Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN ENERGI

MANAJEMEN ENERGI DI INDUSTRI PERHOTELAN


(STUDI KASUS : SURABAYA PLAZA HOTEL)

DISUSUN OLEH

ALIEFA TASYA AZZAHRA 02311745000025


ZUHAIDA HILMIANA 02311745000026
YUNITA KHOLIDAZIAH A 02311745000028

JURUSAN TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii


DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II DASAR TEORI ................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Manajemen Energi ........................................................................... 3
2.2 Konsep Sistem Manajemen Energi .................................................................... 3
2.3 Audit Energi ....................................................................................................... 5
BAB III ISI ..................................................................................................................... 6
3.1 Penentuan PDCA ............................................................................................... 6
BAB IV PENUTUP......................................................................................................... 9
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 10

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Konsep Sistem Manajemen Energi .............................................. 4

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Persentase Kebutuhan Biaya Energi ............................................................. 6
Tabel 3.2 Standar IKE Pada Gedung di Indonesia ....................................................... 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini industri perhotelan semakin marak terutama di kota – kota besar.
Industri perhotelan merupakan salah satu industri yang membutuhkan kebutuhan energi
yang tinggi, Energi listrik, bahan bakar gas dan air digunakan untuk menjalankan sistem
fasilitasfasilitas yang terdapat pada hotel, seperti sistem pendingin udara, sistem
penerangan, sistem lift, dan sistem fasilitas hotel lainnya. Hotel yang beroperasi selama
24 jam tentu membutuhkan energi yang besar dan relatif kontinyu. Ketersediaan energi
yang ada untuk operasional hotel tentunya menjadi salah satu faktor yang dapat menjaga
kepuasan dan kepercayaan konsumen terhadap sebuah hotel. Hal ini membuat hotel
membutuhkan jaminan ketersediaan suplai listrik yang mencukupi untuk menjaga
produktivitas pelayanan hotel. Namun, keterbatasan PLN sebagai penyedia energi listrik
negara serta ketentuan tarif dasar listrik untuk konsumsi industri yang lebih tinggi
menjadi suatu pertimbangan pelaku industri hotel untuk melakukan penghematan
energi.
Oleh karena itu, adanya wacana untuk melakukan proses konservasi energi pada
operasional hotel dapat menjadi sebuah solusi yang dapat dilakukan. Konservasi energy
merupakan upaya mengefisienkan pemakaian energi dalam menghasilkan suatu produk
barang maupun jasa tanpa mengurangi kualitas dari produk tersebut. Dalam industri
perhotelan, efisiensi energi harus dilakukan tanpa mengurangi kenyamanan pelanggan
dalam menggunakan fasilitas hotel.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menentukan PDCA ( Plan, Do, Check, Action) pada Surabaya
Plaza Hotel
2. Bagaimana cara menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) pada
Surabaya Plaza Hotel
3. Bagaimana upaya optimasi dalam penghematan energi pada Surabaya Plaza
Hotel

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan PDCA ( Plan, Do, Check, Action) pada Surabaya Plaza
Hotel
2. Untuk menentukan IKE (Intensitas Konsumsi Energi) pada Surabaya Plaza
Hotel

1
3. Untuk mengidentifikasi upaya optimasi dalam penghematan energi pada
Surabaya Plaza Hotel

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Manajemen Energi


Manajemen energi adalah suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan
secara sistematis untuk memanfaatkan energi secara efektif dan efisien dengan
melakukan perencanaan, pencatatan, pengawasan dan evaluasi secara kontinu tanpa
mengurangi kualitas produksi dan pelayanan. Manajemen energi mencakup
perencanaan dan pengoperasian unit konsumsi dan produksi yang berkaitan dengan
energi untuk mengelola secara aktif usaha penghematan penggunaan energi dan
penurunan biaya energi. Tujuan manajemen energi yaitu penghematan sumber daya,
perlindungan iklim, dan penghematan biaya. Bagi konsumen, manajemen energi
mempermudah untuk mendapatkan akses terhadap energi sesuai dengan apa dan kapan
yang mereka butuhkan. (Wikipedia, 2015).
Manajemen energi yang merupakan kegiatan di suatu perusahaan yang
terorganisir dengan menggunakan prinsip–prinsip manajemen, dengan tujuan agar dapat
dilakukan konservasi energi, sehingga biaya energi sebagai salah satu komponen biaya
produksi/operasi dapat ditekan serendah- rendahnya. Konservasi energi sendiri
mengandung arti sebagai suatu usaha untuk tetap menggunakan energi secara rasional
tapi tetap mempertahankan produktifitas dan terpenuhinya syarat-syarat kelola
perusahaan. Penggunaan energi rasional diantaranya dengan penghematan dan efisiensi
energi. Jadi harus dibedakan antara penghematan energi dengan konservasi energi.
Penghematan energi bisa saja dilakukan dengan hanya mengurangi penggunaan
energinya tapi kenyamanan dan produktitas menjadi turun. Sementara konservasi energi
adalah penerapan kaidahkaidah dalam pengelolaan energi tidak hanya mengurangi
pemakaian energinya tapi juga menerapkan pola operasi yang efisien, pemasangan alat
tambahan yang meningkatkan performa sistem sehingga pemakaian energinya lebih
rendah tapi tidak mengurangi kenyamanan dan produktifitas. Pada intinya konservasi
energi merupakan panduan bagaimana menghemat energi dengan benar dan berisi
metode–metode dan alat–alat yang bisa dipakai untuk penghematan energi tanpa
mengurangi produktifitas dan kenyamanan. Sementara efisiensi energi artinya
perbandingan antara penggunaan energi dengan hasil produksinya bias kenyamanan,
gerak dan lain-lain. Jadi efisiensi energi yang tinggi berarti pemakaian energinya rendah
tapi produksi tinggi. Dengan demikian konsep konservasi energi lebih luas
dibandingkan dengan efisiensi energi.

2.2 Konsep Sistem Manajemen Energi


Konsep sistem manajemen energi yang membangun sistem dan proses secara
manajerial dan teknis untuk mengelola penggunaan energi secara rasional. Konsep
sistem manajemen energi baik secara manajerial maupun teknis terdiri dari 4 proses
yang dikenal proses PDCA yaitu plan, do, check, dan act.

3
Gambar 2.1 Skema Konsep Sistem Manajemen Energi

Adapun penjabaran dari proses PDCA dapat digambarkan sebagai berikut:


2.2.1 Perencanaan Energi (Plan), meliputi:
a. Pemilihan atau penetapan target tujuan perusahaan
b. Penentuan strategi untuk rencana tujuan :
1) Proyek yang akan dilaksanakan
2) Dana yang diperlukan
3) Peralatan yang diperlukan
4) Organisasi dan karyawan yang diperlukan

2.2.2 Implementasi (Do), meliputi:


a. Penyusunan Program yang terdiri atas:
1) Proyek-proyek yang akan dilaksanakan
2) Target yang ingin dicapai dengan proyek tersebut
3) Strategi yang ingin digunakan
4) Struktur organisasi dan personel yang diperlukan
5) Biaya yang diperlukan
b. Pelaksanaan Program, terdiri dari:
1) Meningkatkan kesadaran karyawan mengenai pentingnya program dengan tatap
muka, leaflet, poster dan stiker
2) Melakukan pelatihan untuk personel yang secara langsung akan turut
berperan dalam pelaksanaan program
3) Menyusun SOP dan format-format pelaporan pelaksanaan
4) Melakukan uji coba pelaksanaan program yang sudah ditetapkan
5) Melakukan pengarahan, pengawasan dan monitoring uji coba
6) Menyiapkan peralatan dan melakukan modifikasi

2.2.3 Monitoring dan Evaluasi (Check), meliputi kegiatan:


a. Memperoleh gambaran/pola pemakaian energi, produksi, limbah produksi, emisi
GRK, dll.

4
b. Tersedianya Database
c. Terbangunnya baseline penggunaan energi/IKE.
d. Kemudahan untuk menemukan sumber-sumber inefisiensi dan PPE.
e. Dapat mengetahui dampak biaya yang terjadi.
f. pengelolaan energi yang efektif dan efisien.
g. Menumbuhkan budaya hemat energi bagi seluruh lapisan karyawan.

2.2.4 Perbaikan dan Penyesuaian (Action), terdiri atas:


a. Grade prioritas dari hasil monitoring dan perlakuan.
b. Fokus monitoring dan analisis energi pada peluang penghematan energi mulai
dari yang terbesar.
c. Kemudahan dalam pengambilan keputusan dan tindakan terkait perbaikan
efisiensi dan IKE

2.3 Audit Energi


Kegiatan pengelolaan energi di suatu perusahaan yang terorganisasi dengan
menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang dilakukan melalui audit energi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2012 tentang manajemen energi, audit energi merupakan proses
evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta
rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi
dalam rangka konservasi energi.
Tujuan audit energi untuk menentukan cara yang terbaik untuk mengurangi
penggunaan energi per satuan output (produk) dan mengurangi biaya operasi (biaya
produksi). Pentingnya audit energi dikarenakan alasan berikut:
a. Kurangnya awareness konsumen terhadap efisiensi energi
b. Kompleksitas peralatan pengguna energi (di industri/komersial)
c. Prosedur pemeriksaan energi lebih efektif dan komprehensif
d. Identifikasi penghematan energi dapat dilakukan secara cermat
e. Accountability terhadap pengelolaan energi lebih baik
f. Kuantifikasi didalam program penurunan beban lebih akurat
g. Program pengurangan/manajemen beban lebih terarah
Keuntungan yang diperoleh setelah audit energi diantaranya: dapat
mengkuantifikasi kebutuhan energi dan biaya energi disetiap kelompok fasilitas
pengguna energi (pusat biaya energi), mengidentifikasi distribusi dan porsi penggunaan
energi di setiap pusat biaya energi melalui neraca energi, memonitor pemakaian energi
secara periodik (harian, mingguan, bulanan, tahunan), mengidentifikasi kerugian
(losses) energi, mengambil langkah-langkah konservasi energi, menunjang prosedur
(SOP) pemeliharaan fasilitas energi, memberikan sistem pelaporan energi yang efisien
dan efektif, membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.

5
BAB III
ISI

3.1 Penentuan PDCA


Pada makalah tentang audit energi dan analisis pemilihan alternatif ini dilakukan
peninjauan manajemen energi di Surabaya Plaza Hotel. Adapun PDCA yang
dilakukan pada industri hotel ini sebagai berikut.

a. Plan
Sumber energy yang digunakan di Surabaya Plaza Hotel adalah listrik, gas, dan air.
Energy yang paling banyak digunakan adalah energy listrik karena biaya pengadaan energy
listrik dapat mencapai 70-80% dari total biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan energi
operasional hotel per bulannya sehingga mememrlukan perhatian khusus dalam
penghematannya.
Salah satu yang menjadi perhatian dalam energy listrik adalah AC, karena AC
merupakan fasilitas hotel dengan penggunaan energi listrik paling besar. Energi yang
dibutuhkan untuk operasional AC seluruh fasilitas bangunan hotel dapat mencapai angka 60-
70 % dari total kebutuhan energi listrik keseluruhan.

Untuk mempermudah pengamatan kebutuhan energi maka dibuat tabel seperti


berikut:

Tabel 3.1 Persentase Kebutuhan Biaya Energi


Energi Biaya (Rupiah / Tahun) Persentase
Listrik 7,163,088,645 89,00 %
BBG 328,258,760 4,08 %
Air 556.824.647 6,92 %
Total 8,048,172,052 100 %

b. Do
Sebelum menentukan Do, terlebih dahulu dihitung nilai IKE (Intensitas
Konsumsi Energi). IKE merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
besarnya pemakaian energi dalam bangunan gedung . Berikut ini merupakan
perhitungan IKE yang didapat sebagai berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑤ℎ
𝐼𝐾𝐸 =
(𝑂𝑐𝑐 𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑥 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑅𝑜𝑜𝑚) + (𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑁𝑜𝑛 𝑅𝑜𝑜𝑚)
4,408,027
=
(0,7629 𝑥 9006) + 9747
4,408,027
=
(6870,6774 + 9747)
= 265,26 𝐾𝑤ℎ/𝑚2

6
Upaya yang dilakukan untuk menekan biaya operasional yang digunakan dalam
industri perhotelan adalah dengan menghemat energi yang digunakan. Selain dari
segi energi yang harus doperhatikan untuk penghematan biaya, perlu juga adanya
peninjauan dari sisi lain supaya bisa menekan biaya operasional, seperti berikut.
a. Merubah SOP penggunaan fasilitas hotel, seperti mengoperasikan lift secara
bergantian menurut zoning lantai hotel yang disesuaikan dengan tingkat
hunian, penyesuaian setting temperatur Air Conditioner pada waktu-waktu
tertentu serta penjadwalan ulang jadwal perawatan atau maintenance fasilitas
sebagai upaya dari preventive maintenance.
b. Melakukan renovasi / penyesuaian desain bangunan hotel, seperti pemilihan
warna cat interior ruangan dengan cat berwarna cerah dikarenakan warna
gelap akan menyerap cahaya, lalu mengurangi biaya penggunaan fasilitas Air
Conditioner dengan mengatur pertukaran panas pada bangunan. Misalnya
mengindari penggunaan kaca yang terlalu lebar, memberi ruang insulasi udara
di bawah atap, dan sebagainya dan menggunakan kaca film atau shading
curtain pada jendela ruangan.
c. Menggunakan teknologi berbasis hemat energi, dengan pemakaian jenis
lampu yang hemat energi, misalnya penggantian jenis ballast konvensional
dengan ballast elektronik pada lampu berjenis fluorescent, penggunaan
sensor waktu dan intensitas cahaya otomatis pada lampu dan pemakaian
peralatan fasilitas dengan teknologi hemat energy.
d. Melakukan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. Upaya ini
dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan secara berkala tentang
manajemen energi dibidang perhotelan dan pelatihan terkait hal teknis dari
operasional fasilitas hotel, misalnya konsep perawatan atau maintenance dari
mesin pada peralatan fasilitas hotel.

c. Check
 Dari perhitungan nilai IKE, diketahui bahwa nilai IKE yang dimiliki oleh
Surabaya Plaza Hotel telah memenuhi standard IKE yang telah ditetapkan
seperti yang terlihat pada tabel 3.2 , yaitu sebesar 300 Kwh/m2.

Tabel 3.2 Standar IKE Pada Gedung di Indonesia


No Jenis Gedung IKE (Kwh/m2 per Tahun)
1 Perkantoran 240
2 Pusat Perbelanjaan 330
3 Hotel dan Apartemen 300
4 Rumah Sakit 380

 Dari hasil survei energi dapat diketahui bahwa selain pada fasilitas dan
peralatan yang digunakan, identifikasi peluang hemat energi juga terdapat
pada faktor Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang dimaksud ini
meliputi seluruh bagian dari organisasi perusahaan tanpa terkecuali dan juga
kesadaran dari customer sebagai pengguna energi di Hotel.

7
 Ekonomi merupakan kriteria dengan nilai bobot terbesar dalam
perbandingan antar kriteria alternatif jenis konservasi energi. Hal ini dapat
dipahami bahwa hotel sebagai industri yang menjual jasa sebagai produknya
memiliki tujuan utama untuk menghasilkan profit semaksimal mungkin
(profit oriented). Oleh sebab itu, penghematan ekonomi dapat dilakukan
dengan melakukan renovasi atau penyesuaian desain bangunan agar dapat
menghasilkan profit yang lebih maksimal.
 Budaya kerja merupakan hal yang harus dimiliki oleh tenaga kerja karena
mempengaruhi manajemen energy. Kesadaran tenaga kerja untuk
berperilaku hemat energi yang terbentuk dan kompetensi kerja sebagai
hardskill menjadi penunjang dari keberhasilan dari rencana penghematan
energi yang akan dilakukan.

d. Action
 Perlu dilakukan penanaman pola pikir kepada SDM tentang pentingnya
hemat energi, jika kesadaran untuk berperilaku hemat energi sudah
terbentuk, kemudian kompetensi kerja sebagai hardskill menjadi penunjang
dari keberhasilan dari rencana penghematan energi yang akan dilakukan.
 Perlu adanya pelatihan untuk menunjang kapasitas SDM. Pelatihan
mengenai manajemen energi tersebut tidak hanya mencakup dari segi
hardskill saja, melainkan juga dari segi softskill yang dimiliki oleh SDM
hotel.
 Dilakukan renovasi atau perubahan desain bangunan seperti desain ruangan
yang memiliki pencahayaan yang cukup namun suhu di dalam ruangan tidak
terjadi peningkatan suhu dengan pemasangan film pada kaca.
 Penggunaan kartu kamar sebagai sumber listrik, sehingga jika konsumen
meninggalkan kamar tidak ada listrik yang menyala. Lalu penggunaan
lampu hemat energy dan menurunkan kecepatan putar mesin cuci pada saat
proses pengeringan pakaian di laundry

8
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berikut ini merupakan kesimpulan yang didapat pada makalah ini adalah :
1. Dalam upaya untuk manajemen energi pada industri perhotelan (studi kasus
Suarabaya Plaza Hotel ), maka dilakukan penentuan PDCA (Plan, Do, Check,
Action)
2. Dalam rangka untuk mengetahui penggunaan energi yang telah dipakai di
Surabaya Plaza Hotel maka dilakukan perhitungan IKE (Intensitas Konsumsi
Energi) dan hasil yang didapat sesuai standar yang telah ditentukan
3. Upaya optimasi dalam penghematan energi pada Surabaya Plaza Hotel yaitu
berupa SDM yang memiliki kemampuan hardskill dam softskill dalam
penghematan energi, renovasi desain bangunan atau ruangan dan
penguranagn kecepatan putar dalam penggunaan mesin cuci

9
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (n.d.). Retrieved from http://eprints.polsri.ac.id/3314/3/BAB_II.PDF


Anonim. (n.d.). Retrieved from http://eprints.polsri.ac.id/4042/3/BAB%20II.pdf
Anonim. (2017, November 28). Retrieved from
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_energi
Apriyanto, H., & Ciptomulyono, U. (2011). AUDIT ENERGI DAN ANALISIS
PEMILIHAN ALTERNATIF MANAJEMEN ENERGI HOTEL DENGAN
PENDEKATAN METODE MCDM-PROMETHEE Studi Kasus: Surabaya
Plaza Hotel).

10

Anda mungkin juga menyukai