.. (2.4)
C. Jarak fokus lensa bersusun
9
Jika dua lensa tipis dengan jarak fokus masing-masing f
1
dan f
2
digabungkan (dirapatkan). Maka akan diperoleh suatu lensa bersusun dengan jarak
fokusnya yang dapat ditentukan dengan persamaan :
= .. (2.5)
D. Cacatan bayangan
Rumus-rumus perencanaan persamaan lensa yang telah diberikan diatas
diturunkan dengan syarat hanya berlaku untuk sinar paransial, jika syarat tersebut
tidak terpenuhi akan terjadi cacat bayangan atau aberasi.
Untuk menganalisis pembentukan bayangan oleh lensa, kita dapat
menggunakan konsep sinar-sinar istimewa berikut ini. Dikatakan istimewa karena
membentuk suatu bentuk geometri yang sederhana dan mudah dianalisis.
Aberasi sferis
Disebabkan oleh kecembungan lensa. Sinar paraksial atau sinar dari pinggir
lensa membentuk bayangan di P. Aberasi ini dapat dihilangkan dengan
mempergunakan diafragma yang diletakan di depan lensa atau dengan lensa gabungan
atlantis yanng terdiri dari dua lensa yang jenis kacanya berlainan.
Aberasi koma
Aberasi ini terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk bayangan dari
sinar di tengah dan sinar tepi. Berbeda dengan aberasi sferis pada aberasi koma sebuah
titik benda akan terbentuk bayangan seperti bintang berekor, gejala koma ini tidak
dapat diperbaiki dengan diafragma.
Astig
Kelengkungan medan
Bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layar letaknya tidak dalam satu
bidang datar melainkan pada bidang lengkung. Disebut kelengkungan medan atau
lengkungan bidang bayangan.
10
Distorsi
Atau gejala terbentuknya bayangan palsu terjadi bayangan palsu ini oleh
karena di depan atau di belakang lensa diletakan diafragma. Rumus-rumus persamaan
lensa yang telah diberikan di atas diturunkan dengan syarat hanya berlaku untuk sinar
paraksial, jika syarat tersebut tidak dipenuhi, akan terjadi cacat-cacat bayangan
(aberasi)
Sinar-sinar istimewa untuk lensa cembung:
(Gambar 2.4 Penggambaran sinar-sinar istimewa lensa cembung)
1. Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan menuju
titik fokus (f
2
) lensa.
2. Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan
3. Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang melewati titik fokus
lensa (f
1
) akan dibiaskan sejajar sumbu utama
10
Distorsi
Atau gejala terbentuknya bayangan palsu terjadi bayangan palsu ini oleh
karena di depan atau di belakang lensa diletakan diafragma. Rumus-rumus persamaan
lensa yang telah diberikan di atas diturunkan dengan syarat hanya berlaku untuk sinar
paraksial, jika syarat tersebut tidak dipenuhi, akan terjadi cacat-cacat bayangan
(aberasi)
Sinar-sinar istimewa untuk lensa cembung:
(Gambar 2.4 Penggambaran sinar-sinar istimewa lensa cembung)
1. Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan menuju
titik fokus (f
2
) lensa.
2. Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan
3. Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang melewati titik fokus
lensa (f
1
) akan dibiaskan sejajar sumbu utama
10
Distorsi
Atau gejala terbentuknya bayangan palsu terjadi bayangan palsu ini oleh
karena di depan atau di belakang lensa diletakan diafragma. Rumus-rumus persamaan
lensa yang telah diberikan di atas diturunkan dengan syarat hanya berlaku untuk sinar
paraksial, jika syarat tersebut tidak dipenuhi, akan terjadi cacat-cacat bayangan
(aberasi)
Sinar-sinar istimewa untuk lensa cembung:
(Gambar 2.4 Penggambaran sinar-sinar istimewa lensa cembung)
1. Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan menuju
titik fokus (f
2
) lensa.
2. Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan
3. Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang melewati titik fokus
lensa (f
1
) akan dibiaskan sejajar sumbu utama
11
Sinar-sinar istimewa untuk lensa cekung:
(Gambar 2.5 Penggambaran sinar-sinar istimewa lensa cekung)
1. Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan seakan-
akan dari titik fokus (f
1
) lensa.
2. Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan
3. Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang menuju titik fokus
lensa (f
2
) akan dibiaskan sejajar sumbu utama
Terlihat dari gambar di atas, lensa cembung cenderung mengumpulkan
cahaya (konvergen) sedangkan lensa cekung menyebarkan cahaya (divergen).
11
Sinar-sinar istimewa untuk lensa cekung:
(Gambar 2.5 Penggambaran sinar-sinar istimewa lensa cekung)
1. Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan seakan-
akan dari titik fokus (f
1
) lensa.
2. Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan
3. Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang menuju titik fokus
lensa (f
2
) akan dibiaskan sejajar sumbu utama
Terlihat dari gambar di atas, lensa cembung cenderung mengumpulkan
cahaya (konvergen) sedangkan lensa cekung menyebarkan cahaya (divergen).
11
Sinar-sinar istimewa untuk lensa cekung:
(Gambar 2.5 Penggambaran sinar-sinar istimewa lensa cekung)
1. Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan seakan-
akan dari titik fokus (f
1
) lensa.
2. Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan
3. Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang menuju titik fokus
lensa (f
2
) akan dibiaskan sejajar sumbu utama
Terlihat dari gambar di atas, lensa cembung cenderung mengumpulkan
cahaya (konvergen) sedangkan lensa cekung menyebarkan cahaya (divergen).
12
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bahan dan Alat Percobaan
1. Lensa positif kuat (tanda ++)
2. Lensa positif lemah (tanda +)
3. Lensa Negatif (tanda -)
4. Benda yang berupa anak panah.
5. Lampu pijar untuk benda.
6. Layar untuk menangkap bayangan.
7. Diafragma.
8. Bangku Optik.
9. Kabel - kabel penghubung dan sumber tegangan listrik.
(Gambar 3.1 Sketsa Peletakan Lensa Positif Terhadap Layar)
(Gambar 3.2 Sketsa Peletakan Lensa Negatif Terhadap Layar)
LN
13
Gambar 3.3 Sketsa Peletakan Lensa Positif-Negatif-Positif
Keterangan :
L = Lampu LP = Lensa Positif
BO= Bangku Optik LN= Lensa Negatif
OB= Obyek P = Papan sebagai layar
o = Jarak benda ke lensa LPP = Lensa positif dan layar
(Gambar 3.4 Kabel - kabel penghubung dan sumber tegangan listrik.)
14
3.2 Jalannya Percobaan
A. Menentukan jarak fokus lensa
1. Mengukur tinggi (panjang) anak panah yang dipergunakan sebagai
berikut.
Menyusun sistem optik berurutan sebagai berikut.
Benda dengan lampu dibelakangnya.
Lensa positif lemah (tanda +)
Layar.
2. Mengambil jarak ke layar lebih besar dari 1 meter.Mengukur dan
mencatat jarak benda ke layar.
3. Menggeser-geserkan lensa sehingga didapat bayangan yang jelas pada
layar.
4. Mencatat kedudukan lensa dan mengukur tinggi bayangan pada layar..
5. Menggeserkan lagi kedudukan lensa sehingga didapat bayangan jelas
yang lain (jarak benda layar L jangan dirubah)
6. Mengulangi percobaan no. 3 sampai dengan no. 7 beberapa kali (kami
mencoba 5 kali ditentukan oleh asisten) dengan harga L yang berbeda.
7. Mengulangi percobaan no. 2 sampai dengan no. 8 untuk lensa positif
kuat (tanda ++)
8. Untuk menentukan jarak lensa negatif, membuat bayangan jelas dari
benda pada layar dengan pertolongan lensa negative.
9. Kemudian meletakkan lensa negatif antara lensa positif. Mengukur jarak
lensa negatif ke layar.
10. Menggeser layar sehingga terbentuk bayangan yang jelas pada layar.
Mengukur jarak lensa negatif ke layar.
11. Mengulangi percobaan no. 10 sampai no. 13 beberapa kali (ditenstukan
asisten).
12. Untuk menentukan jarak fokus lensa bersusun, merapatkan lensa positif
kuat (tanda ++) dan lensa positif (tanda +) serapat mungkin.
13. Menggunakan cara Bessel (gambar 2.2) untuk menentukan jarak fokus
lensa bersusun tersebut. Mengulangi beberapa kali dengan harga L yang
berubah-ubah.
15
B. Mengamati Cacat Bayangan
1. Untuk mengamati aberasi khromatik menggunakan lensa positif kuat dan
lampu pijar sebagai benda (anak panah sebagai benda disingkirkan)
2. Menggeser-geserkan layar maka akan dapat mengamati bahwa suatu
kedudukan akan terdapat bayangan dengan tepi merah dan kedudukan lain
dengan tepi biru.
3. Mencatat masing-masing kedudukan lensa yang memberikan bayangan dengan
tepi yang berbeda-beda warna.
4. Memasang diafragma didepan lampu pijar. Mengulangi percobaan 2 dan
mencatat apa yang terjadi pada bayangan dari lampu.
16
BAB 4
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
(Menggunakan Lensa Positif)
percobaan Jarak lensa ke layar (cm) Tinggi bayangan (cm)
1 113 7.9
2 113.5 8
3 114 8.6
4 114.5 9.1
5 115 9.5
(Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Menggunakan Lensa Positif)
Dari tabel hasil pengukuran menggunakan lensa positif, dapat disimpulkan bahwa
semakin jauh posisi lensa ke layar, maka nilai tinggi bayangannya semakin besar. Dan
semakin jauh posisi benda ke lensa maka tinggi bayangannya semakin kecil.
(Menggunakan Lensa Positif-Positif)
percobaan Jarak lensa ke layar (cm) Tinggi bayangan (cm)
1 155 9
2 155.5 9.2
3 156 9.5
4 156.5 9.6
5 157 9.8
(Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Menggunakan Lensa Positif-Positif)
Dari tabel hasil pengukuran menggunakan lensa positif-positif dapat
disimpulkan bahwa semakin jauh posisi lensa ke layar, maka nilai tinggi
17
bayangannya semakin besar. Dan semakin jauh posisi benda ke lensa maka tinggi
bayangannya semakin besar pula.
(Menggunakan Lensa Negatif)
Percobaan Jarak lensa ke layar (cm) Tinggi Bayangan (cm)
1 4 2.6
(Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Menggunakan Lensa Negatif)
Dari praktik diatas dapat disimpulkan bahwa bayangan akan terlihat jelas dengan lensa
negative apabila semakin dekat antara jarak lensa ke layar.
(menggunakan lensa negative diantara lensa postif dan positif kuat)
percobaan Jarak lensa ke layar (cmz) Tinggi bayangan (cm)
1 19 2
2 19.5 2.3
3 20 2.5
4 20.5 2.7
5 21 2.9
(Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Lensa negative diapit Lensa positif dan positif kuat)
MENGAMATI CACAT BAYANGAN
Setelah menggeser-geser layar dihasilkan, yaitu sebagai berikut.
- Jarak Lensa ke layar 37.5 cm (yang terjadi adalah perpendaran dan muncul tepi
merah)
- Jarak Lensa ke layar 66 cm (yang terjadi adalah perpendaran dan muncul tepi
biru)
- Ketika diafragma dipasang didepan lampu pijar dengan mengulangi 2
percobaan sebelumnya, hasilnya adalah :
dengan jarak 4 cm.
18
4.2 Tugas akhir
1. Hitunglah jarak focus lensa positif dengan persamaa (3) !
2. Hitung pula dengan menggunakan persamaan ( 2) !
3. Terangkanlah cara mana yang lebih baik !
4. Hitung jarak focus lensa negative dengan memakai persamaan ( 4 ) !
5. Hitung jarak focus lensa gabungan !
6. Hitung pula dengan rumus
+ + +
+ =
f f f
1 1 1
!
7. Sesuaikah hasil percobaan 5 dan 6. terangkan!
8. Terangkan terjadinya aberasi kromatik dan astigmagtima pada percobaan 4 !
9. Mengapa dengan diagfragma dapat mengurangi cacat!
10. Adakah cara lain untuk mengurangi cacat bayangan!
Jawab:.
1. 9775 , 17
400
7191
) 23 76 ( 4
) 23 76 ( ) 23 76 (
) ( 4
) ( ) (
4
2 2
4
2 4 2 2 2 2
= =
+
=
+
+
= =
s s
s s s s
L
xC L
f
2. 6 . 17
23
76
1
76
1
=
+
=
+
=
M
S
f
3. Yang digunakan adalah cara No.2, karena lebih akurat.
4. 27 . 24
41 . 2
5 . 58
5 . 41
5 . 58
1
5 . 58
1
6
4
= =
+
=
+
=
M
S
f
5.
6. 92 . 7
32
44 . 253
44 . 253
32
44 . 253
6 . 17 4 . 14
4 . 14
1
5 . 17
1 1 1 1
= = = =
+
= + = + =
+ + +
f
f f f
7. 10
921 . 3
5 . 74
5 . 25
5 . 74
1
5 . 74
1
4
= =
+
=
+
=
M
S
f
19
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan tentang sifat lensa dan cacat bayangan yaitu
dari tabel hasil pengukuran menggunakan lensa positif, dapat disimpulkan bahwa
semakin jauh posisi lensa ke layar, maka nilai tinggi bayangannya semakin besar.
Dan sebaliknya.
Dari tabel hasil pengukuran menggunakan lensa negatif disimpulkan bahwa
bayangan akan terlihat dengan jelas apabila jarak lensa dan layar berdekatan.
Saat lensa negatif diantara dua lensa positif, kami memberi jarak 19 cm agar
terbentuk bayangan yang jelas.
Jarak Lensa-layar 37.5 cm (yang terjadi adalah perpendaran dan muncul tepi
merah)
Jarak Lensa ke layar 66 cm (yang terjadi adalah perpendaran dan muncul tepi
biru)
Ketika diafragma dipasang didepan lampu pijar dengan mengulangi 2
percobaan sebelumnya, hasilnya adalah dengan jarak 4 cm.
5.2 Saran
1. Saat melaksanakan praktikum terdapat alat yang belum lengkap seperti
diafragma yang berbeda dengan yang ada dan kaca baur, sehingga
diharapkan alat praktikum lengkap.
2. Pelaksanaan praktiku di tempat yang cahaya kurang gelap, sehingga kurang
adanya kepastian bayangan jika terganggu adanya cahaya dari luar ruangan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Sears-Zemansky, College Physics.
Tylor F., A Laboratory Manual cf Physics, Edward Arnold 1967
(http://id.wikipedia.org/wiki/Lensa) (Diakses tanggal 27 Juni 2014 pukul 05.13)
(http://fisikaveritas.blogspot.com/2013/08/sifat-sifat-pembentukan-bayangan-
dan.html) (Diakses tanggal 27 Juni 2014 pukul 06.00).
(http://geofact.blogspot.com/2008/11/percobaan-v-d-1-sifat-lensa-dan-cacat.html)
(Diakses tanggal 27 Juni 2014 pukul 06.02)
(http://otenyayie.blogspot.com/2012/10/laporan-praktikum-sistem-lensa.html)
(Diakses tanggal 27 Juni 2014 pukul 06.03)
21
LAMPIRAN