Anda di halaman 1dari 18

1 BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan teknologi dalam bidang optik tidak dapat dilepaskan dalam
kehidupan manusia. Teleskop galileon merupakan salah satu teknologi optik
berbasis optika geometri yang telah digunakan sekarang ini sehingga teknologi
optik tersebut membutuhkan suatu desain yang dapat bekerja optimal sesuai dengan
kebutuhan manusia. Namun dalam pendesainan teleskop galileon terdapat
beberapa hal yang menyebabkan kecacatan sehingga mengalami penurunan fungsi
kinerja.
Kecacatan dalam desain optik biasa disebut dengan aberasi a t a u disebut juga
kesesatan atau kecacatan lensa. Aberasi adalah kelainan bentuk bayangan yang
dihasilkan oleh lensa atau cermin (Tipler, 2001). Aberasi optik adalah degradasi
kinerja suatu sistem optik dari standar pendekatan paraksial optika geometri.
Degradasi yang terjadi dapat disebabkan sifat-sifat optik dari cahaya maupun dari
sifat-sifat optik sebagai medium terakhir yang dilalui sinar sebelum mencapai
mata pengamatnya.
Aberasi dapat diminimalisir dengan pengoptimasian desain optik dalam
pembuatan suatu rancangan devais optik. Karena dengan mendesain suatu devais
optik akan dapat menentukan titik fokus terbaik dalam sebuah sistem optik,
dapat mengetahui aberasi-aberasi berbagai titik di bidang gambar, dan dapat
ditentukan ukuran apperture. Oleh karenanya diperlukan suatu metode pengujian
menggunakan software OSLO (Optics Software for Layout Optimization) yang
diharapkan dapat menganalisa serta menurunkan kecacatan dengan pengoptimasian
desain optik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan
masalah yang akan dihadapi dalam praktikum ini diantaranya adalah :
1. Bagaimana cara mendesain teleskop galileon menggunakan software
OSLO?
2. Bagaimana hasil dari desain teleskop galileon menggunakan software
OSLO teleskop galileon menggunakan software OSLO?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah :
1. Mendesain divais optik teleskop galileon menggunakan OSLO.
2. Melakukan optimasi untuk menurunkan aberasi pada divais optik dengan
menggunakan OSLO.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Parameter Dasar Sistem Optik Geometri

Optika geometris adalah cabang ilmu pengetahuan tentang cahaya yang


mempelajari sifat-sifat perambatan cahaya seperti pemantulan, pembiasan, serta
prinsip jalannya sinar-sinar. Ketika kita memandang suatu benda, cahaya dan benda
itu merambat langsung ke mata kita. Karena itu kita dapat melihat benda tersebut.
Tetapi hanya sebagian benda yang memancarkan cahaya sendiri seperti matahari,
lampu, dan nyala api. Sebagian besar benda-benda yang kita lihat tidak
memancarkan cahaya sendiri seperti bulan, manusia, kertas, dan meja. Benda yang
tidak memancarkan cahaya memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke mata kita.

Dengan demikian, apa yang terlihat, secara fundamental akan tergantung pada sifat
cahaya.

Gambar 2. 1 Contoh Sistem Optika Geometri

Gambar 2.1 merupakan sistem optika geometri dengan enam permukaan. Bila
diikuti kembali penjalaran sinar-sinar solid yang telah direfraksikan oleh semua
permukaan dan berpotongan dengan garis lurus dari titik pembentukan image, jarak
perpotongan dengan titik pembentukan image merupakan panjang fokus.

2.2 Desain Optik

Desain optik adalah suatu proses yang digunakan untuk membuat rancangan
divais optik. Divais optik yang didesain dapat berupa desain kamera, teropong,
mikroskop dan lain-lain dengan merekayasa peletakkan lensa-lensa dan komponen
optik lainnya. Dengan membuat desain divais optik maka dapat ditentukan titik
fokus terbaik dalam sebuah sistem optik, dapat mengetahui aberasi-aberasi berbagai
titik di bidang gambar, dapat ditentukan ukuran apperture. Sehingga, kecacatan-
kecatatan yang mungkin timbul pada suatu divais optik dapat diminimalisir dan
kerja dari divais optik juga dapat lebih optimal. Yang perlu diperhatikan dalam
membuat desain divais optik adalah bahan divais optik, bentuk surface dari
komponen-komponen optik yang dipakai, panjang gelombang yang dipakai, serta
bentuk berkas yang masuk dan yang dihasilkan (Asep, 2011).

Desain lensa optik adalah proses merancang lensa untuk memenuhi seperangkat
persyaratan kinerja dan kendala , termasuk keterbatasan biaya dan manufaktur .
Parameter meliputi jenis permukaan profil ( bola , aspheric , hologram , diffractive
, dll ) , serta jari-jari kelengkungan , jarak ke permukaan berikutnya , jenis material
dan lain-lain.

2.3 Beam Expander

Beam expander adalah komponen pada optik yang digunakan untuk


memperbesar beam. Beam expander merupakan konsep dasar yang digunakan pada
teleskop. Jenis beam expander ada 2 yaitu :

a. Galilean Beam Expander


Galilean beam expander terdiri dari lensa negatif dan lensa positif.

Gambar 2.2 Galilean Beam Expander

b. Keplerian Beam Expander


Keplerian beam expander terdiri dari 2 lensa positif

Gambar 2.3 Keplerian Beam Expander


2.4 Prinsip Pembelokan Sinar pada Lensa

Pembelokan cahaya atau yang lebih dikenal dengan pembiasan cahaya ketika
cahaya merambat dari suatu medium ke medium lain yang memiliki indeks bias
yang berbeda. Pembiasan cahaya terjadi karena adanya perubahan kelajuan
gelombang cahaya ketika gelombang cahaya tersebut merambat di antara dua

medium berbeda.

Gambar 2.4 Pembiasan Cahaya

2.5 Pembentukan Bayangan Pada Lensa

Untuk menganalisis pembentukan bayangan oleh lensa, dapat menggunakan


konsep sinar sinar istimewa. Dikatakan istimewa karena membentuk suatu bentuk
geometri yang sederhana dan mudah dianalisis. Sinar-sinar istimewa untuk lensa

cembung:
Gambar 2.5 Sinar istimewa Lensa Cembung

 Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan
menuju
titik fokus (f2) lensa.
 Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan.
 Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang melewati
titik fokus lensa (f1) akan dibiaskan sejajar sumbu utama

Gambar 2.6 Sinar Istimewa Lensa Cekung

Sinar-sinar istimewa untuk lensa cekung:


 Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan
seakan-akan dari titik fokus (f1) lensa.
 Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan.
 Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang menuju titik
fokus lensa (f2) akan dibiaskan sejajar sumbu utama.

2.6 Lensa Tebal

Lensa tebal adalah lensa yang memiliki jarak (ketebalan) tertentu antara lensa
satu dengan lensa lain. Ketebalan ini merupakan jarak yang mesti dilalui sinar
ketika bergerak dari permukaan satu kepermukaan dua.

Gambar 2.7 Lensa Tebal

1 1 1 𝑑(𝑛−1)
= (𝑛 − 1) [𝑅 − 𝑅 + ]
𝑓 1 2 𝑛𝑅1 𝑅2

f = fokus lensa (cm)


n = indeks bias lensa
R1 = Jari-jari permukaan pertama
R2 = Jari-jari permukaan kedua
d = Ketebalan lensa

2.7 Aberasi Optik

Aberasi optik adalah degradasi kinerja suatu sistem optik dari standar
pendekatan paraksial optika geometris. Degradasi yang terjadi dapat disebabkan
sifat-sifat optik dari cahaya maupun dari sifat-sifat optik sistem kanta sebagai
medium terakhir yang dilalui sinar sebelum mencapai mata pengamatnya. (Sarah,
2012)

2.7.1 Aberasi Sferis


Aberasi speris adalah aberasi optik yang dilihat dari sudut pandang dengan
titik berat geometri sistem optik (kanta, cermin dll). Penyimpangan paraksial yang
terjadi lebih disebabkan karenafaktor desain kanta yang tidak sempurna. Kanta tidak
pernah memproyeksikan citra dengan sempurna, selalu terjadi distorsi atau aberasi
pada tingkat tertentu oleh karena sifat fisis geometris kanta yang berakibat pada
penurunan kualitas suatu citra karena sinar cahaya yang merambat melalui kanta
tersebut tidak dapat diproyeksikan menuju ke titik api yang sama pada sumbu optis.
2.7.2 Koma

Koma adalah aberasi yang terjadi saat citra suatu obyek terproyeksi keluar
dari sumbu optis kanta. Cahaya yang merambat menuju kanta dari sudut insiden θ,
dari diameter insiden yang mendekati diameter kanta, akan terproyeksi ke titik api
yang berbeda dan membentuk citra yang disebut lingkaran komatik yang menjauhi
sumbu optis kanta disebut koma positif dan yang mendekati sumbu optis disebut
koma negatif. Lingkaran komatik terbentuk karena perbedaan rasio pembesaran

kanta terhadap panjang gelombang sinar yang merambat melaluinya.

Gambar 2.8 Aberasi Koma

2.7.3 Distorsi

Distorsi adalah aberasi optik yang terjadi pada pemetaan rektilinear antara
bidang fokus dan bidang fokal. Pada distorsi terjadi variasi sudut pandang atau
sudut liput sepanjang sumbu optis.
Distorsi terbagi menjadi dua bagian yaitu distorsi barrel, distorsi
pincushion, dan distorsi mustache.

(a) (b

(c)
Gambar 2.9 (a) Aberasi Distorsi Pincushion, (b) Aberasi

Distorsi Barrel, (c) Aberasi Mustache

2.7.4 Astigmatisme

Astigmatisme adalah aberasi speris yang menyebabkan sinar cahaya yang


merambat melalui kanta (lensa) membentuk lebih dari satu titik api pada sumbu
optis.

Gambar 2.10 Aberasi Astigmatisme

2.7.5 Aberasi Kromatik

Aberasi kromatik adalah aberasi optik yang dilihat dari sudut pandang
dengan penekanan pada sifat optik fisis cahaya. Walaupun pada sebuah kanta
dengan bidang speris yang sempurna, setiap bahan kanta mempunyai indeks bias
yang berbeda-beda bergantung pada panjang gelombang sinar cahaya yang
merambat melaluinya dan menyebabkan sinar cahaya polikromatik tersebut
terdispersi dan menyebabkan purple fringe/color fringe pada citra proyeksinya.
Aberasi kromatik yang seperti ini dapat diminimalkan dengan kanta komposit
doublet akromatik dengan bahan low dispersion glass untuk mengatasi aberasi
longitudinal (panjang gelombang yang berbeda diproyeksikan ke titik api yang
berbeda-beda pada sumbu optis) dan aberasi transversal/lateral (panjang
gelombang yang berbeda diproyeksikan ke titik api yang berbeda pada bidang
fokal).
Jenis aberasi kromatik yang lain adalah tampaknya aura berwarna putih
kebiruan disekeliling citra obyek. Jika aberasi kromatik di atas terjadi karena
dispersi yang disebabkan perbedaan indeks bias, aberasi ini terjadi karena dispersi
yang disebabkan karena perbedaan fase pada interferensi antara sinar backlight
dan sinar difusinya yang terpantul dari antarmuka obyek.

2.7.6 Aberasi Monokromatik

Aberasi monokromatik sering juga disebut aberasi tingkat ketiga adalah


aberasi yang terjadi walaupun sistem optik mempunyai kanta dengan bidang speris
yang telah sempurna dan tidak terjadi dispersi cahaya.
2.8 Pengenalan OSLO

OSLO (Optics Software for Layout Optimization) adalah software yang


digunakan untuk mendesain suatu divais optik. Umumnya layar permukaan OSLO
terdiri dari dua surfaces yaitu “object surface” di bagian kiri dan “image surface”
di bagian kanan. Ada 4 parameter utama dalam setiap surfaces yaitu jari-jari
kelengkungan (ketebalan material), indeks refraksi (tipe kaca), dan jari-jari
apperture. Untuk lebih mudah dapat memanfaatkan graphic windows pada setiap
plot parameter sistem yang berbeda. Berikut masing-masing penjelasan dari toolbar
OSLO:
a. Command : kolom yang berfungsi untuk memasukkan nilai
b. Spreadsheet : lembar yang digunakan menampilkan data desain divais optic
c. Main Window : toolbar menu utama
d. Graphic Windows : jendela yang menampilkan visualisasi dari desain divais
optik yang telah dibuat
e. Status Bar : kolom yang menampilkan informasi operasi yang sedang
dilakukan dan informasi obyek yang sedang diaktifkan

Gambar 2.11 Interface software OSLO


BAB III
DESAIN TELESKOP GALILEO

3.1 Langkah Desain Teleskop Galileo

1. Mulai lensa baru, pilih nama dan pilih lensa khusus pada katalog

2. Di dapatkan dari katalog Edmund dan di urutkan berdasarkan EFL. Elemen


EFL negatif di masukkan terlebih dahulu sebagai lensa mata. Lalu dipilih
nomor bagian EDCV32993 karena memiliki EFL = -25mm dan diameter
25mm.
3. Teleskop Galilea yang sederhana memiliki elemen negatif dan positif.
Selanjutnya dapat dipilih elemen positif yang akan memberi kekuatan
pembesaran (MP atau pembesaran sudut) 2x lipat untuk teleskop. Untuk
mendapatkan MP ini perlu memilih EFL positif 50mm karena MP adalah
EFL dari tujuan (elemen positif) dikali EFL lensa mata (elemen negatif).
4. Klik kanan pada singlet katalog yang dikelompokkan dari bagian pertama
dan pilih "Insert Catalog Lens". Pilih nomor bagian EPCX32971 karena
memiliki EFL = 50mm dan diameter 50mm, jadi lebih besar dari elemen
negatif.

5. Pada titik ini apa dapat memungkinkan adanya elemen di atas elemen. Atau
terjadi salah urutan. Maka dari itu selanjutnya dilakukan langkah-langkah
berikut.
a. Potong elemen negatif keluar (Jalur 4) dan tempelkan di atas Jalur 2
b. Pindahkan pemangkasan untuk ketinggian sinar marginal paraxial
ke Surface 4.
c. Masukkan permukaan tambahan di atas Permukaan saat ini 1.
Jadikan stop aperture
d. Pada bagian ini sinar sekuensial sudah dalam urutan yang benar
tetapi jaraknya masih belum benar. Langkah selanjutnya adalah
memperbaiki masalah ini
6. Sebelum memperbaiki jarak, akan disiapkan beberapa properti cahaya yang
sesuai.
7. Default pada panjang gelombnag merupakan nilai tampak yang sesuai
(dFC)
8. Radius pada sinar datang adalah 12,5 mm yang sepenuhnya mengisi
elemen negatif. Yang benar-benar kita inginkan adalah nilai yang mengisi
atau bahkan memenuhi mata pupil dengan baik. Jika baik dan besar akan
lebih mudah untuk melihat melalui instrument. Pilih 5mm untuk nilai sinar
datang. Ini merupakan nilai yang besar untuk ukuran pupil mata yang
beriamter 10mm, sehingga lebih besar dari pupil mata maksimal anak-anak
9. Luas pandangan akhrnya akan “bergeser” sinar pada elemen positif. Pilih
luas padangan 5 derajat.
a. Tujuannya untuk menunjukan cahaya, bahkan untuk mendapatka semua
nilai melalui teleskop kecil kami

10. Kita akan menungkinkan mendapatkan hasil lebih baik, jika elemen postiv
dibalik. We will probably get better performance if the positive element is
flipped. Alasannya dalah untuk membagi bengkokan sinar antara 2
permukaan karena cahaya dalam pemodelan kita keluar dari sisi kedua yang
dikelompokan Balikkan elemen positif dalam model (pilih grup di
Permukaan 4 dan gunakan tombol untuk membalik urutan)
11. Jarak dai stop ke negative elemen merupakan ketajaman mata. Pilih nilai
15mm yang artinya bahwa maa diletakan jauh dari negative elemen
12. Jika kehilangan pemisah pada permukaan terakhir karena membalik elemen
positif, lanjutkan dan taruh sinar aksial lagi.

13. Hilangkan pemisah pada Permukaan 2. Jarak ini sangat penting karena
menempatkan elemen positif di tempat untuk memproyeksikan sinar yang
menyinari mata ke jarak yang jauh. Ada dua cara untuk mengatasi masalah
ini
a. Mengatur dengan manual pada jarak sampai kamu mendapatakan
pemisah pada permukaan yang jauh untuk menjadi nomor yang postif
b. Salah satu alternatifnya adalah dengan membuat figur sederhana dari
perlatan yang memiliki OSLO untuk menyelesaikannya. Hal tersebut
dapat dilakukan disini tetapi selalu dapat mengubah nomor tersebut
hingga jarak terakhir adalah bilangan positif besar.
14. Tedapat dua hal untuk mendapatkan bantuan OSLO dengan
pengoptimalnya:
a. Membuat jarak antara sebuah variable lensa (ketebalan 3 permukaan)

b. Buatlah fungsi beban yang menilai seberapa baik gabungan sistem
dalam gambar. Di bawah menu untuk Optimize pilih Operand (atau
ketik 'ose'). Jika kita memilih sudut paraxial (PU) untuk sinar
marginal ketika itu adalah nilai kecil sinar aksial akan sangat dekat
dengan gabungan sistem

15. Jika diperlukan, dapat menggunakan bantuan untuk mencari operan.


16. Selanjutnya jalankan pengoptimal DLS (‘ite’ atau ‘Iterate’ di bawah
mengoptimalkan) dan kita akan menyesuaikan ruang ini dengan nilai yang
membuat sistem menjadi teleskop. Catatan program memiliki nilai negatif
untuk last airspace tetapi sangat jauh. Dalam praktek ini hanya efek sudut
dari sinar dan bukan seperti yang diihat, tetapi itu membuat sinar tampak
sedikit jelek. Lalu ubah nilai yang dihasilkan dari ketebalan 3 hingga
17,59mm.
3.2 HASIL DESAIN

TELESKOP GALILEO

MTF

Fungsi transfer lation (MTF) umumnya digunakan untuk menggambarkan konvolusi fungsi
penyebaran titik (PSF) dan gambar Gaussian (geometrik) dari suatu objek yang merupakan
pola intensitas sinusoidal kontinu, yang pada dasarnya merupakan rangkaian garis gelap
dan terang yang secara berangsur-angsur berubah dari maxima (di tengah garis terang) ke
minima (tengah garis gelap). Integral konvolusi merangkum energi yang timbul dari bercak
PSF yang dibuat pada setiap titik gambar Gaussian, dan dengan demikian menggambarkan
gambar difraksi yang sesuai dari pola tersebut. Perubahan PSF karena penyimpangan,
hambatan pupil dan faktor-faktor lain mempengaruhi kualitas gambar difraksi ini,
khususnya tingkat kontras dan distribusi fase. Secara umum, konvolusi dengan PSF
memuluskan keluar, yaitu meratakan distribusi intensitas pola sinusoidal (atau lainnya),
menurunkan kontras dan bertindak sebagai filter low-pass (yaitu memaksakan batas
resolusi) - frekuensi PSF vs pattern yang lebih besar , lebih dari itu.

MTF adalah bagian dari fungsi kompleks yang menggambarkan proses ini, yang disebut
Optical transfer function (OTF). Sementara OTF terbatas pada efek sistem PSF pada
pencitraan satu bentuk objek ini - distribusi intensitas sinusoidal - itu diterima sebagai
indikator kinerja untuk pencitraan secara umum.
PSF

untuk panjang gelombang yang berbeda juga biasanya berbeda dalam intensitasnya,
keduanya dipancarkan oleh objek dan dirasakan oleh mata, yang dapat mempengaruhi
transfer kontras dengan memberi bias ke arah panjang gelombang intensitas maksimum,
karena distribusi intensitas kehilangan simetri di sekitar panjang gelombang pusat). Ada
sedikit perbedaan antara monochromatic (hijau) dan full-range polychromatic PSF (hitam),
demikian juga MTF, terlepas dari mode sensitivitas. PSF berbeda terutama di daerah cincin
(photopic vs spektrum bahkan, inset kecil), dan dengan MTF itu terbatas pada nilai
frekuensi cutoff, yang untuk cahaya polikromatik ditentukan oleh itu untuk panjang
gelombang terpendek. Ini didasarkan pada formalisme yang menggambarkan transfer
kontras polikromatik sebagai jumlah rata-rata transfer c untuk frekuensi yang diberikan ν
pada masing-masing panjang gelombang, MTF (ν) = Σc (ν) i / i. Akibatnya, panjang
gelombang pendek dan panjang hampir saling mengimbangi untuk sebagian besar rentang
frekuensi, dengan polikromatik yang dihasilkan MTF untuk rentang yang condong ke arah
gelombang pertengahan; beberapa transfer kontras residual memanjang di luar itu untuk
panjang gelombang pusat, tidak secara signifikan dipengaruhi oleh faktor sensitivitas mata.
Sementara frekuensi cutoff nominal untuk MTF polikromatik sama dengan panjang
gelombang terpendek, sebenarnya transfer kontras jauh lebih dekat dengan panjang
gelombang pusat.

ABRASI
Grafik astigmatism yang ditunjukkan merupakan pelebaran fokus yang diakibatkan
oleh aberasi lensa sehingga mengakibatkan perbedaan fokus antara bidang sagittal. Pada
grafik ditunjukkan bahwa terjadi pelebaran sebesar -2-8 mm. Seharusnya semakin besar
nilai agtimatism atau semakin menjauhi sumbu y maka kualitas lensa semakin buruk.

Pada Grafik Aberasi spheris longitudinal menunjukkan aberasi pada tiga panjang
gelombang. Untuk laser hijau bernilai 7,9 mm. Nilai tersebut terlalu kecil sehingga kecil
kemungkinan untuk menyebabkan kecacatan pada pembesaran sinar.

Pergeseran fokus chromatic (Chromatic Focal Shift) yang ditunjukkan pada gambar
aberasi merupakan sinar untuk panjang gelombang laser hijau yang datang jatuh ke fokus
yang berbeda karena setiap lensa mempunyai indeks bias yang berbeda-beda bergantung
pada panjang gelombang cahaya yang merabatnya. Terlihat pada grafik untuk panjang
gelombang 0.588 μm tidak ada aberasi sehingga pada kondisi ini bayangan akan terbentuk
jelas. Selanjutnya terjadi pergesaran titik fokus pada panjang gelombang di bawah 0.588
μm menjadi bernilai negatif. Sedangkan pada panjang gelombang diatas 0.588 μm jatuh
pada nilai positif. Adanya panjang gelombang yang jatuh pada titik fokus yang berbeda ini
(positif dan negatif) akan menyebabkan terbentuknya pinggiran warna pada bayangan.
Namun nilai pergeseran foku kromatik desain ini sudah baik karena pergeseran fokus nya
kecil.

Aprilia Dewi Agustin, dkk, 2014. Laporan Praktikum Teknik Optik Desain Optik, s.l.:
Instintut Teknologi Sepuluh November.

Jenkins FA, White HE, 1976. Fundamental of Optics, Fouth Edition. s.l.:McGraw-Hill.

Tipler, P. A., 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Warni, I., t.thn. Uji Kesempurnaan Lensa Berdasarkan Sifat Aberasi Lensa Menggunakan
Metode Interferometer Twyman-Green.

Anda mungkin juga menyukai