Anda di halaman 1dari 22

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

NON RENEWABLE

Dosen Pengampu:
Ida Ayu Meisthya Pratiwi, S.E., M.Si.

Kelompok 6
Viony Kristiani Silalahi 2207511010

Desti Maria Pinem 2207511060

Muhammad Bintang Fawwaz Pramono 2207511228

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan yang maha esa, karena atas rahmat dan karunia-
Nya yang selalu menyertai seluruh tugas dan tanggung jawab, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pengelolaan sumber daya alam non renewable” ini dengan
tepat waktu meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterimakasih pada Ibu
Ida Ayu Meisthya Pratiwi, S.E., M.Si. .selaku Dosen Pengampu mata kuliah Ekonomi
pembangunan berkelanjutan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Sumber daya non renewable. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jumat, 8 Maret 2024

Penulis,

Pengelolaan SDA Non Renewable | ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Pengelolaan SDA non renewable di indonesia: yang meliputi jenis SDA tak terbarukan
................................................................................................................................................ 3
2.2 Konsep Konservasi, Deplesi, Persediaan dan Rasio candangan ...................................... 4
2.2.1 Konsep Konservasi .................................................................................................... 6
2.2.2 Konsep Deplesi .......................................................................................................... 7
2.2.3 Konsep Persediaan dan Rasio Cadangan ................................................................... 7
2.3. Kelangkaan Sumber Daya Alam ..................................................................................... 7
2.3.1 Indikator Kelangkaan Sumber Daya Alam ................................................................ 8
2.4 Penilaian Siklus Hidup (PSH) Biaya Energi .................................................................... 9
2.5 Pengertian, cakupan, sifat, dan pengelolaan sumberdaya perikanan ............................. 11
2.5.1 Pengertian Sumber daya perikanan ......................................................................... 11
2.5.2 Cakupan Sumber Daya Perikanan ........................................................................... 12
2.5.3 Sifat Sumber Daya Perikanan .................................................................................. 13
2.5.4 Pengelolaan sumber daya perikanan........................................................................ 13
2.6 Penangkapan statis dan dinamis berdasarkan Masyarakat ............................................. 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

Pengelolaan SDA Non Renewable | iii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mewujudkan energi per juta dollar aktivitas ekonom untuk
setiap sektor industri peternakan sapi ................................................................... 10
Gambar 2.2 Intensitas karbon dioksida dan intensitas air sumber energi ............. 11

Gambar 2.3 Kurva Pertumbuhan Ikan .................................................................. 15

Pengelolaan SDA Non Renewable | iv


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi datang dalam berbagai bentuk, termasuk kimia, mekanik, listrik, panas, dan cahaya.
Kita gunakan energi untuk melakukan usaha, biasanya dengan mengubahnya dari satu bentuk
yang menyimpannya ke bentuk lain. Untuk ujian Misalnya, bahan bakar fosil dan baterai
elektrokimia menyimpan energi kimia. Untuk menggerakkan mobil konvensional yang
memiliki mesin pembakaran internal kita membakar bensin atau solar untuk mengubah bahan
kimia yang tersimpan energi menjadi energi mekanik. Mobil listrik mengubah energi kimia
yang disimpan dalam baterai elektrokimia dibandingkan dengan energi mekanik, dengan
keuntungan tambahan karena tidak mengeluarkan karbon dioksida. Beberapa bentuk energi
lebih berguna dibandingkan yang lain. Panas dianggap energi berkualitas rendah karena itu
tersebar. Listrik adalah bentuk energi berkualitas tinggi karena kita dapat mengangkutnya
melalui non kabel konduktif, menyimpannya dalam baterai, dan menggunakannya untuk
menghasilkan bentuk energi lain. Kita juga bisa menggunakannya untuk komunikasi
elektronik, yang membuatnya sangat diperlukan bagi masyarakat modern. Akibatnya, kami
mengetik mengubah bentuk energi lain menjadi listrik. Misalnya energi mekanik pada air yang
mengalir atau uap diubah menjadi energi listrik menggunakan turbin. Menurut hukum kedua
termo dinamika, setiap kali kita mengubah bentuk energi lain menjadi listrik, kita kehilangan
sejumlah energi, tetapi energi tersebut peningkatan utilitas listrik menyeimbangkan kerugian
ini. Ketersediaan energi kemungkinan besar membatasi populasi manusia di masa lalu.
Manusia yang pertama memperoleh energi dari biomassa (kayu dan kotoran), kemudian batu
bara, dan terakhir minyak padat energi. Ketersediaan batu bara di Inggris memungkinkan awal
Revolusi Industri, dan batu bara serta bahan bakar fosil lainnya memungkinkannya menyebar
ke negara lain belahan dunia, menyebabkan pertumbuhan pesat dalam konsumsi energi.

Konsumsi energi global terus-menerus diperkirakan akan meningkat pada abad kedua
puluh. Energi yang melimpah telah memungkinkan manusia untuk berkembang biak dan
berkembang biak meningkatkan standar hidup mereka ke tingkat yang belum pernah dicapai
sebelumnya. Energi dari minyak menjadi bahan bakar penghijauan revolusi abad ke-20 yang
meningkatkan produktivitas pertanian sebanyak empat kali lipat di seluruh dunia,
memungkinkan populasi global akan meningkat pada tingkat yang eksponensial. Saat ini kami
menggunakan minyak dan energi yang dihasilkannya. bertugas membuat pupuk dan pestisida,
menjalankan mesin yang menanam dan memanen tanaman serta mengolahnya tanah, dan untuk

Pengelolaan SDA Non Renewable | 1


mengangkut hasil panen ke pasar. Kami menggunakan energi untuk memompa air tanah ke
permukaan irigasi di daerah kering, mengubah gurun menjadi lahan pertanian produktif.
Dengan energi yang tidak terbatas, kita dapat mengubah lingkungan yang paling tidak ramah
menjadi surga di Bumi. Namun, kami tidak memiliki batas energi yang terkuras, dan yang lebih
buruk lagi, penggunaan bahan bakar fosil dapat membuat Bumi tidak ramah lingkungan.

1.2 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana Indonesia mengelola sumber daya non renewable;
2. Untuk mengetahui Konsep konversi, deplesi dan rasio cadangan;
3. Untuk mengetahui apa itu Jenis jenis sumber daya tidak terbarukan;
4. Untuk mengetahui apa itu Life cycle assessment of energy cost;
5. Untuk mengetahui apa itu, cakupan, sifat, dan pengelolaan sumberdaya perikanan;
6. Untuk mengetahui apa itu penangkapan statis dan dinamis perikanan berbasis
masyarakat.

Pengelolaan SDA Non Renewable | 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengelolaan SDA non renewable di indonesia: yang meliputi jenis SDA tak
terbarukan

2.1.1 Pengeloaan SDA non renewable Di Indonesia


Agar bisa memahami betapa pentingnya keberadaan SDA bagi kehidupan manusia,
Anda perlu memahami terlebih dahulu apa itu SDA dan manfaatnya bagi kehidupan manusia,
baik langsung maupun tidak langsung. Secara singkat sumber daya alam merupakan segala
sesuatu yang berasal dari alam dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan manusia.
Sumber daya ini terbagi atas sumber daya alam biotik (mahkluk hidup) dan abiotik (benda
mati). Selain itu SDA juga terbagi atas yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui.
Tumbuh-tumbuhan dan hewan merupakan termasuk jenis dapat diperbaharui sedangkan bahan
bakar masuk dalam daftar tidak dapat diperbaharui.
Jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui merupakan jenis material akan
habis apabila digunakan terus menerus atau memiliki batas waktu dan jumlah pemakainya.
Apabila habis tidak dapat tersedia kembali dalam waktu singkat. Diperlukan waktu bertahun-
tahun bahkan hingga jutaan tahun untuk bisa memperolehnya kembali. Karena proses
pembentukannya membutuhkan proses dan waktu panjang sehingga tidak dapat diambil
kembali dalam waktu singkat. SDA tidak dapat diperbaharui ini merupakan bagian penting
dalam setiap aspek kehidupan manusia dan memiliki harga jual tinggi. Oleh sebab itu, beberapa
pihak menggunakan secara berlebihan, mengeruknya, juga melakukan eksploitasi untuk
mendapatkan banyak uang. Ketergantungan manusia terhadap SDA ini sangatlah tinggi
sehingga penggunaannya haruslah dilakukan dengan perencanaan matang, bukan membabi
buta hanya demi keuntungan sesaat beberapa pihak tertentu.
Pemerintahan Indonesia telah mengubah nama Departemen Pertambangan dan Energi
Menjadi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineran (ESDM) pada tahun 2000 yang
merupakan satu badan yang menangani masalah pertambangan di Indonesia. Energi tersebut
mencakup dari alam seperti cahaya matahari,angin , tenaga air, tenaga gelombang atau
geotermal yang dapat diperbarui secara alamiah, rupanya tugas Kementrian ESDM ini lebih
tertuju kepada energi yang berkaitan dengan mineral.

Pengelolaan SDA Non Renewable | 3


2.1.2 Jenis jenis sumber daya alam non renewable

1. Sumber daya alam Batu bara

Batu bara adalah batuan sedimen berwarna hitam atau coklat yang terbentuk dari sisa-sisa
tanaman fosil. Sebagian besar batu bara terbentuk di rawa-rawa selama periode Carboniferous
359–299 juta tahun yang lalu. Karena batu bara membutuhkan waktu jutaan tahun untuk
terbentuk, maka batu bara dianggap sebagai sumber daya tak terbarukan, artinya penggunaan
batu bara tidak berkelanjutan. Dengan asumsi laju konsumsi tetap, estimasi R/P menunjukkan
bahwa batu bara dunia akan habis hanya dalam waktu 100 tahun lebih [ sumber yang kredibel,
contoh: BP 2015]. Namun, karena konsumsi batu bara dunia terus meningkat (walaupun
mungkin telah berhenti meningkat mulai tahun 2013), cadangan batu bara dunia akan habis
dalam 60 hingga 90 tahun [MacKay 2009], dan puncak produksi batu bara global akan terjadi
jauh lebih cepat. Produksi batu bara Inggris mencapai puncaknya pada tahun 1913, dan sejak
itu pengaruh globalnya menurun. Di Amerika Serikat, produksi energi dari batu bara mencapai
puncaknya pada akhir 1990-an, dan permintaan batu bara global diperkirakan akan melebihi
pasokan pada tahun 2020 [Heinberg dan Fridley 2010]. Di Amerika Serikat, kita memiliki
banyak sekali batu bara. Hal ini, dikombinasikan dengan subsidi federal yang besar, membuat
batu bara menjadi sumber energi yang murah. Mengganti minyak bumi dengan batu bara dapat
mengurangi ketergantungan Amerika Serikat pada minyak asing dan membuat kita tidak terlalu
rentan terhadap Puncak Minyak. Namun, batu bara adalah sumber energi yang paling kotor.
Batu bara memiliki jejak karbon terbesar, artinya batu bara mengeluarkan lebih banyak karbon
dioksida per unit energi selama siklus hidupnya dibandingkan sumber energi lainnya (Tabel
9.2). Pembakaran batu bara melepaskan lebih banyak karbon dioksida ke seluruh dunia
dibandingkan kegiatan manusia lainnya. Batu bara memasok 50% listrik tetapi melepaskan
lebih dari 70% emisi karbon dioksida sektor ketenagalistrikan [Brown 2009]. Pembakaran batu
bara juga melepaskan logam beracun seperti merkuri, oksida sulfur dan nitrat yang
berkontribusi terhadap hujan asam, serta partikulat dan ozon yang berkontribusi terhadap
polusi udara tingkat permukaan tanah. Selain itu, penambangan batu bara dan kegiatan
terkaitnya (pembukaan puncak gunung, kolam pengendapan fly ash, dll.) sangat berbahaya
bagi lingkungan dan memiliki masalah keselamatan yang serius.

2. Sumber daya Minyak Bumi

Pengelolaan SDA Non Renewable | 4


Minyak bumi telah menjadi sumber energi terpenting di dunia sejak pertengahan 1950-
an. Di Amerika Serikat pada tahun 2014, minyak bumi memasok hampir 50% dari energi yang
dikonsumsi, dan 97% dari energi yang digunakan dalam transportasi, sebagian besar dalam
bentuk bensin yang dihasilkan dari penyulingan minyak bumi. Minyak bumi lebih disukai
untuk transportasi karena mudah diangkut sebagai cairan dan karena memiliki densitas energi
yang tinggi, artinya volume atau berat yang kecil membawa energi dalam jumlah besar. Pemilik
kendaraan lebih memilih bahan bakar dengan densitas energi tinggi agar mereka dapat
menempuh perjalanan lebih jauh sebelum harus mengisi bahan bakar kembali; saat ini baterai
listrik memiliki densitas energi yang lebih rendah daripada bensin yang berasal dari minyak
bumi, yang mengakibatkan jangkauan kendaraan yang lebih kecil untuk mobil listrik dan
tingkat adopsi konsumen yang lebih rendah. Jika minyak bumi menjadi langka. Untuk
membuat kebijakan penggunaan sumber daya yang berkelanjutan, kita perlu memperkirakan
seberapa cepat kita menghabiskan sumber daya seperti minyak bumi. Kita mendefinisikan
sumber daya sebagai zat yang berpotensi ditambang atau dipanen untuk mendapatkan
keuntungan; istilah ini mengacu pada jumlah total material di kerak bumi, yang untuk sumber
daya tak terbarukan hanya bisa berkurang. Sebaliknya, cadangan adalah sumber daya yang
teridentifikasi yang saat ini dapat diekstraksi secara legal untuk mendapatkan keuntungan
.Cadangan dapat meningkat dengan penemuan, kenaikan harga, dan peningkatan teknologi.
Minyak bumi, dan bensin yang dihasilkan dari minyak bumi, secara efektif merupakan sumber
daya tak terbarukan karena terbentuk jauh lebih lambat daripada yang kita konsumsi.
Konsensusnya adalah bahwa minyak bumi adalah yang paling terbatas dari bahan bakar fosil
penting. Karena minyak bumi adalah sumber daya tak terbarukan, produksi minyak global pada
akhirnya akan mencapai maksimum, peristiwa yang disebut puncak minyak, dan kemudian
mulai menurun.

3. Sumber daya Gas alam

Cadangan dan Perdagangan Gas Alam Cair, total cadangan dunia adalah Amerika Utara
memiliki 6% dari keseluruhan total cadangan gas bumi dunia, Amerika Tengah dan Selatan
4.1%, Afrika memiliki porsi 7.6%, Timur Tengah memiliki 42.5%, Eropa dan Eurasia
mempunyai porsi 30.4%, Asia Pasifik memiliki porsi 9.4% dan Indonesia memiliki 1.53% dari
seluruh cadangan gas bumi didunia. Perdagangan LNG sebagian besar dilakukan berdasarkan
kontrak jangka Panjang 20 tahun atau lebih. Meskipun demikian, saat ini telah terdapat kontrak

Pengelolaan SDA Non Renewable | 5


jangka menengah 3 sampai 10 tahun. Sebagian kecil LNG diperdagangkan pada pasar spot.
Namun dengan besarnya ekspansi kapasitas produksi dan penggunaan yang lebih efektif dari
kapasitas tersebut, sangat dimungkinkan bahwa perdagangan spot LNG akan meningkat pesat.
Kegunaan Gas Alam Cair yaitu:
A. Sebagai bahan bakar, antara lain bahan bakan pembangkit listrik tenaga
B. gas/uap, bahan bakar industri ringan menengah dan berat, bahan bakar kendaraan
bermotor, sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga hotel, restoran.
C. Sebagai bahan baku, bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, matanol, bahan baku
plastic, CO-2nya soft drink, dry ice pengawet makanan, hujan buatan, industri besi
tuang, bahan pemadang api ringan.
D. Sebagai komoditas energi untuk eksport, yakni Liquefied Natural Gas (LNG).
E. Sebagai penyejuk udara seperti yang digunakan di bandara Bangkok, Thailand dan
beberapa perguruan tinggi di Australia

2.2 Konsep Konservasi, Deplesi, Persediaan dan Rasio candangan


2.2.1 Konsep Konservasi
Pada umumnya Konservasi diartikan sebagai penggunaan sumber daya alam untuk
kebaikan secara optimal, dalam jumlah yang terbanyak dan untuk jangka waktu yang paling
lama. Lebih dari itu konservasi juga diartikan sebagai pengembangan dan proteksi terhadap
SDA. Jadi konservasi dapat didefinisikan sebagai tindakan pelindungan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati yang dilakukan secara bijaksana untuk menjamin keberlanjutan
(sustainability) keberadaan dan manfaat sumber daya alam dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup manusia dari generasi ke generasi yang akan datang. Adapun tujuan konservasi:

1. Mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya,


sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan
manusia
2. Melestarikan kemampuan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
secara serasi dan seimbang.

Konservasi lahir akibat adanya semacam kebutuhan untuk melestarikan sumber daya
alam yang diketahui mengalami degradasi mutu secara tajam. Dampak degradasi tersebut,
menimbulkan kekhawatiran dan kalau tidak diantisipasi akan membahayakan umat manusia,
terutama berimbas pada kehidupan generasi mendatang pewaris alam ini. Sementara itu,

Pengelolaan SDA Non Renewable | 6


Piagam Burra menyatakan bahwa pengertian konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan
pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Oleh karena itu, kegiatan
konservasi dapat pula mencakupi ruang lingkup preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi
dan revitalisasi.

2.2.2 Konsep Deplesi


Deplesi (depletion) adalah satu cara pengambilan SDA secara besar- besaran atau
dalam jumlah yang banyak, biasanya untuk memenuhi kebutuhan bahan mentah industri,
Dalam pembangunan ekonomi yang mengejar pertumbuhan, pengambilan SDA cenderung
mengarah pada pengurasan isi alam schingga terasa kurang adanya perhatian terhadap SDA
yang ada. Untuk SDA yang tak terbarukan, deplesi ini sendiri berarti pengurasan sumber daya
yang ada. Sedangkan untuk SDA yang terbarukan, walaupun dapat diimbangi dengan usaha
konservasi namun dampaknya terhadap lingkungan sangat berarti atau tetap akan membekas
dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk pemulihannya.

2.2.3 Konsep Persediaan dan Rasio Cadangan


Persediaan atau cadangan sering juga disebut reserve atau stock, la adalah SDA yang
sudah kita ketahui dan terbukti (identified and proven) dan mempunyai nilai ekonomis.
Cadangan ini sudah kita ketahui dan terbukti baik dari segi jumlah atau besar deposit yang
diukur dalam satuan satuan seperti ton atau barel, dan telah diketahui pula manfaatnya serta
langka adanya (bernilai ekonomis). Jadi meskipun secara teoritis SDA itu telah ditemukan,
tetapi karena belum dapat diidentifikasi secara geologis dan belum diketahui kegunaannya serta
masih berlimpah adanya maka ia belum tergolong persediaan (reserve). Dengan kata lain SDA
itu baru diketahui persediaannya setelah menjadi kepentingan manusia. Cadangan akan
meningkat bila terjadi penemuan baru (discovery), peningkatan cadangan yang telah terbukti
(extention), dan revisi (revision) cadangan sebagai akibat kebutuhan informasi mengenai
kondisi pasar dan teknologi baru.

2.3. Kelangkaan Sumber Daya Alam


Untuk mengetahui seberapa banyak ataupun sendikit cadangan yang dimiliki dapat
membandingkan cadangan dengan tingkat penggunaan seperti produksi tahunan atau tingkat
konsumsi sehingga bisa dihitung berapa lama cadangan akan mampu memberikan pasokan
kebutuhan sumber daya alam. Jika data tersedia setiap tahunnya maka dapat mengetahui setiap
tahunnya berapa lama lagi pasokan sumber data alam masih bisa dinikmati. Cadangan bersifat
dinamis karena jumlah tertentu dari sumber daya alam yang bisa diproduksi secara

Pengelolaan SDA Non Renewable | 7


menguntungkan pada harga sekarang dengan memakai teknologi yang diketahui sekarang.
Dengan demikian indikator fisik belum cukup untuk dijadikan patokan adanya kelangkaan.
Indikator ekonomi seperti harga, biaya produksi dan lainnya melengkapi data tentang apakah
memang terdapat tanda-tanda kelangkaan.

2.3.1 Indikator Kelangkaan Sumber Daya Alam


Terdapat empat indeks yang biasa digunakan untuk mengukur kelangkaan satu Sumber
Daya Alam, yaitu:

Harga Produksi Sumber Daya Alam, diantara semua indikator kelangkaan, harga sumber
daya alam itu sendiri merupakan indikator yang paling banyak digunakan meskipun belum bisa
menggambarkan keseluruhan pengorbanan. Namun ada kalanya harga saja tidak mencukupi
sehingga perlu menggunakan indikator yang lainnya Isu-isu penting yang menyangkut
penggunaan harga sebagai indikator kelangkaan sumber daya alam, antara lain:

Perubahan kelangkaan yang diukur melalui harga merupakan konsep ekonomi bukan
konsep fisik. Terkadang harga tidak mengalami kenaikan dengan langkanya satu sumber daya
secara fisik. Terkait dengan tahap pemanfaatan satu sumber daya alam yang diukur
kelangkaannya melalui perubahan harga. Terkait dengan indeks harga sebagai ukuran
kelangkaan. Terkadang perubahan harga tidak mencerminkan kelangkaan karena perubahan
harga tersebut terjadi sebagai akibat peraturan pemerintah,

Dari sudut empiris ditemukan bahwa harga, untuk sumber daya alam yang tak terbarukan
dan bisa habis, semula mengalami penurunan karena adanya penemuan baru dan
perkembangan teknologi yang bisa menurunkan kerja untuk bagian pengontrolan atau
penambahan masukan modal melalui perbaikan saluran sistem irigasi. Kelangkaan satu sumber
daya alam biasanya dinyatakan dengan elastisitas substitusi, yang bernilai </ (tidak elastis) atau
1 berarti kurang langka atau penyesuaian lebih mudah dilaksanakan dibandingkan elastisitas
substitusi antar sumber daya alam yang lebih kecil dari satu.

Dari berbagai indikator kelangkaan sumber daya alam diatas tidak ada satu indikator yang
secara mandiri dapat menjelaskan telah terjadi kelangkaan pada sumber daya alam tertentu.
Masing-masing indikator bersifat parsial yang dalam kondisi tertentu memang bisa
mencerminkan perubahan kelangkaan. Namun akan lebih lengkap apabila indikator-indikator
tersebut dipadukan baik indikator fisik maupun indikator ekonomi sehingga analisis
kelangkaan bisa menjadi lebih meyakinkan.

Pengelolaan SDA Non Renewable | 8


2.4 Life Cycle Assesment Penilaian Siklus Hidup (PSH) Biaya Energi
Untuk mengukur dampak lingkungan total dari sumber energi, kita perlu mengukur
dampaknya pada setiap tahapan siklus hidupnya menggunakan Life Cycle Assessment (LCA).
Misalnya, LCA dapat digunakan untuk memperkirakan energi, air, dan jejak karbon dari
berbagai produk atau aktivitas. Hal ini dilakukan oleh menjumlahkan dampak (diukur dari
konsumsi energi, konsumsi air, atau emisi CO2) dari keempat dampak tersebut fase siklus
hidup: bahan mentah (R), produksi (P), penggunaan (U), dan pembuangan (D):

Total Impact Foot Print = R + P + U + D

Ingat RPUD. Kita dapat menyatakan jumlah energi yang digunakan untuk memproduksi suatu
produk dengan menjumlahkan mining jumlah yang digunakan dalam fase R dan P dari siklus
hidup untuk memperkirakan energi yang terkandung. LCA membutuhkan data dalam jumlah
besar. Misalnya, untuk memperkirakan total biaya energi sebuah mobil, Anda perlu
mengetahui berapa banyak energi yang dikonsumsi untuk produksi bahan mentah setiap
perusahaan bagian, untuk produksi setiap bagian mobil, dan untuk penggunaan, pemeliharaan,
dan pembuangan. Anda harus melakukannya menambah biaya energi di seluruh rantai pasokan,
merupakan tugas yang berat. Baru-baru ini saja yang memilikinya jenis kalkulator tersedia.
Contoh yang baik adalah Siklus Hidup Input-Output Ekonomi Kalkulator Analisis (EIO-LCA)
yang dibuat oleh Carnegie Mellon Green Design Institute. Kalkulator ini menghitung
mewujudkan emisi energi dan gas rumah kaca dalam CO2e untuk berbagai produk dan
aktivitas. Gambar 1 menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi peternakan sapi senilai $1 juta
menghabiskan 18,8 Terajoule (TJ) energi (5,2 juta kWh). Energi dikonsumsi untuk
memproduksi pakan biji-bijian, mengangkut biji-bijian dan sebagainya daging, memproduksi
pupuk, pestisida, dan antibiotik, serta memelihara hewan. Selain itu, energi digunakan untuk
menambang dan menyuling minyak serta menghasilkan listrik yang digunakan pada semua
tahap siklus hidup. Kalkulator EIO-LCA juga memberi tahu kita bahwa aktivitas ekonomi
peternakan senilai $1 juta mempunyai dampak positif. jejak karbon yang baik sebesar 8.550
metrik ton CO2e. Per dolar aktivitas ekonomi, jumlah energi yang dikonsumsi dan CO2e yang
dihasilkan untuk peternakan sapi lebih besar dibandingkan aktivitas ekonomi lainnya.

Konsumsi dan CO2e yang dihasilkan untuk peternakan sapi lebih besar dibandingkan
aktivitas ekonomi lainnya. Berarti seperempat emisi karbon dioksida global. Amerika Serikat
menyumbang ~25% dari total tersebut. Karbon dioksida juga dikeluarkan selama fase bahan

Pengelolaan SDA Non Renewable | 9


mentah, produksi, dan pembuangan penggunaan bahan bakar. Misalnya, pertimbangkan
peralatan yang digunakan untuk penambangan, pengolahan, dan pengangkutan batubara, dan
peralatan yang digunakan untuk menangkap dan membuang abu batubara, semuanya
menggunakan bahan bakar fosil. Gambar.2 menunjukkan LCA memperkirakan intensitas
emisi, jumlah karbon dioksida yang diemisikan per unit listrik diproduksi untuk berbagai
sumber energi primer. Nilai yang lebih rendah berarti emisi gas rumah kaca yang lebih rendah.
Seperti disebutkan sebelumnya, batu bara mengeluarkan karbon dioksida paling banyak per
unit energi, diikuti dengan yang berikutnya oleh minyak. Gas alam mengeluarkan karbon
dioksida per kWh sebesar 62% lebih banyak dibandingkan batu bara, suatu peningkatan yang
signifikan, namun masih jauh lebih tinggi dibandingkan bahan bakar nonfosil. Untuk
melakukan mitigasi GCC, kita harus menghentikan penggunaan batu bara dan minyak secara
bertahap gas alam sebagai sumber energi, dan menggantikannya dengan tenaga surya,
biomassa, angin, panas bumi, dan hidrolistrik. Meskipun nuklir memiliki jejak karbon yang
kecil, namun nuklir merupakan energi yang tidak terbarukan dan oleh karena itu tidak
berkelanjutan. sumber energi yang ramah lingkungan, dan mempunyai permasalahan
keamanan yang, walaupun sering dilebih-lebihkan, namun mengurangi dampaknya menarik
dibandingkan sumber energi terbarukan (dibahas secara rinci di bawah). Gambar 2 juga
menunjukkan intensitas air, jumlah air yang dikonsumsi untuk menghasilkan 1 kWh listrik.

Gambar 2. 1 Mewujudkan energi per juta dollar aktivitas ekonom untuk setiap sektor industri
peternakan sapi

Pengelolaan SDA Non Renewable | 10


Gambar 2.2 intensitas karbon dioksida dan intensitas air sumber energi
intensitas air dari biomassa dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan sumber energi
lainnya, sehingga menjadikannya pilihan yang buruk untuk daerah kering yang perlu
menghemat air.

2.5 Pengertian, cakupan, sifat, dan pengelolaan sumberdaya perikanan


2.5.1 Pengertian Sumber daya perikanan
Pengertian Sumber Daya Perikanan menurut UU no.31 Tahun 2004 tentang Perikanan
pada Pasal 1 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perikanan adalah semua kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan danlingkungannya
dimulai dari periode sebelum produksi, produksi, pengolahansampai dengan pemasaran yang
dilaksanakan dalam satu sistem bisnis perikanan.Ketentuan dalam UU tersebut mengandung
terminologi :a. Pengelolaan dan pemanfaatan, dan b.Sumber daya ikan.

Pengelolaan dan pemanfaatan (perikanan) atadah satu proses yangterintegrasi mulai


dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan,konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi
sumber dan implementasinyadalam upaya menjamin kelangsungan produktivitas serta
pencapaian tujuan pengelolaan (pemanfaatannya).Yang dimaksud dengan ikan adalah segala
jenis organisme yang seluruhatau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan
perairan.Sedangkan sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan. Jenis ikandalam satu
sistem bisnis perikanan di Indonesia dibedakan menjadi : untukkonsumsi, dan untuk non
konsumsi

Pengelolaan SDA Non Renewable | 11


Yang dimaksud dengan ikan adalah segala jenis organisme yang seluruhatau sebagian
dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.Sedangkan sumber daya ikan adalah
potensi semua jenis ikan. Jenis ikandalam satu sistem bisnis perikanan di Indonesia dibedakan
menjadi : untuk konsumsi, dan untuk non konsumsi

2.5.2 Cakupan Sumber Daya Perikanan


Status dan kedudukan wilayah perairan Indonesia bagi Indonesia sebagai Negara
kepulauan sangat penting untuk dipahami, dan implikasinya terhadap pengelolaan dan
pemanfaatan potensi perikanan. Persoalannya kemudian,apakah wilayah perairan Indonesia itu
sekaligus menjadi wilayah perikanan Indonesia? Dalam pandangan hukum ternyata wilayah
Perairan Indonesia tidaklah sekaligus berarti sebagai Wilayah Perikanan Indonesia. Pasal 2
Undang-undang No. 9 Tahun 1996 Tentang Perikanan menyebutkan wilayah Perikanan
Indonesia meliputi : Perairan Indonesia; Sungai, Danau, Waduk,Rawa, dan Genangan air
lainnya di dalam wilayah Republik Indonesia; dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

Sementara itu Pasal 3 UU No. 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesiamenyebutkan


wilayah Perairan Indonesia sebagai berikut ;a.

1. Wilayah Perairan Indonesia Meliputi laut teritorial Indonesia, yaitu jalurlaut selebar 12
(dua belas) mil laut yang diukur dari garis pangkalkepulauan Indonesia.
2. Perairan kepulauan yakni semua perairan yang terletak pada sisi dalamgaris pangkal
lurus kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman atau jaraknya dari pantai.
3. Perairan Pedalaman, yaitu semua perairan yang terletak pada sisi daratdari garis air
rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk ke dalamnyasemua bagian dari perairan
yang terletak pada sisi darat dari satu garis penutup.

Mempertemukan rumusan peraturan perundang-undangan terhadapWilayah Perairan


Indonesia dan Wilayah Perikanan Indonesia dapat ditarikgaris pembeda yang jelas yaitu,
bahwa wilayah Perairan Indonesia hanyalahsatu bagian dari Wilayah Perikanan Indonesia.
Wilayah Perikanan Indonesia berdasarkan ketentuan hukum, lebih luas dari pada wilayah
PerairanIndonesia. Wilayah Perairan Indonesia hanya 12 mil laut sejalan dengan ZEE
Indonesia.Dengan masuknya ZEE Indonesia ke dalam wilayah perikanan Indonesia,ia
sekaligus melahirkan adanya hak dan kewajiban Indonesia dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan di ZEE dan di PerairanIndonesia. Seperti diketahui keberadaan
dan fungsi ZEE dalam perspektifhukum laut pada hakikatnya tidak sama, sekalipun ia sama-
sama merupakanwilayah perikanan Indonesia.

Pengelolaan SDA Non Renewable | 12


2.5.3 Sifat Sumber Daya Perikanan
Pertanyaan yang relevan untuk memahami lebih dalam mengenai sifat SDI adalah
mengenai siapa pemiliknya. Siapakah yang memiliki SDI di laut, diselat, di samudra lepas, di
sungai, di danau dan sebagainya. Benarkah diIndonesia pemerintah memiliki perikanandi
Indonesia? Ataukah pemerintahhanya menguasai? Pertanyaan lain yang lebih serupa adalah
siapakah yangmemiliki udara atau air bersih di Denpasar, misalnya? Mungkin anda menjawab
milik umum atau malah tidak ada yang memiliki. Dalam hal ini berlaku istilah "Everyone's
property is no one's property" atau no one's property is every one's property."Dalam keadaan
tidak ada kepemilikan terhadap satu sumber daya seperti SDI ini akan terjadi saling berebut
dalam pemanfaatannya. Sebagai contoh, disatu sungai misalnya terdapat SDI yang cukup
banyak. Seorang yangmemancing ikan di tempat itu tidak mempunyai kewenangan untuk
melarangorang lain untuk ikut memancing di tempat itu, bahkan dia tidak bisa melarangorang
lain untuk menggunakan berbagai cara penangkapan ikan (seperti jala) Jadi cara pengambilan
ikan bisa tidak terbatas. Akibatnya seorang mungkinmemperoleh ikan yang banyak dan orang
lain sedikit atau tidak dapat ikansama sekali, timbul eksternalitas negatif terhadap beberapa
pemancing. Tidakada seorang pun yang secara sukarela memelihara sumber daya yang
demikianitu, sehingga akan terjadi inefisiensi dan pemborosan pemakaian sumber
dayatersebut.Dalam keadaan di mana tidak ada kepemilikan terhadap satu sumber daya,maka
dikatakan bahwa sumber daya itu milik umum, atau dengan kata lainsebagai sumber daya
publik, atau secara umum dikatakan barang publik.Barang publik merupakan salah satu bentuk
dari kegagalan pasar. Akan terjadi pemborosan pemakaiannya (karena adanya penunggang
bebas), terjadi eksternalitas negatif dalam pengelolaannya sehingga diperlukan campurtangan
pemerintah. Perlu diingat bahwa istilah barang publik ini dilawankandengan barang privat dan
bukan berarti barang yang disediakan oleh pemerintah

2.5.4 Pengelolaan sumber daya perikanan.


Pasal 1 UU no. 31 tahun 2004 tentang perikanan memberikan definisi mengenai
pengelolaan sumber daya ikan sebagai semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam
pengumpulan informasi, analisis, perencanaan,konsultasi pembuat keputusan, alokasi sumber
daya ikan, dan implementasiserta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di
bidang perikanan, yang diakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan.

untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dantujuan


yang telah disepakati. Dari bunyi pasal tersebut sebenarnya sudah terkandung makna
pengelolaan yang berkelanjutan. Dalam pengelolaan sumber daya perikananyang

Pengelolaan SDA Non Renewable | 13


berkelanjutan tidak melarang aktivitas penangkapan yang bersifatekonomi/komersial, tetapi
menganjurkan dengan persyaratan bahwa tingkat pemanfaatan tidak melampaui daya dukung
(carrying capacity) lingkungan perairan atau kemampuanpulih sumber daya ikan (atau
istilahnya MSY -maximum sustainable yield), sehingga generasi mendatang tetap memiliki
asetsumber daya alam (SDA) yang sama atau lebih banyak dari generasi saat ini.Pengelolaan
dikatakan berkelanjutan apabila kegiatan tersebut dapat mencapaitiga tujuan pembangunan
berkelanjutan, yakni berkelanjutan secara ekologis,sosial dan ekonomi. Berkelanjutan secara
ekologi berarti bahwa kegiatan pengelolaan SDI dimaksud harus dapat mempertahankan
integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan,dan konservasi SDI termasuk
keanekaragaman hayati (biodiversity) sehingga pemanfaatan SDI dapat berkesinambungan.
Berkelanjutan secara sosialmensyaratkan bahwa kegiatan pengelolaan ikan hendaknya dapat
menciptakan pemerataan hasil, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat,
pemberdayaan masyarakat identitas sosial dan pengembangan kelembagaan.Sedang
berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa kegiatan pengelolaan SDI harus dapat
membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital dan penggunaan SDI serta investasi
secara efisien

2.6 Penangkapan statis dan dinamis berdasarkan Masyarakat


Sumber daya ikan senantiasa bergantung pada waktu, sehingga perludiketahui pola atau
fungsi produksi ikan, pertumbuhan populasinya, dan apayang hendak dicapai dengan kendala
tertentu. Fungsi produksi ikan atau tingkat pertumbuhan populasi ikan biasanya mengikuti
kurva pertumbuhan seperti yang dilukiskan pada Peraga 2.3

Pertumbuhan bobot ikan, demikian juga nilai ekonomisnya, pada awalnya meningkat secara
absolut kemudian semakin lamban menjelang umur dewasa pada titik B. Pengambilan pada
titik A akan menghasilkan ikan dengan nilai AN. Rata-rata pendapatan pertahun umur ikan
ditunjukkan oleh lereng garis 0A Pengambilan lkan pada titik M akan menghasilkan
pendapatan tahunan setinggi MT, yang memberikan keuntungan maksimum yang
berkelanjutan (Maksimum Sustainable Profit) dan tingkat pendapatan tahunan ini optimum
pada tingkat diskonto sebesar nol. Perlu dicatat bahwa ikan jangan ditangkap kalau sudah
mencapai umur terlalu tua atau terlalu muda.

Gambar 2.3 Kurva Pertumbuhan Ikan

Pengelolaan SDA Non Renewable | 14


Peningkatan pendapatan dapat dicapai dengan mengurangi umur penangkapan dan
dengan tingkat diskonto yang positif, sehingga periode rotasi akan semakin pendek. Namun
perlu dicatat bahwa sulit untuk menentukan jenis ikan yang akan ditangkap. Ukuran mata jala
juga tergantung pada intensitas usaha penangkapan. Dalam pola penangkapan ikan yang statis
perlu diperhatikan nilai kelangkaan (searcity rent), yakni nilai ikan pada waktu yang akan
datang yang cenderung meningkat dengan meningkatnya biaya peningkatan ikan saat ini
karena berkurangnya populasi ikan itu sendiri. Untukmempertahankan keberadaan populasi
harus diusahakan untuk meningkatkan pertumbuhan populasi ikan dan menekan biaya
penangkapan serta meningkatkan scarcity rent. Hubungan antara tingkat bunga dengan tingkat
penangkapan adalah ketika tingkat bunga tinggi, tingkat penangkapan ikan akan cenderung
tinggi untuk menutupi biaya investasi yang malah. Sedangkansebaiknya apabila tingkat bunga
rendah, jumlah populasi ikan akan bertambahkarena orang cenderung memperlambat proses
penangkapan. Apabila scarcityrent sebesar nol maka harga ikan cenderung sama dengan biaya
marginal penangkapan ikan sehingga penangkapan ikan cukup tinggi. Jadi, padadasarnya,
dalam penangkapan sumber daya ikan yang statis kita tidakmenggunakan tingkat penangkapan
yang secara ekonomis efisien karena kitatidak mengetahui secara pasti mengenai kondisi-
kondisi yang dihadapi.

Pada penangkapan yang bersifat dinamis sumber daya ikan dipandang sebagai milik
bersama. Dalam hal yang demikian ini, cara-cara berikut ini dapat dikerjakan:

a. Melarang penangkapan ikan pada satu musim tertentu,


b. Menutup daerah penangkapan tertentu, dan
c. Membatasi jumlah ikan yang ditangkap.
Pengelolaan SDA Non Renewable | 15
Usaha-usaha tersebut perlu dibarengi dengan usaha ekstra yang berupa peningkatan
pengawasan dan penerapan hukum secara mendasar di samping pengawasan teknologi
penangkapan ikan yang sesuai seperti penggunaan jala atau alat tangkap lainnya. Di samping
itu ada faktor penting, yaitu perlunya campur tangan pemerintah dalam pengaturan pemberian
izin penangkapan, pengaturan pajak, dan pungutan yang dapat merangsang untuk usaha
investasi dengan kombinasi ketiga cara pengelolaan sumber daya ikan diatas. Jadi pada
prinsipnya pengelolaan penangkapan sumber daya ikan yang bersifat dinamis menunjukkan
maksimalisasi nilai yang ada pada saat ini menunjukkan dinamika keluar masuknya perusahaan
yang dikombinasikan dengan keberadaan tertentu dari sumber daya ikan sehingga mendorong
ke arah industri yang tidak menguntungkan dan tidak stabil yang disebabkan oleh kepunahan
populasi ikan yang tidak disengaja.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sumber daya ikan yang
optimum dapat dicapai dengan jalan melibatkan masyarakat dan pihak pemerintah karena
kondisi sumber daya ikan yang bersifat milik umum (barang publik).

Pengelolaan SDA Non Renewable | 16


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sumber Daya Alam Tak Terbarukan (SDA) di Indonesia, seperti minyak bumi, gas alam,
batubara, dan mineral, memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi. Namun, sifatnya
yang tidak dapat diperbaharui menuntut pengelolaan yang berkelanjutan dan bertanggung
jawab. Jenis SDA Tak Terbarukan Minyak bumi: Digunakan sebagai bahan bakar kendaraan,
industri, dan pembangkit listrik. Gas alam: Digunakan sebagai bahan bakar industri,
pembangkit listrik, dan rumah tangga. Batubara: Digunakan sebagai bahan bakar pembangkit
listrik dan industri. Mineral: Digunakan untuk berbagai keperluan industri, seperti logam,
bahan bangunan, dan bahan baku elektronik Konsep Konservasi Upaya untuk menjaga
kelestarian SDA tak terbarukan dengan menggunakannya secara bijak dan efisien. Konservasi
dapat dilakukan melalui: Penggunaan energi terbarukan: Mengganti SDA tak terbarukan
dengan energi terbarukan seperti matahari, angin, dan air. Efisiensi energi: Mengurangi
penggunaan energi dengan teknologi yang lebih hemat energi. Penerapan
kebijakan: Menerapkan kebijakan yang mendorong penggunaan SDA tak terbarukan secara
berkelanjutan. Deplesi Penurunan cadangan SDA tak terbarukan akibat eksploitasi yang
berlebihan. Deplesi dapat menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga SDA. Persediaan dan
Rasio Cadangan: Persediaan SDA tak terbarukan adalah jumlah yang tersedia di bumi. Rasio
cadangan adalah perbandingan antara persediaan dan tingkat konsumsi. Rasio cadangan yang
rendah menunjukkan bahwa SDA tersebut akan segera habis. Kelangkaan Sumber Daya Alam:
SDA tak terbarukan dapat menjadi langka jika tidak dikelola dengan baik. Kelangkaan dapat
menyebabkan: Kenaikan harga: Harga SDA tak terbarukan akan naik jika menjadi langka.
Konflik: Persaingan antar negara untuk mendapatkan SDA tak terbarukan dapat menyebabkan
konflik Jenis Sumber Energi Non-Renewable: Bahan bakar fosil: Minyak bumi, gas alam, dan
batubara. Mineral radioaktif: Uranium dan thorium Pengelolaan SDA tak terbarukan di
Indonesia harus dilakukan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab untuk menghindari
deplesi, kelangkaan, dan dampak negatif lainnya. Konservasi, efisiensi energi, dan penggunaan
energi terbarukan adalah kunci untuk pengelolaan SDA tak terbarukan yang berkelanjutan.

Pengelolaan SDA Non Renewable | 17


DAFTAR PUSTAKA

Ayers, J. C.. (2017). Sustainability: An Environmental Science Perspective. Boca Raton, US.:
CRC Press (Taylor & Francis Group)

Nehen, I Ketut. 2017. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Linkungan. Denpasar: Udayana
University Press

University PressBoer, M. (2017). Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis. 01(01).

Sulaiman. (2010).Tantangan Pengelolaan Perikanan Di Indonesia, 52 (Desember 2010),


529-530.

Umsu (2022). Sumber Daya Alam Yang Tidak Dapat Diperbaharui

Pengelolaan SDA Non Renewable | 18

Anda mungkin juga menyukai