Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA II

“MANAJEMEN ENERGI DALAM INDUSTRI KIMIA”

DOSEN PENGAJAR:

FITRIANI, S.T., M.T.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
KELAS A3 TEKNIK KIMIA

MIZWA WIDIARMAN NIM 190140073


MAGHFIRA KHAULI NIM 190140085
MUHAMMAD IRVAN MAULANA LUBIS NIM 190140087
FAUZIAH H NIM 190140095
HUMAIRA NIM 190140097
SAFIRA RAMADANI NIM 190140104

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca semuanya. Harapan kami semoga makalah
ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita pada umumnya dan bagi kami khususnya.

Medan, 10 Mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3
2.1 Manajemen Energi ........................................................................... 3
2.1.1 Defenisi dan Pengertian Manajemen Energi ........................... 3
2.1.2 Konsep Sistem Manajemen Energi .......................................... 5
2.1.3 Implementasi Sistem Manajemen Energi ................................ 7
2.2 Refinery Energy Management System (REMS) ............................. 9
2.3 Campus Energy Management System (CEMS) ........................... 11
BAB III .......................................................................................................... 14
MANAJEMEN PANAS SENSIBEL DAN PANAS REAKSI .......................... 14
3.1 Panas Sensibel .............................................................................. 14
3.1.1 Kalor Sensibel ......................................................................... 15
3.1.2 Kalor Laten .............................................................................. 15
3.2 Panas Reaksi .................................................................................. 15
BAB IV .......................................................................................................... 18
PERHITUNGAN ENERGI PROSES ............................................................. 18
4.1 Evaporasi........................................................................................ 18
4.2 Kondensasi .................................................................................... 21
4.3 Distilasi ........................................................................................... 24
4.4 Absorbsi ......................................................................................... 25
4.5 Adsorpsi ......................................................................................... 26

ii
4.6 Ekstraksi ......................................................................................... 29
BAB V ........................................................................................................... 30
KESIMPULAN .............................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Populasi dunia semakin hari semakin meningkat. Peningkatan ini pun tak dapat
dipungkiri berdampak pada kehidupan sehari-hari terkait dengan jumlah kebutuhan
energi. Energi merupakan salah satu prasyarat bagi kelangsungan kehidupan manusia
saat ini. Energi dapat diartikan sebagai “the ability to do work” yaitu kemampuan untuk
melakukan kerja, setiap kerja yang kita lakukan pasti membutuhkan energi.
Semakin banyak populasi menyebabkan semakin banyak pula kebutuhan energi
setiap harinya. Konsumsi energi yang besar ini tidak sebanding dengan munculnya
sumber energi baru sehingga persediaan energi akan semakin menipis, hal ini yang
mengakibatkan terjadinya krisis energi di beberapa Negara. Solusi dari permasalahan
ini berupa penggunaan energi terbarukan dan penghematan energi. Alhasil energi
terbarukan masih memiliki kekurangan yaitu energi ini menghasilkan jumlah energi
yang kecil, sehingga untuk perindustrian, kampus, dan laboratorium-laboratorium yang
membutuhkan jumlah energi yang besar tidak bisa diaplikasikan. Untuk itu harus
dilakukan penghematan energi, dimana penghematan energi dapat berhasil
diaplikasikan jika mendapatkan dukungan dari semua pihak (orang) yang terlibat.
Penghematan energi dapat dilakukan secara maksimal apabila dapat mengerti
konsep dari manajemen energi. Pemanfaatan energi, manajemen energi, analisis
energi, dan audit energi merupakan konsep yang penting untuk memaksimalkan
penghematan energi. Pemanfaatan energi dilakukan secara tepat dan efisien untuk
mengurangi pemakaiaan energi yang berlebihan, analisis energi dilakukan untuk
mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap proses, dan audit energi
dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi sehingga peluang untuk
penghematan energi semakin mudah dilakukan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu manejemen energi ?
2. Apa saja konsep manejemen energi ?
3. Apa saja peran manejemen energi dalam berbagai fungsi operasional ?
4. Apa itu REMS dan CEMS ?
5. Apa itu panas sensibel dan panas reaksi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui defenisi dari manejemen energi
2. Mengetahui macam-macam konsep manejemen energi
3. Mengetahui peran manejemen energi dalam berbagai fungsi operasional
4. Mengetahui defenisi dari REMS dan CEMS
5. Mengetahui defenisi dari panas sensibel dan panas reaksi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Energi


2.1.1. Defenisi dan Pengertian Manajemen Energi
Manajemen energi adalah suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan
secara sistematis untuk memanfaatkan energi secara efektif dan efisien dengan
melakukan perencanaan, pencatatan, pengawasan dan evaluasi secara kontinu tanpa
mengurangi kualitas produksi dan pelayanan. Manajemen energi mencakup
perencanaan dan pengoperasian unit konsumsi dan produksi yang berkaitan dengan
energi untuk mengelola secara aktif usaha penghematan penggunaan energi dan
penurunan biaya energi. Tujuan manajemen energi yaitu penghematan sumber daya,
perlindungan iklim, dan penghematan biaya. Bagi konsumen, manajemen energi
mempermudah untuk mendapatkan akses terhadap energi sesuai dengan apa dan kapan
yang mereka butuhkan. Manajemen energi berkaitan dengan manajemen lingkungan,
manajemen produksi, logistik, dan fungsi yang berhubungan dengan bisnis lainnya
(Wikipedia, 2015).
Manajemen energi yang merupakan kegiatan di suatu perusahaan yang
terorganisir dengan menggunakan prinsip–prinsip manajemen, dengan tujuan agar dapat
dilakukan konservasi energi, sehingga biaya energi sebagai salah satu komponen biaya
produksi/operasi dapat ditekan serendah- rendahnya.
Konservasi energi sendiri mengandung arti sebagai suatu usaha untuk tetap
menggunakan energi secara rasional tapi tetap mempertahankan produktifitas dan
terpenuhinya syarat-syarat kelola perusahaan. Penggunaan energi rasional diantaranya
dengan penghematan dan efisiensi energi. Jadi harus dibedakan antara penghematan
energi dengan konservasi energi. Penghematan energi bisa saja dilakukan dengan hanya
mengurangi penggunaan energinya tapi kenyamanan dan produktitas menjadi turun.
Sementara konservasi energi adalah penerapan kaidah- kaidah dalam pengelolaan energi

3
tidak hanya mengurangi pemakaian energinya tapi juga menerapkan pola operasi yang
efisien, pemasangan alat tambahan yang meningkatkan performa sistem sehingga
pemakaian energinya lebih rendah tapi tidak mengurangi kenyamanan dan produktifitas.
Pada intinya konservasi energi merupakan panduan bagaimana menghemat energi
dengan benar dan berisi metode–metode dan alat–alat yang bisa dipakai untuk
penghematan energi tanpa mengurangi produktifitas dan kenyamanan. Sementara
efisiensi energi artinya perbandingan antara penggunaan energi dengan hasil
produksinya bisa kenyamanan, gerak dan lain-lain. Jadi efisiensi energi yang tinggi
berarti pemakaian energinya rendah tapi produksi tinggi. Dengan demikian konsep
konservasi energi lebih luas dibandingkan dengan efisiensi energi.
Secara internasional standar tentang manajemen energi adalah dengan ISO
50001 Energy Management System. ISO (International Standard Organization) adalah
organisasi internasional untuk standar. System manajemen energi ini juga sesungguhnya
tidak berdiri sendiri karena merupakan penggabungan dan harmonisasi dari sistem
manajemen energi yang sudah diterapkan beberapa negara serta kawasan seperti Uni
Eropa. Saat ini beberapa Negara seperti Denmark, Ireland, Sweden, US, Thailand,
Korea telah memiliki national energy management standards sendiri. Sementara Uni
Eropa bahkan sudah punya regional energy management standard yang sudah
dipergunakan. Konsep manajemen energi dari ISO ini mengadopsi siklus manajemen
dari Deming Cycle (yang dipromosikan oleh Dr W. Edwards Deming di tahun 50-an).
Standar manajemen energi ISO 50001 dimaksudkan untuk memberikan
kerangka kerja bagi perusahaan dalam mengintegrasikan efisiensi energi di
perusahaannya ke dalam manajemen praktis dari perusahaan. Jadi ISO berusaha
menjadikan standar Manajemen Energi agar dapat:
1. Memandu perusahaan dalam menggunakan energi lebih baik.
2. Sebagai panduan dalam benchmarking, pengukuran, dokumentasi, laporan
intensitas energi dan manfaat implementasi proyek energi untuk mengurangi
dampak emisi rumah kaca (Green House Gas/GHG emissions).
3. Membentuk komunikasi yang terbuka antar lintas divisi dalam pengelolaan

4
energi.
4. Mempromosikan kasus-kasus sukses dalam pengelolaan energi dan mendorong
perilaku pengelolaan energi yang baik.
5. Memandu perusahaan melakukan evaluasi dan implementasi teknologi baru
dalam efisiensi energi.
6. Menyediakan kerangka kerja untuk mempromosikan efisiensi energi pada
seluruh jalur pemanfaatan yang ada diperusahaan.
7. Memfasilitasi peningkatan pengelolaan energi kaitannya dengan
GHG emission reduction.

Verein Deutscher Ingenieure (VDI) memberikan definisi manajemen energi


adalah kegiatan yang proaktif, pengadaan barang yang terorganisasi dan sistematik,
konversi, distribusi, dan penggunaan energi yang memenuhi kebutuhan, dengan
memperhitungkan tujuan lingkungan dan ekonomi. Tujuan manajemen energi di dalam
industri adalah sebagai berikut:
1. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya energi dan energi.
2. Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya energi dan energi.
3. Pemanfaatan peluang untuk meningkatkan daya saing perusahaan.

2.1.2. Konsep Sistem Manajemen Energi


Konsep sistem manajemen energi yang membangun sistem dan proses secara
manajerial dan teknis untuk mengelola penggunaan energi secara rasional. Konsep
sistem manajemen energi baik secara manajerial maupun teknis terdiri dari 4 proses
yang dikenal proses PDCA yaitu plan, do, check, dan act. Skema konsep sistem
manajemen energi dapat dilihat pada gambar 1.

5
Sumber : United States Agency International Development,2013
Gambar 1. Skema Konsep Sistem Manajemen Energi

1. Plan (Perencanaan)
Proses perencanaan energi mengkaji pemanfaatan energi dan konsumsinya,
mengidentifikasi pemanfaat energi yang signifikan dan menentukan peluang untuk
perbaikan. Perencanaan membahas berapa dan dimana energi yang digunakan, analisis
pengguna energi yang signifikan, faktor yang mempengaruhinya, dan apakah perlu
dilakukan audit energi, optimasi sistem, pengembangan baseline dan indikator kinerja
energi, menentukan tujuan dan target serta rencana aksi.
2. Do (Implementasi dan Operasi)
Tindakan dari perencanaan dilakukan dengan cara implementasi dan operasi
melalui kompetensi, pelatihan dan kesadaran hemat energi, persyaratan dokumentasi,
dokumen kontrol, kontrol operasi, komunikasi, desain, pembelian jasa energi, produk
dan peralatan serta pembelian pasokan energi.
3. Check (Pengecekan kinerja)
Check berarti proses pengecekan kinerja dari implementasi dan operasi yang
dilakukan dengan cara pemantauan, pengukuran dan analisis, evaluasi dasar hukum,
audit internal sistem manajemen energi, ketidaksesuaian, koreksi, aksi korektif dan
preventif, serta hasil penghematan. Checking yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan
operasi melalui rekaman operator, pemeliharaan dan peralatan, pemeriksaan sistem
melalui hasil kinerja obyek energi sesuai standar, pemeriksaan kinerja melalui
indikator kinerja energi dan kecenderungan dan biaya konsumsi energi dan

6
pemeriksaan kemajuan yang dicapai terhadap rencana.
4. Act (Review manajemen)
Act berarti aksi dimana proses ini mereview manajemen dan performa sistem
melalui hasil analisis input dan output kinerja sistem manajemen energi (Titovianto
widyantoro,2014)

2.1.3. Implementasi Sistem Manajemen Energi


Manajemen energi sangat penting untuk diintegrasikan ke dalam struktur
organisasi sebuah perusahaan yang konsumsi energinya sangat besar agar manajemen
energi tersebut dapat diimplementasikan. Peran manajemen energi di dalam berbagai
fungsi opersional adalah manajemen fasilitas, logistik, pembelian energi, produksi,
perencanaan dan pengendalian produksi, dan pemeliharaan.

1. Manajemen Fasilitas
Manajemen fasilitas berperan penting di dalam manajemen energi karena
memiliki proporsi yang sangat besar (sekitar 25 persen) dari biaya operasi adalah biaya
energi. Menurut International Facility Management Association (IFMA), manajemen
fasilitas adalah sebuah profesi yang memberikan arah kepada berbagai pihak untuk
menjamin berfungsinya keadaan yang dibangun dengan mengintegrasikan manusia,
tempat, proses, dan teknologi. Tujuan penting dari manajemen energi untuk mengurangi
biaya energi bangunan dan fasilitas tanpa mengganggu proses kerja. Energy Star adalah
contoh program yang terbesar dalam menentukan rumah yang hemat energi. Rumah
yang bersertifikat Energy Star menghemat setidaknya 15 % energi dari rumah standar.
2. Manajemen Logistik
Logistik adalah manajemen yang mengatur aliran sumber daya dari titik mula
sampai titik tujuan untuk memenuhi sebuah permintaan. Transportasi barang dapat
menghemat biaya dan melindungi lingkungan melalui manajemen energi yang efisien.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah jenis transportasi, durasi dan jarak tempuh

7
transportasi, dan kerja sama dengan penyedia jasa logistik. Logistik telah menyebabkan
lebih dari 14 % emisi CO2 di seluruh dunia. Maka istilah Green Logistics menjadi
penting. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menuju logistik hijau adalah:
a. Menggunakan transportasi barang yang ramah lingkungan seperti jalur kereta
api dan jalur air.
b. Optimisasi rute dan beban.
c. Formasi dari jaringan korporasi yang tersambung dengan logistik.
d. Optimisasi proses fisik logistik dengan menyediakan bantuan teknologi
informasi yang canggih.
Selain transportasi barang, transportasi manusia juga bagian penting dari strategi
logistik perusahaan. Perlu dipertimbangkan apakah perjalanan bisnis perlu dilakukan
apabila telepon atau konferensi video telah cukup berguna.

3. Pembelian Energi
Harga energi selalu naik turun sehingga cukup mempengaruhi biaya energi
industri. Keputusan pembelian energi yang buruk dapat membuat biaya tinggi.
Organisasi dapat mengatur dan mengurangi harga energi dengan mengambil tahap
proaktif dan efisien dalam membeli energi. Mengubah sumber energi yang dipakai
juga dapat menjadi solusi yang menguntungkan dan ramah lingkungan.
4. Produksi
Produksi adalah kegiatan untuk memproduksi output seperti barang atau jasa
yang memiliki nilai untuk dikontribusikan kegunaannya. Proses utama dari produksi
bergantung kepada jenis perusahaannya. Industri memiliki lebih banyak fasilitas yang
mengkonsumsi energi lebih banyak. Perusahaan jasa tidak membutuhkan bahan baku
yang banyak, fokus energi hanya perlu di bagian manajemen fasilitas/Green IT. Maka
fokus yang berhubungan dengan energi perlu diidentifikasi terlebih dahulu, kemudian
dievaluasi dan lakukan optimisasi.
5. Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Produksi merupakan sektor konsumsi energi yang tinggi sehingga perencanaan

8
dan pengendalian produksi menjadi sangat penting. Hal ini berkaitan dengan semua
manajemen proses operasional, sementara, perencanaan, dan pengendalian yang
diperlukan untuk memproduksi barang dan komoditas. Perancang produksi harus dapat
merancang proses produksi yang hemat energi. Proses produksi yang menggunakan
energi besar dapat dijadwalkan di malam hari untuk menghindari waktu beban puncak
yang memiliki harga lebih mahal. Perencanaan dan pengendalian produksi harus
mengatasi masalah keterbatasan dalam penyimpanan energi. Ada cara untuk
menyimpan energi listrik secara mekanis atau kimia contoh tempat penyimpanan
lithium-based electrochemical digunakan dalam mobil elektrik/untuk melakukan
kontrol jaringan tenaga.
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kombinasi dari semua kegiatan teknis dan administrasi,
termasuk kegiatan supervisor, untuk mendapatkan/mengembalikan suatu barang agar
dapat melakukan fungsi yang diperlukan. Pemeliharaan dilakukan untuk menunjang
manajemen energi sehingga kebocoran dan peningkatan biaya dapat dihindari.
Penghematan energi dan biaya melalui bantuan pemeliharaan:
a. Melakukan proses defrost pada kulkas.
b. Melakukan pengecekan barometer pada mobil dan truk.
c. Melakukan isolasi untuk kondisi sistem yang panas.

2.2. Refinery Energy Management System (REMS)


REMS merupakan konsep manajemen energi khusus untuk operasi kilang
minyak yang dibuat oleh British Petroleum. REMS didesain untuk dapat secara efektif
mengendalikan pemakaian energi di kilang minyak. Pada REMS penghematan energi
diperoleh dari :
• Pengendalian pemakaian energi pada pemanas di kilang akan menurunkan biaya
sebesar 1% dari total biaya energi.
• Peran serta dari seluruh pekerja yang bersama-sama berupaya dalam
penghematan energi akan menurunkan biaya energi sebesar 1 - 4%.

9
• Secara keseluruhan 1 – 5% dari total kebutuhan energi dapat dihemat dengan
melakukan pengendalian energi menggunakan sistem REMS.

Istilah dalam REMS :


• Energy Guideline Factor (EGF)
EGF merupakan faktor-faktor perhitungan untuk penentuan guideline pemakaian
energi yang dikembangkan untuk masing-masing jenis unit operasi.
• Energy Targets (ET)
ET merupakan target penggunaan energi yaitu berupa standar unjuk kerja
penggunaan energi. ET dapat ditentukan berdasarkan data penggunaan energi
waktu yang lalu.
• Guideline Energy Consumption (GEC)
GEC merupakan nilai konsumsi energi dari masing-masing unit operasi yang
diasumsikan menggunakan teknologi terkini. GEC dapat dirumuskan sebagai
berikut.

GEC (TFOE/day) = EGF (TFOE/ton feed) x Total Input (Ton/day)

TFOE (Ton Fuel Oil Equivalents) merupakan jumlah energi panas yang
didasarkan pada Net Heating Value (NHV) dari 1 ton Heavy Fuel Oil pada 10o
API gravity dengan perbandingan H : C = 0,124.
• Energy Performance Indicator (EPI)
EPI digunakan untuk mengukur pemakaian energi kilang yang dilakukan dengan
membandingkan antara konsumsi energi aktual (Actual Energy Consumption,
AEC) dengan GEC pada mode operasi yang sama dalam bentuk persentase.

EPI = (AEC/GEC) x 100%

10
Pelaksanaan REMS di British Petroleum :
1. Penanggung jawab pemakaian energi diangkat sebagai Koordinator Energi
(Manajer Energi) dan pembuatan aturan dalam manajemen energi.
2. Identifikasi pemakaian bahan bakar (minyak bumi, gas), uap jenuh, energi
listrik dan air pendingin dari masing-masing unit proses. Identifikasi panas yang
diterima atau yang diberi dari atau kepada unit lain.
3. Pasang indikator suhu dan tekanan. Pemasangan sistem metering yang penting
untuk perhitungan REMS.
4. Tentukan prosedur perhitungan EPI untuk masing-masing unit proses.
Kemudian hitung EPI pada masing-masing unit operasi dan dicatat meliputi
data laju umpan, suhu, serta variabel lainnya yang dibutuhkan untuk
perhitungan.
5. Hitung EPI keseluruhan setiap bulannya dengan menggunakan konsumsi energi
actual (AEC) dari kondisi operasi rata-rata. Kemudian lengkapi Energy Loss
Analysis pada masing-masing unit operasi untuk data perbaikan alat.
6. Perbaikan dilakukan untuk unit proses maupun keseluruhan sistem operasi
kilang

2.3. Campus Energy Management System (CEMS)


Sistem manajemen energi dan penggunaan energi alternatif menjadi perhatian
yang penting pada pengembangan ketahanan kampus, selain itu hal tersebut dapat
mengatasi perubahan iklim dengan penurunan emisi karbondioksida. CEMS
merupakan tahap awal yang baik untuk mencapai kampus yang ramah lingkungan,
sistem ini meliputi pemantauan penggunaan energi (konsumsi daya), informasi statistik
sumber daya, dan audit energi yang dapat ditampilkan di sebuah server web yang bisa
diakses semua orang, bahkan dapat ditampilkan di sebuah situs resmi seperti pada
Gambar 7.

11
Gambar 2. Audit Energi yang Ditampilkan di Arizona State University

Analisis data informasi dari pemantauan yang dilakukan ini akan sangat
bermanfaat untuk dijadikan pertimbangan dalam menetukan kebijakan selanjutnya,
yaitu kebijakan yang bisa menentukan tercapainya target-target yang ingin dicapai
pada awal pengembangan. Beberapa kebijakan yang mungkin diambil yaitu
terkait penggunaan sumber daya, pendidikan lingkungan (perilaku hemat energi),
pemanfaatan teknologi yang efisien energi dan sistem kontrol.
Selain sebuah sistem kontrol, pada CEMS juga terdapat pemakaian energi
alternatif, pendidikan lingkungan kampus, serta pemanfaatan teknologi yang efisien
energi. Pemakaian energi alternatif dalam kampus sangat berkembang hal ini
dikarenakan banyaknya dukungan dari penelitian-penelitian mahasiswa maupun dosen
dalam hal energi alternatif. Pendidikan lingkungan kampus dapat berupa sosialisasi
dari kampus yang bertema tentang penghematan energi serta poster-poster yang
bernilai pada lingkungan. Teknologi pencahayaan, pemanasan, pendinginan dan alat
elektronik lainnya tentu memiliki nilai efisiensi yang bervariasi. Semakin tinggi
efisiensinya, maka alat elektronik akan dapat menghemat penggunaan energi. Sebagai

12
contoh adalah penggunaan lampu LED, yang jika dibandingkan dengan jenis lampu
lainnya lebih efisen energi, menghasilkan sedikit emisi dan masa hidup yang lebih
lama.
Sistem kontrol CEMS terkait dengan pengaturan pencahayaan buatan yang
dikombinasikan dengan okupansi ruangan atau pencahayaan alami. Saat ruangan tidak
ada penghuninya, maka otomatis lampu dalam ruangan tidak aktif, jenis sensor yang
bisa digunakan adalah sensor PIR (Passive InfraRed). Sensor PIR akan mendeteksi
keberadaan manusia dalam ruangan dengan menerima pancaran infrared. Pada ruang
di mana cahaya alami dapat masuk ke dalam ruangan, sensor phototransistor dapat
digunakan untuk mengatur penggunaan pencahayaan buatan sehingga tidak ada energi
yang terbuang sia-sia.

13
BAB III
MANAJEMEN PANAS SENSIBEL DAN PANAS REAKSI

Panas adalah energi yang diterima oleh benda sehingga suhu benda atau
wujudnya berubah. Ukuran jumlah panas dinyatakan dalam notasi British Thermal Unit
(BTU). Air digunakan sebagai standar untuk menghitung jumlah panas karena untuk
menaikkan temperature 1o F untuk tiap 1 lb air diperlukan panas 1 BTU. Panas jenis
suatu benda artinya jumlah panas yang diperlukan benda itu agar temperaturnya naik
1o F.

3.1. Panas Sensibel


Panas sensible adalah panas yang menyebabkan terjadinya kenaikan/penurunan
temperatur, tetapi phasa (wujud) tidak berubah. Panas aensible adalah perpindahan
panas pada suatu sistem dimana tidak terjadi perubahan fase, reaksi kimia dan
perubahan komposisi sehingga menyebabkan temperature system tersebut.
Hubungan:
- Jumlah panas yang ditransfer
- Perubahan temperature yang terjadi

Gambar 3. Hubungan Antara Jumlah Panas Yang Ditransfer Dengan


Perubahan Temperatur Yang Terjadi

14
3.1.1 Kalor Sensibel
Kalor Sensibel adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air. Bila
kita memanaskan air, secara perlahan suhu air akan terus naik dan pada satu titik akan
mendidih. Kalor Sensibel bisa dilihat pada grafik diatas, yaitu garis yang semakin naik.
Kalor Sensibel bisa dicari dengan menggunakan rumus :
Q = m . c. (T2 - T1)
Dimana :
m = massa benda
c = panas jenis
T2 - T1 = perbedaan suhu

3.1.2 Kalor Laten


Kalor Laten adalah kalor yang dibutuhkan untuk mengubah wujud zat, dari es
menjadi air, dari air menjadi uap dsb. Bila air sudah mencapai titik didihnya lalu
dipanaskan terus, suhu air tidak akan naik melainkan wujudnya akan berubah. Kalor
laten ditunjukkan oleh garis mendatar pada grafik diatas. Kalor laten bisa dicari dengan
menggunakan rumus berikut:
Q=m.L
Dimana:
m = massa benda
L = Kalor lebur benda

3.2. Panas Reaksi


Panas reaksi didefinisikan sebagai energi yang diserap oleh sistem ketika
produk setelah reaksi dikembalikan pada suhu yang sama dengan reaktan. Jika pada
tekanan yang sama untuk produk dan reaktan, panas reaksi sama dengan perubahan
entalpi. Panas reaksi dapat dihitung dengan kombinasi heat of formation atau heat of

15
combustion dari produk dan reaktan. Variasi panas reaksi terhadap suhu tergantung
pada perbedaan molal kapasitas panas dari produk dan reaktan.
Pengertian panas reaksi ialah perubahan energi yang timbul dari kerja mekanik
langsung terhadap sistem atau dari terjadinya kontak kalor antara dua sistem pada suhu
yang berbeda. Dalam ilmu kimia, sumber perubahan energi yang penting berasal dari
kalor yang diberikan atau diperoleh dari suatu reaksi kimia pada tekanan tetap.
Pengaruh kalor inilah yang disebut termokimia dan dinyatakan sebagai panas reaksi.

Bila karbon monoksida dibakar dalam oksigen menjadi karbon dioksida dengan
reaksi sebagai berikut:
CO(g) + ½ O2(g) → CO2(g)
maka panas dilepaskan. Karena kalor di pindahkan atau dilepaskan, maka kalor ini
mempunyai tanda negatif. Pengukuran menunjukkan bahwa satu mol CO yang
direaksikan dengan 0,5 mol O2 pada 25oC dan tekanan tetap 1 atm, menghasilkan
perubahan entalpi (ΔH) sebesar -283,0 kJ, sehingga reaksinya dapat ditulis sebagai
berikut:
CO(g) + ½ O2(g) → CO2(g) ΔH = - 283,0 kJ

Bila kalor dilepaskan oleh reaksi kimia (ΔH negatif), reaksi disebut reaksi
eksotermik. Reaksi kimia dimana kalor diambil (ΔH positif) disebut reaksi endotermik.
Contoh reaksi endotermik (merupakan reaksi dalam arah yang berlawanan) dengan
reaksi sebagai berikut:
CO(g) + ½ O2(g) → CO2(g) ΔH = + 283,0 kJ

Jika arah reaksi dibalik, perubahan entalpi berubah tanda. Kalor diperlukan
untuk mengubah CO2 menjadi CO dan O2 pada tekanan tetap. Jika persamaan reaksi
diatas dikalikan dua untuk menunjukkan jumlah mol rektan dan produk dalam harga

16
koefisien reaksi yang berupa bilangan bulat, maka perubahan entalpi juga harus
dikalikan dua sehingga reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:
2CO2(g) → 2CO(g) + O2(g) ΔH = + 566,0 kJ
Contoh soal Phospor merah bereaksi bromine cair dalam reaksi eksotermik
dituliskan sebagai berikut:
2P(s) + 3Br2(l) → 2PBr3(g) ΔH = - 243 kJ

17
BAB IV
PERHITUNGAN ENERGI PROSES

4.1. Evaporasi
Contoh Soal Evaporator Tunggal
Suatu alat penguap satu tahap digunakan untuk meningkatkan konsentrasi
padatan dari 10 % ke 50 % dengan laju alir 7 kg/s. Kukus (Steam) yang dipergunakan
2 2
mempunyai tekanan 205 kN/m dan proses evaporasi terjadi pada tekanan 13.5 kN/m .
Jika koefisien perpindahan panas keseluruhan dari proses penguapan tersebut adalah 3
2
kW/m .K. Hitunglah luas permukaan yang dibutuhkan serta jumlah kukus yang
dipergunakan jika umpan konsentrat ke alat penguapan masuk pada temperatur 294 K
dan kondesat keluar pada temperatur 352.7 K. Kapasitas panas untuk larutan 10 %
adalah 3.76 kJ/kg-K dan 50 % adalah 3.14 kJ/kg-K.

Penyelesaian:

Asumsi bahwa kukus (steam) yang dipergunakan adalah kering dan jernih

18

2
Pada tekanan 205 kN/m , dari tabel kukus diperoleh temperatur kukus 394 K
dan enthalpy yang dikandung 2530 kJ/kg.


2
Pada tekanan 13.5 kN/m , titik didih air pada 325 K dan energi yang dikandung
adalah 2594 kJ/kg.

Pada kondisi umpan dengan 10 % padatan dipanaskan dari temperatur 294 ke


temperatur 325 K yang akan terjadi proses penguapan.

Laju alir padatan pada umpan = ( 7 kg/s x 0.1) = 0.7 kg/s

Kandungan air pada umpan adalah = 7 – 0.7 = 6.3 kg/s


Kandungan air pada produk (x) adalah
0,7
= 0,5
0,7 + 𝑥
X = 0,7 kg/s

Jumlah air yang teruapkan = kandungan air umpan – kandungan air produk
= 6,3 – 0,7
= 5,6 kg/s

✓ Hasil Neraca Massa Larutan

Neraca Energi

𝑄 = 𝑚 . 𝐶𝑝 . ∆𝑇
✓ Neraca Energi

19
𝑄 = 𝑚. 𝐶𝑝 . ∆𝑇
𝑄 = 𝑚 . 𝐶𝑝 . ( 𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )

Gunakan sebagai temperatur acuan (Tref) adalah 273 K

𝑄𝐹𝑒𝑒𝑑 = 7,0 𝑥 3,76 𝑥 (294 − 273) = 552,72 𝑘𝑊


𝑄𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 = 1,4 𝑥 3,14 𝑥 (325 − 273) = 228,6 𝑘𝑊
𝑄𝑢𝑎𝑝 − 𝑎𝑖𝑟 = 5,6 𝑥 2594 = 14526 𝑘𝑊

Energi yang diberikan oleh kukuh adalah


𝑄𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 − 𝑘𝑢𝑘𝑢𝑠 = 𝑄𝑢𝑎𝑝 − 𝑎𝑖𝑟 + 𝑄𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − 𝑄𝑓𝑒𝑒𝑑
= 14526 + 228,6 − 552,7
= 14202 𝑘𝑊

Energi yang dikandung oleh kukus umpan dan kondensat pada temperatur 352,7 K
adalah
𝑘𝐽
𝐻𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡 = 4,18 𝑥 (352,7 − 273) = 333,2
𝑘𝑔
𝑘𝐽
𝐻𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 = 2530
𝑘𝑔

Laju alir kukus yang dibutuhkan untuk menguapkan adalah


𝑄𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 − 𝑘𝑢𝑘𝑢𝑠 14202 𝑘𝑔
𝑚𝑘𝑢𝑘𝑢𝑠 = = = 6,47
𝐻𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 − 𝐻𝑐𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡 2530 − 333,2 𝑠

✓ Luas Bidang Kontak Evaporator


Luas bidang kontak dapat diselesaikan dari persamaan laju perpindahan panas
𝑄 = 𝑈 . 𝐴 . ∆𝑇

20
Perbedaan temperatur diasumsikan perbedaan temperatur kukus masuk dengan titik
didih penguapan larutan adalah
∆𝑇 = 394 − 325 = 69 𝐾
𝑄 14202
𝐴= = = 68,6 𝑚2
𝑈 . ∆𝑇 3 𝑥 69

4.2. Kondensasi
Saturated steam pada 68,9 kPa (10 psia) adalah dipadatkan dalam suatu tabung
vertikal 0,305 m (1,0 ft) mempunyai OD 0,0254 m (1,0 inci) dan temperatur permukaan
86,11oC (187oF). Hitunglah koefisien perpindahan panas rata-rata dalam satuan British
dan SI.

Penyelesaian :

Dari tabel steam didapat :


Tsat = 193oC (89,44oC)
Tw = 187oC (86,11oC)
𝑇𝑊 + 𝑇𝑠𝑎𝑡 187 + 193
𝑇𝑓 = = = 190℉ = 87,8℃
2 2

Panas laten,
Hfg = 1143,3 – 161,0 = 982,3 Btu/lbm
= 2657,8 – 374,6 = 2283,2 kJ/kg
= 2,283 x 106 J/kg

1
𝜌1 = = 60,3 𝑙𝑏𝑚/𝑓𝑡 3
0,01657

21
𝑘𝑔
𝑙𝑏𝑚 16,018 𝑚3 𝑘𝑔
= 60,3 3 . = 966,7 3
𝑓𝑡 𝑙𝑏𝑚 𝑚
1
𝑓𝑡 3

1
𝜌𝑣 = = 0,0244 𝑙𝑏𝑚/𝑓𝑡 3
40,95
𝑘𝑔
𝑙𝑏𝑚 16,018 𝑚3 𝑘𝑔
= 0,0244 3 . = 0,391 3
𝑓𝑡 𝑙𝑏𝑚 𝑚
1
𝑓𝑡 3

Selanjutnya nilai Nre akan dihitung jika aliran laminer yang terjadi diasumsikan.
Untuk menghitung total perpindahan panas suatu area tabung

22
1 1
𝐴 = 𝐷 .𝐿 = 𝑥 1,0 = 𝑓𝑡 2
12 12
𝐴 = (0,0254)(0,305) 𝑚2
𝑞 = ℎ. 𝐴 (𝑇

Bagaimanapun, q ini harus pula sama yang diperoleh oleh kondensasi m lbm/jam
atau kg/s. karenanya,

𝑞 = ℎ. 𝐴 (𝑇 = ℎ𝑓𝑔 . 𝑚

Subsitusi nilai-nilai yang diberikan untuk memecahkan nilai m,

𝜋
2350 ( ) (190 − 187) = 982,3 . 𝑚
12
𝑙𝑏𝑚
𝑚 = 3,77
𝑗𝑎𝑚

13,350 (𝜋)(0,0254)(0,305)(3,33) = 2,284 𝑥 106 . 𝑚


𝑘𝑔
𝑚 = 4,74 𝑥 10−4
𝑠

Subsitusikan ke dalam rumus Nre


4 .𝑚 4 (3,77)
𝑁𝑟𝑒 = = = 73,5
𝜋 . 𝐷 . 𝜇1 𝜋 ( 1 ) (0,784)
12
4 .𝑚 4 (4,74 𝑥 10−4 )
𝑁𝑟𝑒 = = = 73,5
𝜋 . 𝐷 . 𝜇1 𝜋 (0,0254)(3,24 𝑥 10−4 )

Karenanya, aliran adalah aliran laminer ketika diasumsikan.

23
4.3. Distilasi
Senyawa limonene (BM 136) didistilasi dengan uap pada tekanan atmosfer.
Tekanan uap dari limonene murni sebagai fungsi dari suhu diberikan pada tabel berikut:

a. Tentukan titik didih dari campuran larutan


b. Hitung persentase (b/b) dari limonene dalam uap

24
Penyelesaian :
a. Dari tabel dapat diketahui bahwa pada suhu 99.5 °C, tekanan total dari limonen
dan air mendekati 1 atm (101 kPa). Dengan demikian campuran akan mendidih
pada suhu 99,5 °C.

b. Pada suhu 99,5 °C tekanan uap limonene adalah 1,059 kPa. Tekanan total
sebesar 101,3 kPa. Konsentrasi limonene dalam uap (fraksi mol):

Berat molekul limonen = 136 gr/mol. Konsentrasi limonen (fraksi massa):

4.4. Absorbsi
Pembuatan Calsium Hipoclorid dengan cara mengabsorbsi Clorine dalam cairan
kapur. Gas Clorine yang dihasilkan dari proses Deacon masuk ke alat absorbsi pada
tekanan 742 mmHg dan suhu 77oF. Tekanan partial dari clorine 60 mmHg dan sisanya
adalah gas inert. Gas keluar dari absorber pada suhu 80oF dan tekanan 747 mmHg
dengan tekanan partial Clorine = 0,5 mmHg.
Hitung:
a. Volume yang keluar absorber/100 ft3
b. Massa Clorine yang diserap/100 ft3

Penyelesaian:

Basis: 100 ft3 gas masuk (742 mmHg, 77oF)


- Tekanan partial gas inert masuk = (742 – 60) mmHg = 682 mmHg
- Tekanan partial gas inert keluar = (747 – 0,5) mmHg = 746,5 mmHg

25
- Volume actual dari gas inert masuk = 100 ft3

682 540
- Volume actual dari gas inert keluar = 100 𝑥 746,5 𝑥 537 = 91,87 𝑓𝑡 3

a. Volume total gas masuk (742 mmHg, 77oF) = 100 ft3

Volume total gas keluar (747 mmHg, 80oF) = 91,87 ft3

60 492
Volume clorine masuk pada kondisi standart = 100 𝑥 760 𝑥 537 = 7,233 𝑓𝑡 3

0,5 492
Volume clorine keluar pada kondisi standart = 91,87 𝑥 760 𝑥 540 = 0,055 𝑓𝑡 3

b. Volume clorine yang diserap pada kondisi standart


(7,233 − 0,055) 𝑓𝑡 3 = 7,178 𝑓𝑡 3
7,178
Jadi, massa Clorine yang diserap adalah = 0,0199 𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙𝑒 = 0,709 𝑙𝑏
359

4.5. Adsorpsi
Air limbah dengan COD 80 mg/l diolah dengan adsorpsi menggunakan karbon
aktif. Efluen yang diharapkan adalah tidak lebih dari 15 mg/l COD. Data hasil
percobaan ditabulasi sebagai berikut:
Flask Massa karbon (mg) Volume larutan COD akhir (mg/l)
(ml)
1 0 250 80
2 50 250 49
3 100 250 31
4 200 250 20

26
5 500 250 7
6 800 250 4
7 1000 250 3

a. Tentukan konstanta Freundlich


b. Tentukan konstanta Langmuir

Penyelesaian:
• Hitung massa COD teradsorpsi (x):
x = (CODawal - CODakhir) x volume = (80 mg/l - 49 mg/l) x 0,25 l = 7,75 mg
• Hitung x/m:
x/m = 7,75 mg / 50 mg = 0,155 mg/mg
• Hitung ln (x/m) dan ln Ce:
i. ln (x/m) = ln 0,155 = -1,864
ii. ln Ce = ln 49 = 3,892
• Hitung 1/(x/m) dan 1/Ce:
i. 1/(x/m) = 1/0,155 = 6,452
ii. 1/Ce = 1/49 = 0,020

No m Ce x x/m ln (x/m) ln Ce 1/(x/m) 1/Ce


1 0 80
2 50 49 7,75 0,155 -1,864 3,892 6,452 0,020
3 100 31 12,25 0,1225 -2,100 3,434 8,163 0,032
4 200 20 15 0,075 -2,590 2,996 13,333 0,050
5 500 7 18,25 0,0365 -3,310 1,946 27,397 0,143
6 800 4 19 0,02375 -3,740 1,386 42,105 0,250
7 1000 3 19,25 0,01925 -3,950 1,099 51,948 0,333

27
0
-0.5 0 1 2 3 4
-1
-1.5
ln (x/m)

-2
-2.5
-3 y = 0.7582x - 4.7901
-3.5 R² = 0.9965
-4
-4.5
ln C

0
60
-0.5 0 1 2 3 4
50
-1
40
ln 1/(x/m)

-1.5
(x/m)

30
-2
-2.5 y = 145.9x + 4.7441
20
R² = 0.9938
-3 y = 0.7582x - 4.7901
10
-3.5 R² = 0.9965
-40
0 0.1 0.2 0.3 0.4
-4.5
ln
1/CC

• Dari dua grafik tersebut diperoleh:


i. 1/n = 0,7582 dan ln K = -4,7901 atau K = 0,0083
ii. 1/(qmb) = 145,9 dan 1/qm = 4,7441 atau qm = 0,2108 dan b = 0,0325
• Dengan demikian persamaan adsorpsi yang diperoleh adalah:
i. Freundlich : x/m = 0,0083 Ce0,7582
0,2108 * 0,0325Ce 0,00685Ce
x m= =
ii. Langmuir :
1 + 0,0325Ce 1 + 0,0325Ce

28
4.6. Ekstraksi
Larutan Uranium diekstraksi menggunakan 8 – hidroksikuinolin dan pelarut
kloroform. 25 ml larutan Uranium diekstraksi dalam 25 ml kloroform. %ekstraksi
diperoleh 99,8 %. Hitung nilai rasio distribusi.

Penyelesaian :

Dik : v uranium = 25 ml
V air = 25 ml
% Ekstraksi = 99,8 %
Dit : nilai rasio distribusi (D) ?
Jawab :
𝑉𝑎𝑖𝑟
𝑥𝐸
𝐷= 𝑉𝑢𝑟𝑎𝑛𝑖𝑢𝑚
100 − 𝐸
25 𝑚𝑙
𝑥 99,8 %
𝐷 = 25 𝑚𝑙
100 − 99,8
99,8
𝐷=
0,2
𝐷 = 499

29
BAB V
KESIMPULAN

1. Manajemen energi adalah suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan


secara sistematis untuk memanfaatkan energi secara efektif dan efisien dengan
melakukan perencanaan, pencatatan, pengawasan dan evaluasi secara kontinu
tanpa mengurangi kualitas produksi dan pelayanan.
2. Konsep sistem manajemen energi baik secara manajerial maupun teknis terdiri
dari 4 proses yang dikenal proses PDCA yaitu plan, do, check, dan act.
3. Peran manajemen energi di dalam berbagai fungsi opersional adalah
manajemen fasilitas, logistik, pembelian energi, produksi, perencanaan dan
pengendalian produksi, dan pemeliharaan
4. REMS merupakan konsep manajemen energi khusus untuk operasi kilang
minyak yang dibuat oleh British Petroleum.
5. CEMS merupakan tahap awal yang baik untuk mencapai kampus yang ramah
lingkungan, sistem ini meliputi pemantauan penggunaan energi (konsumsi
daya), informasi statistik sumber daya, dan audit energi yang dapat ditampilkan
di sebuah server web yang bisa diakses semua orang, bahkan dapat ditampilkan
di sebuah situs resmi
6. Panas sensible adalah panas yang menyebabkan terjadinya kenaikan/penurunan
temperatur, tetapi phasa (wujud) tidak berubah.
7. Panas reaksi didefinisikan sebagai energi yang diserap oleh sistem ketika
produk setelah reaksi dikembalikan pada suhu yang sama dengan reaktan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, H., Alayyubi, S., dan Sudibyo, H., 2017, “Hybrid Eco-friendly Vehicle:
Biofuel Production in Car by Plastic Pyrolysis and CO2 Capture for Microalgae
Cultivation”, Departemen Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kencana B., (2013), “Sistem Manajemen Energi (SME),”


http://docplayer.info/248204-Sistem-manajemen-energi-sme-energy-
management-system-enms.html, Diakses pada tanggal 28 Mei 2017, pukul 15.18
WIB.

Buku Diktat Bahan Pembelajaran Manajemen dan Konservasi Energi, (2017),


Departemen Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Great N., (2016), “Sistem Manajemen Energi Kampus Meniru Sistem Metabolisme,”
http://sim-energi.blogspot.co.id/2016/11/sistem-manajemen-energi-kampus-
meniru.html, Diakses pada tanggal 28 Mei 2017, pukul 15.37 WIB.

Beggs C., (2002), “Energy: Management, Supply and Conservation,” Butterworth-


Heinemann, Oxford, England.

31

Anda mungkin juga menyukai