemakaian energi tahunanyang digunakan untuk pemanasan
ruang (space heating). Nilai ini dapat diestimasi berdasarkan data yang
terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Space Heating Pada Berbagai Tipe Bangunan [12]

3. Koreksi jumlah pemakaian energi tahunan yang digunakan untuk pemanasan


ruang (space heating) dengan suatu faktor yang mengkompensasi perbedaan
musim dan exposure. Faktor tersebut dapat dihitung sebagai berikut:

Standard Annual Heating Degree Days


Weather coefficient =
Annual Heating Degree days Experienced by Building

Standard Annual Heating Degree Days di daerah UK sebesar 2462. Berikut


data untuk standard annual heating degree days.

18
Tabel 6. Data Standard Annual Heating Degree Days di Berbagai Wilayah
UK [12]

Sedangkan untuk Annual Heating Degree Days Experience By Building dapat


diketahui dari spesifikasi sebuah bangunan atau juga dapat dicari
menggunakan perbedaan suhu ruangan.
Degree days dapat dijelaskan dengan contoh seperti berikut. Misalnya jika
suhu udara luar sebesar 15 °C, suhu dalam ruangan (suhu basis) 16 °C, maka 1
heating degree days akan terjadi. Dan jika hal ini berlanjut hingga 1 tahun
(365 hari), maka akan diperoleh annual heating degree days, yaitu sebesar 365
heating degree days.

Kemudian misalkan suhu udara luar 30 °C, suhu dalam ruangan (suhu basis)
23 °C, maka akan terjadi 7 cooling degree days. Dan jika hal ini berlanjut
selama 1 tahun (365 hari), maka akan terjadi 2.555 cooling degree days.

Adapun nilai exposure coefficients adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Data Nilai Exposure Coefficient [12]

19
4. Tambahkan jumlah pemakaian energi space heating tekoreksi dengan jumlah
pemakaian energi non-heatingsehingga menghasilkan jumlah pemakaian
energi ‘non-time corrected’.
5. Kalikan jumlah pemakaian energi ‘non-time corrected’ dengan suatu koefisien
untuk mengkoreksi ‘jam pemakaian’ di bangunan/fasilitas tersebut sehingga
menghasilkan jumlah pemakaian energi tahunan ternormalisasi. Koefisien
yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Sta ndard Annual Hours of use


Hours of use coefficient =
Actual Annual Hours of use

Tabel 8. Data Nilai Standard Annual Hours of Use Pada Berbagai Tipe
Bangunan [12]

20
6. Bagi jumlah pemakaian energi tahunan ternormalisasi dengan luas area
bangunan sehingga menghasilkan nilai NPI.
7. Bandingkan nilai NPI yang diperoleh dengan yardsticks yang tersedia,
kemudian golongkan performa energi dari bangunan tersebut berdasarkan
klasifikasi berikut:
 Good: Secara umum, kontrol dan manajemen energi sudah baik,
walaupun masih dimungkinkan untuk dilakukan penghematan lebih
lanjut.
 Fair: kontrol dan manajemen energi cukup baik, tetapi penghematan
yang signifikan masih harus dicapai.
 Poor: Pemakaian energi terlalu tinggi dan diperlukan adanya tindakan
yang segera untuk menurunkan pemakaian energi atau meningkatkan
efisiensi energi.

Contoh Analisis Energi Menggunakan NPI:

Sebuah bangunan perpustakaan di sebuah desa di Inggris (urban location), yang


mengalami 2115 heating degree days per tahun. Gedung tersebut digunakan selama
2400 jam per tahun, serta menggunakan energi dari gas (bahan bakar) sebesar 940.000
kWh dan energi listrik sebesar 28.000 kWh. Jika luas lantai keseluruhan gedung
tersebut 4800 m2, hitunglah NPI-nya serta beri penilaian performa energi terhadap
kasus tersebut!

Diketahui:

Energi listrik yang digunakan = 28.000 kWh.

Gas (bahan bakar) yang digunakan = 940.000 kWh.

Total energi yang digunakan = (28.000 + 940.000) kWh = 968.000 kWh.

Jawab:

 Berdasarkan Tabel 5, bahwa alokasi penggunaan bahan bakar pada sebuah


perpustakaan untuk aktivitas yang membutuhkan sumber panas mencapai
70%. Sehingga :

21
Konsumsi energi untuk pemanasan = 70% x 940.000 kWh = 658.000 kWh

 Berdasarkan Tabel 7, pada daerah urban maka nilai exposure coefficient


sebesar 1. Bangunan terletak di daerah Inggris sehingga nilai Standard Annual
Heating Degree Days sebesar 2462.

2462
Konsumsi aktual energi untuk pemanasan = 658.000 x x1
2115

= 765.955,6 kWh

 Konsumsi energi untuk selain pemanasan = (968.000 – 658.000) kWh


= 310.000 kWh
 Total konsumsi energi aktual = (310.000 + 765.955,6) kWh
= 1.075.955,6 kWh
 Berdasarkan Tabel 8, pada bangunan perpustakaan waktu standar penggunaan
adalah sebesar 2540 jam/tahun.

2540
Normalisasi konsumsi energi tahunan = 1.075 .955,6 kW h x
2400

= 1.138.719,7 kWh

 Nilai NPI didapatkan jika normalisasi konsumsi energi tahunan dibagi dengan
luasan lantai keseluruhan gedung.

1.138 .719,7 kW h
NPI= 2
=237,2 kW h /m2
4800 m

 Dari nilai NPI yang kita dapatkan yang kemudian dibandingkan dengan data
NPI yang ada, kita ketahui bahwa Range NPI untuk gedung perpustakaan
sebesar 200 – 280 kWh/m2. Sehingga dari penilaian energi yang ada (dari yang
paling tinggi ke yang paling rendah : good – fair – bad), penggunaan energi
pada bangunan perpustakaan pada kasus tersebut masuk dalam kategori fair,
yaitu kontrol dan manajemen energi sudah cukup baik walaupun masih bisa
untuk ditingkatkan kontrol dan manajemen energi-nya.

22
4.3. Time-Dependent Energy Analysis
Jika terdapat kumpulan data energi yang memadai, dapat dihasilkan sebuah
grafik sederhana yang menggambarkan hubungan jumlah konsumsi energi dengan
waktu. Analisis time-dependent sederhana ini memungkinkan kita untuk mengetahui
kecenderungan dan pola konsumsi/pemakaian energi di suatu tempat. Analisis ini
sangat bermanfaat karena dapat digunakan untuk mengidentifikasi konsumsi energi
secara cepat. Meskipun demikian, perlu dipahami bahwa teknik analisis ini juga
memiliki keterbatasan dimana analisis ini hanya akan lebih cocok untuk digunakan
sebagai alat pembanding, bukan sebagai suatu nilai absolut.
Contoh grafik time-dependent adalah sebagai berikut:

Gambar 9. Grafik Time Dependent Konsumsi Gas Pada Tahun 1994 dan 1995 [12]

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa:


 Konsumsi energi di bulan Januari, Februari, dan Maret pada tahun 1995 lebih
rendah daripada konsumsi energi di bulan yang sama pada tahun 1994.
 Konsumsi energi terendah (konsumsi energi dasar) adalah sekitar 10.500
kWh/bulan. Konsumsi ini diperkirakan merupakan konsumsi gas untuk
memproduksi air panas dan juga untuk keperluan katering.
 Konsumsi energi di bulan November dan Desember 1995, serta Januari 1996
mengalami kenaikan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun 1994.

23
Konsumsi energi di bulan yang sama pada tahun yang berbeda bisa saja
memiliki perbedaan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam alasan, antara
lain yaitu perbedaan kondisi operasi, perbedaan kondisi cuaca, dan perbedaan waktu
operasi. Alasan-alasan tersebut tidak dapat teridentifikasi secara spesifik melalui
grafik seperti pada Gambar 9. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik analisis yang
lebih canggih, yaitu dengan membuat grafik dengan lebih dari satu variabel terhadap
waktu seperti pada gambar berikut:

Gambar 10. Grafik Konsumsi Gas dan Degree Days

Melalui grafik pada Figure 4.3 di atas, dapat lebih diketahui alasan atau latar
belakang terjadinya suatu kecenderungan penggunaan energi di suatu tempat pada
suatu periode tertentu. Sebagai contoh, dari grafik di atas dapat diketahui bahwa
semakin besar total monthly degree days maka akan semakin besar pula energi yang
dikonsumsi untuk keperluan pemanasan ruangan. Dengan kata lain, melalui grafik
tersebut dapat diketahui bagaimana pola atau kecenderungan penggunaan energi
secara musiman.

4.4. Linear Regression Analysis


Linear regression analysismerupakan suatu teknik analisis secara statistik
yang dapat menentukan dan mengukur hubungan antara beberapa variabel. Metode ini
merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk keperluan manajemen
energi. Metode ini memungkinkan kita untuk membuat persamaan standar untuk
menghitung jumlah konsumsi energi. Dalam analisis regresi linier, tidak digunakan

24
variabel waktu, tetapi digunakan variabel-variabel lain yang mempengaruhi konsumsi
energi. Beberapa variabel yang biasanya dibandingkan adalah sebagai berikut:
 Konsumsi gas vs nilai heating degree days.
 Konsumsi gas vs jumlah unit produksi.
 Konsumsi listrik vs jumlah unit produksi.
 Konsumsi air vs jumlah unit produksi.
 Konsumsi listrik untuk pencahayaan vs waktu penghunian.

Lebih lanjut, variabel-variabel yang dapat mempengaruhi konsumsi energi


ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Energi [12]

1. Single independent variable


Pada kasus dimana variabel yang dibandingkan adalah konsumsi gas vs nilai
heating degree days di suatu gedung, dapat diperkirakan hubungan antara kedua
variabel tersebut, dimana semakin dingin suhu lingkungan maka semakin besar energi
yang dibutuhkan untuk pemanasan/penghangatan ruangan. Pada kenyataannya,
hubungan kedua variabel tersebut adalah linier, sehingga dimungkinkan untuk
menurunkan persamaan linier yang sesuai dengan data pada grafik konsumsi gas vs
nilai heating degree days.Persamaan linier yang sesuai diperoleh dengan cara
menjumlahkan setiap nilai kuadrat dari selisih antara titik-titik data yang ada dengan
nilai berdasarkan persamaan linier. Persamaan linier yang diperoleh tersebut
selanjutnya dapat digunakan untuk memprediksi konsumsi energi di masa depan.
Selain itu, persamaan tersebut juga dapat digunakan sebagai persamaan standar untuk
keperluan monitoring and targeting energi.

25
Bentuk umum persamaan linier ditunjukkan sebagai berikut:
y = c + mx
dimana y adalah variabel terikat (contohnya: konsumsi energi), x adalah variabel
bebas (contohnya: nilai degree days), c adalah intersep (titik dimana kurva linier
memotong sumbu y), dan m adalah gradien dari kurva linier.
Nilai c dan m dapat dicari dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut:
cn + m∑x = ∑y
c∑x + m∑x2 = ∑xy
Contoh hasil regresi linier adalah sebagai berikut:

Gambar 11. Grafik Hasil Regresi Linier untuk Rumah Sakit [12]

2. Correlation coefficients
Pada beberapa keadaan/kasus tertentu titik-titik data yang ada bisa jadi sangat
acak (tidak teratur).Hal ini akan menyebabkan persamaan linier yang dibuat menjadi
kurang mewakili data/keadaaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu
nilai indikator yang dapat mengukur seberapa sesuai kurva linier yang dibuat dengan
data yang ada. Salah satu nilai yang dapat dijadikan sebagai indikator tersebut adalah
Pearson correlation coefficient. Pearson correlation coefficient bernilai antara 1 dan
0, dimana nilai 1 menunjukkan 100% kesesuaian.

Pearson correlation coefficient(r) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

26
3. Multi-variable analysis
Seringkali konsumsi energi dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel. Pada
kasus ini korelasi variabel-variabel tersebut ditunjukkan oleh persamaan berikut:
y = c + m1x1 + m2x2 + . . . + mnxn
Untuk menyelesaikan persamaan multivariabel di atas diperlukan bantuan program
komputer karena cukup sulit jika diselesaikan secara manual/analitis.

4.5. CUSUM
Suatu teknik analisis lain yang dapat digunakan untuk memperkirakan
konsumsi energi di masa mendatang adalah CUSUM, yang merupakan singkatan dari
cumulative sum deviation method. Metode ini mengukur deviasi kumulatif dari pola
konsumsi standar. Nilai standar dihitung dari persamaanstandar yang dihasilkan dari
analisis regresi linier untuk data yang terkumpul pada periode monitoring sebelum
adanya berbagai intervensi (pada periode standar/dasar).
Tahap-tahap yang harus dilakukan untuk membuat sebuah grafik/plot CUSUM
adalah sebagai berikut:
1. Plot grafik, seperti pada Gambar 11, untuk periode standar (periode dasar),
lalu turunkan persamaan standar berdasarkan data tersebut dengan metode
regresi linier.
2. Gunakan persamaan standar untuk menghitung nilai prediksi konsumsi energi
di setiap bulannya.
3. Untuk setiap titik data, kurangkan nilai konsumsi energi aktual dengan nilai
konsumsi energi prediksi (berdasarkan persamaan).
4. Untuk setiap titik data, hitung nilai kumulatif dari deviasi nilai konsumsi
energi aktual terhadap nilai konsumsi prediksi. Nilai ini merupakan nilai
CUSUM untuk setiap titik data.
5. Plot nilai CUSUM terhadap waktu.

27
BAB V
AUDIT ENERGI

Audit energi merupakan kegiatan penelitian pemanfaatan energi untuk mengetahui


keseimbangan dan mengidentifikasi peluang-peluang penghematan energi. Melalui audit
energi, kita dapat mengetahui pola distribusi energi, sehingga bagian yang mengonsumsi
energi terbesar dapat diketahui. Dari hasil audit energi juga dapat diketahui besarnya peluang
potensi penghematan apabila dilakukan peningkatan efisiensi.
Pelaksanaan audit energi pada dasarnya akan menguntungkan pihak itu sendiri. Hal
ini dikarenakan banyak keuntungan yang diharapkan dari proses audit energi , yaitu [13]:
 Saving in money: adanya manajemen energi, dapat mengurangi biaya operasional.
Dengan demikian keuntungan perusahaan akan meningkat.
 Environmental protection: adanya penggunaan energi yang efisien akan memberikan
kontribusi bagi lingkungan dalam hal mengurangi polusi dan mengurangi pemakaian
energi tidak terbarukan.
 Sustainable development: adanya penggunaan energi yang efisien akan memberikan
kontribusi bagi perusahaan di bidang pertumbuhan yang berkelanjutan baik di sisi
finansial maupun penggunaan alat industri yang memiliki lifetime optimum.

28
Berikut langkah-langkah dari audit energi [13]:

Gambar 12. Langkah-Langkah dalam Audit Energi [13]

1. Mengamati dimana penggunaan energi terbesar


Cara untuk mengetahui penggunaan energi terbesar adalah dengan melakukan
pengumpulan data berupa audit awal dan audit rinci. Pengumpulan data pada
pelaksanaan audit energi ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi
performa peralatan pengguna energi dan teknologi yang digunakan serta kondisi
operasi proses pada masing-masing peralatan pengguna energi.
Kegiatan audit energi awal meliputi pengumpulan data energi bangunan
gedung dengan data yang tersedia dan tidak memerlukan pengukuran. Data tersebut
meliputi [13]:
a. Dokumentasi bangunan yang dibutuhkan adalah gambar teknik bangunan sesuai
pelaksanaan konstruksi (as built drawing), terdiri dari:
 Tapak, denah dan potongan bangunan gedung seluruh lantai
 Denah instalasi pencahayaan bangunan seluruh lantai.

29
 Diagram satu garis listrik, lengkap dengan penjelasan penggunaan daya
listriknya dan besarnya penyambungan daya listrik PLN serta besarnya daya
listrik cadangan dari Diesel Generating Set.
b. Pembayaran rekening listrik bulanan bangunan gedung selama satu tahun terakhir
dan rekening pembelian bahan bakar minyak (bbm), bahan bakar gas (bbg), dan
air.
c. Menghitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) gedung.

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik adalah pembagian antara konsumsi


energi listrik pada kurun waktu tertentu dengan satuan luas bangunan gedung. Sektor-
sektor yang dapat dihitung
a. Rincian luas bangunan gedung dan luas total bangunan gedung (m2).
b. Konsumsi Energi bangunan gedung per tahun (kWh/tahun).
c. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) bangunan gedung per tahun
(kWh/m2.tahun).
d. Biaya energi bangunan gedung (Rp/kWh).

Pengamatan penggunaan energi secara rinci perlu dilakukan untuk mengetahui


profil penggunaan energi pada sebuah instansi, gedung, maupun industri sehingga
dapat diketahui peralatan pengguna energi apa saja yang pemakaian energinya cukup
besar Audit Energi Rinci. Audit energi rinci dilakukan bila nilai IKE lebih besar dari
nilai target yang ditentukan. Jika dari hasil perhitungan IKE ternyata sama atau lebih
kecil dari pada IKE yang ditargetkan, audit energi rinci masih dapat dilakukan untuk
memperoleh IKE yang lebih rendah lagi.

Kegiatan yang dilakukan dalam audit energi rinciadalah :


1. Penelitian Konsumsi Energi
2. Pengukuran energi
3. Identifikasi Peluang Hemat Energi
4. Analisis Peluang Hemat Energi

Dari hasil studi, statistik dan pengukuran pada sejumlah gedung bertingkat
diperoleh fakta bahwa beban listrik untuk AC rata-rata mencapai sekitar 60% dari
seluruh pemakaian listrik.
30
Menurut Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi dan Pengawasannya di
Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional nilai IKE dari suatu bangunan gedung
digolongkan dalam dua kriteria, yaitu untuk bangunan ber-AC dan bangunan tidak
ber-AC [13].

Tabel 10. Intensitas Konsumsi Energi Pada Bangunan Gedung Tidak ber-
AC [13]

Kriteria Keterangan
Efisien a) Pengeloaan gedung dan peralatan energi dilakukan
(0,84 – 1,67) dengan prinsip konversi energi listrik

kWh/m2/bulan b) Pemeliharaan peralatan energi dilakukan sesuai


dengan prosedur
c) Efisiensi pengguanaan energi masih mungkin
ditingkatkan melalui penerapan system manajemen
energi terpadu
Cukup Efisien a) Penggunaan energi cukup efisien namun masih
(1,67 – 2,5) memiliki peluang konservasi nergi

kWh/m2/bulan b) Perbaikan efisiensi melalui pemeliharaan bangunan


dan peraltan nergi masih dimungkinkan
Boros a) Audit energi perlu dilakukan untukmenentukan
(2,5 – 3,34) langkah-langkah pernbaikan sehingga pemborosan

kWh/m2/bulan energi dapat dihindari


b) Desain bangunan maupun pemeliharaan dan
pengoperasian gedung belum mempertimbangkan
konservasi energi
Sangat Boros a) Instalasi peralatan, desain pengoperasian dan
(3,34 – 4,17) pemeliharaan tidak mengacu pada penghematan energi

kWh/m2/bulan b) Agar dilakukan peninjauan ulang atas semua


instalasi /peralatan energi serta penerapan managemen
energi dalam pengelolaan bangunan
c) Audit energi adalah langkah awal yang perlu
dilakukan
Tabel 11. Intensitas Konsumsi Energi Pada Bangunan Gedung ber-AC [13]

31
Kriteria Keterangan
Sangat Efisien a) Desain gedung sesuai standar tatacara perencanaan
(4,17 – 7,92) teknis konservasi energi

kWh/m2/bulan b) Pengoperasian peralatan energi dilakukan dengan


prinsip-prinsip management energi
Efisien a) Pemeliharaan gedung dan peralatan energi dilakukan
(7,93 – 12,08) sesuai prosedur

kWh/m2/bulan b) Efisiensi penggunaan energi masih mungkin


ditingkatkan melalui penerapan system manajemen
energi terpadu
Cukup Efisien a) Penggunaan energi cukup efisien melalui
(12,08 – 14,58) pemeliharaan bangunan dan peralatan energi masih

kWh/m2/bulan memungkinkan
b) Pengoperasian dan pemeliharaan gedung belum
mempertimbangkan prinsip konservasi energi
Agak Boros a) Audit energi perlu dipertimbangkan untuk
(14,58 – 19,17) menentukan perbaikan efisiensi yang mungkin

kWh/m2/bulan dilakukan
b) Desain bangunan maupun pemeliharaan dan
pengoperasian gedung belum mempertimbangkan
konservasi energi

Audit energi rinci perlu dilakukan bila [13]:


a. audit energi rinci perlu dilakukan bila audit energi awal memberikan
gambaran nilai IKE listrik lebih dari nilai target yang ditentukan
b. audit energi rinci perlu dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi
pada bangunan gedung, sehingga dapat diketahui peralatan pengguna energi
apa saja yang pemakaian energinya cukup besar;

2. Mengukur Energi Terbuang


Untuk mengetahui jumlah energi yang terbuang dapat dilihat dari Seluruh
analisa energi bertumpu pada hasil pengukuran. Hasil pengukuran harus dapat
diandalkan dan mempunyai kesalahan (error) yang masih dapat diterima. Untuk itu

32
penting menjamin bahwa alat ukur (sensor) yang digunakan telah dikalibrasi oleh
instansi yang berwenang.

3. Menganalisis data
Hasil pengumpulan data, selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis energi
ini dapat digunakan untuk memahami dan memperbaiki bagaimana, di mana dan
bilamana energi digunakan secara efektif dan efisien. Dari hasil analisis energi (lihat
Bab IV), dapat diketahui golongan performa pemakaian energi tersebut (Good, Fair,
Poor).

4. Menetapkan strategi untuk memperoleh peluang hemat energi


Apabila sudah mendapat data yang lengkap mengenai penggunaan listrik
maka harus menyiapkan langkah-langkah penghematan (lihat Bab II).

5. Menganalisis peluang hemat energi


Apabila peluang hemat energi telah diidentifikasi, selanjutnya perlu ditindak
lanjuti dengan analisis peluang hemat energi, yaitu dengan cara membandingkan
potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar untuk pelaksanaan
rencana penghematan energi yang direkomendasikan.
Analisis peluang hemat energi dapat juga dilakukan dengan penggunaan
program komputer yang telah direncanakan untuk kepentingan itu dan diakui oleh
masyarakat profesi. Penghematan energi pada bangunan gedung harus tetap
memperhatikan kenyamanan penghuni. Analisis peluang hemat energi dilakukan
dengan usaha antara lain:
 Menekan penggunaan energi hingga sekecil mungkin (mengurangi daya
terpasang/terpakai dan jam operasi
 Memperbaiki kinerja peralatan
 Menggunakan sumber energi yang murah

6. Rekomendasi untuk menerapkan strategi dari hasil audit


Untuk menerapkan strategi dari hasil audit sebenarnya tergantung dari
kebijakan industri atau perusahaan yang bersangkutan. Penerapan strategi tersebut
merupakan langkah nyata untuk melakukan penghematan energi. Tapi sekali lagi,

33
penghematan energi memang penting, tetapi jangan sampai mengurangi kenyamanan
sehingga mempengaruhi kinerja suatu perusahaan atau industri. Harus sesuai standar
yang telah ditetapkan dan jangan sampai mengurangi tingkat keselamatan

34
Daftar Pustaka

[1] Anonim, (2015), “Minyak Bumi,”


https://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_bumi, Diakses pada tanggal 28 Mei 2017, pukul
13.38 WIB.
[2] Wahyudi H., (2010), “Gas Alam,”
http://artikelkimia.blogspot.co.id/2010/12/gas-alam.html, Diakses pada tanggal 28 Mei
2017, pukul 13.40 WIB.
[3] Anonim, (2012), “Batubara,”
http://infotambang.com/batubara-p337-163.htm, Diakses pada tanggal 28 Mei 2017,
pukul 13.52 WIB.
[4] Anonim, (2009), “Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2010-2025,” pp. 31, Jakarta:
Indonesia.
[5] Apriando, T., (2014), “Pembangkit Listrik Hibrid Bantul, Solusi Kedaulatan Energi
Berkelanjutan,” Mongabay Indonesia.
[6] Sis, (2017), “20% dari 36 Kincir Angin di Bantul Tak Berfungsi,”
http://jogja.tribunnews.com/2017/04/15/20-dari-36-kincir-angin-di-bantul-tak-
berfungsi, Diakses pada tanggal 28 Mei 2017, pukul 13.52 WIB.
[7] Amrullah, H., Alayyubi, S., dan Sudibyo, H., 2017, “Hybrid Eco-friendly Vehicle:
Biofuel Production in Car by Plastic Pyrolysis and CO2 Capture for Microalgae
Cultivation”, Departemen Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
[8] Thamrin I., dan Hadi S., 2013, “Studi Eksperimental Pemanfaatan Temperatur Gas
Buang dari Kendaraan Bermotor Roda Dua untuk Pemanas Kotak Makanan (Delivery
Box) pada Layanan Pesan Antar”, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Sriwijaya,
Palembang.
[9] Kencana B., (2013), “Sistem Manajemen Energi (SME),”
http://docplayer.info/248204-Sistem-manajemen-energi-sme-energy-management-
system-enms.html, Diakses pada tanggal 28 Mei 2017, pukul 15.18 WIB.
[10] Buku Diktat Bahan Pembelajaran Manajemen dan Konservasi Energi, (2017),
Departemen Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
[11] Great N., (2016), “Sistem Manajemen Energi Kampus Meniru Sistem Metabolisme,”
http://sim-energi.blogspot.co.id/2016/11/sistem-manajemen-energi-kampus-
meniru.html, Diakses pada tanggal 28 Mei 2017, pukul 15.37 WIB.

35
[12] Beggs C., (2002), “Energy: Management, Supply and Conservation,” Butterworth-
Heinemann, Oxford, England.
[13] Falah F. A., (2014), “Langkah-Langkah Audit Energi,” Jurusan Teknik Mesin,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

36

Anda mungkin juga menyukai