NON RENEWABLE
Dosen Pengampu:
Ida Ayu Meisthya Pratiwi, S.E., M.Si.
Kelompok 6
Viony Kristiani Silalahi 2207511010
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan yang maha esa, karena atas rahmat dan karunia-
Nya yang selalu menyertai seluruh tugas dan tanggung jawab, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pengelolaan sumber daya alam non renewable” ini dengan
tepat waktu meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterimakasih pada Ibu
Ida Ayu Meisthya Pratiwi, S.E., M.Si. .selaku Dosen Pengampu mata kuliah Ekonomi
pembangunan berkelanjutan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Sumber daya non renewable. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis,
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Pengelolaan SDA non renewable di indonesia: yang meliputi jenis SDA tak terbarukan
................................................................................................................................................ 3
2.2 Konsep Konservasi, Deplesi, Persediaan dan Rasio candangan ...................................... 4
2.2.1 Konsep Konservasi .................................................................................................... 6
2.2.2 Konsep Deplesi .......................................................................................................... 7
2.2.3 Konsep Persediaan dan Rasio Cadangan ................................................................... 7
2.3. Kelangkaan Sumber Daya Alam ..................................................................................... 7
2.3.1 Indikator Kelangkaan Sumber Daya Alam ................................................................ 8
2.4 Penilaian Siklus Hidup (PSH) Biaya Energi .................................................................... 9
2.5 Pengertian, cakupan, sifat, dan pengelolaan sumberdaya perikanan ............................. 11
2.5.1 Pengertian Sumber daya perikanan ......................................................................... 11
2.5.2 Cakupan Sumber Daya Perikanan ........................................................................... 12
2.5.3 Sifat Sumber Daya Perikanan .................................................................................. 13
2.5.4 Pengelolaan sumber daya perikanan........................................................................ 13
2.6 Penangkapan statis dan dinamis berdasarkan Masyarakat ............................................. 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18
Gambar 2.1 Mewujudkan energi per juta dollar aktivitas ekonom untuk
setiap sektor industri peternakan sapi ................................................................... 10
Gambar 2.2 Intensitas karbon dioksida dan intensitas air sumber energi ............. 11
Konsumsi energi global terus-menerus diperkirakan akan meningkat pada abad kedua
puluh. Energi yang melimpah telah memungkinkan manusia untuk berkembang biak dan
berkembang biak meningkatkan standar hidup mereka ke tingkat yang belum pernah dicapai
sebelumnya. Energi dari minyak menjadi bahan bakar penghijauan revolusi abad ke-20 yang
meningkatkan produktivitas pertanian sebanyak empat kali lipat di seluruh dunia,
memungkinkan populasi global akan meningkat pada tingkat yang eksponensial. Saat ini kami
menggunakan minyak dan energi yang dihasilkannya. bertugas membuat pupuk dan pestisida,
menjalankan mesin yang menanam dan memanen tanaman serta mengolahnya tanah, dan untuk
2.1 Pengelolaan SDA non renewable di indonesia: yang meliputi jenis SDA tak
terbarukan
Batu bara adalah batuan sedimen berwarna hitam atau coklat yang terbentuk dari sisa-sisa
tanaman fosil. Sebagian besar batu bara terbentuk di rawa-rawa selama periode Carboniferous
359–299 juta tahun yang lalu. Karena batu bara membutuhkan waktu jutaan tahun untuk
terbentuk, maka batu bara dianggap sebagai sumber daya tak terbarukan, artinya penggunaan
batu bara tidak berkelanjutan. Dengan asumsi laju konsumsi tetap, estimasi R/P menunjukkan
bahwa batu bara dunia akan habis hanya dalam waktu 100 tahun lebih [ sumber yang kredibel,
contoh: BP 2015]. Namun, karena konsumsi batu bara dunia terus meningkat (walaupun
mungkin telah berhenti meningkat mulai tahun 2013), cadangan batu bara dunia akan habis
dalam 60 hingga 90 tahun [MacKay 2009], dan puncak produksi batu bara global akan terjadi
jauh lebih cepat. Produksi batu bara Inggris mencapai puncaknya pada tahun 1913, dan sejak
itu pengaruh globalnya menurun. Di Amerika Serikat, produksi energi dari batu bara mencapai
puncaknya pada akhir 1990-an, dan permintaan batu bara global diperkirakan akan melebihi
pasokan pada tahun 2020 [Heinberg dan Fridley 2010]. Di Amerika Serikat, kita memiliki
banyak sekali batu bara. Hal ini, dikombinasikan dengan subsidi federal yang besar, membuat
batu bara menjadi sumber energi yang murah. Mengganti minyak bumi dengan batu bara dapat
mengurangi ketergantungan Amerika Serikat pada minyak asing dan membuat kita tidak terlalu
rentan terhadap Puncak Minyak. Namun, batu bara adalah sumber energi yang paling kotor.
Batu bara memiliki jejak karbon terbesar, artinya batu bara mengeluarkan lebih banyak karbon
dioksida per unit energi selama siklus hidupnya dibandingkan sumber energi lainnya (Tabel
9.2). Pembakaran batu bara melepaskan lebih banyak karbon dioksida ke seluruh dunia
dibandingkan kegiatan manusia lainnya. Batu bara memasok 50% listrik tetapi melepaskan
lebih dari 70% emisi karbon dioksida sektor ketenagalistrikan [Brown 2009]. Pembakaran batu
bara juga melepaskan logam beracun seperti merkuri, oksida sulfur dan nitrat yang
berkontribusi terhadap hujan asam, serta partikulat dan ozon yang berkontribusi terhadap
polusi udara tingkat permukaan tanah. Selain itu, penambangan batu bara dan kegiatan
terkaitnya (pembukaan puncak gunung, kolam pengendapan fly ash, dll.) sangat berbahaya
bagi lingkungan dan memiliki masalah keselamatan yang serius.
Cadangan dan Perdagangan Gas Alam Cair, total cadangan dunia adalah Amerika Utara
memiliki 6% dari keseluruhan total cadangan gas bumi dunia, Amerika Tengah dan Selatan
4.1%, Afrika memiliki porsi 7.6%, Timur Tengah memiliki 42.5%, Eropa dan Eurasia
mempunyai porsi 30.4%, Asia Pasifik memiliki porsi 9.4% dan Indonesia memiliki 1.53% dari
seluruh cadangan gas bumi didunia. Perdagangan LNG sebagian besar dilakukan berdasarkan
kontrak jangka Panjang 20 tahun atau lebih. Meskipun demikian, saat ini telah terdapat kontrak
Konservasi lahir akibat adanya semacam kebutuhan untuk melestarikan sumber daya
alam yang diketahui mengalami degradasi mutu secara tajam. Dampak degradasi tersebut,
menimbulkan kekhawatiran dan kalau tidak diantisipasi akan membahayakan umat manusia,
terutama berimbas pada kehidupan generasi mendatang pewaris alam ini. Sementara itu,
Harga Produksi Sumber Daya Alam, diantara semua indikator kelangkaan, harga sumber
daya alam itu sendiri merupakan indikator yang paling banyak digunakan meskipun belum bisa
menggambarkan keseluruhan pengorbanan. Namun ada kalanya harga saja tidak mencukupi
sehingga perlu menggunakan indikator yang lainnya Isu-isu penting yang menyangkut
penggunaan harga sebagai indikator kelangkaan sumber daya alam, antara lain:
Perubahan kelangkaan yang diukur melalui harga merupakan konsep ekonomi bukan
konsep fisik. Terkadang harga tidak mengalami kenaikan dengan langkanya satu sumber daya
secara fisik. Terkait dengan tahap pemanfaatan satu sumber daya alam yang diukur
kelangkaannya melalui perubahan harga. Terkait dengan indeks harga sebagai ukuran
kelangkaan. Terkadang perubahan harga tidak mencerminkan kelangkaan karena perubahan
harga tersebut terjadi sebagai akibat peraturan pemerintah,
Dari sudut empiris ditemukan bahwa harga, untuk sumber daya alam yang tak terbarukan
dan bisa habis, semula mengalami penurunan karena adanya penemuan baru dan
perkembangan teknologi yang bisa menurunkan kerja untuk bagian pengontrolan atau
penambahan masukan modal melalui perbaikan saluran sistem irigasi. Kelangkaan satu sumber
daya alam biasanya dinyatakan dengan elastisitas substitusi, yang bernilai </ (tidak elastis) atau
1 berarti kurang langka atau penyesuaian lebih mudah dilaksanakan dibandingkan elastisitas
substitusi antar sumber daya alam yang lebih kecil dari satu.
Dari berbagai indikator kelangkaan sumber daya alam diatas tidak ada satu indikator yang
secara mandiri dapat menjelaskan telah terjadi kelangkaan pada sumber daya alam tertentu.
Masing-masing indikator bersifat parsial yang dalam kondisi tertentu memang bisa
mencerminkan perubahan kelangkaan. Namun akan lebih lengkap apabila indikator-indikator
tersebut dipadukan baik indikator fisik maupun indikator ekonomi sehingga analisis
kelangkaan bisa menjadi lebih meyakinkan.
Ingat RPUD. Kita dapat menyatakan jumlah energi yang digunakan untuk memproduksi suatu
produk dengan menjumlahkan mining jumlah yang digunakan dalam fase R dan P dari siklus
hidup untuk memperkirakan energi yang terkandung. LCA membutuhkan data dalam jumlah
besar. Misalnya, untuk memperkirakan total biaya energi sebuah mobil, Anda perlu
mengetahui berapa banyak energi yang dikonsumsi untuk produksi bahan mentah setiap
perusahaan bagian, untuk produksi setiap bagian mobil, dan untuk penggunaan, pemeliharaan,
dan pembuangan. Anda harus melakukannya menambah biaya energi di seluruh rantai pasokan,
merupakan tugas yang berat. Baru-baru ini saja yang memilikinya jenis kalkulator tersedia.
Contoh yang baik adalah Siklus Hidup Input-Output Ekonomi Kalkulator Analisis (EIO-LCA)
yang dibuat oleh Carnegie Mellon Green Design Institute. Kalkulator ini menghitung
mewujudkan emisi energi dan gas rumah kaca dalam CO2e untuk berbagai produk dan
aktivitas. Gambar 1 menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi peternakan sapi senilai $1 juta
menghabiskan 18,8 Terajoule (TJ) energi (5,2 juta kWh). Energi dikonsumsi untuk
memproduksi pakan biji-bijian, mengangkut biji-bijian dan sebagainya daging, memproduksi
pupuk, pestisida, dan antibiotik, serta memelihara hewan. Selain itu, energi digunakan untuk
menambang dan menyuling minyak serta menghasilkan listrik yang digunakan pada semua
tahap siklus hidup. Kalkulator EIO-LCA juga memberi tahu kita bahwa aktivitas ekonomi
peternakan senilai $1 juta mempunyai dampak positif. jejak karbon yang baik sebesar 8.550
metrik ton CO2e. Per dolar aktivitas ekonomi, jumlah energi yang dikonsumsi dan CO2e yang
dihasilkan untuk peternakan sapi lebih besar dibandingkan aktivitas ekonomi lainnya.
Konsumsi dan CO2e yang dihasilkan untuk peternakan sapi lebih besar dibandingkan
aktivitas ekonomi lainnya. Berarti seperempat emisi karbon dioksida global. Amerika Serikat
menyumbang ~25% dari total tersebut. Karbon dioksida juga dikeluarkan selama fase bahan
Gambar 2. 1 Mewujudkan energi per juta dollar aktivitas ekonom untuk setiap sektor industri
peternakan sapi
1. Wilayah Perairan Indonesia Meliputi laut teritorial Indonesia, yaitu jalurlaut selebar 12
(dua belas) mil laut yang diukur dari garis pangkalkepulauan Indonesia.
2. Perairan kepulauan yakni semua perairan yang terletak pada sisi dalamgaris pangkal
lurus kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman atau jaraknya dari pantai.
3. Perairan Pedalaman, yaitu semua perairan yang terletak pada sisi daratdari garis air
rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk ke dalamnyasemua bagian dari perairan
yang terletak pada sisi darat dari satu garis penutup.
Pertumbuhan bobot ikan, demikian juga nilai ekonomisnya, pada awalnya meningkat secara
absolut kemudian semakin lamban menjelang umur dewasa pada titik B. Pengambilan pada
titik A akan menghasilkan ikan dengan nilai AN. Rata-rata pendapatan pertahun umur ikan
ditunjukkan oleh lereng garis 0A Pengambilan lkan pada titik M akan menghasilkan
pendapatan tahunan setinggi MT, yang memberikan keuntungan maksimum yang
berkelanjutan (Maksimum Sustainable Profit) dan tingkat pendapatan tahunan ini optimum
pada tingkat diskonto sebesar nol. Perlu dicatat bahwa ikan jangan ditangkap kalau sudah
mencapai umur terlalu tua atau terlalu muda.
Pada penangkapan yang bersifat dinamis sumber daya ikan dipandang sebagai milik
bersama. Dalam hal yang demikian ini, cara-cara berikut ini dapat dikerjakan:
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sumber daya ikan yang
optimum dapat dicapai dengan jalan melibatkan masyarakat dan pihak pemerintah karena
kondisi sumber daya ikan yang bersifat milik umum (barang publik).
Sumber Daya Alam Tak Terbarukan (SDA) di Indonesia, seperti minyak bumi, gas alam,
batubara, dan mineral, memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi. Namun, sifatnya
yang tidak dapat diperbaharui menuntut pengelolaan yang berkelanjutan dan bertanggung
jawab. Jenis SDA Tak Terbarukan Minyak bumi: Digunakan sebagai bahan bakar kendaraan,
industri, dan pembangkit listrik. Gas alam: Digunakan sebagai bahan bakar industri,
pembangkit listrik, dan rumah tangga. Batubara: Digunakan sebagai bahan bakar pembangkit
listrik dan industri. Mineral: Digunakan untuk berbagai keperluan industri, seperti logam,
bahan bangunan, dan bahan baku elektronik Konsep Konservasi Upaya untuk menjaga
kelestarian SDA tak terbarukan dengan menggunakannya secara bijak dan efisien. Konservasi
dapat dilakukan melalui: Penggunaan energi terbarukan: Mengganti SDA tak terbarukan
dengan energi terbarukan seperti matahari, angin, dan air. Efisiensi energi: Mengurangi
penggunaan energi dengan teknologi yang lebih hemat energi. Penerapan
kebijakan: Menerapkan kebijakan yang mendorong penggunaan SDA tak terbarukan secara
berkelanjutan. Deplesi Penurunan cadangan SDA tak terbarukan akibat eksploitasi yang
berlebihan. Deplesi dapat menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga SDA. Persediaan dan
Rasio Cadangan: Persediaan SDA tak terbarukan adalah jumlah yang tersedia di bumi. Rasio
cadangan adalah perbandingan antara persediaan dan tingkat konsumsi. Rasio cadangan yang
rendah menunjukkan bahwa SDA tersebut akan segera habis. Kelangkaan Sumber Daya Alam:
SDA tak terbarukan dapat menjadi langka jika tidak dikelola dengan baik. Kelangkaan dapat
menyebabkan: Kenaikan harga: Harga SDA tak terbarukan akan naik jika menjadi langka.
Konflik: Persaingan antar negara untuk mendapatkan SDA tak terbarukan dapat menyebabkan
konflik Jenis Sumber Energi Non-Renewable: Bahan bakar fosil: Minyak bumi, gas alam, dan
batubara. Mineral radioaktif: Uranium dan thorium Pengelolaan SDA tak terbarukan di
Indonesia harus dilakukan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab untuk menghindari
deplesi, kelangkaan, dan dampak negatif lainnya. Konservasi, efisiensi energi, dan penggunaan
energi terbarukan adalah kunci untuk pengelolaan SDA tak terbarukan yang berkelanjutan.
Ayers, J. C.. (2017). Sustainability: An Environmental Science Perspective. Boca Raton, US.:
CRC Press (Taylor & Francis Group)
Nehen, I Ketut. 2017. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Linkungan. Denpasar: Udayana
University Press